Anda di halaman 1dari 17

KONSEP DASAR ASUHAN MASA NIFAS DAN MENYUSUI

Paper ini disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah dari Dosen
Diani Aliansy, SST., M.Kes

Disusun oleh:
Mery Tarlina

D3E613005

Nuraini

D3E613007

AKADEMI KEBIDANAN MEDIKA OBGIN


Bandung
2015

BAB 1
ISI
1. Asuhan Masa Nifas
1.1 Pengertian Nifas
Masa nifas dalam bahasa latin disebut Puerpurium. Puer (bayi) parous (melahirkan),
puerpurium yang artinya masa setelah melahirkan bayi.
Ada beberapa pengertian masa nifas :
a. Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6
minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003).
b. Masa nifas adalah masa pulihnya kembali ke dalam keadaan sebelum hamil dan
masa nifas berlangsung selama kira-kira 2-6 minggu.(Maternal dan Neonatal,
2002).
c. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6
minggu. (Abdul Bari,2000:122).
Masa Nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini, yaitu 6 - 8
minggu.

1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas


1. Memulihkan kesehatan umum penderita :
a. Menyediakan makanan dan minuman sesuai kebutuhan.
b. Mengatasi apabila terjadinya anemia.
c. Mencegah infeksi dengan memerhatikan kebersihan dan sterilisas.

d. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk memperlancar


peredaran darah.
2. Menjaga dan mempertahankan kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologis.
3. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat.
5. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

1.3 Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas


Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah memberi perawatan dan dukungan
sesuai kebutuhan ibu, yaitu melalui kemitraan dengan ibu, selain itu dengan cara :
a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai
dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama
masa nifas.
b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
d. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak
dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
f. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktekkan kebersihan yang aman.

g. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan


diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses
pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi
selama priode nifas.
h. Memberikan asuhan secara professional.

1.4 Tahapan Masa Nifas


1. Puerperium dini
Merupakan masa pemulihan awal dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan. Ibu yang melahirkan per vagina tanpa komplikasi dalam 6 jam
pertama setelah kala IV dianjurkan untuk mobilisasi segera.
2. Puerperium intermedial
Suatu masa pemulihan dimana organ-organ reproduksi secara berangsur-angsur
akan kembali ke keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung selama kurang
lebih enam minggu atau 42 hari.
3. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna
terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.
Rentang waktu remote puerperium berbeda untuk setiap ibu, tergantung dari
berat ringannya komplikasi yang dialami selama hamil atau persalinan.

1.5 Kebijakan Progam Nasional Masa Nifas


Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali
melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan
kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu
nifas maupun bayinya.

1.6 Asuhan Nifas Masa Normal


Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas:
Kunjungan
Waktu
I
6-8 jam post
partum

Asuhan
Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia

uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan

serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.


Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang

cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.


Pemberian ASI awal.

Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan

bayi baru lahir.


Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.

Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka


bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru

lahir dalam keadaan baik.


II

6 hari post Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal,


partum

uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di


bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan
perdarahan.
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan
cukup cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta
tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru

III

lahir.
2 minggu post Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan
partum

IV

asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post

partum.
6 minggu post
Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama
masa nifas.
partum
Memberikan konseling KB secara dini.

2. Proses Laktasi dan Menyusui


2.1 Anatomi dan Fisiologi Payudara
Payudara terdiri dari beberapa bagian, yaitu diantaranya :

2.2 Cara Merawat Payudara


Cara-cara perawatan payudara yaitu :

1. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama bagian putting susu.
2. Menggunakan BH yang menyokong payudara
3. Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang nkeluar di sekitar
putting setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari
putting susu yang btidak lecet
4. Apabial lecet sangat berat, dapat di istirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan
dan diminumkan menggunakan sendok.
5. Untuk menghilangkan nyeri, ibu dapat minum paracetamol 1 tablet setiap 4-6
jam
6. Apabila payudara bengkak akibat

pembendungan ASI maka ibu dapat

melakukan:
a. pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat
selama 5 menit
b. urut payudara dari arah pangkal ke putting atau gunakan sisir untuk
mengurut payudara dengan arah Z menuju putting.
c. Keluarka ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga putting susus
menjadi lunak.
d. Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila bayi tidak dapat emengisap seluruh
ASI, sisanya keluarkandengan tangan
e. Letakan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
2.3 Cara Menyusui yang Benar dan Inisiasi
1. Posisi ibu dan bayi yang benar
a. Berbaring miring
Cara ini merupakan cara yang baik untuk pemberian ASI pertama kali, terutama
pada ibu yang melahirkan dengan operasi. Namun ibu harus didampingi oleh
orang lain, karena bisa saja jalan nafas bayi tertutup oleh payudara ibu.

b. Duduk
Dalam posisi menyusui duduk ibu bisa memilih berberapa posisi tangan yayng
nyaman bagi ibu. Diantaranya :

Posisi tangan memegang bola


Posisi tangan memegang doble bola
Posisi madona
Posisi tangan transisi
Posisi crisscross hold

2. Proses pendekatan bayi dengan ibu


Ibu yang melakukan cara menyusui duduk hendaknya mendapatkan sandaran
agar ibu nyaman, sehingga membantu pembentukan payudara ibu dan ibu punya
ruang untuk menggerakan bayi dengan luasa.
Sasarnanya yaitu untuk memposissikan bibir bawah bayi melekat ke putting
susu ibu, sehingga bayi dapat mengulun sebagian besar putting susu ibu .
Langkah-langkah dalam pelekatan / menyusui yang benar adalah sebagai berikut :

Keluarkan ASI sedikit untuk membersihkan putting susu sebelum menyusui.


Pegang payudara dengan c.hold di belakang areola.
Hidung bayi dan putting susu ibu berhadapan
Sentuh pipi atau hidung bayi merangsang reflek
Tunggu sampai mulut terbuka lebar dan lidah menjulur
Dekatkan bayi ke ibu dan arahkan putting susu ke atas menyusuri langit-langit

mulut bayi
Putting susu, areola dan sebagian besar gudang ASI tertangkap oleh mulut

bayi
Posisi mulut dengan pelekatan yang benar
Jika bayi dirasa sudah cukup kenyang, maka hentikan proses menyusui dengan
memasukan kelingking ke dalam mulut bayi menyusuri langit-langit mulut

bayi
Kadang bayi akan tertidur sendiri sebelum proses menyusui diakhiri (berarti
bayi merasa puas)

Tanda-tanda pelekatan yang benar :


Tampak areola masuk sebanyak mungkin, areola bagian atas lebih banyak

terlihat
Mulut terbuka lebar
Bibir atas dan bawah terputar keluar
Dagu bayi menempel pada payudara
Gudang ASI termasuk dalam jaringan yang masuk
Jaringan payudara merenggang sehingga membentuk dot yang panjang
Putting susu sekitar 1/3 bagian dot saja.
Bayi menyusu pada payudara , bukan putting susu
Lidah bayi terjulur melewati gusi bawah (di bawah gudang ASI)

Tanda-tanda pelekatan yang salah, antara lain :

Tampak sebagian besar kalang payudara areola berada di luar


Hanya putting susu atau sedikit areola yang masuk mulut bayi
Seluruh atau sebagian besar gudang ASI berada di luar mulut bayi.
Lidah tidak melewati gusi
Hanya putting susu yang menjadi dot

Bayi menyusu pada putting


Bibir bayi monyong
Bibir bawah terlipat ke dalam sehingga menghalangi pengeluaran ASI oleh lidah.

2.4 Manfaat Pemberian ASI


ASI sangatlah banyak manfaatnya, baik bagi ibu maupun bayi. Manfaat ASI bagi :
1. Bagi bayi
Manfaat ASI bagi bayi yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.

ASI yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan


Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan
ASI (Kolostrum) mengandung zat pelindung (antibodi)
Memperkuat ikatan bathin antara ibu dan bayi
ASI mudah dicerna oleh bayi

2. Bagi ibu
a. Untuk memulihkan diri dari proses persalinannya. Seperti membuat rahim
berkontraksi dengan cepat dan memperlambat perdarahan
b. Ibu lebih cepat pulih atau menurunkan berat badan
c. Bagi ibu yang menstruasinya belum muncul kembali

akan

kecil

kemungkinannya untuk menjadi hamil


d. Cara yang baik untuk mencurahkan kasih sayang pada sang buah hati dan
merasa dibutuhkan .
e. Menunda kemungkinan kanker payudara dan ovarium
3. Bagi semua orang
a.
b.
c.
d.

ASI selalu bersih dan bebas ham sehingga dapat terhindar dari infeksi
Pemberiannya tidak memerlukan persiapan khusus
ASI selalu tersedia dan gratis
Mengurangi kemungkinan ibu untuk hamil dalam 6 bulan pertama setelah
melahirkan

2.5 Komponen Gizi dalam ASI


Gizi yang terkandung dalam ASI yaitu :
1) Protein

Kandungan protein pada ASI lebih rendah dibandingkan dengan susu mamlia
lainnya. ASI mengandung whey protein dan casein. Whey protein adalah protein
yang memabantu menyebabkan isi pencernaan bayi menjadi lebih lembut atau
mudah dicerna oleh usus. Casein yaitu protein yang sukar dicerna. Perbandingan
whey protein : casein pada ASI yaitu 60 : 40, sedangkan pada susu formula 20 : 80
dan 18 : 82.
Whey ASI terdiri dari alpha-lactalbumin, serum albumin, laktoferin,
immunoglobulin dan lisozom. Sedangkan whey susu sapi hanya mengandung betalactoglobulin.
2) Lemak
Lemak ASI terdiri dari trigliserid (98-99 %) yang mana dengan enzim lipase
yang terdapat di ASI akan menguraiakannya menjadi trigliserol dan asam lemak.
Keunggulan ASI yaitu mudah di cerna karena dalam bentuk emulsi, kandungan
asam lemak esensial (omega-3 menjadi DHA dan omega-6 menjadi AA), DHA dan
AA yang berperan dalam pertumbuhan otak.
3) Vitamin
a. Vitamin yang larut dalam lemak
Vitamin yang larut dalam lemak yaitu A, D, E, K. vitamin A sangat penting /
banyak dalam ASI, sedangkan D, dan K sedikit yang terkandung dalam ASI.
b. Vitamin yang larut dalam air
Yaitu vitanmin C, asam nicotinic, B12, B1, B2, B6 sanagt dipengaruhi oleh
makanan ibu.
4) Zat besi
Zat besi yang terkandung di ASI tidak begitu banyak, namun sangat berguna
untuk mencegah anemia.
5) Zat anti infeksi
Bayi baru lahir mempunyai cadangan

IgA sedikit, karena itulah bayi

membutuhkan tambahan sIgA dalam ASI untuk terhindar dari infeksi.


6) Laktoferin
Lactoferin banyak terkandung dalam ASI, yangmana fungsinya sama dengan
IgA untuk menyerap zat besi dari pencernaan.
7) Factor bifidus
Gunanya untuk meningkatkan pertumbuhan bakteri baik dalam usus bayi.

8) Lisozim
Lisozim dapat melawan serangan bacteri E.coli dan salmonella.
9) Taurin
Taurin merupakan asam amino dari ASI yang trebanyak kedua dan tidak
terdapat dalam susu sapi. Taurin berfungsi sebagai neurotransmitter dan berpran
dalm maturasi otak bayi.
2.6 Upaya Memperbanyak ASI
Upaya memperbanyak ASI yaitu :
1. Menyusui bayi setiap 2 jam dengan lama menyusui 10-15 menit tiap payudara
2. Bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa resah gerah, dan
duduklah selama menyusui
3. Pastiakan bayi menyusu dalam posisi menempel dengan baik dan dengarkan
suara menelan yang aktif
4. Menyusui bayi di tempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiapkali habis
menyusui
5. Tidurlah bersebelahan dengan bayi
7. Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum
8. Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya dan mengoreksi
setiap kali terdapat masalah pada posisi penempelan.
9. Yakinkan bahwa ia dapat memproduksi susu lebih banyak dengan melakukan
hal-hal tersebut.
Pendidikan kesehatan yang harus di berikan kepada ibu menyusui :
1. Mengkonsumsi tambahan kalori setindaknya 500 kalori sehari
2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan cukup kalori, protein, vitamin
dan mineral
3. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari
4. Pil zat besi harus diminum untuk menambah gizi setidaknya selama 40 hari
setelah kelahiran
5. Minum kapsul vitamin A 200.000unit agar dapat memberikan vitamin A kepada
bayi melalui ASI

2.7 ASI Eksklusif


ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan

dan minuman

pendamping (termasuk air jeruk , madu air gula) yang dimulai sejak bayi baru lahir
sampai dengan usia 6 bulan tanpa makanan pendamping, jika tetap diberikan makanan
pendamping hal ini akan membuat pengurangan pada kapasitas lambung bayi dalam
menampung cairan ASI.

ASI juga bisa diberikan pada bayi tidak secara langsung, tapi juga bisa
ditampung dan ditunda waktu pemberiannya. Namun hal ini dilakukan jika terjadi hal
yang mendesak seperti ibu bekerja.
2.8 Tanda Bayi Cukup ASI
Bayi yang mengkonsumsi ASI mempunyai beberapa tanda-tanda jika ASI
yang dikonsumsinya sudah cukup, diantara :
1.

Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam sehari dan warnanya jernih sampai kung

2.
3.

muda
Bayi sering BAB berwarna kekuningan (berbiji)
Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun, dan tidur cukup. Bayi

4.
5.
6.

setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam


Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui
Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI, setiap kali bayi mulai menyusu.
Bayi bertambah berat badannya.

2.9 Masalah dalam Pemberian ASI


1. Pada masa antenatal
Masalah yang sering mucul yaitu putting susu yang tidak menonjol, hal ini
tidak begitu jadi masalah. Karena hal ini dapat dia atasi seperti menarik-narik
putting, selain itu juga bisa dilakukan setelah melahirkan seperti tetap menyusui
bayi, dan menarik-narik putting susu.
2. Pada masa setelah persalinan dini
a. Putting susu lecet atau nyeri

Saat putting susu ibu lecet, ibu harus melakukan cara cara sebagai berikut :

Ibu tetap menyusui pada payudar yang tidak begitu lecet.


Oleskan ASI terakhir pada putting
Istirahatkan putting susu sejenak, namun ASI harus di keluarkan dengan

tangan.
Cuci payudara sekali dalam sehari, tidak menggunakan sabun.

b. Payudara bengkak

Hal ini biasa di sebakan oleh, produksi ASI meningkat, terlambat


menyusui, kurang sering mengeluarkan ASI dan pelekatan kurang baik. Hal
yang sebaiknya di lakukan yaitu :

Mengompres dengan air hangat


Anjurkan ibu rileks
Pijat leher dan punggung ibu.
Pakaikan ibu BH yang tidak terlalu sempit.
Berikan paracetamol.

c. Abses payudara (mastitis)

Mastitis yaitu peradangan pada payudara. Terdiri dari :

Non-infective mastistis (hanya karena pembendungan ASI)


Infective mastistis (telah terinfeksi bacteri)
Gejala yang dirasakan yaitu payudara menjadi merah, bengkak, kadang

disertai rasa panas dan nyeri. Hal ini biasanya disebabkan oleh, kurangnya
pengeluaran ASI, pengisapan yang kurang efektif. Tindakan yang dilakukan
sama dengan payudara bengkak.
3. Pada masa setelah persalinan lanjut
a. Sindrom ASI kurang
Ibu dan bayi harus bekerja sama dalam produksi ASI. Bayi harus melakukan
hisapan yang efektif.
b. Ibu yang bekerja

Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat di gunakan ibu yang bekerja , yaitu:
Menyusui bayi sebelum bekerja, mengeluarkan ASI pada saat di rumah untuk di
simpan dan memakan makanan yang bergizi.
c. Pengeluaran ASI
Biasanuya ibu yang bekerja, mempunyai masalah tentang pengeluaran ASI,
teknik pengeluaran ASI yaitu :
Memeras ASI dengan tangan
Memeras ASI dengan pompa
d. Penyimpan ASI
ASI yang telah disimpan tidak boleh dipanaskan atau di masak, tapi hanya
direndam dengan air hangat.
4. Masalah menyusui pada keadaan khusus
Yang termasuk pada keadaan khusus yaitu ibu melahirkan dengan bedah sesar,
menderita HIV/AIDS dan ibu yang menderita hepatitis B.
5. Masalah menyusui pada bayi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Bayi sering menangis


Bayi bingung putting
Bayi premature dan kecil
Bayi kuning
Bayi kembar
Bayi sakit
Bayi sumbing dan celah langit-langit (pallatum)
Bayi dengan lidah pendek (lingual frenulum).

2.10 Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI


Pemberian ASI akan berjalan lancar jika ibu mengetahui cara menyusui yang
benar. Peran bidan sangatlah penting bagi ibu yang menyusui, maka dari itu bidan
harus bisa membantu ibu. Peran bidan dalam pemberian ASI, yaitu:
1.

Yakinkan ibu bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari

2.

payudara ibu
Bantulah ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.

Cara bidan memberikan dukungan dalam hal pemberian ASI antara lain :
1.

Biarkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama beberapa jam

2.

pertama
Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mancegah masalah

3.

umum yang timbul


Bantulah ibu pada waktu pertama kali member ASI

4.
5.
6.
7.

Bayi harus ditempatkan didekat ibunya (rawat gabung/ rooming in)


Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin
Hanya berikan kolostrum dan ASI saja
Hindari susu botol dan dot (empeng).

BAB 2
RANGKUMAN
Masa nifas adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang lamanya 6. Ada 3 tujuan asuhan
masa nifas yaitu mendeteksi adanya perdarahan masa nifas, menjaga kesehatan ibu dan
bayinya, melaksanakan skrining secara komprehensif. Peran dan tangung jawab bidan dalam
masa nifas adalah memberikan dukungan yang terus menerus selama masa periode nifas
dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan
psikologik selama persalinan dan nifas, sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan
bayi secara fisik dan psikologis, mengkondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara
meningkatkan rasa nyaman. Ada 3 tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah periode
immediate postpartum, periode early postpartum (24 jam-1 minggu), periode late postpartum
(1 minggu-5 minggu). Kebijakan unjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali
yaitu pada 6 jam,6 hari ,2 minggu dan 6 minggu walaupun ada literatur yang mengajukan 3
kali kunjungan nifas hal ini tidak menjadi harga mati yang pasti dalam hal ini tujuan utama
asuhan masa nifas terlaksana. Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru
lahir juga untuk mencegah, mendeteksi,serta manangani masalah-masalah yang terjadi.
Proses pemberian ASI dengan baik dan benar, dengan langkah-langkah yang sesuai serta
tidak membahayakan bagi ibu dan bayi.

Daftar Pustaka

Abdul Bari Saifuddin, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,. 2002.
Bobak , L.. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. 2004.
Sarwono Prawiroharjo. Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo. 2000.
Siti Saleha. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, Jakarta : Salemba Medika. 2009.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Andi :
Yogyakarta.
Wulanda, Febri Ayu. 2011. Biologi Reproduksi. Salemba Medika : Jakarta.
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Ambarwati, 2008.

Anda mungkin juga menyukai