Anda di halaman 1dari 14

LANSEKAP TROPIS AWAL KOTA SEMARANG

Totok Roesmanto
Jurusan Arsitektur FT Universitas Diponegoro
karsitektun@yahoo.com
ABSTRAK
Ancient tropical landscape of Semarang was not recognized. Tirang Amper as the
embryo city was forgotten, and change the Kota Lama is regarded as the oldest district in
this city. Caused the great sedimentation in Semarang at the Last Era of Demak Sultanate
Ki Ageng Pandan Aran had moved his settlement from Tirang Amper to Bubakan district,
and then move again to Kanjengan district at the Era of Pajang Sultanate. Traditional
spatial pattern and landscape of Semarang was strongly influenced by the spatial pattern
of the capital of Demak Sultanate, it which adopted the Trowulan spatial pattern of
Majapahit Kingdom. To be able to know the ancient tropical landscape of Semarang had
done research on the landscape pattern of Trowulan. This paper is the result of a
preliminary study conducted ancient tropical landscape of Semarang in the base of
toponyms, historical districts, and reading the text of the ancient manuscript of
Nagarakretagama.
Keywords : tropical landscape, spatial pattern, historical district, Nagarakretagama

tata ruang dan lansekap awal di kawasan

PENDAHULUAN
Sebagaimana kota-kota lain di Jawa

Alun-Alun Semarang yang sudah hilang.

yang terletak dan dipengaruhi iklim tropislembab,

kota

Semarang

juga

telah

LANSEKAP TIRANG AMPER

kehilangan sebagian besar ruang terbuka

Nama Semarang tidak tersebut dalam

hijaunya. Lansekap pada awal berdirinya

kakawin Nagarakretagama (1365), beda

kota Semarang yang tanggap pada klimat

dengan D(e)mak yang telah dan lebih

tropis-lebab menjadi tidak diketahui dan

dahulu

jarang diteliti.

Trowulan /Piagam Panambangan (1358)

Untuk mengetahui lansekap awal kota

disebutkan

merupakan

Semarang dilakukan pendekatan toponim

pada

wilayah

dari

Prasasti

Kerajaan

Majapahit yang terletak di tepi perairan.

kawasan yang semula merupakan embrio

Tirang Amper merupakan pulau kecil

kota; penelusuran kesejarahan Ki Ageng

tempat menetap Ki Ageng Pandan Aran

Pandan Aran dari Kesultanan Demak dan

dan menyebarkan agama Islam, menurut

pembukaan lahan baru dekat pusat kota

Serat Kandha

Semarang; penelusuran nama vegetasi

tahun

yang tertulis di kakawin Nagarakretagama

1398

dari masa Majapahit; dan perkembangan

2001:21).

JAL, Vol.3 No.2, Des 2012

15

edisi Brandes

Saka/1476

sekitar

(Roesmanto,

Abdul Chalim

Dataran di puncak Bukit Mugas tempat

aran(g)

keberadaan kompleks makam Ki Ageng

tumbuh

Pandan Aran sangat mungkin merupakan

Jarang atau arang. Tetapi bisa diartikan

bekas kediamannya di Pulau Tirang.

aran dari pandan atau anak seseorang

Serat Kandhaning Ringgit Purwo dari

dapat

berarti

pandan

yang

bernama Pandan kependekan dari Made

Naskah KBG No.7 memberitakan telah

Pandan.

ada beberapa peng-ajar ajaran pra-Islam

Meskipun ada yang mempersamakan

yang bermukim di desa Wotgalih, Pragota

Ki Ageng Pandan Aran dengan Made

(kemudian disebut Bergota), Brintik (atau

Pandan, tetapi jirat makam Made Pandan

Gunung Brintik terletak di sebelah barat

di dalam ruang cungkup makam Sultan

Bergota), Tinjomoyo, Lebuapi, Guwasela,

Trenggono

Gajahmungkur, Jurang Suru, Sejanila,

sebagai pejabat teras di Kesultanan

dan Derana kemudian disebut Gisik

Demak

Derana (gisik = dataran tepi pantai).

Demak.

Karena letak

Derana tersebut, maka

tersebut merupakan satu satu bangunan

desa-desa lainnya juga merupakan desa

kuno di kompleks makam para penguasa

pantai di/atau pulau kecil. Pulau Tirang

Kesultanan

Amper telah menjadi Kampung (Bukit)

sebelah barat/belakang Masjid Demak.

Mugas di sebelah timur Bukit Pragota dan

Makam Ki Ageng Pandan Aran berada di

dipadati bangunan.

Bukit Mugas, maka dipastikan Made

menegaskan

serta

keluarga

Bangunan

Demak

posisinya

dekat

cungkup

yang

Sultan
makam

terletak

di

Sampai tahun 1981 masih terdapat

Pandan adalah tokoh historis dan tidak

dua cungkup berbentuk piramida dan

bisa dipersamakan dengan Ki Ageng

beberapa pohon aren (Arenga Pinnata) di

Pandan Aran. Sehingga Ki Ageng Pandan

puncak

Aran adalah anak dari Made Pandan.

Bukit

berhubungan

Mugas

yang

kesejarahan

tidak

dengan

Ki

Made

Ageng Pandan Aran dan masyarakatnya.


Keberadaan

pohon

aren

Patah

bukan

Pandan

ditugaskan

Raden

menyebarkan agama Islam ke

wilayah di

arah barat dari kota-kraton

sebagai elemen lansekap yang terencana

Bintoro Demak

di

Meskipun

maka nama pandan disandang sejak

konfigurasinya dengan kedua bangunan

lahir, atau dapat saja ketika menetap di

piramida pernah menjadi point of interest

Pulau Tirang Amper bertanaman pandan.

dan eye catcher koridor Jalan Thamrin

Dari toponim amper atau ampir (Bahasa

karena posisinya di T-Junction dengan

Jawa) yang berarti mampir atau singgah,

Jalan Pandanaran.

dapat dikaitkan dengan penugasan Made

Pulau

Tirang

Amper.

Toponim dari pandanaran atau pandan

JAL, Vol.3 No.2, Des 2012

Pandan yang bersifat sementara untuk

16

Abdul Chalim

berdakwah, karena kemudian kembali ke

Karena

kota Bintoro
Dalam

proses

sedimentasi

yang berlangsung secara cepat dan


budaya

pemberian

nama

pada
anggota

terjadi

keluarga (Hindu) Bali

kata

besar-besaran

telah

perairan

Jawa

Laut

menyebabkan
bergeser

jauh

menjorok ke utara. Pelabuhan alam di

made

kaki Bukit Bergota dan dekat Bukit Mugas

diterapkan sebagai kata depan nama

menjadi lumpuh, dan pemukiman Tirang

anak tengah. Bisa jadi, Made Pandan

Amper menjadi sangat jauh dari Laut

adalah nama samaran dari keluarga

Jawa yang menjadi media transportasi air

dekat

Sultan

mengajarkan

Patah

yang

ditugasi

menuju Bintoro Demak. Ki Ageng Pandan

agama

Islam

kepada

Aran

memindahkan

permukiman

masyarakat Hindu di Pulau Tirang Amper

masyarakatnya ke Bubakan (di sebelah

dan

timur Pasar Johar) di tepi muara Kali

sekitarnya

dalam

kurun

waktu

sementara atau se-amper-an.

Semarang yang lebih dekat ke kota-

Sebagai pejabat penting di Kesultanan


Demak,

Made

Pandan

tentu

kraton Bintoro Demak. Perpindahan dari

sangat

Tirang

Amper

ke

Bubakan

dapat

paham tentang tata ruang kota-kraton

dipastikan melalui Kali Semarang yang

yang lansekapnya ditandai keberadaan

mengalir di sebelah barat Bukit Brintik.

alun-alun sebagai ruang terbuka hijau

Toponim bubakan berarti tempat yang

untuk publik. Tetapi di Tirang Amper pola

dihasilkan dari kegiatan pem-bubak-an

lansekap

bisa

atau perabasan hutan. Kisah serupa

diaplikasikan karena keterbatasan lahan,

terjadi sebelumnya ketika Raden Patah

atau

merabas

ber-alun-alun

ber-tata

tidak

krama

untuk

tidak

hutan

Glagahwangi

dan

pesantren

yang

menduplikasi pola tata ruang kota-kraton

mendirikan

Bintoro. Kalaupun ada, ruang terbuka

kemudian menjadi kota

berukuran

kraton Bintoro Demak.

agak

di

Tirang

Amper

merupakan ruang transisi di kaki Bukit


Mugas

yang

menghubungkan

desa

Pandan (Pandanus Amaryllifolius) bila

tepi

merupakan tanaman khas di Pulau Tirang

perairan Laut Jawa dengan pelataran

Amper mungkin ada warga masyarakat Ki

tempat Made Pandan bermukim. Ruang

Ageng Pandan Aran yang membawa dan

terbuka tersebut terletak di sisi sebelah

menanamnya kembali di Bubakan, karena

timur Bukit Mugas.

biasa ditradisikan sebagai pewangi nasi.

Setelah Made Pandan ditarik kembali

Demak dikenal sebagai penghasil beras

ke kota-kraton Bintoro Demak kegiatan

sehingga peran daun pandan sudah pasti

menyebarkan agama Islam dilanjutkan Ki

memegang peran penting di masyarakat

Ageng Pandan (I).


JAL, Vol.3 No.2, Des 2012

17

Abdul Chalim

Jawa. Tetapi bila pandan laut (Pandanus


Odoratissimus) mungkin ditinggalkan saja

LANSEKAP GUWASELA

Wang Jing Hong / Ong King Hong

Sedimentasi yang berlangsung dahsyat

nakoda kepercayaan Cheng Ho pada misi

dan menyebabkan Ki Ageng Pandan Aran

pelayaran muhibah keliling dunia tahun

meninggalkan

1432 bersama beberapa Cina Muslim

kemungkinan terjadi di sekitar perempat

awak kapalnya mendarat dan kemudian

akhir abad ke-15 sampai sekitar perempat

menetap di Guwasela. Dalam Ying-yai

awal abad ke-16. Ketika Ratu Kalinyamat

sheng-lan (1433) karya Ma Huan nama

sebagai

Semarang

disebut-sebut,

menyerang kembali Malaka pada tahun

berarti Cheng Ho tidak pernah mendarat

1550 dan 1574 galangan kapalnya masih

di

tetap berada di Semarang.

juga

Guwa

tidak

Sela.

Berbeda

dengan

kebanyakan orang Cina yang tinggal di

Tirang

penguasa

Sisa-sisa

Amper

Kadipaten

permukiman

Jepara

masyarakat

Semarang dan kota lainnya yang percaya

Cina Muslim di Guwasela sampai kini

Cheng Ho pernah singgah di Guwasela

belum

(kini Gedong Batu).

potongan cadik perahu nelayan, maka

Wang Jing Hong meninggal setelah 40

sebelum

Pandan

di

kedatangan

diperkirakan.

Made

Sampai

tahun

1970an

daerah

di

sekitar Gedong Batu banyak tumbuh liar

Muslim

kemudian

pohon mangga (Mangifera Indica) jenis

patung

untuk

talijiwo, dan di arah selatannya lagi

menghormati Cheng Ho dan Wang Jing

terdapat Desa Sadeng yang banyak

Hong

ditumbuhi

Cina

menambahkan

di

masjid

Tirang

hanya

Amper.

Masyarakat

Pulau

ditemukan,

lansekap tropis kuno nya tidak dapat

tahun bermukim, di sekitar tahun 1472.


berarti

pernah

Guwasela.

Sangat

pohon

sadeng

(Lavistonia

mungkin Made Pandan berperan penting

Rutondifolia) sejenis aren dan jamblang

membantu Raden Patah pada tahun 1477

sejenis duwet, serta Desa Wringin Telu

mengislamkan kembali masyarakat Cina

tempat

Muslim di Guwasela.

menuju ke Gunungpati yang dikenal

Masyarakat Cina Muslim di Guwasela

menyeberangi

sebagai

kemudian dipekerjakan sebagai tenaga

sentra

Kali

Garang

buah-buahan

di

Semarang.

ahli yang handal dalam pembuatan kapal

Guwasela sangat mungkin merupakan

untuk ekspedisi Kesultanan Demak untuk

gua di komplek Klenteng Sam Poo Kong

membebaskan Malaka dari kekuasaan

yang selalu mengalirkan air tawar, dan

Portugis

dipercaya

yang

dipimpin

Pangeran

Sabrang Lor / Adi-Pati Unus pada tahun


1512/1513

bertuah.

Versi

lain

menganggap gua kuno yang dimaksud

(Moentadhim,2010:65).

JAL, Vol.3 No.2, Des 2012

18

Abdul Chalim

telah

musnah

ketika

tebing

di

meskipun stilasi bunganya diadopsi untuk

belakangnya runtuh.

elemen dekoratif dinding tembok.

Dahulu di komplek Klenteng Sam Poo


Kong

terdapat

sebuah

kolam

Sangat disayangkan penelitian tentang

besar

permukiman Cina Muslim di Simongan

bersegi delapan yang dibangun pada

nyaris

tahun

toponim

1951

dan

taman

air

yang

tidak

memanjang sepanjang depan bangunan

mengarah

anjungan

setempat

(Roesmanto

&

Supriya,

pernah

pada

ada

nama

meskipun

tokoh

Cina

2001:65).
Pada tanggal 29 Juli 2011 ketika

LANSEKAP BUBAKAN

naskah ini mulai ditulis, patung Cheng Ho

Kisah adipati Semarang yang pernah

tertinggi di Asia (setinggi 10,70 meter) di

diislamkan kembali oleh Sunan Kalijaga

komplek Klenteng Agung Sam Poo Kong

karena kesombongannya sangat mungkin

diresmikan. Taman air dan ruang terbuka

adalah Ki Ageng Pandanaran(g) II, yang

hijau yang sangat luas yang pernah ada

kemudian memilih untuk berdakwah ke

telah berganti pelataran paving. Beberapa

arah

bangunan kunonya yang khas juga telah

kekuasaannya dan meninggalkan kota

berganti

lebih

Semarang. Ki Ageng Pandanaran(g) II

megah. Perenovasian komplek pernah

setelah menetap di Tembayat terkenal

dilakukan

setelah terbenam sedalam

sebagai Sunan Tembayat. Sedangkan

lebih dari satu meter dalam tragedi banjir

Sunan Pandan Aran yang sejak tahun

bandang

1478

bangunan

tahun

baru

1992.

yang

Beberapa

selatan,

termasuk

menanggalkan

dalam

Walisanga

bangunan hasil renovasi dibangun di atas

Angkatan VI (Simon, 2004: 64), adalah Ki

pelataran

Ageng Pandan Aran I.

ditinggikan,

yang

posisinya

ataupun

digeser,

lebih
dan

Permukiman Ki Ageng Pandan Aran I

sebagian lagi berbeda bentuk-wujudnya.

di Pulau Tirang Amper berlansekap tropis

Perubahan fisik di kompleks Klenteng

tepi pantai dengan tanaman jenis palmae

Sam Poo Kong disertai hilangnya tradisi

seperti

Kejawen, pagelaran wayang kulit setiap

Permukimannya

di

Malem Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon,

kemungkinan

ditandai

kegiatan shalat di mushola, menyusutnya

pohon-pohon asam yang tumbuh jarang.

arak-arakan Jaran Sampo dari Klenteng

Lansekap

Tay Kak Sie di Gang Lombok. Hilangnya

mendasari penamaan Semarang dari kata

taman air di komplek Klenteng Sam Poo

asem yang arang.

Kong disertai semua tanaman teratai

aren,

sudah

dan

pandan.
Bubakan

permukiman

dengan

Bubakan

Kota Demak pernah terkenal sebagai


penghasil buah belimbing, yang banyak

JAL, Vol.3 No.2, Des 2012

19

Abdul Chalim

ditanam di Desa Betokan. Keberadaan

komunitas Ki Ageng Pandanaran, dan

belimbing ditegaskan pada teks lagu

terletak di tepi timur Kali Semarang.

Jawa Ilir-ilir karya Sunan Kalijaga yang

Dalam Suma Oriental yang ditulis

sarat ajaran agama Islam. Penggalan

berdasar kisah perjalanan Tome Pires (ke

lagu Ilir-ilir: ...penekna belimbing kuwi

Jawa tahun 1513) kota Semarang disebut

(panjat dan ambilkan buah belimbing

dengan

itu)... mengandung maksud agar (orang-

1990).

orang) mempelajari ajaran pokok agama

nama

Menurut

Camaram

(Cortesao,

Pires,

Semarang

Islam yang disimboliskan dengan geligir

berpenduduk 3.000 orang, sedangkan

pada buah belimbing yang berjumlah

Demaa / Demak telah dipadati 8.000

lima.

sampai

Penggunaan
gubahan

belimbing

lagu

Sunan

10.000

hunian

(Cortesao,

dalam

1990:166-198). Apabila setiap keluarga

Kalijaga

memiliki lima orang anak (Putu, Nyoman,

menginformasikan di kota-kraton Bintoro

Made,

khususnya perdikan

penduduk kota-kraton Demak mencapai

Desa Kadilangu (tempat kediaman Sunan

sekitar 56.000-70.000 orang.

Wayan,

Ketut),

maka

jumlah

Kalijaga) pada masa Kesultanan Demak

Lansekap kota-kraton Bintoro Demak

telah banyak ditanam pohon belimbing.

ditandai keberadaan Alun-alun Demak

Bisa jadi, di setiap halaman depan rumah

yang ukurannya lebih luas dari alun-alun

di kota-kraton Bintoro terdapat paling

yang ada sekarang (lebarnya ke timur

tidak sebuah pohon belimbing.

diperkirakan sampai tepi barat Sungai

Sunan Kalijaga berperan penting di

Tuntang), tetapi belum diketahui vegetasi

Kesultanan Demak setelah merancang

pendukung lansekap-nya.

dan menyelesaikan pembangunan Masjid

Toponim gelagahwangi sebagai nama

Sang Cipta Rasa di Cirebon. Berarti

hutan yang dirabas Raden Patah beserta

pohon belimbing terkuno di kota kraton

pengikutnya mengindikasikan banyaknya

Bintoro ditanam setelah tahun 1479.

semak gelagah (Saccharum Officinarum)

Ki Ageng Pandan Aran I kemungkinan

yang berbau wangi dari sejenis ilalang

menganjurkan masyarakatnya di Bubakan

(Imperata Cylindrica). Tanaman semak

untuk menanam pohon belimbing seperti

tersebut

di kota-kraton Bintoro.

tetap tumbuh di beberapa wilayah kota-

Bubakan lebih besar dibanding Pulau


Tirang

Amper,

maka

ruang

kraton

terbuka

Demak

kemungkinan

Bintoro.
yang

dipertahankan

Lambang

Kasultanan

dibentuk

suluran

seperti alun-alun yang berukuran kecil

penampang bulat (berbeda dengan Surya

mungkin telah melengkapi permukiman

Majapahit) dapat diartikan mirip lonjoran


rotan atau batang bunga gelagah.

JAL, Vol.3 No.2, Des 2012

20

Abdul Chalim

Kadipaten

Semarang

sering

VOC memindahkan koloni dagangnya

disebutkan sebagai bagian dari wilayah

dari

Kesultanan Pajang, berarti pada saat

mendapat konsesi dari Sultan Mataram.

Tome Pires mengisahkan kota Camaram

Pola tata ruang tradisional pusat kota

berpenduduk 3000 orang kemungkinan

Jepara dan pola tata ruang pada kota-

yang dimaksud adalah komunitas Sunan

kraton Mataram yang seharusnya menjadi

Pandan Aran I setelah bermukim di

patron tata ruang, ternyata berbeda.

Bubakan.

Jepara

ke

Semarang

setelah

Tata ruang kota Jepara menempatkan

Kegiatan Ki Ageng Pandan Aran I

kompleks Kadipaten Jepara di timur Alun-

beserta masyarakatnya merabas hutan di

Alun Jepara searah sumbu imajiner Laut

Bubakan tidak disertai informasi tentang

Jawa-Gunung

jenis vegetasi yang ada. Maka pohon

terletak

asam yang keberadaannya jarang dan

searah sumbu imajiner yang tegak lurus

mewarnai lansekap permukiman Bubakan

sumbu tersebut.

mungkin telah lebih dahulu ada dan


dilestarikan,

atau

sengaja

di

Muria.

Masjid

Jepara

selatan Alun-Alun

Jepara

Dari peta kuna PAAN van het Fort in

ditanam

omleg gende Cituatie van Samarangh

sebagai pohon pembatas dan peneduh

juga dapat diketahui Masjid Semarang

bagian tepi alun alun kecil yang kemudian

berada di sebelah utara dari Dalem

dibuat.

Kadipaten Semarang.
Pasebaan atau alun-alun tradisional
berada di sebelah timur Dalem Kadipaten

LANSEKAP KANJENGAN
Peta kuna PAAN van het Fort in omleg

Semarang pada tepi barat Kali Semarang,

gende Cituatie van Samarangh tentang

berbentuk trapesium yang mengecil ke

situasi kota Semarang di sekitar tahun

arah utara. Pada bagian tepi utara serta

1719 (Roesmanto & Supriya, 2001:129)

selatannya berderet tiga buah pohon

memperlihatkan keberadaan permukiman

yang berperan sebagai elemen pengarah

yang polanya sudah teratur di sebelah

menuju Dalem Kadipaten. Di tengah

timur Kali Semarang dan berseberangan

Pasebaan tidak terdapat sepasang pohon

dengan komplek Kadipaten Semarang di

beringin seperti umumnya lansekap Alun-

Kanjengan. Dengan rentang masa sangat

alun Lor dan Alun-alun Kidul di Kraton

panjang (1478-1719), maka tata ruang

Surakarta dan Kraton Yogyakarta.

komplek permukiman tersebut tidak dapat

Situasi di sekitar komplek Kadipaten

dijadikan patokan untuk menggambarkan

Semarang menggambarkan adanya jalan

perkembangan lansekap tropis di pusat

tradisional yang merupakan perpanjangan

kota Samarang.

batas sisi selatan Pasebaan Semarang.


Tiga pohon kelapa terdapat di sisi selatan

JAL, Vol.3 No.2, Des 2012

21

Abdul Chalim

Pasebaan Semarang, dan tiga pohon

secara

kelapa lainnya berada di sisi selatan dari

degradasi kualitas dan statusnya berubah

jalan tradisional tersebut. Berderet di

menjadi kota-kadipaten.

fisik

kota

Demak

mengalami

sepanjang sisi selatan dari bagian Kali

Dengan keberadaan Alun-alun Bintoro

Semarang yang alirannya berkelok arah

di sebelah barat Sungai Tuntang maka

Timur-Barat terdapat 14 pohon kelapa.

apabila terdapat dua pohon beringin

Dalam

kakawin

Nagarakretagama

(ringin kulon dan ringin wetan) di bagian

pada Pupuh 60/1/4 disebutkan bahwa

tengahnya maka secara fisik tidak dapat

pohon asam (Tamarindus Indica) telah

berfungsi menyimboliskan gerbang dari

banyak ditanam di bagian luar dari kota-

vegetasi yang menyambut kedatangan

kraton Trowulan. Apabila pohon asam

tamu kota Bintoro Demak dari arah

telah mewarnai lansekap permukiman

sungai tersebut.

Bubakan berarti tanaman yang berderet

Kondisi lansekap serupa di Alun-Alun

tiga pada sisi selatan dan utara Pasebaan

Demak juga ada di Pasebaan Semarang

Semarang adalah pohon asam.

yang tengah-tengahnya tidak dilengkapi

Komplek Kadipaten Semarang terletak

sepasang pohon beringin. Bandingkan

di bagian sebelah barat Kali Semarang

dengan kondisi lansekap Candi Wringin

berseberangan dengan Bubakan. Kali

Lawang yang dipercaya sebagai gerbang

Semarang sangat mungkin difungsikan

bentar yang dilewati Gajah Mada ketika

sebagai benteng alami, dan batas wilayah

meninggalkan

kekuasaan. Jika dugaan tersebut benar,

proses menuju moksa. Candi Wringin

maka perpindahan pusat pemerintahan Ki

Lawang dilengkapi keberadaan sepasang

Ageng Pandanaran(g) II dari Bubakan ke

waringin

Kanjengan paling cepat terjadi pada awal

membingkai jalan menuju gerbang bentar

Kesultanan Pajang sekitar tahun 1550.

yang

Sultan Hadiwijaya atau Joko Tingkir

kediamannya

(Ficus

berfungsi

Benjamina)

sebagai

pintu

dalam

yang

atau

lawang.

sebagai Sultan Pajang memutuskan tetap

Kota-kadipaten Semarang mirip kota

berkedudukan di kota-kadipaten Pajang

kadipaten Bintoro, berada di sisi barat

yang dikembangkan statusnya menjadi

dari meander sungai. Lansekap keduanya

kota-kraton. Kota-kraton Bintoro tidak

pasti

digunakan

pusat

dibandingkan kota-kraton Pajang yang

telah

berada jauh di pedalaman. Maka dapat

akibat

dibayangkan kota kadipaten Semarang

Penangsang.

merupakan sebuah traditional riverfront

sebagai

pemerintahannya

karena

mengalami

kerusakan

penyerangan

Arya

lebih

bernuansa

kebaharian

Meskipun demikian Alun-alun Demak dan

town

Masjid Demak tidak berubah meskipun

panggung di sepanjang tepi timur Kali

JAL, Vol.3 No.2, Des 2012

22

dengan

deretan

rumah-rumah

Abdul Chalim

Semarang

yang

berseberangan

berhadapan

dengan

Gambar

kuno

buatan

VOC

yang

komplek

melukiskan kedatangan perahu-perahu

Kadipaten Semarang. Itulah sebabnya

VOC berukuran besar di pantai Jepara

kenapa Tome Pires juga tertarik untuk

memperlihatkan bangunan Masjid Jepara

mengamati kota Camaram.

masih beratap tumpang-lima (kemudian

Setelah kota-kraton Bintoro rusak dan


ditinggalkan

Sultan

Hadiwijaya

berubah

menjadi

ber-tumpang

telu

maka

setelah tersambar petir), dan lansekap

kota-kadipaten Jepara dan pelabuhannya

daerah pesisiran yang didominasi pohon

berkembang

kelapa.

pesat

di

bawah

pemerintahan Ratu Kalinyamat.

Gambar kuno lain menggambarkan di

Sangat mungkin proses sedimentasi,

depan Masjid Jepara ber-tumpang lima

yang telah menyebabkan Ki Ageng Panda

terdapat ruang terbuka yang sangat luas

Aran I bermigrasi dari Tirang Amper ke

yang dapat dipastikan adalah Pasebaan

Bubakan,

berlangsung

Jepara tetapi tidak menampakkan adanya

Kadipaten

pohon beringin. Pola lansekap demikian

Semarang tidak lagi berada di tepi Laut

sangat mungkin sesuai dengan lansekap

Semarang, dan di sebelah utaranya

kota-kraton Kerta Mataram di masa awal

tumbuh daratan baru. Daratan di bagian

pemerintahan Sultan Agung. Tidak jelas,

barat

nantinya

apakah pada saat Sultan Agung memulai

area

penyerangan ke Batavia pada tahun 1628

permukiman masyarakat Melayu. Lahan

Pasebaan Jepara telah dilengkapi sebuah

rawa di seberang timur perkampungan

pohon

Melayu yang dianggap tidak potensial

merupakan

oleh penguasa lokal dipilih VOC untuk

lapang.

menyebabkan

Kali

berkembang

terus
kompleks

Semarang
lagi

ini

menjadi

lokasi mendirikan bentengnya.

beringin,

ataukah

pelataran

masih

terbuka

yang

Sultan Agung melengkapi Alun-alun

Peta kuna PAAN van het Fort in omleg

Lor di kota-kraton Kerta dengan sebuah

gende Cituatie van Samarangh dibuat

pohon

VOC menjelang loji-nya dipindahkan dari

lansekap

kota-kraton

Jepara. Loji VOC di Jepara didirikan

Sebelumnya

telah

tahun 1613, dan ditinggalkan pada tahun

pohon

1618 karena serangan pasukan Mataram.

Labaricum (Adrisijanti, 2000: 162 dalam

VOC bertahan di bekas benteng Portugis

Roesmanto, 2010). Alun-alun Kidul kota-

yang sudah ada, kemungkinan di Keling-

kraton Kerta belum ada karena Sultan

Kelet yang letaknya tidak jauh dari Pulau

Agung memfokuskan perhatiannya

Mandalika.

mengusir VOC dari Jawa.

JAL, Vol.3 No.2, Des 2012

23

beringin

randu

alas

mengadopsi

Cirebon.

tertanam
atau

pola

sebuah

Bombaxma

Abdul Chalim

Tajuk pohon beringin melebihi pohon

Pola tata ruang Kota Gede hasil dari

randu alas menghadirkan bayangan yang

perabasan Hutan Mentaok menempatkan

luas di hamparan pasir permukaan Alun-

pasebaan di sebelah timur dari kediaman

alun Lor, dan mengatur iklim mikro di

Ki Ageng Pamanahan (sebelum berubah

komplek kraton.

menjadi Masjid Kota Gede). Di pelataran

Permukaan

hamparan

yang

komplek Pasarean Mataram dan Masjid

terkena sinar matahari langsung akan

Kota Gede inilah dapat dijumpai banyak

menghadirkan pemandangan seperti alun

pohon nagasari yang namanya beberapa

di

kali dituliskan di Nagarakretagama.

samudera

pasir

luas.

Samudera

disimboliskan sebagai tempat melebur

Keberadaan Pasebaan Semarang di

segala niat buruk.


Hamparan

sebelah timur dari komplek Kadipaten

pasir

pada

Pasebaan

Semarang, dan letak Pasebaan Jepara di

Semarang sangat mungkin diambil dari

sebelah barat komplek Kadipaten Jepara

bagian hulu Kali Semarang.

memiliki kekhasan karena tidak sesuai


dengan tata ruang kota-kraton Mataram
pada

PATRON LANSEKAP MAJAPAHIT


Tidak ada manuskrip berbentuk babad

Plered,

Agung

yang

utara komplek kediaman raja.

ruang kota-kraton Bintoro, Pajang, Kota


Kerta,

Sultan

meletakkan Alun-alun Lor di sebelah

ataupun serat yang menjelaskan pola tata

Gede,

masa

Menurut

kakawin

Nagarakretagama

Kartasura,

Pupuh 8/1/4. (Slametmulyana, 1979:277)

Surakarta, dan Yogyakarta menerapkan

di kota-kraton Trowulan terdapat tempat

pola tata ruang kota-kraton Trowulan

tunggu

Majapahit.

meronda dan menjaga Paseban. Pada

Dari dimensi kawasannya, kota-kraton

para

tanda

yang

bertugas

Pupuh 8/1/3 disebutkan bahwa para

Trowulan jauh lebih luas dari kota-kraton

tanda

penerusnya. Membandingkan tafsir teks

brahmastana berkaki bodi yang ditanam

Nagarakretagama tentang

berjajar-panjang dan rapi serta bentuknya

ruang

kota-kraton

pola tata

di

bawah

pohon

versi

beraneka ragam di lapangan luas yang

Pigeaud,

dikelilingi parit dan terletak di sebelah

dengan peta-peta kuno kota-kraton Kerta,

barat dari pintu barat pura (dalem /

Plered,

cepuri) yang bernama Pura Waktra.

Stutterheim,

Trowulan

menunggu

Maclaine

dan

ruang

kota-kraton

Surakarta,

terdapat

Brahmasthana dapat diartikan sebagai

kesamaan dalam menempatkan Alun-

sthana atau tempat persemayaman Dewa

alun yaitu di sebelah utara dari dalem /

Brahma (Sang Pencipta) dalam agama

kediaman raja.

Hindu. Bodi atau bodhi erat kaitannya

Kasunanan

tata

Pont,

dengan agama Budha. Perpaduan antara


JAL, Vol.3 No.2, Des 2012

24

Abdul Chalim

brahmastana

dan

bodi

menegaskan

di Pupuh 32/5/2; 7). kayu puring / puring

agama kesatuan yang dianut di Majapahit

(?)

yaitu Hindu-Budha.

Augusta Merr) (?) di Pupuh 32/5/2; 8).

ataukah

kaca

piring

(Gardenia

Pada gambar rekonstruksi kota kraton

kelapa gading (Cocos Capitata) di Pupuh

Trowulan versi Maclaine Pont posisi

32/5/3, dan 59/6/3); juga 9). gelagah

Brahmasthana berada di tengah-tengah

(Saccharum Officinarum) ataukah ilalang

ruang terbuka yang menyerupai Alun-alun

(Imperata Cylindrica) di Pupuh 50/1/4;

Selatan. Perletakannya dikaitkan dengan

10). lada di Pupuh 60/1/3); 11). kesumba

arah ke puncak gunung-gunung di selatan

(Bixa Orellana L) di Pupuh 60/1/3; 12).

kota-kraton Trowulan yang disimboliskan

kapas (Gossypium Hirsutum) di Pupuh

sebagai tempat persemayaman leluhur

60/1/3; 13). pinang (Areca Catechu) di

raja-raja Majapahit. Tetapi dari bentuk

Pupuh 60/1/4; 14). asam (Tamarindus

brahmasthana

yang beraneka ragam

Indica) di Pupuh 60/1/4, dan 68/4/1 atau

yang dimaksud adalah pohon kalpataru

cempaluk di Pupuh 60/3/2&4; 15). wijen

ataupun waringin.

(Sesamum Indicum) di Pupuh 60/1/4; 16).

Berbagai jenis tanaman di kota-kraton

kecubung (Datura Fatuosal) di Pupuh

Trowulan juga disebut di dalam kakawin

60/3/2; 17). rebung dapat diartikan bambu

Nagarakretagama. Pohon-pohon tersebut

atau bambu apus (Gigantochloa Apus)

adalah 1). tanjung (Mimusops Elengi) di

dapat

Pupuh 8/5/2, 11/2/4, 12/1/3, dan 37/1/4;

(Dendrocalamus

2).kesara (Messua Ferrea / Dewadaru) di

wulung (Phyllostachys Puberuka), tetapi

Pupuh 11/2/4; juga 3).cempaka (Michelia

biasanya

Alba) di Pupuh 11/2/4; 4). maja (Aegle

dimakan (untuk bahan utama lumpia)

Marmelos) terdapat di Pupuh 18/4/1; 5).

adalah jenis bambu kuning (Phyllostachys

nagakusuma di Pupuh 32/5/2 disebut juga

Sulphurea) disebutkan di Pupuh 60/3/2;

nagasari atau Dewadaru di Pupuh 37/1/

terdapat

4; dan 6). salaga (Slametmulyana, 1979).

(Bougainvillea) di Pupuh 60/3/2; 19).

juga

jenis

juga

bambu
Asper)

betung

atau

bambu

bambu

yang

18).

dapat

seludang

Tanaman yang terdapat di luar kota-

tunjung merah atau tanjung /(Mimusops

kraton Trowulan antara lain 1). penaka di

Elengi) di Pupuh 83/1/3; 20). kamala

Pupuh 17/3/4; 2). teratai (Neliumbium

benarkah kelor (?) (Moringa Oleifera Lam)

Nucifera) di Pupuh 17/1/3, dan 88/1/3; 3).

di Pupuh 95/3/3; dan 21). asana atau

andung / andong (Cordyline Fruticosa) di

angsana (Pterocarpus Indica) di Pupuh

Pupuh 32/5/2; juga 4). karawira di Pupuh

95/3/3.

32/5/2; 5). kayu mas / kayu jati mas (?) /

Terdapat desa-desa dengan tanaman

(Tectona Grandis) di Pupuh 32/5/2; 6).

yang khas seperti di desa perdikan

menur (Melati Jawa / Jasminium Sambac)

Kasogatan terdapat tanaman 1). jarak (

JAL, Vol.3 No.2, Des 2012

25

Abdul Chalim

Jatropha

Curcas

ataukah

Jatropha

Semarang bisa jadi juga sudah berubah

Multifida) disebutkan di Pupuh 76/3/2); di

menjadi padang rumput.

desa Kebudaan Bajradara terdapat 2).

Toponim beberapa perkampungan di

pohaji atau mangga (Mangifera Indica)

sekitar Kali Semarang seperti Pedamaran

pada

mengindikasikan

Pupuh

77/3/3;

di

desa-desa

pernah

ada

pohon

perdikan Siwa: terdapat tanaman 3).

damar atau tempat pengumpulan getah

kunci (Kaempferia Angustifolia), 4). kuti

dan kayu damar di kampung tersebut;

jati, 5). nilakusuma atau nila (Indigofera

Karang Bidara menandakan suatu tempat

Hendecaphyli) dan 6).sadeng (Lavistonia

yang banyak pohon bidara atau widara-

Rutondifolia)

nya.

pada

Pupuh

76/1/1-3

Kampung Sekayu (memiliki Masjid

ataukah aren (Arenga Pinnata ataukah


daunnya

Sekayu yang dipercaya lebih muda dari

digunakan untuk media penulisan yang

Masjid Demak) yang terletak di arah barat

disebut lontar / rontal.

jalan tradisional di bagian sebelah selatan

Duschesnea

Indica)

yang

komplek Kadipaten Semarang, sangat


mungkin memiliki banyak pohon yang

LANSEKAP TROPIS PRODUK VOC


Lansekap Alun-alun Semarang produk

kayunya untuk material bangunan masjid.

VOC yang berbentuk layang-layang tidak

Pada masa Hindia Belanda deretan

ditandai dengan deretan pohon beringin

pohon johar di sekeliling Alun-alun VOC

di

sebagaimana

dimanfaatkan sebagai tempat berteduh

lansekap Pasebaan Semarang, tetapi

orang-orang yang akan tilik saudaranya

ditanami

dipenjara di gevangenis (penjara, bui).

sepanjang

tepinya

pohon

johar

(Johar

Disambiguasi ataukah Cassia Siamena).

Gemeente

Lansekap

kadipaten

gevangenis yang terdapat di sebelah

Semarang ditandai keberadaan dua alun-

timur dan selatan Alun-alun VOC. Ketika

alun (Alun-alun Tradisional Jawa dan

di atas sebagian Alun-alun Semarang

Alun-alun VOC) dengan vegetasi yang

didirikan bangunan pasar sentral yang

jenis pohonnya berbeda dengan yang

dirancang Thomas Karsten (1933), maka

banyak ditanam di kota-kraton Trowulan

namanya pun lebih terkenal dengan

seperti

sebutan Pasar Djohar.

pusat

pohon

kota

tanjung,

dewadaru,

Semarang

memiliki

Lansekap Alun-alun VOC yang tersisa

cempaka, maja, dan salaga.


Alun-alun VOC kemungkinan sudah

kemudian ditandai deretan pohon asam

berupa ruang terbuka hijau dari hamparan

yang membingkai koridor Jalan Alun-Alun

rumput,

karena

Utara

tempat

pasukan

Hamparan

pasir

difungsikan

sebagai

kompeni

berparade.

pada

Pasebaan

JAL, Vol.3 No.2, Des 2012

dan

Jalan

Alun-Alun

Timur.

Kemungkinan banyak pohon johar yang

26

Abdul Chalim

ditebang

pada

proses

pembangunan

dan berukuran lebih luas yang dikitari

Pasar Djohar dan bangunan kuno lainnya.

deretan pohon johar.

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Lansekap tropis kota Semarang pada

Adrisijanti, Inajati, 2000, Arkeologi Perko

awal berdirinya, ketika masih di Pulau

taan Mataram Islam, Jendela, Yogya

Tirang Amper, ditandai beberapa pohon

karta.

aren dan pandan.

Cortesao, Armando, (ed), 1990, The

Lansekap tropis permukiman Bubakan

Suma Oriental of Tome Pires and

telah memiliki alun-alun berukuran kecil

the Book of Francisco Rodrigues,

dan diwarnai keberadaan pohon asam

Asian Educational Services, New

yang tumbuh jarang.

Delhi-Madras.

Lansekap kota-kadipaten Semarang di

Moentadhim, Martin, 2010, Pajang.Pergo

masa pemerintahan Kesultanan Pajang

lakan Spiritual Politik & Budaya, Gen

ditandai keberadaan pasebaan berbentuk

ta, Jakarta.

trapesium berupa pelataran terbuka dari

Roesmanto,Totok, Supriya Priyanto, 2001

hamparan pasir dengan deretan tiga

Gedongbatu . Purifikasi Arsitektural

pohon asam di sepanjang sisi selatan dan

atau Transformasi Kultural, Laborato

utara.

berupa

rium Konservasi Sejarah Teori Arsitek

diganti

tur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik

pelataran rumput, tetapi tidak pernah

Undip & Laboratorium Budaya Fakul

dilengkapi dengan pohon beringin di

tas Sastra Undip, Semarang.

Pasebaan (Alun-Alun)

hamparan

pasir

kemudian

bagian tengahnya.
Lansekap tropis di

Simon, Hasanu, 2004, Misteri Syekh Siti


awal

Semarang selalu berdekatan

kota

Jenar. Peran Wali Songo dalam Meng

dengan

islamkan

unsur air dalam wujudnya sebagai Laut

Tanah

Jawa,

Pustaka

Pelajar Yogyakarta.

Jawa di Pulau Tirang dan Kali Semarang.

Slametmulyana,

Di daerah sekitar kompleks Kadipaten

Nagarakretagama

1979,
dan

Semarang terdapat pohon kelapa yang

Sejarahnya, Bhratara Karya

menandai lansekap tropis pesisiran.

Jakarta.

Tafsir
Aksara,

Lansekap kota-kadipaten Semarang di


masa pemerintahan Kerajaan Mataram
ditandai keberadaan pasebaan (Alun-alun
Tradisional Jawa) yang dilestarikan, dan
Alun-alun VOC berbentuk layang-layang

JAL, Vol.3 No.2, Des 2012

27

Abdul Chalim

JAL, Vol.3 No.2, Des 2012

28

Abdul Chalim

Anda mungkin juga menyukai