Anda di halaman 1dari 6

Nama : Vindy Rahmatika

NIM : 125130101111056
Kelas

:D

Istilah-istilah penting :
Escherichia coli O157 H:7
Escherichia coli O157 H:7 adalah bakteri

yang mempunyai peran cukup

penting dalam penyakit zoonosis yang disebarkan melalui makanan. Meskipun secara
normal E. coli terdapat pada saluran pencernaan baik manusia maupun hewan, tetapi
E. coli O157 H:7 adalah strain yang virulen berasal dari hewan sapi dan domba.
Beberapa jenis bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara terjadinya infeksi E.
coli O157 H:7, tetapi biasanya bahan pangan yang berperan sebagai foodborne
disease tersebut adalah bahan pangan yang berasal dari hewan sapi. Bahan pangan
tersebut antara lain daging sapi dan susu. E. coli O157 H:7 selain dapat menyebabkan
gangguan saluran pencernaan berupa diare atau sering juga disebut sebagai travelers
diare juga dapat menyebabkan terjadinya hemolytic uremic syndrome, gagal ginjal
bahkan kematian.
Penyebaran E. coli O157:H7 yang berasal dari hewan terutama sapi dapat
terjadi melalui daging yang telah terkontaminasi kemudian dikonsumsi oleh manusia
(food-borne disease). Daging dan susu yang telah terkontaminasi oleh E. coli O157:
H7 dan tidak dimasak secara sempurna dapat menyebabkan infeksi E. coli O157: H7
pada manusia yang mengkonsumsi. Daging dan susu yang telah terkontaminasi
bakteri E. coli O157: H7 tidak memperlihatkan perubahan organoleptik baik warna,
rasa, maupun bau. Manusia yang tempat tinggalnya berdekatan dengan peternakan
juga dapat terinfeksi bakteri E. coli O157: H7 yang berada dalam peternakan tersebut.
Selain disebarkan oleh ternak sapi melalui daging dan susunya, bakteri E. coli O157:
H7 juga dapat ditularkan dari manusia yang telah terinfeksi ke manusia yang lainnya.
Penyebaran bakteri E. coli O157: H7 dari manusia ke manusia yang lain terjadi secara
peroral (Andriani, 2005).
Chemiluminescence adalah emisi atau pancaran cahaya oleh produk yang
distimulus oleh suatu reaksi kimia atau suatu kompleks cahaya. Kompleks ikatan anti
gen-antibodi yang terjadi akan menempel pada streptavidin-coated microparticle.
(Roche, 2000).

Poly-1-lysin
Polipeptida, homopilimer yaitu kationik polimer pada pHnetral yang dapat
mempermudah atau sebagai agen adhesi sel untuk kultur sel pada plate dan substrat
solid lainnya.
Membran Nitroselulosa
Nitroselulosa disebut juga selulosa nitrat, flash kertas adalah senyawa yang
sangat mudah terbakar yang dibentuk oleh nitrating selulosa melalui pemaparan ke
asam nitrat atau lain agen nitrating kuat. Ketika digunakan sebagai propelan atau
bahan peledak tingkat rendah, juga dikenal sebagai guncotton. nitroselulosa membran
atau kertas nitroselulosa adalah lengket yang digunakan untuk melumpuhkan
membran asam nukleat di selatan dan utara bercak bercak. Hal ini juga digunakan
untuk imobilisasi bercak protein di wilayah barat untuk afinitas tidak spesifik untuk
asam amino. Nitroselulosa secara luas digunakan sebagai dukungan dalam tes
diagnostik mana mengikat antigen-antibodi terjadi, misalnya, tes kehamilan, UAlbumin tes.
Phosphate Buffer Saline
Phosphate Buffer Saline bertujuan agar mikroorganisme tidak rusak jika
disimpan dalam waktu yang cukup lama dan sifatnya yang menyerupai saliva
membantu dalam menyimpan mikroorganisme tanpa menambah atau mengurangi
pertumbuhan.
ELISA
Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) adalah suatu teknik biokimia
yang terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi kehadiran
antibodi atau antigen dalam suatu sampel. Dalam pengertian sederhana, sejumlah
antigen yang tidak dikenal ditempelkan pada suatu permukaan, kemudian antibodi
spesifik dicucikan pada permukaan tersebut, sehingga akan berikatan dengan
antigennya. Antibodi ini terikat dengan suatu enzim, dan pada tahap terakhir,
ditambahkan substansi yang dapat diubah oleh enzim menjadi sinyal yang dapat
dideteksi.
Kelebihan dari uji ELISA antara lain dapat dilakukan dalam empat jam, tidak
menggunakan virus hidup, tidak memerlukan laboratorium dengan fasilitas
biosekurity yang tinggi. Uji serologis yang banyak diaplikasikan di dunia maupun

di Indonesia untuk diagnosa serologis pada manusia dan hewan adalah ELISA dan
aglutinasi latek (Subekti & Kusumaning-tyas 2011 ).
ELISA relatif murah dan lebih aman dibanding RIA (radio Immuno Assay)
yang menggunakan bahan radiokatif dan dapat dikerjakan di laboratorium kecil tanpa
alat pemecah radioaktif gamma. Antibodi pada ELISA disekresi oleh sel plasma (sel
B), biasanya digunakan monoklonal antibodi karena lebih spesifik untuk epitop
tertentu daripada policlonal antibodi dan dapat dibeli terpisah atau dalam paket
ELISA Kit.
Reaktivitas Silang
Reaktivitas silang adalah reaksi antara antibodi dan antigen yang berbeda dari
imunogen tersebut.Kadang-kadang juga disebut sebagai crossimmunity atau lintaspelindung kekebalan. Reaktivitas silang juga merupakan parameter umum dievaluasi
untuk validasi kekebalan tubuh danprotein tes berbasis mengikat seperti ELISA dan
RIA. Dalam hal ini biasanya diukur denganmembandingkan respon tes untuk berbagai
analit yang sama dan dinyatakan sebagai persentase.Dalam prakteknya, kurva
kalibrasi yang diproduksi menggunakan rentang konsentrasi tetap untukpemilihan
senyawa terkait dan pertengahan poin (IC50) dari kurva kalibrasi dihitung
dandibandingkan. Angka tersebut kemudian memberikan perkiraan dari respon
metode analisis untuksenyawa mengganggu mungkin relatif terhadap analit target.

Jawaban Pertanyaan :
1. Karena pada pengujian ELISA didapatkan titer antigen yang spesifik. Uji ELISA teknik
pengerjaannya relatif sederhana, ekonomis, dan memiliki sensitivitas yang cukup tinggi,
sehingga dapat mempersingkat waktu pengujian dibandingkan dengan uji mikrobial yang
membutuhkan waktu inkubasi yang lebih lama.

Deteksi patogen pada makanan perlu dialkukan sebagai upaya untuk mencegah pangan
dari kemungkinan tercemar baik dari cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat
mengganggu , merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Pengujian dapat
dilakukan dengan uji kualitatif dan kuantitatif, perkembangan metode pengujian cepat
rapid test dengan menggunakan teknik ELISA dapat digunakan sebagai pendeteksi yang
cepat, akurat dan terjangkau agar dapat tercipta pencegahan awal, dan meninimalisir
terjadinya korban (InfoPom, 2008).
2. Selama ini ada beberapa metode konvensional yang digunakan untuk menentukan
adanya E.coli 0157:7 enterohemoragik dari sampel makanan antara lain metode
biakan (kultur), uji biokimiawi, dan uji serologis. Cara-cara tersebut mempunyai
kelemahan dan keterbatasan, selain memerlukan waktu lama juga tidak spesifik. Cara
biakan yaitu dengan mengisolasi bakteri dalam media selektif metode ini tidak
sensitif kerena sampel harus mengandung

10 3 - 104

sel/gram,

selain itu juga

memerlukan waktu lama dan mahal karena harus dilakukan uji tahap selanjutnya
meliputi uji biokimia, serologis, dan verotoksisitas. Metode serologis dengan teknik
ELISA sangat cepat dan sensitif serta praktis penggunaanya dalam klinik. Cara ini
didasarkan pada reaksi antara antibodi monoklonal spesifik E. Coli dengan antigen
E.coli O157:H7 sehingga afinitas, afiditas dan titrasi tinggi.

3. Teknik ELISA :

4. Pengujian sampel makanan mengacu kepada persyaratan makanan yang telah ditetapkan
dan metode yang digunakan sesuai dengan persyaratan yang diacu. Hal ini dilakukan

upaya untuk mencegah pangan dari kemungkinan tercemar baik dari cemaran biologis,
kimia dan benda lain yang dapat mengganggu , merugikan dan membahayakan kesehatan
manusia.
Pengujian dapat dilakukan dengan uji mikrobiologis tetapi hal ini kurang efektif untuk
menghasilkan hasil yang optimal karena mempunyai kelemahan dan keterbatasan dan
membutuhkan berbagai prosedur yang membutuhkan banyak waktu. Maka teknik yang
selanjutnya dengan menggunakan teknik ELISA. Namun kelemahan cara ELISA adalah
kurang spesifik karena akan terjadi reaksi silang dengan antibodi dari bakteri lain
sepeti E.hermanii. Brucella sp dan beberapa bakteri enterik lainnya. Untuk itu perlu
dikembangkan cara deteksi yang cepat dan sensitif antara lain dengan teknik PCR
(Polymerase Chain

Reaction)

berlabel isotop32p. Tahap selanjutnya merupakan

identifikasi lebih sempurna yaitu typing secara bakteriofag atau identifikasi


menggunakan analis dengan DNA probe ataupun metode PCR (Polymerase Chain
Reaction). Metode PCR dapat mendeteksi secara tepat gen yang menyandi toksin
SLT (Shiga-Like-Toxin) dari bakteri E.coli O157:H7 yang terdapat dalam makanan,
susu rnaupun rases penderita (Dadang, 2000).

Andriani. 2005. Escherichia coli O157:H7 sebagai penyebab penyakit zoonosis (Laporan
Lokakarya Nasional). Bogor: Balai Penalitian Veteriner.
Dadang, S. 2000. DETEKSI CEPAT BAKTERI Escherichia coli ENTEROHEMORAGIK
(EHEK) DENGAN METODE PCR (POLYMERASE CHAIN REACTION).
Jurnal Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan teknologi IsoIop
dan Radiasi 1-7.
InfoPom. 2008. Pengujian Mikrobiologi Pangan. Jakarta.
Subekti, DT. & E. Kusumaningtyas. 2011. Perbandingan Uji Serologi Toksoplasmosis
dengan Uji Cepat Imunostik, ELISA dan Aglutinasi Lateks. JITV 16 (3) : 163 241.
Roche. 2000. Test Principle of Alanine Aminotrasferase with or without pyridoxal
phosphate activation of Cobas. Indianapolis. USA.

Anda mungkin juga menyukai