PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang
strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Pada saat krisis ekonomi yang
terjadi tahun 1997, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi
bahkan berhenti aktifitasnya, sektor UMKM terbukti lebih tangguh dalam
menghadapi krisis tersebut. Peranan UMKM, terutama sejak krisis ekonomi dapat
dipandang sebagai katup pengaman dalam proses pemulihan ekonomi nasional,
baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi nasional maupun penyerapan
tenaga kerja. Suryadharma Ali (2008) menyatakan bahwa UMKM merupakan
benteng pertahanan ekonomi nasional sehingga bila sektor tersebut diabaikan
sama artinya tidak menjaga benteng pertahanan Indonesia.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan peranan serta
kelembagaan UMKM dalam perekonomian nasional, maka pemberdayaan
tersebut perlu dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha,
dan Masyarakat secara menyeluruh, sinergis dan berkesinambungan. Untuk
mewujudkan hal tersebut maka Pemerintah mengesahkan UU No 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Undang-undang ini disusun dengan
maksud untuk memberdayakan usaha mikro kecil dan menengah.
Walaupun usaha mikro kecil menengah telah menunjukkan peranannya
dalam perekonomian nasional namun masih menghadapi berbagai hambatan dan
1
Universitas Sumatera Utara
kendala. Pada dasarnya hambatan dan kendala yang dihadapi para pelaku UMKM
dalam meningkatkan kemampuan usaha sangat kompleks dan meliputi berbagai
aspek yang mana satu dengan yang lainnya saling berkaitan antara lain: kurangnya
permodalan baik jumlah maupun sumbernya, kurangnya kemampuan manajerial
dan keterampilan beroperasi serta tidak adanya bentuk formil dari perusahaan,
lemahnya organisasi dan terbatasnya pemasaran. Disamping itu terdapat juga
persaingan yang kurang sehat dan desakan ekonomi sehingga mengakibatkan
ruang lingkup usaha menjadi terbatas. Beragamnya hambatan dan kendala yang
dihadapi UMKM, tampaknya masalah permodalan masih merupakan salah satu
faktor kritis bagi UMKM, baik untuk pemenuhan kebutuhan modal kerja maupun
modal investasi dalam pengembangan usaha.
Untuk mengatasi persoalan yang dihadapi UMKM, Bapak Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono meluncurkan kredit bagi UMKM dan Koperasi dengan pola
penjaminan pada tanggal 5 November 2007 di lantai 21 gedung kantor pusat BRI
dengan nama Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR dapat diakses oleh UMKM dan
koperasi yang memiliki usaha yang layak namun belum bankable atau
berkembang pesat. Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis
yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan.
KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber
dananya berasal sepenuhnya dari dana bank. Pemerintah memberikan penjaminan
terhadap resiko KUR sebesar 70% sementara sisanya sebesar 30% ditanggung
oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan untuk meningkatkan akses
UMKM pada sumber pembiayaan. Dengan adanya KUR, para pelaku UMKM
dapat meminjam modal hanya dengan jaminan kelayakan usaha dan diharapkan
kepada pelaku UMKM tersebut dapat mengembangkan usahanya. Tahap awal
program, KUR ini disediakan hanya terbatas oleh bank-bank yang ditunjuk oleh
pemerintah saja, yaitu : Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia
(BNI), Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Bank Tabungan Negara dan Bank
Bukopin. Penyaluran pola penjaminan difokuskan pada lima sektor usaha, yaitu
pertanian, perikanan dan kelautan, koperasi, kehutanan, serta perindustrian dan
perdagangan. KUR ini ditujukan untuk membantu ekonomi usaha rakyat kecil
dengan cara memberi pinjaman untuk usaha yang didirikannya. Atas diajukannya
permohonan peminjaman kredit tersebut, tentu saja harus mengikuti berbagai
prosedur yang ditetapkan oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, pemohon harus
mengetahui hak dan kewajiban yang akan timbul dari masing-masing pihak yaitu
debitur dan kreditur dengan adanya perjanjian KUR, mengingat segala sesuatu
dapat saja timbul menjadi suatu permasalahan apabila tidak ada pengetahuan yang
cukup tentang KUR.
Kredit yang diberikan oleh pemerintah melalui program KUR ini,
diharapkan sesuai dengan kemampuan UMKM khususnya bagi usaha mikro dan
kecil (UMK). Pelaksanaan dari KUR ini diharapkan dapat menjadi solusi dari
permasalahan yang dihadapi oleh UMK dalam mendapatkan tambahan modal
usaha yang mereka butuhkan dengan kredit yang terjangkau dan prosedur yang
sederhana. Dengan tambahan modal yang didapatkan oleh UMK, diharapkan
dapat meningkatkan pendapatan serta mengembangkan usaha yang dimiliknya.
2011
2012
2013
KUR Mikro
313 orang
449 orang
614 orang
KUR Ritel
165 orang
432 orang
583 orang
Pada saat ini sudah 1.197 pedagang UMK yang mendapatkan dana KUR
dari Bank Nagari Cabang Bukittinggi, tercatat 51 persen di antaranya dari
kalangan pengusaha mikro (pedagang kaki lima, pedagang asongan, warung di
rumah tangga serta pedagang kecil lainnya dengan besaran KUR Rp 20 juta ke
bawah tanpa agunan). Sementara lebih dar 48 persen lagi terdiri dari
pengusahakecil ke atas yang beraktifitas di berbagai toko di Pasar Simpang Aur,
Pasar Bawah dan Pasar Atas, dengan besaran kredit beragunan yang dikucurkan
Rp 20 juta ke atas. (http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=13745 diakses pada tanggal
12 November 2013 pukul 21.05 WIB).
besar yang dimiliki pengusaha yang layak untuk dikembangkan, maka atas dasar
pemaparan tersebut penulis menetapkan judul Pengaruh Kredit Usaha Rakyat
(KUR) Terhadap Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kota
Bukittinggi (Studi pada PT. Bank Nagari Cabang Bukittinggi).
1.2 Perumusan Masalah
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya
dengan apa yang benar benar terjadi. Jadi untuk mengarahkan penelitian dan
memperlancar data dan fakta ke dalam bentuk penulisan ilmiah, maka perlu
perumusan masalah dengan jelas, sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan
kajian dan pedoman arah penelitian. Setiap penelitian dimulai dengan perumusan
masalah, yaitu yang memberikan gambaran adanya sesuatu yang perlu
diselesaikan. Masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan
antara pengalaman dengan kenyataan, anatar apa yang direncanakan dengan
kenyataan, adanya pengaduan dan kompetisi (Sugiyono, 2005: 32). Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi perumusan
masalah penelitian ini adalah Seberapa Besar Pengaruh Kredit Usaha Rakyat
(KUR) Terhadap Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kota
Bukittinggi?.
1.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan tentunya mempunyai sasaran yang hendak
dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui
sebelumnya. Suatu riset khusus dalam ilmu pengetahuan empiris pada umumnya
melihat
pengaruh
Kredit
Usaha
Rakyat
(KUR)
terhadap
berpikir
ilmiah,
sistematis
dan
kemampuan
untuk
untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga,
imbalan atau pembagian hasil keuntungannya.
Menurut Hasibuan (2008:87), kredit adalah semua jenis pinjaman yang
harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati. Jadi dapat disimpulkan bahwa kredit adalah pemberian
sesuatu yang berharga kepada pihak lain, apakah uang, barang atau jasa dengan
janji, bahwa di hari tertentu penerimanya akan membayarnya secara
ekivalen/sebanding.
Tujuan pemberian kredit tidak terlepas dari misi pendirian suatu bank.
Adapun tujuan utama pemberian kredit yaitu:
1. Mencari keuntungan, tujuannnya untuk memperoleh hasil dari pemberian
kredit tersebut.
2. Membantu usaha nasabah, tujuannya untuk membantu usaha nasabah yang
memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja.
3. Membantu pemerintah, semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak
perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti
adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor (Kasmir, 2007:95).
1.5.1.2 Unsur-Unsur Kredit
Setiap pemberian kredit sebenarnya jika dijabarkan secara mendalam
mengandung beberapa arti. Jadi dengan menyebutkan kata kredit sudah
terkandung beberapa arti atau dengan kata lain pengertian kata kredit jika dilihat
secara utuh mengandung beberapa makna. Sehingga jika kita bicara kredit maka
e. Balas Jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang
dikenal dengan nama bunga.
1.5.1.3 Jenis-Jenis Kredit
Beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan
jenis kreditnya. Dalam praktiknya kredit yang ada terdiri dari beberapa jenis,
begitu pula dengan pemberian fasilitas kredit oleh bank kepada masyarakat.
Pemberian fasilitas kredit oleh bank dikelompokan kedalam jenis yang masingmasing dilihat dari berbagai segi. Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai
sasaran atau tujuan tertentu mengingat setiap usaha memiliki berbagai
karakteristik tertentu.
Jenis-jenis kredit menurut Kasmir (2010: 103-106) yang diberikan oleh
bank dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain:
1. Kredit dilihat dari segi tujuannya
a. Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk dikonsumsi
secara pribadi
b. Kredit Produktif, yaitu kredit yang diberikan untuk meningkatkan
usaha atau produksi atau investasi
c. Kredit Perdagangan, yaitu kredit yang diberikan kepada pedagang dan
digunakan untuk membiayai aktivitas perdagangannya seperti untuk
membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil
penjualan barang dagang tersebut.
sehingga
dapat
meningkatkan
produksi
dalam
operasionalnya.
b. Kredit Investasi, yaitu kredit jangka menengah atau jangka panjang
yang diberikan oleh suatu bank untuk melakukan investasi atau
penanaman modal, yang ditujukan untuk memperluas usahanya atau
membangun proyek/pabrik baru untuk keperluan rahabilitasi.
Usaha
Rakyat,
yang
selanjutnya
disingkat
KUR,
adalah
kredit/pembiayaan modal kerja dan atau investasi yang khusus diperuntukkan bagi
Usaha Mikro Kecil Menengah dan koperasi (UMKMK) di bidang usaha produktif
yang usahanya layak (feasible) namun mempunyai keterbatasan dalam
pemenuhan
persyaratan
yang
ditetapkan
Perbankan
(belum bankable)
Pengertian
KUR
dalam
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
Nota
Kesepahaman
Bersama
tentang
Penjaminan
Linkage
dengan
plafond
kredit
maksimal
Rp
4. Nasabah hanya diperbolehkan menikmati satu jenis KUR, yaitu KUR modal
kerja saja atau KUR investasi saja. Dengan demikian nasabah tidak
diperbolehkan menikmati secara bersamaan antara modal kerja dengan KUR
investasi.
5. Kredit dapat diperbaharui dan/atau diperpanjang, sepanjang sesuai dengan
persyaratan kriteria batasan pola pemberian, plafond, jangka waktu dan
lainnya yang diatur dalam peraturan pelaksanaan ini.
6. Debitur yang sedang menikmati KUR tidak diperbolehkan diberikan
tambahan pinjaman dengan skim kredit komersial selain KUR (skim nonKUR) baik program maupun non program.
Apabila debitur yang sedang menikmati KUR ingin pindah (migrasi) ke
kredit skim komersial selain KUR (skim non-KUR), baik program maupun non
program, maka debitur harus melunasi KUR yang sedang berjalan tersebut
terlebih dahulu.
1.5.2.3 Ketentuan Penyaluran Kredit Usaha Rakyat
Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) diatur oleh pemerintah melalui
Peraturan Menteri Keuangan No. 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan
Kredit Usaha Rakyat yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No.
10/PMK.05/2009. Beberapa ketentuan yang dipersyaratkan oleh pemerintah
dalam penyaluran KUR adalah sebagai berikut :
1. UMKM-K yang dapat menerima fasilitas penjaminan adalah usaha
produktif yang feasible namun belum bankable dengan ketentuan :
Manfaat dari disalurkannya dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini sendiri
adalah untuk memberi kesempatan bagi masyarakat untuk dapat mengembangkan
usaha yang dimilikinya. Bagi para masyarakat yang memiliki usaha tetapi
terkendala di bidang modal untuk dapat mengembangkan usaha yang dimilikinya
dapat mengajukan permohonan kredit dan mendapatkan pinjaman. Dengan begitu,
usaha yang dimiliki oleh mereka akan dapat lebih maju dan berkembang baik itu
dari segi produksi, pemasaran serta untung yang diperoleh kemudian.
1.5.3 Konsep Usaha Mikro dan Kecil
1.5.3.1 Usaha Mikro
Usaha Mikro sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yaitu
usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.
Adapun kriteria usaha Mikro dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, antara lain:
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 300.000.000,00
Karakteristik-karakteristik usaha mikro adalah sebagai berikut :
1. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat
berganti,
2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat,
3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan
tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha,
4. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha
yang memadai,
5. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah,
6. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka
sudah akses ke lembaga keuangan non bank, dan
7. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP.
Contoh usaha mikro, antara lain:
1. Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan
pembudidaya;
tentu arah. Permasalahan umum yang biasa terjadi pada Usaha Mikro dan Kecil
tersebut secara garis besar antara lain :
1. Kesulitan dalam Pemasaran
Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang paling kritis
bagi perkembangan Usaha Kecil dan Mikro. Dari hasil studi yang dilakukan
Kenneth James dan Narongchai Akrasanee pada tahun 1988 di sejumlah
Negara ASEAN, dalam bukunya menyimpulkan bahwa Usaha Mikro dan
Kecil tidak melakukan perbaikan yang cukup di semua aspek yang terkait
dengan pemasaran seperti penigkatan kualitas produk dan kegiatan promosi.
Akibatnya, sulit sekali bagi Usaha Kecil dan Mikro untuk dapat turut
berpartisipasi dalam era perdagangan bebas. Masalah pemasaran yang
dialami yaitu tekanan persaingan baik di pasar domestik dari produk yang
serupa buatan sendiri dan impor, maupun di pasar internasional, dan
kekurangan informasi yang akurat serta up to date mengenai peluang pasar
di dalam maupun luar negeri.
2. Keterbatasan Finansial
Ada dua masalah utama di dalam kegiatan Usaha Mikro dan Kecil di
Indonesia, yaitu dalam aspek finansial (mobilisasi modal awal dan akses ke
modal kerja) dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat
dibutuhkan demi pertumbuhan output jangka panjang. Walaupun pada
umunya modal awal bersumber dari modal atau tabungan sendiri atau
sumber-sumber informal, namun sumber-sumber permodalan ini sering
tidak memadai dalam kegiatan produksi maupun investasi. Walaupun
banyak skim-skim kredit dari perbankan dan bantuan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), sumber pendanaan dari sektor informal masih tetap
dominan dalam pembiayaan kegiatan Usaha Mikro dan Kecil. Hal ini
disebabkan karena lokasi bank terlalu jauh bagi pengusaha yang tinggal di
daerah, persyaratan yang terlalu berat, urusan administrasi yang rumit, dan
kurang informasi mengenai skim-skim perkreditan yang ada beserta
prosedurnya. Lagipula, sistem pembukuan yang belum layak secara teknis
perbankan menyebabkan Usaha Mikro dan Kecil juga sulit memperoleh
kredit.
3. Keterbatasan SDM
Salah satu kendala serius bagi banyak Usaha Mikro dan Kecil di Indonesia
ialah keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) terutama dalam aspekaspek entrepreneurship, manajemen, teknik produksi, pengembangan
produk, engineering design, quality control, organisasi bisnis akuntansi, data
processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Semua keahlian ini
sangat dibutuhkan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas
produk, meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam produksi,
memperluas pangsa pasar dan menembus pasar barang.
4. Masalah Bahan baku
Keterbatasan bahan baku serta kesulitan dalam memperolehnya dapat
menjadi salah satu kendala yang serius bagi pertumbuhan output ataupun
kelangsungan produksi bagi banyak Usaha Mikro dan Kecil di Indonesia.
Hal ini dapat disebabkan karena harga yang relatif mahal. Banyak
unsur, yaitu : (1) pengembangan itu sendiri bisa berupa suatu tindakan, proses
atau pernyataan dari suatu tujuan, (2) pengembangan itu bisa menunjukkan
kepada perbaikan atas sesuatu. Menurut Warren G. Bennis dalam Sutarto
(1995:416) pengembangan adalah suatu jawaban terhadap perubahan, suatu
strategi pendidikan yang kompleks yang diharapkan untuk merubah kepercayaan,
sikap, nilai dan susunan organisasi, sehinga organisasi dapat lebih baik
menyesuaikan dengan teknologi, pasar, dan tantangan yang baru serta perputaran
yang cepat dari perubahan itu sendiri.
Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dengan pengembangan
UMK adalah suatu tindakan atau proses untuk memajukan kondisi UMK ke arah
yang lebih baik, sehinga UMK dapat lebih baik menyesuaikan dengan teknologi,
pasar, dan tantangan yang baru serta perputaran yang cepat dari perubahan yang
terjadi. Pengembangan Usaha mikro dan kecil (UMK) merupakan komponen
penting dalam program pembangunan nasional untuk meletakkan landasan
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan. Adapun yang
menjadi sasaran dalam upaya pengembangan dan pembinan UMK, yaitu :
1. Tercapainya lapangan usaha dan lapangan kerja yang luas
2. Tercapainya peningkatan pendapatan masyarakat
3. Terwujudnya UMK yang semakin efesien dan mampu berkembang mandiri
4. Terwujudnya pesebaran industri yang merata
5. Tercapainya peningkatan kemampuan UMK dalam aspek penyediaan
produk jadi, bahan baku baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor.
pemerintah
pusat
dan
daerah
yang
mendukung
1.6 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2008:64) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian dinyatakan
dalam bentuk kalimat pernyataan. Pembuktian dari hipotesa tersebut memerlukan
teori yang didukung oleh data dan fakta yang jelas. Berdasarkan perumusan
masalah di atas, peneliti mengemukakan hipotesis sebagai berikut :
1. Hipotesis Alternatif
Ada pengaruh antara KUR dengan perkembangan usaha mikro dan kecil di
Kota Bukittinggi.
2. Hipotesis Nol
Tidak ada pengaruh antara KUR dengan perkembangan usaha mikro dan
kecil di Kota Bukittinggi.
1.7 Definisi Konsep
Menurut Singarimbun (1995:33) konsep adalah istilah dan definisi yang
digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan,
kelompok, atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial. Melalui konsep,
peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya
dengan
menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan
lainnya.
Untuk menghindari batasan yang lebih jelas dari masing-masing konsep
yang diteliti, maka dalam hal ini penulis mengemukakan defenisi dari konsep
yang dipergunakan, yaitu:
1. Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit atau pembiayaan modal kerja
atau investasi kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi
(UMKMK) di bidang usaha produktif dan layak namun belum bankable
dengan pemberian melalui pola langsung, secara tidak langsung dengan cara
executing/channeling dan KUR tersebut dijamin oleh Perusahaan Penjamin.
2. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria: memiliki kekayaan bersih
paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan paling
banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Sedangkan Usaha Kecil
adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimilki, dikuasai atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar
yang memenuhi kriteria : memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).
3. Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil adalah upaya yang dilakukan
untuk membantu usaha kecil dalam mengatasi kelemahan-kelemahan yang
b. Variabel terikat (Y) yaitu pengembangan Usaha Kecil dan Menengah, yang
dapat diukur melalui indikator:
1. Peningkatan produktivitas dan omset,
2. Pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan dan
pengarahan dalam mengembangkan usaha,
3. Membantu UMK dalam menjalankan usaha.
1.9 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan ini ditulis dalam enam bab, yang terdiri
dari:
BAB I
: PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis,
definisi konsep, definisi operasional dan sistematika penulisan.
BAB II
: METODE PENELITIAN
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan
sampel, teknik pengumpulan data, teknik penentuan skor dan
teknik analisis data.
BAB III
BAB IV
: PENYAJIAN DATA
Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan
atau berupa dokumen-dokumen yang akan diteliti.
BAB V
: ANALISIS DATA
Bab ini memuat pembahasan dari data-data yang telah diperoleh
kemudian diinterprestasikan dengan menggunakan korelasi
hubungan antar variabel.
BAB VI
: PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil
penelitian.