Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang
strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Pada saat krisis ekonomi yang
terjadi tahun 1997, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi
bahkan berhenti aktifitasnya, sektor UMKM terbukti lebih tangguh dalam
menghadapi krisis tersebut. Peranan UMKM, terutama sejak krisis ekonomi dapat
dipandang sebagai katup pengaman dalam proses pemulihan ekonomi nasional,
baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi nasional maupun penyerapan
tenaga kerja. Suryadharma Ali (2008) menyatakan bahwa UMKM merupakan
benteng pertahanan ekonomi nasional sehingga bila sektor tersebut diabaikan
sama artinya tidak menjaga benteng pertahanan Indonesia.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan peranan serta
kelembagaan UMKM dalam perekonomian nasional, maka pemberdayaan
tersebut perlu dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha,
dan Masyarakat secara menyeluruh, sinergis dan berkesinambungan. Untuk
mewujudkan hal tersebut maka Pemerintah mengesahkan UU No 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Undang-undang ini disusun dengan
maksud untuk memberdayakan usaha mikro kecil dan menengah.
Walaupun usaha mikro kecil menengah telah menunjukkan peranannya
dalam perekonomian nasional namun masih menghadapi berbagai hambatan dan

1
Universitas Sumatera Utara

kendala. Pada dasarnya hambatan dan kendala yang dihadapi para pelaku UMKM
dalam meningkatkan kemampuan usaha sangat kompleks dan meliputi berbagai
aspek yang mana satu dengan yang lainnya saling berkaitan antara lain: kurangnya
permodalan baik jumlah maupun sumbernya, kurangnya kemampuan manajerial
dan keterampilan beroperasi serta tidak adanya bentuk formil dari perusahaan,
lemahnya organisasi dan terbatasnya pemasaran. Disamping itu terdapat juga
persaingan yang kurang sehat dan desakan ekonomi sehingga mengakibatkan
ruang lingkup usaha menjadi terbatas. Beragamnya hambatan dan kendala yang
dihadapi UMKM, tampaknya masalah permodalan masih merupakan salah satu
faktor kritis bagi UMKM, baik untuk pemenuhan kebutuhan modal kerja maupun
modal investasi dalam pengembangan usaha.
Untuk mengatasi persoalan yang dihadapi UMKM, Bapak Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono meluncurkan kredit bagi UMKM dan Koperasi dengan pola
penjaminan pada tanggal 5 November 2007 di lantai 21 gedung kantor pusat BRI
dengan nama Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR dapat diakses oleh UMKM dan
koperasi yang memiliki usaha yang layak namun belum bankable atau
berkembang pesat. Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis
yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan.
KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber
dananya berasal sepenuhnya dari dana bank. Pemerintah memberikan penjaminan
terhadap resiko KUR sebesar 70% sementara sisanya sebesar 30% ditanggung
oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan untuk meningkatkan akses
UMKM pada sumber pembiayaan. Dengan adanya KUR, para pelaku UMKM

Universitas Sumatera Utara

dapat meminjam modal hanya dengan jaminan kelayakan usaha dan diharapkan
kepada pelaku UMKM tersebut dapat mengembangkan usahanya. Tahap awal
program, KUR ini disediakan hanya terbatas oleh bank-bank yang ditunjuk oleh
pemerintah saja, yaitu : Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia
(BNI), Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Bank Tabungan Negara dan Bank
Bukopin. Penyaluran pola penjaminan difokuskan pada lima sektor usaha, yaitu
pertanian, perikanan dan kelautan, koperasi, kehutanan, serta perindustrian dan
perdagangan. KUR ini ditujukan untuk membantu ekonomi usaha rakyat kecil
dengan cara memberi pinjaman untuk usaha yang didirikannya. Atas diajukannya
permohonan peminjaman kredit tersebut, tentu saja harus mengikuti berbagai
prosedur yang ditetapkan oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, pemohon harus
mengetahui hak dan kewajiban yang akan timbul dari masing-masing pihak yaitu
debitur dan kreditur dengan adanya perjanjian KUR, mengingat segala sesuatu
dapat saja timbul menjadi suatu permasalahan apabila tidak ada pengetahuan yang
cukup tentang KUR.
Kredit yang diberikan oleh pemerintah melalui program KUR ini,
diharapkan sesuai dengan kemampuan UMKM khususnya bagi usaha mikro dan
kecil (UMK). Pelaksanaan dari KUR ini diharapkan dapat menjadi solusi dari
permasalahan yang dihadapi oleh UMK dalam mendapatkan tambahan modal
usaha yang mereka butuhkan dengan kredit yang terjangkau dan prosedur yang
sederhana. Dengan tambahan modal yang didapatkan oleh UMK, diharapkan
dapat meningkatkan pendapatan serta mengembangkan usaha yang dimiliknya.

Universitas Sumatera Utara

Kota Bukittinggi merupakan daerah yang potensial untuk penyaluran KUR,


karena sebagian besar usaha produktif di Bukittinggi terdiri dari Usaha Mikro dan
Kecil. Dengan keikutsertaan Bank Nagari sebagai Bank Pelaksana KUR
diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pengembangan sektor riil dan
program-program pengentasan kemiskinan, pengurangan tingkat pengangguran
dan perluasan lapangan pekerjaan serta peningkatan taraf hidup masyarakat.
Tabel 1.1 Jumlah Peminjam KUR Bank Nagari Tahun 2011-2013
Jenis KUR

2011

2012

2013

KUR Mikro

313 orang

449 orang

614 orang

KUR Ritel

165 orang

432 orang

583 orang

Sumber : Data diolah dari hasil penelitian, 2014

Pada saat ini sudah 1.197 pedagang UMK yang mendapatkan dana KUR
dari Bank Nagari Cabang Bukittinggi, tercatat 51 persen di antaranya dari
kalangan pengusaha mikro (pedagang kaki lima, pedagang asongan, warung di
rumah tangga serta pedagang kecil lainnya dengan besaran KUR Rp 20 juta ke
bawah tanpa agunan). Sementara lebih dar 48 persen lagi terdiri dari
pengusahakecil ke atas yang beraktifitas di berbagai toko di Pasar Simpang Aur,
Pasar Bawah dan Pasar Atas, dengan besaran kredit beragunan yang dikucurkan
Rp 20 juta ke atas. (http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=13745 diakses pada tanggal
12 November 2013 pukul 21.05 WIB).

Melihat keberadaan sektor UMK yang dikelola oleh pengusaha golongan


ekonomi lemah (pengusaha kecil) dan permasalahan yang dihadapi pengusaha
terutama tentang keterbatasan dana (keterbatasan modal), serta melihat potensi

Universitas Sumatera Utara

besar yang dimiliki pengusaha yang layak untuk dikembangkan, maka atas dasar
pemaparan tersebut penulis menetapkan judul Pengaruh Kredit Usaha Rakyat
(KUR) Terhadap Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kota
Bukittinggi (Studi pada PT. Bank Nagari Cabang Bukittinggi).
1.2 Perumusan Masalah
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya
dengan apa yang benar benar terjadi. Jadi untuk mengarahkan penelitian dan
memperlancar data dan fakta ke dalam bentuk penulisan ilmiah, maka perlu
perumusan masalah dengan jelas, sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan
kajian dan pedoman arah penelitian. Setiap penelitian dimulai dengan perumusan
masalah, yaitu yang memberikan gambaran adanya sesuatu yang perlu
diselesaikan. Masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan
antara pengalaman dengan kenyataan, anatar apa yang direncanakan dengan
kenyataan, adanya pengaduan dan kompetisi (Sugiyono, 2005: 32). Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi perumusan
masalah penelitian ini adalah Seberapa Besar Pengaruh Kredit Usaha Rakyat
(KUR) Terhadap Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kota
Bukittinggi?.
1.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan tentunya mempunyai sasaran yang hendak
dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui
sebelumnya. Suatu riset khusus dalam ilmu pengetahuan empiris pada umumnya

Universitas Sumatera Utara

bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu ilmu


pengetahuan itu sendiri. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR)
pada Bank Nagari.
2. Untuk mengetahui hambatan dalam pengembangan Usaha Mikro dan Kecil
(UMK) di Kota Bukittinggi.
3. Untuk

melihat

pengaruh

Kredit

Usaha

Rakyat

(KUR)

terhadap

pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) di Kota Bukittinggi.


1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dimaksud dalam hal ini mencakup hal-hal sebagai
berikut:
1. Secara subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan

berpikir

ilmiah,

sistematis

dan

kemampuan

untuk

menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori


dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.
2. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara mengenai program Kredit Usaha
Rakyat.
3. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan atau
sumbangan pemikiran dalam peningkatan usaha mikro dan kecil yang
dikelola oleh pengusaha kecil.

Universitas Sumatera Utara

1.5 Kerangka Teori


Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya teori yang akan menjadi
landasan teoritis dan menjadi pedoman dalam melaksanakan penelitian dan bukan
sekedar penelitian coba-coba (trial and error ). Menurut Hoy dan Miskel, teori
adalah seperangkap konsep, asumsi dan generalisasi yang dapat digunakan untuk
mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi (Sugiyono,
2005:55). Selanjutnya, kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat
peneliti memberikan penjelasan tentang hal hal yang berhubungan dengan
variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian
(Arikunto, 2006:92). Berdasarkan rumusan di atas, maka penulis akan
mengemukakan beberapa teori, gagasan ataupun pendapat yang akan dijadikan
sebagai titik tolak landasan berpikir dalam penelitian ini.
1.5.1 Konsep Kredit
1.5.1.1 Pengertian Kredit
Kata kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan.
Kepercayaan yang dimaksud di dalam perkreditan adalah antara si pemberi dan si
pemenerima kredit. Kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang dan barang)
dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu mendatang
(Simorangkir, 2004:100). Dalam Undang-undang Perbankan nomor 10 tahun
1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan kesepakatan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam

Universitas Sumatera Utara

untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga,
imbalan atau pembagian hasil keuntungannya.
Menurut Hasibuan (2008:87), kredit adalah semua jenis pinjaman yang
harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati. Jadi dapat disimpulkan bahwa kredit adalah pemberian
sesuatu yang berharga kepada pihak lain, apakah uang, barang atau jasa dengan
janji, bahwa di hari tertentu penerimanya akan membayarnya secara
ekivalen/sebanding.
Tujuan pemberian kredit tidak terlepas dari misi pendirian suatu bank.
Adapun tujuan utama pemberian kredit yaitu:
1. Mencari keuntungan, tujuannnya untuk memperoleh hasil dari pemberian
kredit tersebut.
2. Membantu usaha nasabah, tujuannya untuk membantu usaha nasabah yang
memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja.
3. Membantu pemerintah, semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak
perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti
adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor (Kasmir, 2007:95).
1.5.1.2 Unsur-Unsur Kredit
Setiap pemberian kredit sebenarnya jika dijabarkan secara mendalam
mengandung beberapa arti. Jadi dengan menyebutkan kata kredit sudah
terkandung beberapa arti atau dengan kata lain pengertian kata kredit jika dilihat
secara utuh mengandung beberapa makna. Sehingga jika kita bicara kredit maka

Universitas Sumatera Utara

termasuk membicarakan unsur-unsur yang terkandung didalamnya. Menurut


Kasmir (2007:94) unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas
kredit yaitu:
a. Kepercayaan
Kepercayaan dari si pemberi kredit bahwa kredit yang diberikannya (berupa
uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu
di masa yang akan datang.
b. Kesepakatan
Kesepakatan dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing
pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
c. Jangka waktu
Suatu masa yang memisahkan antara pemberi kredit dengan penerima kredit
yang mana dana tersebut akan diterima pada masa yang akan datang. Jangka
waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati, biasa
berbentuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
d. Resiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu
resiko tidak tertagihnya atau macetnya pemberian kredit. Suatu resiko yang
akan dihadapi sebagai akibat dari jangka waktu yang memisahkan antara
pemberi kredit dengan penerima kredit yang akan diterima kemudian hari.
Semakin lama jangka waktu pemberian kredit, maka semakin besar tingkat
resikonya. Dengan adanya resiko dalam pemberian kredit, maka dapat
menimbulkan jaminan dalam pemberian kredit.

Universitas Sumatera Utara

e. Balas Jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang
dikenal dengan nama bunga.
1.5.1.3 Jenis-Jenis Kredit
Beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan
jenis kreditnya. Dalam praktiknya kredit yang ada terdiri dari beberapa jenis,
begitu pula dengan pemberian fasilitas kredit oleh bank kepada masyarakat.
Pemberian fasilitas kredit oleh bank dikelompokan kedalam jenis yang masingmasing dilihat dari berbagai segi. Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai
sasaran atau tujuan tertentu mengingat setiap usaha memiliki berbagai
karakteristik tertentu.
Jenis-jenis kredit menurut Kasmir (2010: 103-106) yang diberikan oleh
bank dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain:
1. Kredit dilihat dari segi tujuannya
a. Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk dikonsumsi
secara pribadi
b. Kredit Produktif, yaitu kredit yang diberikan untuk meningkatkan
usaha atau produksi atau investasi
c. Kredit Perdagangan, yaitu kredit yang diberikan kepada pedagang dan
digunakan untuk membiayai aktivitas perdagangannya seperti untuk
membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil
penjualan barang dagang tersebut.

Universitas Sumatera Utara

2. Kredit dilihat dari jangka waktunya


a. Kredit Jangka Pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum
1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja
b. Kredit Jangka Menengah, yaitu kredit yang berjangka waktu 1 sampai
3 tahun dan biasanya digunakan untuk melakukan investasi
c. Kredit Jangka Panjang, yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3
tahun.
3. Kredit dilihat dari segi jaminannya
a. Kredit Tanpa Jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan
barang atau orang tertentu.
b. Kredit Jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan menggunakan
suatu jaminan. Jaminan tersebut dapat berupa barang berwujud atau
tidak berwujud atau jaminan orang.
4. Kredit dari segi kegunaanya
a. Kredit Modal Kerja, yaitu kredit berjangka waktu pendek yang
diberikan oleh suatu bank untuk membiayai kebutuhan modal kerja
perusahaan

sehingga

dapat

meningkatkan

produksi

dalam

operasionalnya.
b. Kredit Investasi, yaitu kredit jangka menengah atau jangka panjang
yang diberikan oleh suatu bank untuk melakukan investasi atau
penanaman modal, yang ditujukan untuk memperluas usahanya atau
membangun proyek/pabrik baru untuk keperluan rahabilitasi.

Universitas Sumatera Utara

1.5.1.4 Fungsi dan Manfaat Kredit


Menurut Firdaus, H. Rachmat dan Maya Ariyanti (2003 : 5-6) menyatakan :
Fungsi kredit dewasa ini pada dasarnya ialah pemenuhan jasa untuk melayani
kebutuhan masyarakat (to serve the society) dalam rangka mendorong dan
melancarkan perdagangan, mendorong dan melancarkan produksi, jasa-jasa dan
bahkan konsumsi yang kesemuanya itu pada akhirnya ditujukan untuk menaikkan
taraf hidup rakyat banyak. Hal yang sama dijelaskan juga oleh Kasmir (2010:
101), fungsi dari kredit adalah sebagai berikut: (1) untuk meningkatkan daya guna
uang, (2) untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, (3) untuk
meningkatkan daya guna uang, (4) untuk meningkatkan peredaran barang, (5)
sebagai alat stabilisasi ekonomi, (6) untuk meningkatkan pemerataan pendapatan,
(7) untuk meningkatkan kegairahan usaha, (8) untuk meningkatkan hubungan
internasional.
Manfaat kredit dilihat dari pihak-pihak yang berkepentingan antara lain
(Hasibuan, 2008:88-90):
1. Manfaat kredit bagi bank, antara lain:
a. Bank memperoleh pendapatan berupa bungan yang diterima dari
debitur, sehingga akan meningkatkan laba bank.
b. Dengan menyalurkan kredit, bank sekaligus dapat memasarkan
produk-produk pelayanan perbankan yang lainnya.
c. Bank memperoleh keuntungan dibidang sumber daya manusia
khususnya dalam dunia kredit perbankan, sehingga dimasa yang akan
datang akan memiliki tenaga tenaga perkreditan yang berkualitas.

Universitas Sumatera Utara

2. Manfaat kredit bagi pemerintah atau negara, antara lain;


a. Kredit bank dapat dipakai sebagai alat untuk mendorong laju
perekonomian nasional.
b. Kredit dapat dijadikan alat pengendali moneter.
c. Kredit dapat meningktkan lapangan usaha atau pekerjaan.
d. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan.
e. Dapat meningkatkan pendapatan negara malalui pajak dari bunga.
3. Manfaat kredit bagi masyarakat luas, antara lain;
a. Dengan adanya kredit akan meningkatkan perluasan lapangan kerja
sehingga akan mengurangi penganguran.
b. Untuk kelompok masyarakat yang memiliki keahlian dan profesi
tertentu dapat terlibat dalam proses pemberian kredit, misalnya
sebagai konsultan kredit dan lain- lain.
4. Manfaat kredit bagi pedagang, yaitu;
a. Sebagai sumber permodalan untuk menjaga kelangsungan atau
meningkatkan usahanya, dengan kredit, debitur dapat meningkatkan
pengadaan barang dagangannya.
b. Dengan memperoleh kredit bank, maka secara tidak langsung akan
meningkatkan keuntungan usaha dengan adanya tambahan modal,
sehingga debitur dapat memperoleh kesempatan untuk mendapatkan
pelayanan fasilitas perbankan yang lainnya.
c. Bank akan menjaga privasi atau kerahasiaan nasabah.

Universitas Sumatera Utara

d. Dalam meningkatkan usahanya, maka jangka waktu kredit dapat


disesuaiakan dengan kebutuhan.
1.5.1.5 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit
Dalam setiap pemberian kredit atau pembiayaan bank harus memperhatikan
asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang sehat dan
berdasarkan prinsip kehati-hatian. Untuk itu sebelum memberikan kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank harus melakukan penilaian yang
seksama terhadap berbagai aspek. Menurut Kasmir (2010 : 109) terdapat prinsipprinsip pemberian kredit yang dikenal dengan prinsip 5 C yaitu :
1. Penilaian Watak (Character), tujuannya adalah untuk memberikan
keyakinan kepada bank bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan
diberikan kredit benar-benar dipercaya. Character merupakan ukuran untuk
menilai kemauan nasabah membayar kreditnya.
2. Penilaian Kemampuan (Capacity), untuk melihat kemampuan calon nasabah
dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya
mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. Sehingga pada
akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang
disalurkan.
3. Penilaian Terhadap Modal (Capital), untuk mengetahui sumber-sumber
pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai bank.
4. Penilaian Terhadap Agunan (Collateral), merupakan jaminan yang
diberikan calon nasabah baik yang berupa fisik maupun non fisik. Fungsi
jaminan adalah sebagai pelindung bank dari resiko kerugian.

Universitas Sumatera Utara

5. Penilaian Terhadap Prospek Usaha Nasabah (Condition of Economy), dalam


menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk
di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing.
1.5.1.6 Pengawasan Kredit
Pengawasan kredit merupakan langkah pengawasan terhadap fasilitas kredit
yang diberikan secara keseluruhan maupun secara individual kepada debitur
dimana apakah pelaksanaan pengawasan kredit sesuai dengan rencana yang
disusun atau tidak. Menurut Fahmi dan Lavianti, ada dua bentuk pengawasan
kredit yang dapat dilakukan oleh pihak lembaga pembiayaan yaitu:
1. Pengawasan dengan model preventif control
Pengawasan dengan model ini dilakukan oleh pihak perbankan sebelum
kredit tersebut dicairkan atau diberikan kepada calon debitur.Tujuannya
adalah untuk menghindari kesalahan yang lebih fatal di kemudian hari.
Kondisi ini mencerminkan kelengkapan berkas yang diajukan hingga tahap
survey lapangan seperti jaminan dan bentuk usaha yang dilakukan calon
debitur.
2. Pengawasan dengan model represif control
Pengawasan dalam model ini dilakukan pada saat kredit tersebut telah
diberikan kepada debitur. Pengawasan ini diberikan dengan tujuan agar
kreditur membangun kedisiplinan yang kuat untuk melunasi setiap
pinjamannnya secara tepat waktu (dalam Marantika, 2013:32).
Pengawasan kredit dilakukan oleh pihak bank sebagai salah satu upaya
menghindari kredit bermasalah di kemudian hari. Pengawasan ini meliputi

Universitas Sumatera Utara

beberapa aspek, yang meliputi keberadaan administrasi kredit yang memadai,


kewajiban debitur menyampaikan laporan-laporan usaha yang dibutuhkan,
kewajiban bagi pihak bank untuk melakukan kunjungan sewaktu-waktu ke
perusahaan yang dibiayai oleh kredit, adanya konsultasi yang terstruktur antara
pihak bank dengan debitur, dan aspek adanya suatu peringatan.
1.5.2 Konsep Kredit Usaha Rakyat
1.5.2.1 Pengertian Kredit Usaha Rakyat
Kredit

Usaha

Rakyat,

yang

selanjutnya

disingkat

KUR,

adalah

kredit/pembiayaan modal kerja dan atau investasi yang khusus diperuntukkan bagi
Usaha Mikro Kecil Menengah dan koperasi (UMKMK) di bidang usaha produktif
yang usahanya layak (feasible) namun mempunyai keterbatasan dalam
pemenuhan

persyaratan

yang

ditetapkan

Perbankan

(belum bankable)

(http://tnp2k.go.id/tanya-jawab/klaster-iii/progam-kredit-usaha-rakyat-kur/, diakses pada tanggal


16 Oktober 2013 pukul 12.20 WIB).

Pengertian

KUR

dalam

Peraturan

Menteri

Keuangan

Nomor

135/PMK.05/2008 adalah kredit atau pembiayaan kepada UMKM dalam bentuk


pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk
usaha produktif. KUR ini merupakan kredit tanpa jaminan (unsecured loan).
Pemerintah memberikan penjaminan terhadap risiko KUR sebesar 70% sementara
sisanya sebesar 30% ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan
dalam rangka meningkatkan akses UMKM pada sumber pembiayaan dalam
rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Universitas Sumatera Utara

KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber


dananya berasal sepenuhnya dari dana bank. KUR disalurkan oleh bank yang ikut
menandatangani

Nota

Kesepahaman

Bersama

tentang

Penjaminan

Kredit/Pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi


(UMKMK) yaitu Mandiri, BRI, BNI, Bukopin, BTN, dan Bank Syariah Mandiri
(BSM) serta seluruh Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang tersebar di
Indonesia. Kredit Usaha Rakyat ini penyalurannya difokuskan untuk 5 sektor,
yaitu pertanian, perikanan dan kelautan, koperasi, kehutanan, serta perindustrian
dan perdagangan.
1.5.2.2 Jenis-Jenis Kredit Usaha Rakyat
Jenis KUR yang diberikan oleh bank dapat dilihat dari berbagai segi, antara
lain :
1. Dilihat dari tujuan penggunaan
a. Investasi
KUR untuk tujuan investasi adalah KUR yang digunakan untuk
pembelian barang modal, seperti pembangunan/pembelian tempat
usaha, pembelian mesin/peralatan kerja/kendaraan, pembelian barang
modal, pembelian/pengadaan objek pembiayaan dan lain-lain.
b. Modal kerja
KUR untuk modal kerja adalah KUR yang digunakan untuk tambahan
modal kerja usaha, seperti penambahan persediaan barang dagang,
kebutuhan biaya untuk operasional usaha, pembelian/pengadaan
bahan mentah atau bahan baku usaha, dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

2. Dilihat dari jumlah kredit/pembiayaan


a. KUR Mikro yaitu KUR yang diberikan dengan plafond maksimal Rp
20.000.000,- (dua puluh juta rupiah).
b. KUR Ritel yaitu KUR yang diberikan dengan plafond diatas Rp
20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) sampai dengan maksimal Rp
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
c. KUR Linkage Pola Executing yaitu KUR yang diberikan Bank kepada
Lembaga

Linkage

dengan

plafond

kredit

maksimal

Rp

2.000.000.000,- (dua miliar rupiah), Sedangkan plafond dari lembaga


Linkage kepada end user dipersyaratkan tidak melebihi Rp
100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk setiap end user.
d. KUR Linkage Pola Channeling yaitu KUR yang diberikan Bank
kepada Lembaga Linkage dengan jumlah plafond sesuai daftar
nominatif yang diajukan dan layak menurut Bank, sepanjang limit
kredit/pembiayaan kepada masing-masing end user (debiturnya
Lembaga linkage) tidak melebihi Rp 500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah) dan jumlah plafond kredit/pembiayaan disesuaikan dengan
daftar nominatif yang diajukan oleh lembaga linkage.
Kredit Usaha Rakyat memiliki beberapa sifat yaitu sebagai berikut :
1. Kredit ditetapkan hanya untuk kategori Pinjaman dan Piutang.
2. Bersifat term loan (pinjaman berjangka) yang diberikan dengan jumlah dan
waktu yang telah ditentukan.
3. Bersifat non revolving atau tidak berulang-ulang.

Universitas Sumatera Utara

4. Nasabah hanya diperbolehkan menikmati satu jenis KUR, yaitu KUR modal
kerja saja atau KUR investasi saja. Dengan demikian nasabah tidak
diperbolehkan menikmati secara bersamaan antara modal kerja dengan KUR
investasi.
5. Kredit dapat diperbaharui dan/atau diperpanjang, sepanjang sesuai dengan
persyaratan kriteria batasan pola pemberian, plafond, jangka waktu dan
lainnya yang diatur dalam peraturan pelaksanaan ini.
6. Debitur yang sedang menikmati KUR tidak diperbolehkan diberikan
tambahan pinjaman dengan skim kredit komersial selain KUR (skim nonKUR) baik program maupun non program.
Apabila debitur yang sedang menikmati KUR ingin pindah (migrasi) ke
kredit skim komersial selain KUR (skim non-KUR), baik program maupun non
program, maka debitur harus melunasi KUR yang sedang berjalan tersebut
terlebih dahulu.
1.5.2.3 Ketentuan Penyaluran Kredit Usaha Rakyat
Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) diatur oleh pemerintah melalui
Peraturan Menteri Keuangan No. 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan
Kredit Usaha Rakyat yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No.
10/PMK.05/2009. Beberapa ketentuan yang dipersyaratkan oleh pemerintah
dalam penyaluran KUR adalah sebagai berikut :
1. UMKM-K yang dapat menerima fasilitas penjaminan adalah usaha
produktif yang feasible namun belum bankable dengan ketentuan :

Universitas Sumatera Utara

a. Merupakan debitur baru yang belum pernah mendapat kredit/


pembiayaan dari perbankan yang dibuktikan dengan melalui Sistem
Informasi Debitur (SID) pada saat Permohonan Kredit/Pembiayaan
diajukan dan/ atau belum pernah memperoleh fasilitas Kredit Program
dari Pemerintah
b. Khusus untuk penutupan pembiayaan KUR antara tanggal Nota
Kesepakatan Bersama (MoU) Penjaminan KUR dan sebelum
addendum I (tanggal 9 Oktober 2007 s.d. 14 Mei 2008), maka fasilitas
penjaminan dapat diberikan kepada debitur yang belum pernah
mendapatkan pembiayaan kredit program lainnya
c. KUR yang diperjanjikan antara Bank Pelaksana dengan UMKM-K
yang bersangkutan.
2. KUR disalurkan kepada UMKM-K untuk modal kerja dan investasi dengan
ketentuan :
a. Untuk kredit sampai dengan Rp. 5 juta, tingkat bunga kredit atau
margin pembiayaan yang dikenakan maksimal sebesar atau setara
24% efektif pertahun
b. Untuk kredit di atas Rp. 5 juta rupiah sampai dengan Rp. 500 juta,
tingkat bunga kredit atau margin pembiayaan yang dikenakan
maksimal sebesar atau setara 16% efektif pertahun.
3. Bank pelaksana memutuskan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR)
berdasarkan penilaian terhadap kelayakan usaha sesuai dengan asas-asas

Universitas Sumatera Utara

perkreditan yang sehat, serta dengan memperhatikan ketentuan yang


berlaku.
Penyaluran dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dilakukan ini memiliki
tujuan penyaluran yaitu:
a. Mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan Usaha Mikro,
Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK)
b. Meningkatkan akses pembiayaan dan mengembangkan Usaha Mikro, Kecil,
Menengah (UMKM) dan koperasi kepada Lembaga Keuangan.
c. Sebagai upaya penganggulangan atau pengentasan kemiskinan dan
perluasan kesempatan kerja (http://tnp2k.go.id/tanya-jawab/klaster-iii/progam-kreditusaha-rakyat-kur/, diakses pada tanggal 16 Oktober 2013 pukul 12.20 WIB).

Manfaat dari disalurkannya dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini sendiri
adalah untuk memberi kesempatan bagi masyarakat untuk dapat mengembangkan
usaha yang dimilikinya. Bagi para masyarakat yang memiliki usaha tetapi
terkendala di bidang modal untuk dapat mengembangkan usaha yang dimilikinya
dapat mengajukan permohonan kredit dan mendapatkan pinjaman. Dengan begitu,
usaha yang dimiliki oleh mereka akan dapat lebih maju dan berkembang baik itu
dari segi produksi, pemasaran serta untung yang diperoleh kemudian.
1.5.3 Konsep Usaha Mikro dan Kecil
1.5.3.1 Usaha Mikro
Usaha Mikro sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yaitu

Universitas Sumatera Utara

usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.
Adapun kriteria usaha Mikro dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, antara lain:
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 300.000.000,00
Karakteristik-karakteristik usaha mikro adalah sebagai berikut :
1. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat
berganti,
2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat,
3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan
tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha,
4. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha
yang memadai,
5. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah,
6. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka
sudah akses ke lembaga keuangan non bank, dan
7. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP.
Contoh usaha mikro, antara lain:
1. Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan
pembudidaya;

Universitas Sumatera Utara

2. Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengolahan kayu dan


rotan,industri pandai besi pembuat alat-alat;
3. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dll.;
4. Peternakan ayam, itik dan perikanan;
5. Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit
(konveksi).
Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen pasar
yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi
intermediasi-nya karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik
yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain :
1. Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana
yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap
berjalan bahkan terus berkembang
2. Tidak sensitive terhadap suku bunga
3. Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter
4. Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan
asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.
Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih banyak usaha mikro yang
sulit memperoleh layanan kredit perbankan karena berbagai kendala baik pada sisi
usaha mikro maupun pada sisi perbankan sendiri.
Profil usaha mikro yang selama ini berhubungan dengan Lembaga
Keuangan, adalah:
1. Tenaga kerja, mempekerjakan 1-5 orang termasuk anggota keluarganya.

Universitas Sumatera Utara

2. Aktiva Tetap, relatif kecil, karena labor-intensive.


3. Lokasi, di sekitar rumah, biasanya di luar pusat bisnis.
4. Pemasaran, tergantung pasar lokal dan jarang terlibat kegiatan eksporimpor.
5. Manajemen, ditangani sendiri dengan teknik sederhana.
6. Aspek hukum: beroperasi di luar ketentuan yang diatur hukum, seperti:
perijinan, pajak, perburuhan, dan lain-lain.
Jika melihat sekeliling kita, banyak sekali usaha mikro yang terus berjalan.
Waktu telah menunjukkan bahwa pada saat krisis ekonomi terjadi di Indonesia,
maka usaha mikro termasuk usaha yang tahan dalam menghadapi krisis, karena
biasanya tidak mendapat pinjaman dari luar, pasar domestik, biaya tenaga kerja
murah karena dibantu oleh anggota keluarga dan rata-rata usaha mikro banyak
yang telah bertahan lebih dari 8 tahun, dan tetap bertahan, bahkan ada yang
memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun.
1.5.3.2 Usaha Kecil
Usaha kecil merupakan usaha yang integral dalam dunia usaha nasional
yang memiliki kedudukan, potensi, dan peranan yang signifikan dalam
mewujudkan tujuan pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan
ekonomi pada khususnya. Selain itu, usaha kecil juga merupakan kegiatan usaha
dalam memperluas lapangan pekerjaan dan memberikan pelayanan ekonomi yang
luas, agar dapat mempercapat proses pemerataan dan pendapatan ekonomi
masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Definisi usaha kecil dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20


Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yaitu usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan yang
dilakukan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang. Adapun
kriteria usaha kecil dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, antara lain:
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 sampai dengan
paling banyak Rp 500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 sampai
dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00
Perbedaan usaha kecil dengan usaha lainnya, seperti usaha menengah dan
usaha kecil, dapat dilihat dari:
1. Usaha kecil tidak memiliki sistem pembukuan, yang menyebabkan
pengusaha kecil tidak memiliki akses yang cukup menunjang terhadap jasa
perbankan.
2. Pengusaha kecil memiliki kesulitan dalam meningkatkan usahanya, karena
teknologi yang digunakan masih bersifat semi modern, bahkan masih
dikerjakan secara tradisional.

Universitas Sumatera Utara

3. Terbatasnya kemampuan pengusaha kecil dalam mengembangkan usahanya,


seperti: untuk tujuan ekspor barang-barang hasil produksinya.
4. Bahan-bahan baku yang diperoleh untuk kegiatan usahanya, masih relatif
sulit dicari oleh pengusaha kecil.
Secara umum bentuk usaha kecil adalah usaha kecil yang bersifat
perorangan, persekutuan atau yang berbadan hukum dalam bentuk koperasi yang
didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan para anggota, ketika menghadapi
kendala usaha. Dari bentuk usaha kecil tersebut, maka penggolongan usaha kecil
di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Usaha Perorangan. Merupakan usaha dengan kepemilikan tunggal dari jenis
usaha yang dikerjakan, yang bertanggung jawab kepada pihak ketiga/pihak
lain. maju mundurnya usahanya tergantung dari kemampuan pengusaha
tersebut dalam melayani konsumennya. harta kekayaan milik pribadi dapat
dijadikan modal dalam kegiatan usahanya.
2. Usaha Persekutuan. Penggolongan usaha kecil yang berbentuk persekutuan
merupakan kerja sama dari pihak-pihak yang bertanggung jawab secara
pribadi terhadap kerja perusahaan dalam menjalankan bisnis.
Sedangkan, pada hakikatnya penggolongan usaha kecil, yaitu:
1. Industri kecil, seperti: industri kerajinan tangan, industry rumahan, industri
logam, dan lain sebagainya.
2. Perusahaan berskala kecil, seperti: toserba, mini market, koperasi, dan
sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

3. Usaha informal, seperti: pedagang kaki lima yang menjual barang-barang


kebutuhan pokok.
Contoh Usaha Kecil, antara lain:
1. Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja;
2. Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya;
3. Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan
rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri
kerajinan tangan;
4. Peternakan ayam, itik dan perikanan.
1.5.3.3 Permasalahan Usaha Mikro dan Kecil
Perkembangan Usaha Mikro dan Kecil dihalangi oleh banyaknya hambatan.
Hambatan-hambatan tersebut bisa berbeda di satu daerah dengan daerah lain,
antara perdesaan dan perkotaan, antarsektor, ataupun antarsesama perusahaan di
sektor yang sama. Namum demikian, ada sejumlah persoalan yang umum untuk
semua Usaha Mikro dan kecil di Negara manapun juga. Rintangan-rintangan yang
umum tersebut termasuk keterbatasan modal kerja maupun investasi, kesulitankesulitan dalam pemasaran, distribusi dan pengadaan bahan baku dan input,
keterbatasan akses ke informasi mengenai peluang pasar, keterbatasan pekerja
dengan keahlian tinggi, kualitas sumber daya manusia yang rendah, kemampuan
teknologi, biaya transportasi dan energy yang tinggi, keterbatasan komunikasi,
biaya yang tinggi akibat prosedur administrasi dan birokrasi yang kompleks,
khususnya dalam pengurusan izin usaha, dan ketidakpastian akibat peraturanperaturan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi yang tidak jelas atau tak

Universitas Sumatera Utara

tentu arah. Permasalahan umum yang biasa terjadi pada Usaha Mikro dan Kecil
tersebut secara garis besar antara lain :
1. Kesulitan dalam Pemasaran
Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang paling kritis
bagi perkembangan Usaha Kecil dan Mikro. Dari hasil studi yang dilakukan
Kenneth James dan Narongchai Akrasanee pada tahun 1988 di sejumlah
Negara ASEAN, dalam bukunya menyimpulkan bahwa Usaha Mikro dan
Kecil tidak melakukan perbaikan yang cukup di semua aspek yang terkait
dengan pemasaran seperti penigkatan kualitas produk dan kegiatan promosi.
Akibatnya, sulit sekali bagi Usaha Kecil dan Mikro untuk dapat turut
berpartisipasi dalam era perdagangan bebas. Masalah pemasaran yang
dialami yaitu tekanan persaingan baik di pasar domestik dari produk yang
serupa buatan sendiri dan impor, maupun di pasar internasional, dan
kekurangan informasi yang akurat serta up to date mengenai peluang pasar
di dalam maupun luar negeri.
2. Keterbatasan Finansial
Ada dua masalah utama di dalam kegiatan Usaha Mikro dan Kecil di
Indonesia, yaitu dalam aspek finansial (mobilisasi modal awal dan akses ke
modal kerja) dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat
dibutuhkan demi pertumbuhan output jangka panjang. Walaupun pada
umunya modal awal bersumber dari modal atau tabungan sendiri atau
sumber-sumber informal, namun sumber-sumber permodalan ini sering
tidak memadai dalam kegiatan produksi maupun investasi. Walaupun

Universitas Sumatera Utara

banyak skim-skim kredit dari perbankan dan bantuan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), sumber pendanaan dari sektor informal masih tetap
dominan dalam pembiayaan kegiatan Usaha Mikro dan Kecil. Hal ini
disebabkan karena lokasi bank terlalu jauh bagi pengusaha yang tinggal di
daerah, persyaratan yang terlalu berat, urusan administrasi yang rumit, dan
kurang informasi mengenai skim-skim perkreditan yang ada beserta
prosedurnya. Lagipula, sistem pembukuan yang belum layak secara teknis
perbankan menyebabkan Usaha Mikro dan Kecil juga sulit memperoleh
kredit.
3. Keterbatasan SDM
Salah satu kendala serius bagi banyak Usaha Mikro dan Kecil di Indonesia
ialah keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) terutama dalam aspekaspek entrepreneurship, manajemen, teknik produksi, pengembangan
produk, engineering design, quality control, organisasi bisnis akuntansi, data
processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Semua keahlian ini
sangat dibutuhkan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas
produk, meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam produksi,
memperluas pangsa pasar dan menembus pasar barang.
4. Masalah Bahan baku
Keterbatasan bahan baku serta kesulitan dalam memperolehnya dapat
menjadi salah satu kendala yang serius bagi pertumbuhan output ataupun
kelangsungan produksi bagi banyak Usaha Mikro dan Kecil di Indonesia.
Hal ini dapat disebabkan karena harga yang relatif mahal. Banyak

Universitas Sumatera Utara

pengusaha yang terpaksa berhenti dari usahanya dan berpindah profesi ke


kegiatan ekonomi lainnya akibat masalah keterbatsan bahan baku.
5. Keterbatasan Teknologi
Usaha Kecil dan Mikro di Indonesia umumnya masih menggunakan
teknologi yang tradisional, seperti mesin-mesin tua atau alat-alat produksi
yang bersifat manual. Hal ini membuat produksi menjadi rendah, efisiensi
menjadi kurang maksimal dan kualitas produk relatif rendah.
6. Kemampuan Manajemen
Kekurangmampuan pengusaha kecil untuk menentukan pola manajemen
yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap pengembangan usahanya membuat
pengelolaan usaha menjadi terbatas. Dalam hal ini, manajemen merupakan
seni yang dapat digunakan atau diterapkan dalam penyelenggaraan kegiatan
Usaha Mikro dan Kecil, baik dari unsur perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan.
7. Kemitraan
Kemitraan mengacu pada pengertian bekerja sama antara pengusaha dengan
tingkatan yang berbeda yaitu antara pengusaha kecil dan pengusaha besar.
Istilah kemitraan sendiri mengandung arti walaupun tingkatannya berbeda,
hubungan yang terjadi adalah hubungan yang setara sebagai mitra kerja.
1.5.4 Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil
Pengembangan adalah suatu tindakan, proses, hasil atau pertanyaan menjadi
labih baik (Thoha, 1997:7). Pengertian pengembangan tersebut memiliki dua

Universitas Sumatera Utara

unsur, yaitu : (1) pengembangan itu sendiri bisa berupa suatu tindakan, proses
atau pernyataan dari suatu tujuan, (2) pengembangan itu bisa menunjukkan
kepada perbaikan atas sesuatu. Menurut Warren G. Bennis dalam Sutarto
(1995:416) pengembangan adalah suatu jawaban terhadap perubahan, suatu
strategi pendidikan yang kompleks yang diharapkan untuk merubah kepercayaan,
sikap, nilai dan susunan organisasi, sehinga organisasi dapat lebih baik
menyesuaikan dengan teknologi, pasar, dan tantangan yang baru serta perputaran
yang cepat dari perubahan itu sendiri.
Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dengan pengembangan
UMK adalah suatu tindakan atau proses untuk memajukan kondisi UMK ke arah
yang lebih baik, sehinga UMK dapat lebih baik menyesuaikan dengan teknologi,
pasar, dan tantangan yang baru serta perputaran yang cepat dari perubahan yang
terjadi. Pengembangan Usaha mikro dan kecil (UMK) merupakan komponen
penting dalam program pembangunan nasional untuk meletakkan landasan
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan. Adapun yang
menjadi sasaran dalam upaya pengembangan dan pembinan UMK, yaitu :
1. Tercapainya lapangan usaha dan lapangan kerja yang luas
2. Tercapainya peningkatan pendapatan masyarakat
3. Terwujudnya UMK yang semakin efesien dan mampu berkembang mandiri
4. Terwujudnya pesebaran industri yang merata
5. Tercapainya peningkatan kemampuan UMK dalam aspek penyediaan
produk jadi, bahan baku baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor.

Universitas Sumatera Utara

Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) merupakan langkah yang


strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian
dari sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya melalui penyediaan lapangan
kerja, mengurangi kesenjangan dan tingkat kemiskinan. Dengan demikian upaya
untuk memberdayakan UMK harus terencana, sistematis dan menyeluruh yang
meliputi: (1) penciptaan iklim usaha dalam rangka membuka kesempatan
berusaha seluas-luasnya, serta menjamin kepastian usaha dan adanya efisiensi
ekonomi; (2) pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMK untuk
meningkatkan akses kepada sumber daya produktif sehingga dapat memanfaatkan
kesempatan yang terbuka dan potensi sumber daya, terutama sumber daya lokal
yang tersedia; (3) pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha
mikro dan kecil ; dan (4) pemberdayaan usaha mikro untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat yang bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi di sector
informal yang berskala usaha mikro, terutama yang masih berstatus keluarga
miskin. Inti dari pembinaan dan pengembangan UMK pada dasarnya terletak pada
upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan adanya sumber
daya manusia yang bermutu, maka UMK akan dapat tumbuh dan berkembang
menjadi UKM yang tangguh.
Kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan usaha mikro dan kecil
dalam jangka panjang bertujuan untuk meningkatkan potensi dan partisipasi
ekonomi dalam proses pembangunan nasioanal khususnya dalam rangka
mewujudkan pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan
peningkatan pendapatan sehingga dapat menurunkan angka kemiskinan.

Universitas Sumatera Utara

Usaha mikro dan kecil pada hakekatnya merupakan tanggung jawab


bersama antara pemerintah dan masyarakat. Dengan mencermati permasalahan
yang dihadapi oleh UMK, maka upaya untuk mengembangkan UMK dapat dilihat
dari dua sisi, yaitu faktor dari dalam perusahaan (faktor internal) dan faktor dari
luar perusahaan (faktor eksteral), sebagai berikut :
a. Faktor Internal
1. Meningkatkan kemampuan usaha dan kewirausahaan
2. Melakukan perencanaan usaha dan investasi dalam jangka panjang
3. Mengembangkan Research & Development
b. Faktor Eksternal
1. Menciptakan iklim yang kondusif untuk pengembangan usaha
(penyedeerhanaan perizinan dan birokrasi)
2. Mengupayakan adanya program pendampingan
3. Mengupayakan tersedianya produk-produk pendukung dalam proses
produksi
4. Mengupayakan tersedianya infra struktur sosial
5. Mengupayakan tersedianya biaya dari kredit
6. Perlu memberikan fleksibilitas dalam penerapan prinsip penyaluran
kredit, diantaranya faktor kapasitas dan kemampunan debitor dalam
menghasilkan keuntungan dan juga masalah anggunan
7. Kebijakan

pemerintah

pusat

dan

daerah

yang

mendukung

pengembangan UKM (Suseno, 2005:45-46).

Universitas Sumatera Utara

1.6 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2008:64) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian dinyatakan
dalam bentuk kalimat pernyataan. Pembuktian dari hipotesa tersebut memerlukan
teori yang didukung oleh data dan fakta yang jelas. Berdasarkan perumusan
masalah di atas, peneliti mengemukakan hipotesis sebagai berikut :
1. Hipotesis Alternatif
Ada pengaruh antara KUR dengan perkembangan usaha mikro dan kecil di
Kota Bukittinggi.
2. Hipotesis Nol
Tidak ada pengaruh antara KUR dengan perkembangan usaha mikro dan
kecil di Kota Bukittinggi.
1.7 Definisi Konsep
Menurut Singarimbun (1995:33) konsep adalah istilah dan definisi yang
digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan,
kelompok, atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial. Melalui konsep,
peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya

dengan

menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan
lainnya.
Untuk menghindari batasan yang lebih jelas dari masing-masing konsep
yang diteliti, maka dalam hal ini penulis mengemukakan defenisi dari konsep
yang dipergunakan, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1. Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit atau pembiayaan modal kerja
atau investasi kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi
(UMKMK) di bidang usaha produktif dan layak namun belum bankable
dengan pemberian melalui pola langsung, secara tidak langsung dengan cara
executing/channeling dan KUR tersebut dijamin oleh Perusahaan Penjamin.
2. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria: memiliki kekayaan bersih
paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan paling
banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Sedangkan Usaha Kecil
adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimilki, dikuasai atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar
yang memenuhi kriteria : memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).
3. Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil adalah upaya yang dilakukan
untuk membantu usaha kecil dalam mengatasi kelemahan-kelemahan yang

Universitas Sumatera Utara

dimiliki guna meningkatkan atau mengembangkan usaha sehingga dapat


meningkatkan pendapatan yang diperoleh.
1.8 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana cara mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional
adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengukur suatu variabel
(Singarimbun, 1995:46). Definisi operasional merupakan uraian dari konsep yang
sudah dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator agar lebih memudahkan
operasionalisasi dari suatu penelitian. Sedangkan indikator adalah fakta-fakta,
kejadian yang digunakan untuk mengukur suatu variabel.
Adapun indikator-indikator yang dapat mengukur variabel-variabel tersebut
antara lain, adalah:
a. Variabel bebas (X) yaitu Kredit Usaha Rakyat, yang dapat diukur melalui
indikator:
1. Kemudahan dalam memperoleh Kredit Usaha Rakyat,
2. Sosialisasi oleh petugas Bank mengenai Kredit Usaha Rakyat,
3. Ketepatan penggunaan Kredit Usaha Rakyat ,
4. Pengawasan dari petugas Bank terhadap pedagang yang menerima
kredit mengetahui sampai sejauh mana Kredit Usaha Rakyat mampu
membantu meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja UMK.

Universitas Sumatera Utara

b. Variabel terikat (Y) yaitu pengembangan Usaha Kecil dan Menengah, yang
dapat diukur melalui indikator:
1. Peningkatan produktivitas dan omset,
2. Pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan dan
pengarahan dalam mengembangkan usaha,
3. Membantu UMK dalam menjalankan usaha.
1.9 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan ini ditulis dalam enam bab, yang terdiri
dari:
BAB I

: PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis,
definisi konsep, definisi operasional dan sistematika penulisan.

BAB II

: METODE PENELITIAN
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan
sampel, teknik pengumpulan data, teknik penentuan skor dan
teknik analisis data.

BAB III

: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN


Bab ini memuat gambaran umum atau karakteristik lokasi
penelitian.

BAB IV

: PENYAJIAN DATA
Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan
atau berupa dokumen-dokumen yang akan diteliti.

Universitas Sumatera Utara

BAB V

: ANALISIS DATA
Bab ini memuat pembahasan dari data-data yang telah diperoleh
kemudian diinterprestasikan dengan menggunakan korelasi
hubungan antar variabel.

BAB VI

: PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil
penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai