TINJAUAN PUSTAKA
SPACE OCCUPYING LESION
II. 1. Latar Belakang
Lesi desak ruang (space occupying lesion/SOL) merupakan lesi yang
meluas atau menempati ruang dalam otak termasuk tumor, hematoma dan abses.
Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi
maka lesilesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas
pertama kali diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari
rongga cranium. Akhirnya vena mengalami kompresi, dan gangguan sirkulasi
darah otak dan cairan serebrospinal mulai timbul dan tekanan intracranial mulai
naik. Kongesti venosa menimbulkan peningkatan produksi dan penurunan
absorpsi cairan serebrospinal dan meningkatkan volume dan terjadi kembali halhal seperti diatas. Posisi tumor dalam otak dapat mempunyai pengaruh yang
dramatis pada tanda tanda dan gejala. Misalnya suatu tumor dapat menyumbat
aliran keluar dari cairan serebrospinal atau yang langsung menekan pada venavena besar, meyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intracranial dengan cepat.
Tanda-tanda dan gejala memungkinkan dokter untuk melokalisirlesi akan
tergantung pada terjadinya gangguan dalam otak serta derajat kerusakan jaringan
saraf yang ditimbulkan oleh lesi. Nyeri kepala hebat, kemungkinan akibat
peregangan durameter dan muntahmuntah akibat tekanan pada batang otak
merupakan keluhan yang umum.Suatu pungsi lumbal tidak boleh dilakukan pada
pasien yang diduga tumor intracranial. Pengeluaran cairan serebrospinal akan
mengarah pada timbulnya pergeseran mendadak hemispherium cerebri melalui
takik tentorium kedalam fossa crania posterior atau herniasi medulla oblongata
dan serebellum melalui foramen magnum. Pada saat ini CT-scan dan MRI
digunakan untuk menegakkan diagnose. Space-Occupying Lesions pada otak
umumnya berhubungan dengan malignansi namun keadaan patologi lain meliputi
Abses otak atau hematom. Adanya SOL dalam otak akan memberikan gambaran
seperti tumor, yang meliputi gejala umum yang berhubungan dengan peningkatan
tekanan intracranial, perubahan tingkah laku, false localizing sign serta kelainan
tergantung pada lokasi tumor (true localizing sign). Tumor juga dapat
menyebabkan infiltrasi dan kerusakan pada struktur organ yang penting seperti
terjadinya obstruksi pada aliran LCS yang menyebabkan hidrosefalus atau
menginduksi angiogenesis dan edem otak.
II. 2. DEFINISI
Lesi desak ruang (space occupying lesion/SOL) merupakan lesi yang
meluas atau menempati ruang dalam otak termasuk tumor, hematoma dan abses.
Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi
maka lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas
pertama kali diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari
rongga cranium. Akhirnya vena mengalami kompresi, dan gangguan sirkulasi
darah otak dan cairan serebrospinal mulai timbul dan tekanan intracranial mulai
naik. Kongesti venosa menimbulkan peningkatan produksi dan penurunan
absorpsi cairan serebrospinal dan meningkatkan volume dan terjadi kembali halhal seperti diatas.
Posisi tumordalam otak dapat mempunyai pengaruh yang dramatis pada
tanda-tanda dan gejala. Misalnya suatu tumor dapat menyumbat aliran keluar dari
cairan serebrospinal atau yang langsung menekan pada vena-vena besar,
meyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intracranial dengan cepat. Tandatanda dan gejala memungkinkan dokter untuk melokalisirlesi akan tergantung
pada terjadinya gangguan dalam otak serta derajat kerusakan jaringan saraf yang
ditimbulkan oleh lesi. Nyeri kepala hebat, kemungkinan akibat peregangan
durameter dan muntah-muntah akibat tekanan pada batang otak merupakan
keluhan yang umum.Suatu pungsi lumbal tidak boleh dilakukan pada pasien yang
diduga tumor intracranial. Pengeluaran cairan serebrospinal akan mengarah pada
timbulnya pergeseran mendadak hemispherium cerebri melalui takik tentorium
kedalam fossa cranii posterior atau herniasi medulla oblongata dan serebellum
melalui foramen magnum. Pada saat ini CT-scan dan MRI digunakan untuk
menegakkan diagnose.
II. 3. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi Peningkatan Tekanan Intrakranial
Kranium merupakan kerangka kaku yang berisi tiga komponen: otak,
cairan serebrospinal (CSS) dan darah yang masing-masing tidak dapat diperas.
Kranium hanya mempunyai sebuah lubang keluar utama yaitu foramen magnum.
Ia juga memiliki tentorium yang kaku yang memisahkan hemisfer serebral dari
serebelum. Otak tengah terletak pada hiatus dari tentorium.
Sirkulasi cairan serebrospinal
-
Produksi
CSS diproduksi terutama oleh pleksus khoroid ventrikel lateral, tiga dan
Sirkulasi Ventrikuler
Setelah dibentuk oleh pleksus khoroid, cairan bersirkulasi pada sistem ventrikuler,
dari ventrikel lateral melalui foramen Monro (foramen interventrikuler)
keventrikel tiga, akuaduktus dan ventrikel keempat. Dari sini keluar melalui
foramina diatap ventrikel keempat kesisterna magna.
-
Sirkulasi Subarakhnoid
10
Absorpsi
Cairan selanjutnya diabsorpsi kesistem vena melalui villi arakhnoid. Villa
Volume Otak
Rata-rata berat otak manusia sekitar 1400 g, sekitar 2 % dari berat badan
total. Volume glial sekitar 700-900 ml dan neuron-neuron 500-700 ml. Volume
cairan ekstraselular (ECF) sangat sedikit. Sebagai perkiraan, glia dan neuron
mengisi 70 % kandung intrakranial, dimana masing-masing 10% untuk CSS,
darah dan cairan ekstraselular. Perubahan otak sendiri mungkin bertanggung-
11
jawab dalam peninggian kandung intrakranial. Contoh paling jelas adalah pada
tumor otak seperti glioma. Disamping itu, penambahan volume otak sering secara
dangkal dikatakan sebagai edema otak dimana maksudnya adalah pembengkakan
otak sederhana. Penggunaan kata edema otak harus dibatasi pada penambahan
kandung air otak. Otak mengandung kandung air yang tinggi: 70 % pada substansi
putih dan 80% pada substansi kelabu yang lebih seluler. Kebanyakan air otak
adalah (80%) intraseluler. Volume normal cairan ekstraseluler kurang dari 75 ml,
namun bertambah hingga mencapai 10% volume intra- kranial. Rongga
ekstraseluler berhubungan dengan CSS via ependima. Air otak berasal dari darah
dan akhirnya kembali kesana juga. Relatif sedikit air otak yang berjalan melalui
jalur lain, yaitu melalui CSS.
-
Autoregulasi
Fenomena autoregulasi cenderung mempertahankan CBF pada tekanan
tetap konstan. Isi intrakranial utama adalah otak, darah dan CSS yang masingmasing tak dapat diperas. Karenanya bila volume salah satu bertambah akan
menyebabkan peninggian TIK kecuali terjadi reduksi yang bersamaan dan ekual
volume lainnya. TIK normal pada keadaan istirahat adalah 10 mmHg (136
mmH2O). Sebagai pegangan , tekanan diatas 20 mmHg adalah abnormal, dan
diatas 40 mmHg dikategorikan sebagai peninggian yang parah. Semakin tinggi
TIK pada cedera kepala, semakin buruk outcomenya.
12
Doktrin Monro-Kellie
Konsep vital terpenting untuk mengerti dinamika TIK. Dinyatakan bahwa
volume total isi intrakranial harus tetap konstan. Ini beralasan karena kranium
adalah kotak yang tidak ekspansil. Bila V adalah volume, maka
VOtak + VCSS + VDarah + V Massa = Konstan
Karena ukuran lesi massa intrakranial, seperti hematoma, bertambah,
kompensasinya adalah memeras CSS dan darah vena keluar. Tekanan intrakranial
tetap normal. Namun akhirnya tak ada lagi CSS atau darah vena yang dapat
digeser, dan mekanisme kompensasi tak lagi efektif. Pada titik ini, TIK mulai naik
secara nyata, bahkan dengan penambahan sejumlah kecil ukuran massa
intrakranial. Karenanya TIK yang normal tidak menyingkirkan kemungkinan
adanya lesi massa.
-
Pergeseran CSS
CSS dapat dipaksa dari rongga ventrikel dan subarakhnoid kerongga
yang sangat terbatas. Pada tumor yang tumbuh lambat seperti meningioma,
pergeseran otak mungkin sangat nyata, terdapat kehilangan yang jelas dari volume
13
otak, mungkin akibat pengurangan cairan ekstraselular dan kandung lemak otak
sekitar tumor. Bagaimanapun dengan massa yang meluas cepat, otak segera
tergeser dari satu kompartemen intrakranial ke kompartemen lainnya atau melalui
foramen magnum.
Bila massa terus membesar, volume yang dapat digeser terpakai semua
dan TIK mulai meningkat. Selama fase kompensasi, terjadi penggantian volume
yang hampir ekual dan sedikit saja perubahan pada TIK. Pada titik dekompensasi,
peninggian volume selanjutnya akan menyebabkan penambahan tekanan yang
makin lama makin besar. Peninggian TIK yang persisten diatas 20 mmHg
tampaknya berhubungan dengan peninggian tahanan aliran CSS. Hasil CT
menampakkan bagian yang tahanannya meningkat adalah pada tentorium.
Karenanya temuan CT yang menampakkan obliterasi sisterna perimesensefalik
merupakan bukti penting bahwa TIK meninggi atau pertanda bahwa bahaya
segera datang.
Perlu disadari bahwa segala sesuatu yang mencegah atau menghalangi
pergeseran volume kompensatori akan menyebabkan peningkatan TIK yang lebih
segera. Misalnya tumor fossa posterior adalah merupakan lesi massa sendiri,
namun juga memblok aliran CSS dari ventrikel atau melalui foramen magnum.
Karenanya volume CSS bertambah dan kompensasi untuk massa tumornya sendiri
akan terbatas. Selanjutnya penderita dengan massa yang terus meluas akan
mendadak sampai pada titik dekompensasi bila aliran vena serebral dibatasi oleh
peninggian tekanan vena jugular akibat kompresi leher atau obstruksi pernafasan.
Perubahan volume sendiri bersifat penjumlahan. Efek tumor otak akan sangat
meningkat oleh edema otak. Pada banyak keadaan klinis, perubahan volume
sangat kompleks. Ini terutama pada cedera kepala dimana mungkin terdapat
bekuan darah, edema otak serta gangguan absorpsi CSS akibat perdarahan
subarakhnoid atau perdarahan intraventrikuler. Mungkin dapat ditambahkan
vasodilatasi akibat hilangnya autoregulasi atau hiperkarbia.
Walau urut-urutan kejadian berakibat perubahan yang terjadi dengan peninggian
TIK progresif karena sebab apapun, hubungan antara tingkat TIK dan keadaan
neurologik juga tergantung pada tingkat perubahan dan adanya pergeseran otak.
14
Tumor tumbuh lambat seperti meningioma mungkin tumbuh hingga ukuran besar
tanpa adanya tanda peninggian TIK. Sebaliknya hematoma ekstradural akut yang
lebih kecil mungkin menyebabkan kompresi otak yang berat dan cepat.
Untuk lesi yang membesar cepat seperti hematoma epidural, perjalanan klinik
dapat diprediksi dari hubungan volume-tekanan yang sudah dijelaskan terdahulu.
Pada tahap awal ekspansi massa intrakranial, perubahan TIK sedikit dan pasien
tetap baik dengan sedikit gejala. Bila massa terus membesar, mekanisme
kompensasi berkurang dan TIK meningkat. Pasien mengeluh nyeri kepala yang
memburuk oleh faktor-faktor yang menambah TIK seperti batuk, membungkuk
atau berbaring terlentang, dan kemudian menjadi mengantuk. Penderita menjadi
lebih mengantuk. Kompresi atau pergeseran batang otak menyebabkan peninggian
tekanan darah, sedang denyut nadi dan respirasi menjadi lambat.
Dengan ekspansi dan peninggian TIK selanjutnya, pasien menjadi tidak responsif.
Pupil tak berreaksi dan berdilatasi, serta tak ada refleks batang otak. Akhirnya
fungsi batang otak berhenti. Tekanan darah merosot, nadi lambat, respirasi
menjadi lambat dan tak teratur serta akhirnya berhenti.
-
15
16
17
anak-anak 60 persen
18
Persen
tase
Glioma
40-50
Astrositoma stadium 1
5-10
Astrositoma stadium 2
2-5
Astrositoma
stadium
dan
(glioblastoma
multiformis)
20-30
3-5
Medulloblastoma
1-4
Oligodendroglioma
1-3
arteriovenosa,
12-20
5-15
3-10
5-10
0,5-1
hemangioblastoma,
endothelioma
19
2-3
3-8
0,5-0,8
1-3
diketahui, namun
menyeluruh
memperlihatkan
(antaranya
untuk
tinea
kapitis)
maupun
20
dengan
pembentukan
lanjut).
Von
Hippel-Lindau
syndrome,
Turcot's
syndrome.
7. Pasien dengan riwayat melanoma, kanker paru, mammae,
colon, atau
8. kanker ginjal beresiko besar terhadap tumor otak sekunder.
F. Patofisiologi Tumor Otak
Tumor secara langsung dapat memusnahkan sel-sel otak dan secara tidak
langsung memusnahkan sel-sel apabila terjadi peradangan, penyumbatan akibat
pertumbuhan tumor, pembengkakan dan peningkatan tekanan dalam otak (tekanan
intrakranium). Tumor ini dapat menyerang baik serebrum serebelum ataupun
pangkal otak.
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gejala
gejalanya terjadi berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam
pemeriksaan penderita. Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya dianggap
disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan
tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada
jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan
kerusakan jaringan neuron, misalnya glioblastoma multiforme.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri
pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin
dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskular primer.Serangan kejang
sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi,
invasi, dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk
kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat
gangguan neurologis fokal.
Peningkatan tekanan kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
1. massa dalam tengkorak
21
selsel
parenkim.
Kenaikan
tekanan
yang
tidak
diobati
G. Klasifikasi
22
Tumor otak dapat diklasifikasikan menurut lokasi, asal sel dan WHO.
A. berdasarkan lokasi
Tumor
Supratentorial
tumor
Gliomas
(astrocytoma &
glioblastoma)
Meningioma
Metastase
Pitutary adenoma
Tumor
Craniopharyngioma
Acoustic schwannoma
dewasa
Infratentorial
Brainstem glioma
Metastases
Midline tumor
Hemangioblastoma
Meningioma
Medulloblastoma
Ependymoma
Astrocytoma
5. Sistema ventrikuler
kista
germinoma,
koloid,
papiloma
teratoma,
pleksus
meningioma,
khoroid,
ependimoma,
pineositoma/pineoblastoma,
astrositoma
6. Daerah Pineal
Ependimoma, germinoma, teratoma, meningioma, astrositoma,
pineositoma/pineoblastoma
7. Fossa Posterior
ekstrinsik:
neurilemmoma
(VIII,
V),
meningioma
sista
24
2. Oligodendrosit
Oligodendroglioma: Biasanya tumbuh lambat, tumor berbatas
tegas. Variannya antara lain bentuk anaplastik (ganas) dan 'campuran'
astrositoma oligodendroglioma.
3. Sel ependimal dan pleksus khoroid
Ependimoma: Terjadi dimana saja sepanjang sistem ventrikuler dan
kanal spinal, namun terutama terjadi pada ventrikel keempat dan kauda
ekuina. Ia menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan mungkin menyebar
melalui
terkadang
Tumor
jarang
berisi sel ganglion dan neuron abnormal. Terjadi dalam berbagai tingkat
keganasan.
5. Sel pineal
Pineositoma/Pineoblastoma: Tumor yang sangat jarang. Yang
disebut terakhir kurang berdiferensiasi dengan baik dan memperlihatkan
pertumbuhan yang lebih ganas.
6. Sel berdiferensiasi buruk dan sel embrionik
Glioblastoma multiforme: Tumor sangat ganas. Dengan tidak
adanya diferensiasi sel, mencegah identifikasi jaringan asal.
Medulloblastoma:
akson
yang
rusak.
Mungkin menyebar
melalui
jalur
cerebrospinal.
7. Meningen
Meningioma: Berasal dari granulasi arakhnoid, biasanya sangat
dekat dengan sinus venosa namun juga ditemukan di atas konveksitas
25
Tumor
26
daerah
kistik
berisi
cairan
kehijauan
serta
material
kholesteatomatosa.
Kista epidermoid/dermoid: Tumor kistik jarang, berasal dari sisa
sel yang akan membentuk epidermis/dermis.
Kista koloid: Tumor sistik berasal dari sisa embriologis pada atap
ventrikel ketiga.
12. Kelenjar Pituitari Anterior
Adenoma pituitari: Tumor jinak, biasanya mengsekresikan jumlah
yang
berlebihan
dari
hormon
prolaktin,
pertumbuhan
dan
adrenokortikotropik.
Adenokarsinoma: Tumor ganas yang terkadang terjadi pada
pituitari.
13. Ekstensi Lokal Dari Tumor Berdekatan
Khordoma:
Tumor
jarang,
sel notokhord.
27
multifokal.
28
Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30% gejala
awal tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut diketemukan 70%
kasus. Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat dan
berdenyut, umumnya bertambah berat pada malam hari dan pada saat bangun
tidur pagi serta pada keadaan dimana terjadi peninggian tekanan tinggi
intrakranial. Nyeri kepala terutama terjadi pada waktu bangun tidur, karena
selama tidur PCO2 arteri serebral meningkat, sehingga mengakibatkan
peningkatan dari serebral blood flow dan dengan demikian mempertinggi lagi
tekanan intrakranium. Juga lonjakan tekanan intrakranium sejenak karena batuk,
bersin, coitus dan mengejan akan memperberat nyeri kepala.
Nyeri kepala juga bertambah berat waktu posisi berbaring, dan berkurang
bila duduk. Adanya nyeri kepala dengan psicomotor asthenia perlu dicurigai
tumor otak. Nyeri kepala pada tumor otak, terutama ditemukan pada orang
dewasa dan kurang sering pada anak-anak. Pada anak kurang dari 10-12 tahun,
nyeri kepala dapat hilang sementara dan biasanya nyeri kepala terasa di daerah
bifrontal serta jarang didaerah yang sesuai dengan lokasi tumor. Pada tumor di
daerah fossa posterior, nyeri kepala terasa dibagian belakang dan leher.Penyebab
nyeri kepala ini diduga akibat tarikan (traksi) pada pain sensitive structure seperti
dura, pembuluh darah atau serabut saraf. Nyeri kepala merupakan gejala
permulaan dari tumor otak yang berlokasi di daerah lobus oksipitalis.
b. Muntah
Muntah dijumpai pada 1/3 penderita dengan gejala tumor otak dan
biasanya disertai dengan nyeri kepala. Muntah tersering adalah akibat tumor di
fossa posterior. Muntah tersebut dapat bersifat proyektil atau tidak dan sering
tidak disertai dengan perasaan mual serta dapat hilang untuk sementara waktu.
c. Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25%
kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab
bangkitan kejang adalah tumor otak.
Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila:
- Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun
29
30
a. Lobus frontal
- Menimbulkan gejala perubahan kepribadian apatis dan masa bodoh
euphoria, tetapi lebih sering ditemukan adalah gabungan dari kedua
tipe tersebut.
- Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese
kontralateral, kejang fokal
- Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
- Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom fosterkennedy
- Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia motorik dan
disartria.
b. Lobus parietal
- Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi
homonymus
- Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada
gyrus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmanns. Bangkitan
kejang dapat umum atau fokal, hemianopsia homonim, apraksia. Bila
tumor terletak pada lobus yang dominan dapat menyebabkan afasia
sensorik atau afasia sensorik motorik, agrafia dan finger agnosia.
c. Lobus temporal
- Akan menimbulkan gejala hemianopsia kontralateral, bangkitan
psikomotor atau kejang yang didahului dengan aura atau halusinasi
(auraolfaktorius)
- Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia sensorik
motorik atau disfasia serta hemiparese.
- Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan
gejala choreoathetosis, parkinsonism.
d. Lobus oksipital
-
dimana
makula masih baik.
31
g. Tumor Hipotalamus
- Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
- Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan
perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe, dwarfism,
gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan
h. Tumor di cerebelum
- Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat terjadi
disertai dengan papil udem
- Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan
spasme dari otot-otot servikal
i. Tumor fosa posterior
Ditemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan
nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma.Tumor pada
ventrikel IV dan serebelum akan menggangu sirkulasi cairan serebrospinalis
sehingga memperlihatkan gejala tekanan tinggi intrakranial. Keluhan nyeri kepala,
muntah dan papil edem akan terlihat secara akut, sedangkan tanda-tanda lain dari
serebelum akan mengikuti kemudian.
o False localizing sign: yaitu parese N.VI bilateral/unilateral, respons
ekstensor yang bilateral, kelainann mental dan gangguan endokrin
32
33
K. Penatalaksanaan
Pengobatan tumor otak tergantung kepada lokasi dan jenisnya.Jika
memungkinkan, maka tumor diangkat melalui pembedahan.Pembedahan kadang
menyebabkan kerusakan otak yang bisa menimbulkan kelumpuhan parsial,
perubahan
rasa,
kelemahan
dan
gangguan
intelektual.
34
dalam
beberapa
dikurangi bertahap untuk menekan risiko efek samping yang tak diharapkan.
Tumor seller atau paraseller kadang-kadang tampil dengan insufisiensi
steroid. Pada pasien ini perlindungan steroid merupakan sarat mutlak tindakan
anestetik atau operatif.
Tindakan Operatif
Kebanyakan pasien dengan tumor intrakranial memerlukan satu atau lebih
pendekatan bedah-saraf. Contohnya antara lain sebagai berikut:
Kraniotomi: Flap tulang dipotong dan dibuka dengan melipat.
Burr hole: Untuk biopsi langsung atau stereotaktik.
Pendekatan Transsfenoid: Melalui sinus sfenoid kefossa pituitari.
Pendekatan Transoral: Membuang arkus atlas, peg odontoid dan klivus
memberikan jalan mencapai aspek anterior batang otak dan cord servikal atas.
Jarang digunakan. Biasanya
khordoma.
Kraniektomi: Burr hole diikuti pengangkatan tulang
sekitarnya untuk
dilakukan
banyak tumor yang terabaikan, atau bagian tumor mengenai struktur dalam,
bisa berakibat rekurensi.
Radioterapi
Saat ini tindakan terhadap tumor intrakranial menggunakan salah satu dari
cara berikut:
-
sinar-x megavoltase
35
Karena beberapa
yang
lebih
baik
ditemukan
pada
astrositoma
dan
oligodendroglioma, dimana kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun
setelah pengobatan. Sekitar 50% penderita meduloblastoma yang diobati bertahan
hidup lebih dari 5 tahun. Pengobatan untuk kanker otak lebih efektif dilakukan
pada:
- penderita yang berusia dibawah 45 tahun
- penderita astrositoma anaplastik
- penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat
melalui pembedahan.
Tabel 4. Rata-rata lama bertahan hidup pada berbagai jenis tumor otak
36
Tumor type
Median survival
Glioblastoma multiforme
Anaplastic astrocytoma
Oligodendroglioma
Mixed glioma
Medulloblastoma
37