Inflamasi
Inflamasi
TINJAUAN PUSTAKA
Inflamasi adalah respon fisiologis tubuh terhadap suatu injuri dan gangguan
oleh faktor eksternal.23 Inflamasi terbagi menjadi dua pola dasar. Inflamasi akut
adalah radang yang berlansung relatif singkat, dari beberapa menit sampai beberapa
hari, dan ditandai dengan perubahan vaskular, eksudasi cairan dan protein plasma
serta akumulasi neutrofil yang menonjol. Inflamasi akut dapat berkembang menjadi
suatu inflamasi kronis jika agen penyebab injuri masih tetap ada. Inflamasi kronis
adalah respon proliferatif dimana terjadi proliferasi fibroblas, endotelium vaskuler,
dan infiltrasi sel mononuklear (limfosit, sel plasma dan makrofag). Respon
peradangan meliputi suatu suatu perangkat kompleks yang mempengaruhi perubahan
vaskular dan selular.24
yang kemudian diikuti dengan fagositosis.24 Peubahan pada vaskular dan selular yang
terjadi dapat disebabkan oleh efek langsung dari iritan, namun sebagian besar karena
adanya bermacam-macam zat yang disebut mediator kimia.23 Mediator reaksi
inflamasi meliputi neuropeptid, peptid fibrinolitik, kinin, fragmen komplemen, amin
vasoaktif, enzim lisosom, metabolit asam arakidonat dan sitokin.25
Inflamasi periapikal disebabkan karena toksin bakteri dari pulpa nekrotik, zatzat kimia seperti bahan irigan, restorasi yang hiperoklusi, instrumentasi yang
berlebihan, dan keluarnya material obturasi ke jaringan periapeks. Respon jaringan
periapikal terhadap inflamasi terbatas pada ligamen periodonsium dan tulang
spongiosa. Hal ini diawali oleh respon neuro-vaskular yang menyebabkan hiperemi,
kongesti vaskular, edema ligamen periodonsium dan ekstravasasi neutofil.26
Neuropeptid berperan penting dalam patogenesis patosis periradikuler yaitu dengan
menghubungkan aksi saraf sensoris dan pembuluh darah. Ada dua jenis serabut saraf
yaitu A-delta dan C yang menginervasi jaringan periradikular. Ketika mengalami
stimulasi, bagian terminal dari serabut saraf ini akan melepaskan beberapa
neuropeptid yaitu substansi P (SP), calcitonin gene-related peptide (CGRP) dan
neurokinin A (NKA).25 Selajutnya sel-sel radang tertarik ke daerah radang karena
adanya kerusakan jaringan, produk bakteri berupa lipopolisakarida (LPS) dan faktor
komplemen (C5a).26
Ketika infeksi terlibat, neutrofil tidak hanya melawan mikoorganisme, tetapi
juga melepaskan leukotrien dan prostaglandin. Prostaglandin dihasilkan melalui
aktivasi jalur siklooksigenase metabolisme asam arakidonat. Prostaglandin yang
paling berperan dalam suatu proses inflamasi adalah PGE2, PGD2, dan PGI2
periapeks. Makrofag yang teraktivasi menghasilkan berbagai mediator seperti proinflamatori (IL-1, IL-6 dan TNF), sitokin kemotaktik (IL-8), PGE2, PGI2, dan
leukotrien B4, C4, D4, dan E4. Sitokin meningkatkan respon vaskular, resorpsi tulang,
dan degradasi matriks ekstraselular. Periodontitis apikalis akut memiliki beberapa
outcome, diantaranya penyembuhan secara spontan, kerusakan lebih lanjut pada
tulang (abses aloveolar), fistula atau pembentukan sinus tract, atau menjadi kronik.26
Makrofag merupakan sel jaringan yang berasal dari monosit dalam sirkulasi
setelah beremigrasi dari aliran darah.24 Pada saat mencapai jaringan ekstravaskular,
monosit berubah menjadi makrofag, dan mampu mengadakan fagositosis terhadap
bakteri dan sisa-sisa sel dalam jumlah yang besar. Sel ini berukuran 10 sampai 30 m
dan umumnya memiliki inti lonjong atau berbentuk ginjal yang terletak eksentris.29
Makrofag yang teraktivasi menyebabkan ukuran sel bertambah besar, kandungan
enzim lisosom menjadi meningkat, metabolismenya lebih aktif, dan kemampuan
membunuh mikroorganismenya lebih besar.24
Limfosit muncul pada tingkat kronis reaksi inflamasi. Sel ini berhubungan
dengan sistem imun dan berfungsi untuk melepaskan zat antibodi.29 Limfosit terdiri
dari limfosit B, limfosit T dan sel pembunuh alami (natural killer).23 Secara
histologis limfosit memiliki ukuran sekitar 8-10 mikron, lebih kecil dari sel PMN.
Intinya bulat, gelap yang hampir memenuhi seluruh sel, sedangkan sitoplasmanya
hanya sedikit.29
Sel plasma merupakan produk akhir dari aktivasi sel B yang mengalami
diferensiasi akhir. Sel ini menghasilkan antibodi untuk melawan antigen di tempat
radang.24 Sel ini berentuk bulat atau lonjong, inti yang terletak eksentris dengan
struktur seperti roda dan sitoplasma yang lebih banyak dan basofilik.29
Sel lain yang ditemukan pada pulpa dan jaringan periradikular yang
terinflamasi adalah eosinofil, basofil, dan sel mast. Eosinofil ditemukan pada reaksi
alergi dan infeksi parasit.27 Tidak seperti neutrofil, sel ini tidak berperan dalam
pertahanan melawan bakteri. Sitoplasmanya mengandung granula yang kasar dan
berwarna merah terang. Bentuk dan besarnya mirip dengan neutrofil, tapi intinya
lebih sederhana dan sering hanya berlobus dua.29
Sel basofil memiliki granula kasar dan berwarna biru kehitaman.29 Basofil
bersirkulasi di dalam darah dan apabila diaktifkan oleh cedera atau infeksi akan
mengeluarkan histamin, bradikinin, dan serotonin. Zat-zat ini meningkatkan
permeabilitas kapiler dan aliran darah ke tempat radang. Basofil mengeluarkan bahan
alami anti pembekuan heparin. Sel ini juga terlibat dalam pembentukan respon
alergi.23
Sel mast adalah sel jaringan ikat berbentuk bulat sampai lonjong, bergaris
tengah 20-30 m, sitoplasmanya bergranul kasar dan basofilik. Intinya agak kecil,
bulat, letaknya di pusat, dan seringkali tertutup oleh granul sitoplasma. Sel mast
adalah sel khusus yang berisi bahan kimia vasoaktif.29 Sel ini dijumpai pada jaringan
ikat longgar yang mengelilingi pembuluh darah. Proses radang dimulai ketika sel
mast membebaskan kandungan intraseluler selama cedera jaringan, terpajan pada
toksin, pengaktifan protein pada jenjang komplemen, dan pengaktifan antigen
antibodi. Proses pelepasan kandungan sel mast disebut degranulasi sel mast yang
akan menghasilkan histamin, serotinin, dan bahan lain yang disintesis oleh sel mast.
Zat-zat ini merupakan penyebab vasodilatasi, peningkatan permeabilitas kapiler, dan
agen kemotaktik sel darah putih dan trombosit ke daerah radang.24
Gambar 1. a) Pada lapangan pandang ini terlihat kumpulan leukosit polimorfonukleus. Sel-sel ini
memiliki nukleous berlobus banyak. b.) Limfosit (panah merah), sel plasma (panah
kuning) memiliki nukelus yang eksentris dan sitoplasma yang basofilik. c) Makrofag
(tanda panah) adalah sel yang lebih besar dan sering terlihat mengandung material,
dikenal juga dengan istilah foamy cytoplasma. d) Eosinofil (tanda panah) dengan granul
eosinofilik yang jelas dan nukleus berlobus dua. Juga terlihat sel plasma dan limfosit30
setelah perawatan saluran akar adalah suatu reparasi dan bukan suatu regenerasi
jaringan periradikuler. Inflamasi dan penyembuhan membentuk suatu proses yang
sebagai respon terhadap cedera. Inflamasi mendominasi tahap awal setelah cedera,
yang kemudian beralih ke penyembuhan setelah respon awal mereda.29
Urutan kejadian yang mengarah pada resolusi lesi periradikuler belum pernah
dipelajari secara mendalam. Berdasarkan pada proses reparasi tempat bekas ekstraksi
(yang pada jaringan lain mungkin tidak persis sama), respons inflamasi akan menurun
sedangkan sel-sel pembentuk jaringan (fibroblas dan sel endotel) akan meningkat
setelah penyebabnya dihilangkan. Kemudian organisasi dan maturasi jaringan mulai
aktif. Tulang yang telah di resorpsi mulai diisi oleh tulang baru, dentin dan sementum
yang teresorpsi direparasi oleh sementum seluler. Pemeriksaan histologi dari lesi
periradikuler yang sedang mengalami tahap penyembuhan, menunjukkan adanya
deposisi sementum, peningkatan vaskularisasi, dan aktivitas fibroblas dan osteoblas.
Pada beberapa lesi terlihat bahwa tidak semua struktur pulih kembali seperti
sediakala. Terlihat adanya variasi dalam pola tulang atau serabut yang berbeda. Hal
ini bisa terlihat dalam gambaran radiografi, terlihat melebarnya lamina dura atau
berubahnya konfigurasi tulang.29
Tahap terpenting dalam proses pemulihan jaringan yang mengalami inflamasi
adalah pembentukan jaringan granulasi. Secara histologis jaringan granulasi ditandai
dengan proliferasi pembuluh darah baru (neovaskularisasi) dan fibroblas.15
Rekrutmen dan stimulasi fibroblas dikendalikan oleh banyak faktor pertumbuhan,
meliputi platelet-derived growth factor (PDGF), basic fibroblast growth factor
(bFGF), dan transforming growth factor-beta (TGF-), sitokin (interleukin 1) dan
tumor necrosis factor (TNF) yang disekresikan oleh leukosit dan fibroblas. Secara
khusus makrofag merupakan unsur sel yang penting pada pembentukan jaringan
granulasi. Selain membersihkan debris ekstraseluler dan fibrin pada tempat jejas,
makrofag juga mengelaborasi suatu penjamu mediator yang menginduksi proliferasi
fibroblas dan produksi matriks ekstraseluler (ECM). Sintesis kolagen oleh fibroblas
dimulai sejak awal proses penyembuhan (hari ke-3 hingga ke-5) dan berlanjut selama
beberapa minggu tergantung pada luas penyembuhan. Pada daerah radang juga
terdapat sel mast, dan dengan lingkungan kemotaksis yang sesuai limfosit dapat
muncul. Tiap-tiap sel ini dapat turut berperan langsung ataupun tidak langsung
terhadap proliferasi dan aktivasi fibroblas.24
Pembentukan pembuluh darah baru akan membantu mempercepat proses
regenerasi sel dan normalisasi jaringan. Pembentukan neovaskularisasi berfungsi
untuk menyuplai vitamin, mineral, glukosa, dan asam amino ke fibroblas untuk
memaksimalkan pembentukan kolagen serta membebaskan jaringan dari nekrosis,
benda asing, dan infeksi sehingga mempercepat penyembuhan radang.21 Beberapa
faktor yang menginduksi neovaskularisasi adalah basic epithelial growth factor
(bFGF) dan vascular endothelial growth factor (VEGF).24
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dycotyledonae
Bangsa
: Sapindales
Suku
: Sapindaceae
Marga
: Sapindus
Spesies
: Sapindus rarak
Disamping itu, ekstrak lerak mempunyai efek antibakteri dan dan antifungal
yang telah dibuktikan dengan beberapa penelitian. Ekstrak lerak 0,01% telah terbukti
memiliki efek antibakteri terhadap Streptococus mutan7 dan antifungal terhadap
Candida albicans8 lebih baik dari NaOCl 5%. Penelitian lain menunjukkan bahwa
nilai MBC ekstak lerak terhadap E.faecalis adalah 25%.9 Nilai MIC larutan ekstrak
lerak terhadap Fusobacterium nucleatum adalah 0,25% dan larutan saponin buah
lerak adalah 0,01%.10