Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Latar Belakang
Pada era modern ini, dengan kemajuan ilmu dan teknologi, para petani tidak begitu
gelisah dengan hama serangga yang menyerang tanaman pertanian mereka. Hal ini
disebabkan telah banyak produk hasil teknologi yang banyak beredar untuk membasmi hama
serangga seperti insektisida. Jenis insektisida yang saat ini banyak digunakan adalah jenis
bioinsektisida.
Bioinsektisida diperkenalkan sebagai alternatif cara baru menangani hama yang lebih
ekologis, murah, serta dapat diterima oleh para petani, yang tidak memiliki banyak dampak
negatif seperti yang ditimbulkan oleh insektisida kimia. Dalam pembuatan insektisida
pengganti, ilmu bioteknologi banyak berperan untuk membuat insektisida dari tanaman,
insektisida dari mikroba, biokontrol, penggunaan feromon dan atraktan dalam pengontrolan
hama, tanaman terproteksi.
Mikroorganisme yang dapat digunakan untuk membuat bioinsektisida adalah Bacillus
thuringiensis. Bioinsektisida berbahan bakteri Bacillus thuringiensis pada saat ini sudah
banyak ditemukan dan digunakan untuk pengendalian hama karena memiliki beberapa
kelebihan diantaranya tidak menimbulkan resistensi, tidak membunuh organisme yang
berguna, dan residunya tidak menimbulkan bahaya bagi manusia. BT merupakan bakteri
patogen terhadap serangga. Bakteri BT merupakan bakteri gram-positif berbentuk batang dan
hanya bisa tumbuh pada fase vegetatif yaitu dengan pembelahan sel. Bakteri tersebut dapat
tumbuh pada nutrient dengan jumlah yang banyak. Bakteri ini mengandung suatu protein
yang besifat toksin sehingga dapat memberantas hama-hama pada suatu tanaman. Seluruh
kristal protein bakteri hanya bersifat toksin apabila termakan oleh larva serangga. Bakteri ini
akan membentuk spora dorman (spora yang mengandung satu atau lebih jenis Kristal
protein) apabila suplai makanan mengalami penurunan.
Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui proses produksi bioinsektisida dengan
menggunakan bakteri Bacillus thuringensis aizawai. Proses produksi bioinsektisida tersebut
meliputi kultivasi padat dan kultivasi cair. Pada praktikum ini juga dilakukan pengujian
terhadap beberapa parameter, diantaranya uji pH, OD (Optical density), biomassa, dan VSC
(Viable Spore Count).
KONTEN 8
Pemanenan bioinsektisida pada pengamatan dilakukan selama 4 hari. Pada saat
pemanenan, bahan aktif insektisida Bacillus thuringiensis dipanen dengan sentrifugasi,
filtrasi, presipitasi, atau kombinasi dari proses-proses tersebut. Sentrifugasi adalah pemisahan
substansi berdasarkan berat jenis molekul dengan cara memberikan gaya sentrifugal sehingga
substansi yang lebih berat akan berada di dasar, sedangkan substansi yang lebih ringan akan
terletak di atas. Teknik sentrifugasi tersebut dilakukan di dalam sebuah mesin yang bernama
mesin sentrifugasi dengan kecepatan yang bervariasi. Filtrasi memisahkan substansi
berdasarkan ukuran dengan mendorong substansi melewati filter berupa bahan porus.
Presipitasi merupakan prosedur penambahan larutan ionik untuk membuat larutan fermentasi
menjadi bentuk partikel yang tidak larut. Presipitasi dengan cara sederhana yaitu dengan
mengubah pH dan suhu. Setelah bahan aktif insektisida diperoleh, bahan aktif tersebut
kemudian dapat diformulasikan menjadi produk flowable liquid, wettable powder, dust, atau
granular tergantung pada tipe fermentasi, segi ekonomi dari proses, dan kebutuhan formulasi
tertentu (Quinlan dan Lisansky 1985).
Daftar Pustaka
Quinlan RJ, SG Lisansky. 1985. Mikrobial Insecticides. Weinheim (DE): Verlag Chemist.