Anda di halaman 1dari 29

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Kus Tri Andyarini, SE, M.Si

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas


penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi WP Dalam Negeri yang
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan, jabatan, jasa, dan kegiatan lainnya.

Setelah Tax Reform yang pertama pada tahun 1984, kemudian


tahun 1994 dan terakhir tahun 2008, pemungutan Pajak Penghasilan
menganut self assesment system. Dalam pemungutan Pajak
Penghasilan Pasal 21 selain self assesment system juga berlaku
witholding tax system.

Petunjuk mengenai Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran, dan


Pelaporan PPh Pasal 21 dan 26 sehubungan dengan pekerjaan ,
jasa dan kegiatan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor :PER-31/PJ/2009 Tentang Pedoman Teknis
Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21
dan/atau PPh Pasal 26 sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa dan
Kegiatan Orang Pribadi.

Wajib Pajak yang Dipotong PPh


Pasal
21 PPh pasal 21 adalah wajib pajak orang

Yang dipotong

pribadi dalam negeri yang menerima/memperoleh


penghasilan sehubungan dengan pekerjaan/jasa yang
dilakukan di Indonesia dari pemotong pajak yang terdiri dari :
Pegawai
Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat
pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua,
termasuk ahli warisnya
Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau
kegiatan
Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam
suatu kegiatan

Tidak Termasuk Subjek Pajak


Yang tidak termasuk Wajib Pajak PPh pasal 21 adalah :
1.

pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara
asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja
pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan
warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau
memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut,
serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;

2.

pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang
telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga
negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau
pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

Penghasilan
Yang
Dipotong
PPh Pasal 21
Penghasilan teratur, yang
dapat berupa
:

Gaji, tunjangan dan premi asuransi yang dibayar pemberi kerja, Uang pensiun bulanan

Penghasilan yang tidak teratur, yang dapat berupa :

Jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, THR, bonus, premi tahunan dan sebagainya yang
bersifat tidak tetap

Uang tebusan pensiun, Tabungan Hari Tua, pesangon, dan sebagainya.


Uang harian, mingguan, satuan, dan borongan.
Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan, komisi, bea siswa atau imbalan lain atas
pekerjaan dan jasa atau kegiatan yang dilakukan di Indonesia oleh Wajib Pajak Dalam Negeri,
yang terdiri atas :

Tenaga ahli atau persekutuan tenaga ahli


Pemain musik, penyanyi, pelawak, bintang film, MC, dan lain-lain
Olahragawan
Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.
Pengarang, peneliti, penterjemah
Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistim aplikasinya, telekomunikasi,
elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial,
Agen iklan,
Pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan, peserta sidang
atau rapat, dan tenaga lepas lainnya dalam segala bidang kegiatan,
Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan
Peserta perlombaan
Petugas penjaja barang dagangan
Petugas dinas luar asuransi
Peserta pendidikan, pelatihan dan pemagangan
Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya.
Penerimaan natura dan kenikmatan yang diberikan oleh bukan WP atau Wajib Pajak yang dikenakan
PPh yang bersifat Final dan yang dikenakan PPh berdasarkan Norma Penghitungan Khusus (deemed
profit).

Tidak Termasuk Penghasilan


Yang Dipotong PPh Pasal 21
1.

Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea
siswa;

2.

Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan
oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau
kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh bukan Wajib
Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final; atau Wajib Pajak
yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed profit).;

3.

Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada badan
penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang
dibayar oleh pemberi kerja

4.

Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi
pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah;

5.

Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l Undang-Undang Pajak
Penghasilan.

Pemotong PPh Pasal 21

Pemberi kerja yang terdiri dari Orang Pribadi maupun Badan


Bendahara atau pemegang kas pemerintah
Dana pensiun atau badan lain yang membayar uang pensiun dan lainlain
Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
serta badan yang membayar honorarium dan imbalan lain
Penyelenggara kegiatan yang membayar honorarium, hadiah atau
penghargaan dalam bentuk apapun kepada WP Orang Pribadi Dalam
Negeri.

Dikecualikan dari kewajiban memotong PPh pasal 21 adalah:

Kantor perwakilan negara asing;

Organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang
telah ditetapkan oleh Menteri Kuangan;

Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha


atau pekerjaan bebas yang semata-mata mempekerjakan orang
pribadi untuk melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan
bukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas

Pengurangan Yang Diperbolehkan


1.

2.
3.

4.

Biaya jabatan = 5% x Penghasilan bruto


1.
Maksimal Rp 500.000,- per bulan atau Rp 6.000.000,- pertahun
2.
Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang
bekerja sebagai pegawai tetap tanpa memandang mempunyai jabatan atau
tidak.
Biaya pensiun = 5% x Pensiun bruto
1.
Maksimal Rp 200.000,- per bulan atau Rp 2.400.000,- per tahun
Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan
penyelenggara THT atau JHT
PTKP
perbulan
pertahun

WP sendiri
Rp 1.320.000,Rp 15.840.000,
Status kawin
110.000,1.320.000,
Tanggungan (max-3)
110.000,1.320.000,

Karyawati kawin, PTKP hanya untuk dirinya sendiri, jika tidak kawin boleh
ditambah tanggungan
Dengan SK dari Kecamatan yang menerangkan bahwa suaminya tidak
memperoleh penghasilan, PTKP karyawati dapat ditambah status kawin
dan tanggungannya
PTKP ditetapkan sesuai keadaan pada awal tahun atau awal bulan
kedatangan di Indonesia

Cara Menghitung PPh Pasal 21


Pegawai Tetap dari Ph Teratur
Gaji sebulan
Rp.
Premi Asuransi (dibayar pemberi kerja)
Tunjangan-tunjangan
Penghasilan bruto
Rp.
Pengurang :
1. Biaya Jabatan = 5 % x Ph. Bruto = Rp. xxx
(maksimum Rp. 500.000,-/bulan)
2. Iuran Pensiun (dibayar karyawan)
xxx
3.
Iuran THT (dibayar karyawan)
xxx+
Penghasilan neto sebulan
Rp.
Penghasilan neto setahun (x12)
PTKP
Penghasilan Kena Pajak (PKP)
PPh Pasal 21 setahun = PKP x Tarif Pasal17 = AA
sebulan = AA/12

xxx
xxx
xxx +
Xxx

xxx Xxx
Rp.
Rp.

xxxx
Xxx
xxxx

Cara Menghitung PPh Pasal 21


Pegawai Tetap dari Ph Teratur
Desember
Gaji (Jan Des)
Rp.
xxx

Premi Asuransi (dibayar pemberi kerja) (Jan Des


xxx

Tunjangan-tunjangan (Jan- Des)


xxx

Penghasilan Tidak Teratur (Jan- Des)


xxx +
Penghasilan bruto
(Jan Des)
Rp.
Xxx

Pengurang : (Jan Des)


1. Biaya Jabatan = 5 % x Ph. Bruto = Rp. xxx
(maksimum Rp. 6.000.000)
2. Iuran Pensiun (dibayar karyawan)
xxx
3.
Iuran THT (dibayar karyawan)
xxx+
xxx Penghasilan neto setahun
Rp.
xxxx
PTKP
Xxx
Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Rp. xxxx
PPh Pasal 21 (Jan Des) = PKP x Tarif Pasal17 = AA
PPh Pasal 21 (Jan Nov)
BB PPh Pasal 21 Bulan Desember
CC

PPh Pasal 21 Pegawai Tetap atas


Penghasilan Tidak Teratur ( Mis.
Bonus, THR)
I.
II.

PPh Pasal 21 setahun atas ph teratur setahun dan ph tdk teratur Rp XX


PPh Pasal 21 setahun atas ph teratur setahun
Rp XXPPh Pasal 21 setahun atas ph tdk teratur

Rp XX

PPh Pasal 21 atas Ph Teratur


dan Ph Tdk Teratur
Gaji setahun
Rp xx
Premi Asuransi sethn
xx
Tunjangan setahun
xx +
Ph. Teratur setahun
xx
Ph. Tidak Teratur
xx +
Ph. Bruto
xx
Pengurang setahun
xx Ph. Neto setahun
xx
PTKP
xx PKP
xx
PPh Ps 21 sethn Ph Teratur &
Tdk Teratur = PKP x Tarif Ps 17 = A

PPh Pasal 21 atas Ph Teratur

Rp. Xx
xx
xx +
xx
---- +
xx
xx xx
xx xx
PPh Pasal 21 sethn atas PhTeratur =
PKP x Tarif Ps 17 = B

PPh Pasal 21 Pegawai Tetap atas


Rapel
I.
II.

PPh Pasal 21 sebulan setlah kenaikan gaji x bulan yang dirapel Rp XX


PPh Pasal 21 sebulan seblm kenaikan gaji x bulan yang dirapel Rp XX PPh Pasal 21 atas rapel
Rp XX

PPh Pasal 21 Gaji Setelah Naik


Gaji sebulan
Rp xx
Premi Asuransi sebulan
xx
Tunjangan sebulan
xx +
Ph. Bruto
xx
Pengurang sebulan
xx Ph. Neto sebulan
xx
Ph. Neto setahun
PTKP
PKP

xx
xx xx

PPh Psl 21 Sethn=PKP x Tarif Ps 17= C


sebulan = C/12 = A

PPh Pasal 21 Gaji Sebelum Naik


Rp. Xx
xx
xx +
xx
xx xx
xx
xx xx
PPh Psl 21 Sethn=PKP x Tarif Ps 17= D
sebulan = D/12 = B

Pegawai Tetap yang Mulai Kerja, Kewajiban


pajak subjektif ada pada awal tahun atau
berakhir setelah tahun pajak
Gaji sebulan
Rp.
xxx
Premi Asuransi (dibayar pemberi kerja)
xxx
Tunjangan-tunjangan
xxx +
Penghasilan bruto
Rp.
Xxx
Pengurang :
1. Biaya Jabatan = 5 % x Ph. Bruto = Rp. xxx
(maksimum Rp. 500.000,-/bulan)
2. Iuran Pensiun (dibayar karyawan)
xxx
3.
Iuran THT (dibayar karyawan)
xxx +
xxx Penghasilan neto sebulan
Rp.
Xxx
Penghasilan neto setahun x bulan kerja
Rp.
PTKP
Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Rp.
PPh Pasal 21 setahun = PKP x Tarif Pasal17 = AA
sebulan = AA/bulan kerja

xxxx
Xxx
xxxx

Pegawai Tetap yang Mulai Kerja, Kewajiban


pajak subjektif ada setelah awal tahun atau
berakhir dalam tahun pajak
Gaji sebulan
Rp.
xxx

Premi Asuransi (dibayar pemberi kerja)


xxx

Tunjangan-tunjangan
xxx +
Penghasilan bruto
Rp.
Xxx

Pengurang :
1.
Biaya Jabatan = 5 % x Ph. Bruto = Rp. xxx
(maksimum Rp. 500.000,-/bulan)
2.
Iuran Pensiun (dibayar karyawan)
xxx
3.
Iuran THT (dibayar karyawan)
xxx +
xxx Penghasilan neto sebulan
Rp.
Xxx
Penghasilan neto n bulan kerja
xxx
Penghasilan neto setahun (12/bln kerja)x Ph Neto n bln kerja Rp.
PTKP
Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Rp.
PPh Pasal 21 setahun = PKP x Tarif Pasal17 = AA
terutang setahun = bulan kerja/12 x AA = BB
sebulan = 1/bulan kerja x BB

xxxx
Xxx
xxxx

1. Pegawai tetap, penerima pensiun bulanan, pegawai tidak


tetap, pemagang dan calon pegawai
PPh Pasal 21 = Tarif Pasal 17 ayat 1 huruf a x PKP
Dimana: PKP
Pegawai Tetap; Penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan
(5% dari penghasilan bruto, maksimum Rp 6.000.000,- setahun
atau Rp 500.000,- (sebulan); dikurangi iuran pensiun, Iuran
jaminan hari tua, dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP)

Penerima Pensiun Bulanan; Penghasilan bruto


dikurangi biaya pensiun (5% dari penghasilan
bruto, maksimum Rp 2.400.000,- setahun atau
Rp 200.000,- sebulan); dikurangi PTKP.
Pegawai tidak tetap, pemagang, calon pegawai
yang penghasilan dibayar bulanan atau jumlah
kumulatif penghasilan melebihi Rp. 1.320.000:
Penghasilan bruto dikurangi PTKP yang
diterima atau diperoleh untuk jumlah yang
disetahunkan.

2. Pegawai harian, pegawai mingguan, pemagang, dan calon pegawai, serta pegawai tidak tetap lainnya
yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan dan uang saku harian

Tidak Dipotong PPh Pasal 21 atas Penghasilan Bruto sampai dengan Rp. 150.000,- sehari, sepanjang
tidak melebihi Rp.1.320.000,- sebulan.

Bila jumlahnya melebihi Rp.150.000 sehari tetapi dalam satu bulan takwim jumlahnya tidak melebihi Rp.
1.320.000,- dan atau tidak di bayarkan secara bulanan,
PPh Psl 21/hari = 5% x ( Ph bruto - Rp.150.000).

Bila dalam satu bulan kalender jumlahnya melebihi Rp.1.320.000,- sebulan dan kurang dari Rp. 6.000.000
PPh Psl 21/hari = 5% x (Ph bruto - PTKPsebenarnya/360)

Bila dalam satu bulan kalender jumlahnya melebihi Rp. 6.000.000 , dan penerima upah bulanan
PPh Psl 21= Tarif Ps 17 x (Ph bruto disetahunkan - PTKP)
12

3. Anggota Dewan Pengawas atau Dewan Komisaris yang tidak


merangkap sebagai pegawai tetap, mantan pegawai yang
menerima jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau
imbalan lain yang bersifat tidak teratur dan Peserta Program
Pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai yang menarik
dana
PPh Pasal 21 = Pasal 17 (1)( a) x Kumulatif Jml Ph Bruto

4. Bukan Pegawai : Tenaga Ahli yang melakukan pekerjaan


bebas (pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan,
notaris, penilai dan aktuaris)
PPh Pasal 21 = Tarif Ps 17( 1)a x Kumulatif (50% x Ph Bruto)

5. Bukan Pegawai : Selain tenaga Ahli yang memperoleh


penghasilan yang bersifat berkesiambungan:
a.Punya NPWP dan hanya menerima Ph dari pemotong YBS
PPh Psl 21 = Pasal 17 (1)( a) x Kumulatif ((50% x Jml Ph
Bruto) PTKP Bulanan))
b. Tidak Punya NPWP atau menerima Ph dari selain
pemotong YBS
PPh Psl 21 = Pasal 17 (1)( a) xKumulatif (50% x Jml Ph Bruto)
6. Bukan Pegawai : Selain Tenaga Ahli yang memperoleh
Penghasilan yang bersifat tidak berkesinambungan
PPh Pasal 21 = Tarif Ps 17( 1)a x 50% x Jumlah Ph Bruto

7. Peserta Kegiatan

PPh Psl 21 = Pasal 17 (1)( a) x Jml Ph Bruto

JIKA TIDAK MEMILIKI NPWP


PPh Pasal 21 = 120% x Jumlah PPh Pasal 21
(yang bersifat tidak final)

8. Penerima uang pesangon, uang manfaat pensiun, Tunjangan


Hari Tua dan Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus
(PMK No. 16/PMK.03/2010) ditetapkan khusus
PPh Pasal 21 Final= Tarif PPh final x Ph Bruto
Tarif PPh Pasal 21 Final UANG PESANGON:
0% dari Ph Bruto s.d. Rp. 50.000.000.
5% dari Ph Bruto diatas Rp. 50.000.000 s.d. Rp. 100.000.000.
15% dari Ph Bruto diatas Rp. 100.000.000 s.d. Rp. 500.000.000.
25% dari Ph Bruto diatas Rp. 500.000.000.
Tarif PPh Pasal 21 Final UANG MANFAAT PENSIUN, TUNJANGAN
HARI TUA ATAU JAMINAN HARI TUA:
0% dari Ph Bruto s.d. Rp. 50.000.000.
5% dari Ph Bruto diatas Rp. 50.000.000
TARIF BERLAKU KUMULATIF JIKA DIBAYAR PALING LAMA 2
TAHUN KALENDER.
JIKA DIBAYAR PADA TAHUN KETIGA ATAU TAHUN BERIKUTNYA:
PPh Pasal 21 = Tarif Ps 17(1)(a) x Jumlah Bruto

9.Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/POLRI


yang menerima honorarium dan imbalan lain
yang sumber dananya berasal dari Keuangan
Negara atau Keuangan Daerah kecuali yang
dibayarkan kepada PNS Gol. lId kebawah,
anggota TNI/POLRI Peltu kebawah/ Ajun
Insp./Tingkat I Kebawah
PPh Ps. 21 Final = 15% x Penghasilan Bruto

Tax Planning PPh Ps 21

Karyawan
Taxable vs Non Taxable
Perusahaan
Deductable vs Non Deductable
Natura atau kenikmatan-jika yang memberikan
WP/Pemerintah== Barang Non taxable-Non
deductable ditingkat perusahaan
Makan Siang konsep diatas tidak berlaku

Tugas
Ny. Ratna bekerja pada PT ABC dengan gaji Rp. 4.500.000 sebulan.
Setiap bulan ia menerima tunjangan jabatan Rp. 750.000, beras
sebanyak 30 kg dengan harga pasar beras Rp. 6.000/kg.
Perusahaan membayar iuran pensiun dan premi asuransi masingmasing sebesar Rp. 200.000 dan Rp. 150.000 setiap bulannya. Ny
Ratna menikah dan mempunyai 2 orang anak kandung.
Hitunglah :
a.
PPh Pasal 21 yang dipotong oleh PT ABC setiap bulannya.
b.
PPh Pasal 21 atas Rapel, bila pada bulan Juli gaji pokok naik
menjadi Rp. 5.000.000.
c.
PPh Pasal 21 atas THR bila pada bulan September, ia menerima
THR satu bulan gaji pokok.
d.
PPh Pasal 21 yang harus dipotong bulan Desember.

Tugas
1.

2.
3.

Tuan Ali, menikah dan memiliki anak kedua tanggal 5


Mei 2009, bekerja pada PT Maju dengan gaji Rp.
6.500.000/bulan. Setiap bulan ia menerima tunjangan
kesehatan sebesar Rp. 500.000 dan tunjangan jabatan
Rp. 1.000.000. Perusahaan memberikan makan siang
di kantin senilai Rp. 400.000. Iuran pensiun dibayar
oleh perusahaan 1 % dan karyawan 0,5% dari gaji
pokok. Hitung PPh Pasal 21 yang dipotong
perusahaan pada bulan Agustus 2009.
Rahmat mendapat upah dari PT Maju sebesar Rp.
300.000 sehari. Ia bekerja selama 6 hari. Status K/1.
Ny Murni, menikah dan mempunyai satu orang anak
kandung, memperoleh upah sehari sebesar Rp.
120.000. Ia bekerja selama 20 hari.

Tugas Pegawai Tidak Tetap


1.
2.
3.
4.
5.

Pak Ali, TK/0, upah harian Rp. 120.000. Ia bekerja


selama 20 hari.
Pak Budi, K/1, upah harian Rp. 200.000. Ia bekerja
selama 10 hari.
Pak Jaya, TK/0, upah harian Rp. 80.000. Ia bekerja
selama 15 hari.
Pak Karta, K/1, upah harian Rp. 300.000. Ia bekerja
selama 25 hari.
Pak Maman, TK/0, upah bulanan Rp. 3.000.000.

Tugas
1.

2.

3.

4.

Tn. Mandala, K/2, adalah pegawai PT Nuansa. Ia memiliki NPWP. Pada tahun 2011, ia
memperoleh komisi sebagai agen asuransi sbb: Januari Rp. 40.000.000, Februari Rp.
50.000.000, Maret Rp. 60.000.000 dan April Rp. 70.000.000. Hitung PPh Pasal 21 setiap
bulannya.
Ny. Cantika menikah dengan Tn. Mandala (seorang pegawai PT Nuansa yang mempunyai
NPWP) dan mempunyai dua anak kandung. Pada tahun 2011, ia memperoleh komisi
sebagai agen asuransi sbb: Januari Rp. 30.000.000, Februari Rp. 40.000.000, Maret Rp.
50.000.000 dan April Rp. 60.000.000. Hitung PPh Pasal 21 setiap bulannya.
Tn. Rama, K/3(mempunyai NPWP) seorang dokter yang praktek di Klinik Sehat .
Penghasilan dari klinik dibagi antara klinik dan dokter dengan persentase 20% dan 80%.
Pada tahun 2011, Penghasilan Bruto sbb: Januari Rp. 25.000.000, Februari Rp.
40.000.000, Maret Rp. 50.000.000 dan April Rp. 40.000.000. Hitung PPh Pasal 21 setiap
bulannya.
Tn. Jamal, K/1, berhenti kerja tanggal 15 April 2011 memperoleh uang pesangon sebesar
Rp. 350.000.000. Uang tersebut dibayar pada tahun 2011 Rp. 100.000.000, tahun 2012
Rp. 100.000.000 dan tahun Rp. 150.000.000. Hitung PPh Pasal 21-nya.

Anda mungkin juga menyukai