Anda di halaman 1dari 1

Marak benar sekarang caleg yang stress dan gila bahkan meninggal seketika

ataupun sengaja bunuh diri karena tidak menang di pemilu legislatif kemarin. Ironis
benar , negara Indonesia sedang berupaya memaksimalkan demokrasi di dalam
bangsanya malah mengeluarkan peraturan perihal pemilu yang mengakibatkan tingkat
kematian naik dalam waktu dekat. Peraturan Mahkamah konstitusi yang menghapuskan
peraturan pemilu legislatif yang sudah tidak berdasarkan nomor urut lagi, sudah barang
tentu pada awal pengesahannya meresahkan pihak-pihak terkait yang telah menyiapkan
strategi pemilu legislatif berdasarkan nomor urut. Coba tengok, apa manfaat peraturan
yang mahkamah konstitusi keluarkan?? Bukannya memberi manfaat bagi rakyat, malah
menciptakan permasalahan baru bagi rakyat.
Mahkamah konstitusi yang berdalih peraturan tersebut akan membuat demokrasi
di negara ini makin kuat, dan optimis hal tersebut terwujud, namun yang nyatanya
terjadi makin kuatlah para penguasa itu untuk berebut kekuasaan melaui Money
Politic saat kampanyenya. Peraturan itu malah membuat caleg-caleg yang tidak punya
uang, harus kelimpungan pinjam sana-sini mencari pinjaman uang untuk dana
kampanye, yang padahal mereka sendiri tahu belum tentu mereka menang dalam pemilu
Legislatif nanti, begitu banyak kemungkinan buruk yang akan diterima caleg tersebut,
sampai-sampai ada caleg yang pamrih saat memberikan sesuatu kepada masyarakat
bahkan dengan disertai ancaman Ini saya berikan jika saya menang , jika saya kalah
maka ini semua akan saya ambil lagi. Ataupun seperti ini, Awas kamu, sudah dikasih
karpet untuk pengajian, kamu tidak milih saya !! . Astaghfirullah hal adzim semoga
Allah mengampuni dosa mereka. Manusia macam apa kira-kira yang berlaku seperti itu,
untungnya mereka-mereka yang seperti itu tidak menang saat pemilu legislatif kemarin,
jika mereka menang entah apa yang terjadi pada uang negara dan nasib bangsa ini.
Tentunya mereka akan minta balik modal dari apa yang telah mereka keluarkan, dan
tentunya bukan 1 juta 2 juta lagi yang mereka keluarkan melainkan ratusan juta yang
sudah mereka kuras untuk kampenye mengobral dirinya.
Kalau kita flashback ke belakang ke masa-masa sebelum kampanye caleg,
terdengar kabar bahwa banyak partai yang memilih caleg yang berasal dari rakyat kecil,
dengan pendapat jika mereka duduk di parlemen dapat membawa aspirasi kaum mereka
yang selama ini tidak tersampaikan. Kemudian beberapa saat maraknya protes
masyarakat mengenai nomor urut caleg yang tidak sesuai, mahkamah konstitusi
menggaungkan peraturan baru itu, yang menghapuskan peraturan caleg yang menang
dari setiap partai ditentukan berdasarkan nomor urutnya. Maka pastilah caleg-caleg
kecil ini kelimpungan mencari dana kampanye, untuk mempromosikan dirinya agar bisa
menyampaikan aspirasi kawan-kawan mereka di gedung DPR nanti. Baru awal
pengesahan peraturan ini saja sudah membuat kaget caleg-caleg kecil ini, nah mulai
terlihat satu kekurangan peraturan ini. Kini seusai Pemilu legislatif terlihatlah dua, tiga
masalah, yang timbul ke permukaan, mulai dari banyaknya caleg yang tidak puas dan
curigaan yang takut-takut suara pemilihnya tidak diperhitungkan para perekapan suara
itu, yang takut kalau kalau kotak suara dibuka tanpa kehadiran sang caleg sebagai saksi,
dan yang takut orang-orang yang sudah dibantunya tidak terdaftar di DPT.
Huh, mengapa setelah selesai semuanya baru terungkap?? Memang sobat
penyesalan selalu datang terakhir, dan tak mungkin mengulang waktu sebelum
terjadinya semua ini. Sekarang kita tinggal berdoa semoga mereka yang terpilih di DPR
sadar akan masalah ini, dan berbuat benar untuk rakyat Indonesia yang masih
berkembang ini serta dapat menapaki jalan yang lurus saat melalui cobaan kekuasaan
sebagai wakil rakyat di DPR. Ya, memang segala sesuatunya pasti ada kekurangan
ataupun harus ada pihak yang dikorbankan, semoga mereka diberi petunjuk sehingga
dapat mengambil kesepakatan benar tentang pihak mana yang harus dikorbankan.
Wallahu alam. Fh.

Anda mungkin juga menyukai