PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Yang mendasari penulisan makalah ini adalah tugas presentasi kelompok sebagai
bagian dari Penundaan, pembetulan, dan pemeriksaan pajak mata kuliah
Perpajakan I. Sehingga kita mencoba menjelaskan mengenai pengertian, tujuan,
tata cara, metode, ruang lingkup, jangka waktu, penyelesaian, pembatan, dan
gugatan dalam pemeriksaan pajak.
Dalam proses perpajakan di Indonesia yang menggunakan system self-assessment
maka tidak lepas dari kesalahan dan kelalaian dari Wajib Pajak sendiri. Sehingga
diperlukan proses pemeriksaan atas penghitungan atau data-data yang terdapat
dalam SSP. Dan untuk menguji kepatuhan serta merupakan upaya pengawasan
terhadap Wajib Pajak.
1.2. Pokok Pokok Pembahasan
Dalam tulisan ini, Penulis akan membahas dan berfokus pada :
1. Bagaimana
ketentuan
tentang
penundaan
pembayaran
pajak
yang
sebenarnya?
2. Bagaimana proses pengajuan dan persyaratan permohonan penundaan
pajak?
3. Bagaimana Bentuk keputusan atas permohonan penundaan pajak?
4. Kesalahan atau Kekeliruan yang seperti apakah yang dapat dibetulkan dalam
Ketetapan Pajak?
5. Bagaimana tata cara dan jangka waktu penyelesaian permohonan
pembetulan oleh wajib pajak?
6. Bagaimana definisi atau pengertian dari pemeriksaan pajak itu sendiri?
7. Bagaimana hak dan kewajiban apabila dilakukan pemeriksaan pajak?
Untuk
ketentuan
tentang
penundaan
pembayaran
pajak
yang
sebenarnya.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penundaan dan pengangsuran pembayaran pajak
Ketentuan tentang penundaan pembayaran pajak sebenarnya sama dengan
ketentuan tentang pengangsuran pembayaran pajak. Pengangsuran dan penundaan
pembayaran pajak selalu disebut bersamaan dalam peraturan yang sama yaitu
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 dan Peraturan Dirjen Pajak
Nomor PER-38/PJ/2008 tentang Tatacara Pemberian Angsuran Atau Penundaan
Pembayaran Pajak.
Putusan
Banding,
serta
Putusan
Peninjauan
Kembali
yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. Jatuh tempo pembayan
pajak seperti ini sebenarnya adalah 1 (Satu) bulan sejak tanggal diterbitkannya.
Dengan mengajukan permohonan untuk menunda pembayaran pajak atas produk
hukum pajak ini, maka Wajib Pajak mempunyai peluang menolong likuiditas arus
kasnya.
Permohonan Wajib Pajak tersebut harus diajukan secara tertulis paling lama 9
(sembilan) hari kerja sebelum jatuh tempo pembayaran, disertai dengan alasan dan
bukti yang mendukung permohonan, serta jumlah pembayaran pajak yang dimohon
untuk ditunda dan jangka waktu penundaannya. Permohonan untuk menunda
pembayaran pajak harus diajukan dengan menggunakan formulir sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER38/PJ/2008. Jangka waktu 9 (sembilan) hari kerja tersebut dapat dilampaui dalam
hal Wajib Pajak mengalami keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak sehingga Wajib
Pajak tidak mampu melunasi utang pajak tepat pada waktunya.
2.1.3 Jaminan
Wajib Pajak yang mengajukan permohonan penundaan pembayaran pajak harus
2.
Apabila jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja telah terlampaui dan Kepala Kantor
Pelayanan Pajak tidak menerbitkan suatu keputusan, permohonan disetujui sesuai
dengan permohonan Wajib Pajak, Surat Keputusan Persetujuan Penundaan
Pembayaran Pajak harus diterbitkan paling lama 5 (lima) hari kerja setelah jangka
waktu 7 (tujuh) hari kerja tersebut berakhir.
Dalam hal permohonan Wajib Pajak disetujui, Kepala Kantor Pelayanan Pajak
menerbitkan Surat Keputusan Persetujuan Penundaan Pembayaran Pajak dengan
2.
paling lama sampai dengan bulan terakhir Tahun Pajak berikutnya, untuk
permohonan penundaan atas kekurangan utang pajak berupa pajak yang
terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan
Pasal 29).
Dalam hal Wajib Pajak disetujui untuk menunda pembayaran pajak kecuali untuk
utang pajak berupa Surat Tagihan Pajak, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua Persen) per bulan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 ayat (2) UU KUP yang dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai
dengan pembayaran/pelunasan, dengan ketentuan bagian dari bulan dihitung penuh
1 (satu) bulan.
Apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam ketetapan pajak yang tidak
mengandung persengketaan antara fiskus dan Wajib Pajak, dapat dibetulkan oleh
Direktur Jenderal Pajak secara jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak.
2.2.1 Kesalahan atau Kekeliruan dalam Ketetapan Pajak Yang Dapat Dibetulkan
Ruang lingkup pembetulan ketetapan pajak, terbatas pada kesalahan atau
kekeliruan dari :
1. Kesalahan tulis antara lain : kesalahan yang dapat berupa penulisan nama,
alamat, NPWP, nomor surat ketetapan pajak, jenis pajak, Masa atau Tahun Pajak
dan tanggal jatuh tempo;
2. Kesalahan hitung, yang berasal dari penjumlahan dan atau pengurangan dan atau
perkalian dan atau pembagian suatu bilangan; atau
3. Kekeliruan dalam penerapan tarif, penerapan persentase Norma Penghitungan
Penghasilan Neto, penerapan sanksi administrasi, Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP), penghitungan PPh dalam tahun berjalan, dan pengkreditan pajak.
2.2.2 Ketetapan Pajak Yang Dapat Dibetulkan
Ketetapan pajak yang dapat dibetulkan karena kesalahan atau kekeliruan, antara
lain :
1. Surat ketetapan pajak yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN);
2. Surat Tagihan Pajak (STP);
3. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak;
4. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga;
5. Surat Keputusan Pembetulan;
6. Surat Keputusan Keberatan;
peyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan, dokumen lain, dan/atau barang yang berkaitan dengan tujuan
Pemeriksaan serta meminjamkannya kepada Pemeriksa Pajak; dan/atau
4. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan
Kantor, Wajib Pajak wajib :
1. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan
dengan tujuan Pemeriksaan; dan atau
2. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.
2.3.5 Hal Lainnya Yang Perlu Diketahui
1. Pemeriksaan Pajak dapat dilakukan Kelompok Pemeriksa.
2. Pemeriksaan dapat dilaksanakan di Kantor (Pemeriksaan Kantor) atau di tempat
Wajib Pajak (Pemeriksaan Lapangan) meliputi tahun-tahun yang lalu maupun tahun
berjalan.
3. Apabila WP tidak memberi kesempatan kepada pemeriksa pajak untuk memasuki
tempat atau ruangan tertentu dan menolak memberi bantuan guna kelancaran
pemeriksaan, maka pemeriksa pajak berwenang melakukan penyegelan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian yang telah di tulis maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
Saran
Makalah yang berjudul Penundaan, pembetulan, dan pemeriksaan pajak ini
merupakan karya tulis berdasarkan himpunan material yang di ambil dari berbagai
sumber. Oleh karena itu, jika ada kesalahan dalam penulisan dan dalam penyajian
bahan penulis sangat mengharpakan kritik dan saran dari para pembaca demi
terwujudnya kebenaran yang kita kehendaki semua dan demi kesempurnaan
penyelesaian makalah perpajakan I ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pajak.go.id/content/pemeriksaan-pajak
http://www.pajak.go.id/content/seri-kup-pembetulan-ketetapan-pajak
http://www.pajak.go.id/content/menunda-pembayaran-pajak-mungkinkah