Anda di halaman 1dari 11

NAMA :

- ASTRI IMANIYATI - 7116140002


- HIJRAH SYAPUTRA 711610010
___________________________________________________________

PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL


PRINSIP KEDUABELAS :
Dengan persiapan, peserta didik dapat mengembangkan
kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri
dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat
respon yang benar.1

Kesiapan individu akan membawa individu untuk siap


memberikan respon terhadap situasi yang dihadapi melalui cara
sendiri. Seperti yangdiungkapkan oleh Slameto (2010:113) bahwa :
kesiapan adalah keseluruhan semua kondisi individu yang
membuatnya siap untukmemberikan respon atau jawaban di dalam
caratertentu terhadap situasi tertentu 2
Kondisi tertentu yang dimaksud adalah kondisi fisik dan
psikisnya,sehingga untuk mencapai tingkat kesiapan yangmaksimal

Suparman, Atwi. Desain Instruksional. Jakarta. UT : 2010


Dessy Mulyani,Hubungan Kesiapan Belajar Siswa Dengan Prestasi
Belajar, http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Vol.2 Nomor 1
Januari 2013 KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling Hlm. 27 31 (diakses
tanggal 25 Maret 2015 )

diperlukan kondisi fisik dan psikis yangsaling menunjang kesiapan


individu tersebutdalam proses pembelajaran.
Pembelajar mandiri merupakan sifat umum manusia yang
ada dalam diri setiap orang dengan tingkat yang berbeda. Mandiri
dalam belajar dapat terjadi dalam berbagai macam situasi.
Meskipun situasi belajar tertentu lebih kondusif untuk belajar
mandiri daripada yang lain, hal tersebut merupakan karakteristik
pribadi

para

pelajar

(termasuk

kualitas

pikiran

dan

perilaku(kepribadian) serta kemampuan dan keterampilan yang


diperoleh) yang akhirnya menentukanapakah belajar mandiri akan
berlangsung dalam situasi pembelajaran tertentu.
Dalam prinsip pembelajaran ini, kata mengembangkan
kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajarnya sangat erat
kaitannya dengan

student center, dimana instruksional atau

pembelajaran haruslah dapat mengembangkan potensi atau


kemampuan dalam merangsang siswa untuk dapat menciptakan
peristiwa belajar sendiri sesuai dengan kemampuan, karakteristik
dan juga minat yang dimilikinya. Hal ini sangat penting, mengingat
pada dasarnya banyak ahli menyatakan bahwa belajar merupakan
proses individu yang sangat privasi pada setiap orang, walaupun
kegiatan pembelajaran dilakukan bersama-sama didalam satu
kelas, namun pada prinsipnya proses kebersamaan itu harus
memfasilitasi belajar siswa per individu, inilah tantangannya.
Sebagai seorang pengajar, guru/ pendidik sangat membutuhkan

analisis peserta didik untuk menstimulasi dan melakukan gaining


attention terhadap anak sesuai dengan karakteristik mayoritas,
misalnya secara IQ rata-rata, umur, dan tingkat perkembangan
psikologis (misalnya taraf operasioan konkrit, atau formal, atau pra
operasional konkrit), gaya belajar mayoritas, dll.
Dengan mengetahui karakteristik secara matang maka guru
akan memiliki informasi apa yang harus dilakukan untuk dapat
menstimulasi peserta didik agar terdorong untuk melakukan
kegiatan sendiri dalam menyelasikan tugas atau mengatur dan
mengiorganisasi kegiatan belajarnya dan memotivasi siswa untuk
berfikir kritisa dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga
proses belajar tidak hanya terbatas pada area kelas/klasikal namun
dapat tetap dilakukan dimana saja dan kapan saja dengan
kemandirian siswa untuk mencaritahu secara lebih detail mengenai
materi yang dipelajari.
Implikasi prinsip ini dalam teknologi instruksional adalah
pemberian kemungkinan bagi peserta didik untuk memilih waktu,
cara dan sumber-sumber lain sesuai dengan karakteristiknya,
disamping yang telah ditetapkan dalam system instruksional agar
dapat membuat dirinya mencapai tujuan instruksional. 3
Jika ditilik lebih dalam,

kata pemberian kemungkinan bagi

peserta didik untuk memilih waktu, cara dan sumber-sumber lain ,


3

Op.Cit, 29

hal ini sangat erat kaitannya dengan Resource based learning atau
Belajar berbasis aneka sumber. Sumber belajar yang dapat
digunakan siswa tidak terbatas pada apa yang dipersiapkan oleh
guru dikelas saja, namun dapat berupa lingkungan sekitar, fakta
atau fenomena yang terjadi, kejadian alam, konsep atau buku
literature tertulis lain baik cetak maupun online. Menurut penulis,
opportunity atau kesempatan bagi siswa

diberikan dengan

guidelines dari guru agar dapat mencari tahu jawaban dari


pertanyaan yang diberikan dengan manfaatkan atau menggunakan
aneka sumber. Contoh-contoh yang lebih konkrit atau ingin
mengetahui informasi tambahan, pelengkap/ pengetahuan lebih
dalam mengenai topik yang dibahas. Kegiatan diatas juga dapat
diaplikasikan dengan banyak bentuk, misalnya wisata intelektual,
menonton

berita

diperpustakaan, dll.
Pembelajar

dirumah,
mandiri

membaca
dan

buku

beraneka

ensiklopedia

sumber

dengan

persiapan yang bertanggung jawab seperti diatas diungkapkan


Knowles sebagai sebuah proses di mana individu mengambil
inisiatif, dengan atau tanpabantuan orang lain, dalam mendiagnosis
kebutuhan belajar, mengidentifikasi dan memilih materi untuk
belajar sehingga pembelajaran lebih bermakna. 4
4

Anisa
Widyaningtyas,
Sukarmin,
Yohanes
Radiyono,Peran
Lingkungan Belajar Dan Kesiapan Belajar Terhadap Prestasi Belajar
FisikaSiswa Kelas XSekolah Menengah Atas Negeri 1 Pati,
http:http://eprints.uns.ac.id/14421/1/1773-3964-1-SM.pdf Jurnal
Pendidikan Fisika (2013) Vol.1 No.1 hal 136 (diakses tanggal 25 Maret
2015 )

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai contoh-contoh


aplikasi prinsip pembelajaran ini dengan lebih detail , maka akan
dijabarkan pada contoh-contoh dibawah ini :
1. CONTOH PENERAPAN PADA LEVEL SEKOLAH DASAR
Disini, tujuan instruksional telah dirumuskan. Misalnya untuk
anak kelas 6 SD, Tujuan instruksional khusus untuk mata pelajaran
IPA adalah peserta didik diharapkan dapat menghitung umur
tanaman pada ketebalan korteks batang dengan pengukuran 80%
benar. Pengembangan instruksional yang dilakukan adalah pada
pertemuan sebelumnya guru melakukan proses gaining attention
atau menarik perhatian sebelum mengajarkan topik ini dengan
pertanyaan :
Anak-anak apakah kalian pernah mengunjungi kebun raya
bogor? (anak anak menjawab), kemudian guru bertanya, kalau
begitu, disana yang kalian lihat apa disana? (anak akan ada yang
menjawab pohon), dengan jawaban anak guru mengajak anak
berfikir, Nah, pohon-pohon yang ada dikebun raya bogor diukur
umurnya dengan cara bagaimana ya? sampai kita bisa tahu mana
pohon yang tertua yang usianya sudah ratusan tahun sebelum kita
lahir?? (guru menunjukkan foto pohon tua itu)
Setelah itu, anak-anak diberikan guidance oleh guru. Anak
anak diberikan daftar pertanyaan yang menuntunnya untuk

membaca bagaimana cara mengukur umur tanaman dari berbagai


sumber, Pembahasan mengenai hasil temuan anak-anak dan
bagaimana

cara

mengukurnya

akan

dilakukan

dipertemuan

berikutnya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk


belajar dari beragam sumber lain , anak-anak juga dapat mengulas
penjelasan lewat buku bacaan diperpustakaan, internet, dll untuk
memberikan

kebebasan

kepada

siswa

dalam

memilih

dan

melengkapi sumber dan bahan belajarnya sendiri guna melakukan


persiapan belajar sebelum pertemuan berikutnya dimulai.
Pertemuan berikutnya sudah ditunggu-dittunggu anak-anak
dengan segudang informasi yang mereka miliki. Anak-anak
diberikan kesempatan untuk mengungkapkan hasil temuan yang
dimilikinya tentang bagaiman cara mengukur usia pohon/tanaman.
Proses ini akan menjadi suatu diskusi yang interaktif karena
masing-masing anak sudah memiliki persepsi masing-masing dari
beragam sumber yang ditemui. Setelah proses diskusi, guru
meluruskan dan mengambil kesimpulan dari hasil temuan anakanak. Kemudian, anak-anak diminta untuk menghitung usia sampel
balok pohon kecil yang guru bawa dan menentukan usianya
dengan penulisan laporan . Hal tersebut sangat bermnafaat untuk
proses kemandirian dan tanggung jawab anak.

2. CONTOH PENERAPAN PADA LEVEL SEKOLAH MENENGAH


PERTAMA
Misalnya, contoh tujuan pembelajaran khusunya adalah siwa
diharapkan dapat menjelaskan asal

asal-usul makhluk hidup

berdasarkan teori Abiogenesisi dan Biogenesis dengan 80% benar.


Anak-anak sebelumnya diberikan modul yang berisi tentang
penjelasan mengenai teori Abiogenesis dan biogenesis, Sebelum
pelajaran diberikan, pada minggu sebelumnya anak-anak sudah
diingatkan untuk membaca tentang materi abiogenesis dan
biogenesis dari beragam sumber. Pada saat yang sama guru
memberikan stimulant untuk menarik perhatian siswa dengan u
menjelaskan manfaat anak mempelajari materi ini, yaitu kita akan
mengetahui hakikat munculnya makhluk hidup secara ilmiah,
misalnya bakteri asalnya darimana, air asalnya darimana, dengan
video-video pendukung dan lain sebagainya sehingga anak
diarahkan pada pemikiran Science is Cool!
Setelah itu, guru meminta anak mencari referensi terkait
materi Abiogenesis dan Biogenesis sehingga kita mengetahui asal
mula kromosom, asal mula sel dll dirumah dengan mebebaskan
sumber belajar yang dipilih apa dan darimana. Setelah itu, pada
pertemuan berikutnya, barulah guru mem anak mendiskusikan hasil
temuannya didalam kelas.

Guru mengajak anak untuk bisa bediskusi dan memberikan


hasil bacaan dan temuan yang dimiliki agar dapat menjadi
pengetahuan bersama. Hal ini sangat bermanfaat karena anak
yang sudah membaca akan semakin kuat retensinya dengan
menjelaskan sesuai dengan teori kognitif Gagne. Maka proses
recall dari persiapan materi yang telah dilakukan tersebut
merupakan

suatu

sitematika

prosedur

untuk

mencapai

pembelajaran mandiri yang sarat dengan penguatan.


Didalam

proses

pembelajaran

diatas,

guru

telah

memberikan kebebasan dan kesempatan untuk anak melakukan


persiapan dan pengiorganisasian terhadap materi yang akan
dipelajari. Pada kenyataannya banyak anak yang akan menemukan
beragam informasi baru mengenai materi yang sedang dipelajari
karena proses persiapan tersebut, sehingga anak-anak dapat
memberikan ssumbangan pemikiran dan pengetahuan untuk
semua warga kelas. Hal ini sangat baik untuk melatih kemandirian
dan tanggungjawab anak. Melalui keprcayaan guru terhadap anak
untuk menentukan sumber dan cara beajarnya sendiri saat mencari
informasi terkait materi abiogenesis dan biogenesis maka rasa
kepercayaan diri dan ingin tahu anak akan terfasilitasi dan
tersalurkan.

3. CONTOH PENERAPAN PADA LEVEL SEKOLAH MENENGAH


ATAS
Pada level SMA, prinsip ini sangat menarik untuk dilakukan.
Saat anak-anak melihat fenomena-fenomena alam yang besar
seperti tsunami, atau badai atau angin putting beliung, Hal apapun
disekeliling dapat menjadi sumber belajar. Misalkan untuk mata
pelajaran Geografi, Tujuan instruksional khususnya adalah Siswa
diharapkan dapat menjelaskan proses terjadinya Tsunami skala
besar dengan 80% benar.
Siswa sebelumnya diajak untuk berfikir kejadian-kejadian
dijepang, dibanda aceh, dll beberapa tahun silam. Tsunami hebat
melanda tanpa terduga. Hal tersebut menjadi suatu perbedaan
yang cukup signifikan antara dua negara Indonesia dan Jepang. Di
Indonesia jumlah korban tsunami hampir mencapat 1000 jiwa,
sedangkan di Jepang dengan keporak-porandaan yang lebih besar
namun antisipasi dan korban jiwa jauh lebih sedikit, hanya sekitar
200 jiwa. Mengapa hal tersebut terjadi? Mengapa manusia bisa
dikalahkan oleh Alam? Apakah hal itu bisa diatasi? Apakah wajar
dizaman modern kita kembali lagi kezaman animism yang
menganggap alam memiliki kekuatan supranatural? Pernahkah kita
berfikir bagaimana cara mengatasinya? Mengantisipasinya?

Dengan memberikan pertanyaan tersebut guru kemudian


meminta siswa untuk mencari tahu semua hal tenrkait tsunami,
bagaimana prosesnya, apa gejala yang muncul sebelum tsunami
tiba, berapa waktu yang diperlukan untuk evakuasi dengan skala
jarak yang pasa? Bagaimana bentuk antisipasi dan Proses detail
terjadinya tsunami serta prediksi daerah-daerah mana yang
potensial mengalami tsunami skala besar? Hal tersebut akan
didiskusikan dipertemuan berikutnya. Siswa diberikan kebebasan
dalam mempersiapkan

semua

materinya

dengan beragama

sumber yang menjadi referensi mereka untuk menemukan semua


pertanyaan.
Saat pertemuan berikutnya tiba, anak anak dipersilahkan
memberikan argumennya terkait penemuan ilmiah yang dilakukan
dengan, Hal ini dilakukan untuk melatih siswa mempertanggung
jawabkan apa yang telah ditemukannya agar dapat bermanfaat
bagi oranglain. Setelah itu,

siswa di minta membuat laporan

sebagai bentuk referensi atau modul tsunami yang akan diberikan


kepada BMKG provinsi , utamanya daerah-daerah yang rawan
tsunami. Dengan project seperti ini, anak-anak akan merasa
kebermaknaan langsung dalam belajar dengan persiapan yang
matang dan beraneka sumber untuk menghasilkan karya nyata
yang bermanfaat bagi oranglain. Kesemua proses tersebut sangat
bermanfaat uuntuk melatih kognitif, afeksi dan psikomotor siswa.

Bahkan hasil tujuan pembelajaran yang dicapai siswa akan jauh


melampaui dari batas target yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai