Anda di halaman 1dari 11

ERP (ENTERPRISE RESOURCES PLANNING)

Proses bisnis dalam perusahaan harus berjalan dengan efektif, untuk menunjang kebutuhan
perusahaan akan persaingan yang semakin ketat. Implementasi IT dapat mendukung hal ini.
Namun, implementasi IT yang tidak tepat akan menambah beban perusahaan. Oleh karena itu,
implementasi IT sebaiknya dirancang sedemikian rupa untuk menciptakan sistem yang sesuai
dengan kebutuhan perusahaan dan dapat meningkatkan efektifitas proses bisnis yang berjalan.
Salah satu implementasi IT yang banyak digunakan dan terbukti dapat meningkatkan efektivitas
perusahaan adalah ERP. Berikut ini akan dibahas pengertian ERP, keuntungan dan kerugian ERP,
serta implementasi ERP di perusahaan di Indonesia.
Pengertian ERP
ERP (Enterprise Resource Planning) atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan
Perencanaan Sumberdaya Perusahaan adalah struktur sistem informasi yang digunakan untuk
mengintegrasikan proses bisnis dalam perusahaan manufaktur/jasa yang meliputi operasional dan
distribusi produk yang dihasilkan10. Tujuan dari implementasi ERP adalah menyatukan semua
divisi yang ada dalam perusahaan menjadi satu sistem yang dapat dikendalikan secara terpusat.
ERP lebih ditujukan pada sistem back-office, dimana sistem ERP tidak bersentuhan secara
langsung dengan konsumen.
Gambaran ERP adalah sebagai berikut3:
Sistem ERP adalah suatu paket perangkat lunak yang didesain untuk lingkungan pelanggan
pengguna server, apakah itu secara tradisional atau berbasis jaringan.
Sistem ERP memadukan sebagian besar dari proses bisnis.
Sistem ERP memproses sebagian besar dari transaksi perusahaan.
Sistem ERP menggunakan database perusahaan yang secara tipikal menyimpan setiap data
sekali saja.
Sistem ERP memungkinkan mengakses data secara waktu nyata (real time).
Dalam beberapa hal sistem ERP memungkinkan perpaduan proses transaksi dan kegiatan
perencanaan.
Sistem ERP menunjang sistem multi mata uang dan bahasa, yang sangat diperlukan oleh
perusahaan multinasional.
Sistem ERP memungkinkan penyesuaian untuk kebutuhan khusus perusahaan tanpa
melakukan pemrograman kembali.

Pada umumnya, ERP dibangun sebagai sistem berbasis modul yang menangani proses
manufaktur, logistik, distribusi, inventori, invoice, akuntasi perusahaan dan lain sebagainya. Dari
modul-modul tersebut, maka aktivitas penjualan, pengiriman, produksi, manajemen persediaan,
manajemen kualitas dan sumber daya manusia dapat dikontrol dengan baik dan informasi yang
berhubungan dengan aktivitas tersebut dapat diperoleh dengan cepat.
ERP dibagi menjadi tiga modul utama, yaitu modul operasi, modul financial dan akuntansi, dan
modul sumber daya manusia. Ketiga modul ini berjalan secara terpisah, sehingga perusahaan
tidak harus mengimplementasikan ketiganya secara langsung. Namun, ketiga modul tersebut
berhubungan langsung dengan satu database terpusat. Misalnya ketika bagian penjualan
menerima pesanan dari konsumen, bagian gudang langsung mengetahui dan mempersiapkan
pesanan tersebut. Kemudian bagian akuntansi dapat melihat apakah barang pesanan sudah
dikirim atau belum, sehingga ia dapat mempersiapkan tagihan untuk konsumen. Sistem yang
seperti ini akan menghemat banyak resource perusahaan, seperti waktu, biaya dan tenaga kerja.
Semua orang dalam sistem melihat data yang sama dan akan memperoleh informasi terbaru dari
semua divisi dalam perusahaan. Dalam meningkatkan daya saingnya, lebih dari 60% perusahaanperusahaan di Amerika Serikat telah memasang atau berencana untuk memasang sebuah paket
sistem ERP. Popularitas dari sistem ERP ini juga dibuktikan dari pencapaian penjualannya yang
melebihi US$30 biliun di tahun 2002, sebuah peningkatan sebesar 300% dari tahun 1990an8.
Implementasi ERP membutuhkan persiapan yang matang, karena kesalahan implementasi akan
mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit. Tahap paling awal dari implementasi ERP adalah
membangun bisnis proses yang baik. Tanpa bisnis proses yang baik, semua sistem informasi
berbasis komputer dengan teknik apapun tidak akan mampu meningkatkan efisiensi dan
efektivitas perusahaan tersebut. Selain itu, kesiapan karyawan akan perubahan sistem merupakan
salah satu hal yang harus diperhitungkan. Rancangan ERP yang sempurna tidak akan membantu
jika tidak dijalankan dengan baik. Yang harus diingat adalah tidak semua perusahaan
membutuhkan ERP dalam sistemnya. Karena proses bisnis setiap perusahaan bersifat unik,
sehingga ERP dalam satu perusahaan belum tentu dapat digunakan pada sistem di perusahaan
yang lain, atau perbaikan proses bisnis dalam perusahaan cukup untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas.
Agar sebuah perusahaan dapat menerapkan konsep ERP dengan baik, setiap aspek dari
organisasi, manusia, informasi, dan teknologi harus dipersiapkan dengan baik. Dengan demikian
penerapan tata kelola perusahaan yang baik dapat diimplementasikan pada industri sehingga
dapat meningkatkan daya saing di pasar. Berikut akan dibahas beberapa komponen yang
mempengaruhi implementasi ERP.
a. Pihak Manajemen dan karyawan
Dukungan dari pihak manajemen merupakan faktor utama kesuksesan implementasi IT dalam
perusahaan. Para eksekutif perusahaan harus memiliki pengertian bahwa IT adalah
membutuhkan strategi pengembangan yang dinamis dan berkesinambungan, IT harus berjalan
seiring dengan proses bisnis perusahaan, selain itu pihak eksekutif harus membawa CIO ke jalan
yang sama dengan jalannya perusahaan7. Selain itu, karyawan juga memegang peranan yang
penting dalam keberhasilan implementasi ERP. Sebaiknya, sebelum implementasi dijalankan,

karyawan dipersiapkan untuk perubahan besar yang akan terjadi, bila perlu karyawan diikut
sertakan dalam tahap analisis proses bisnis, sehingga terbangun rasa memiliki yang kuat terhadap
sistem baru. Dengan demikian, ketika implementasi benar-benar dijalankan, karyawan telah siap
dan memiliki kemauan untuk belajar dan mendukung keberhasilan ERP tersebut. ERP tidak
selalu identik dengan perampingan karyawan. Pemikiran ini yang dapat menyebabkan karyawan
antipasti terhadap perubahan ke sistem ERP, karena merasa posisinya terancam dengan
kemudahan yang ditawarkan ERP.
b. Bisnis proses
Untuk membangun sistem ERP, bisnis proses harus disusun dengan jelas dan tepat. Tanpa proses
bisnis yang benar, sistem apapun yang diterapkan tidak akan mampu memperbaiki keadaan
perusahaan. Dalam membangun sistem ERP, sebaiknya batasan sistem yang akan dibangun
jelas, sehingga implementasi ERP tidak berkembang ke hal-hal yang tidak diperlukan.
c. Vendor
Vendor adalah perusahaan yang menyediakan paket sistem ERP yang akan diimplementasikan di
perusahaan. Selain menyediakan software dan hardware, vendor juga harus memberikan
pelatihan pada karyawan perusahaan yang menggunakan jasanya, agar karyawan terbiasa dengan
sistem IT yang baru, dan memastikan sistem yang baru ini berjalan sesuai dengan permintaan
perusahaan dan sesuai dengan proses bisnisnya. Vendor yang baik memiliki respon yang cepat
terhadap masalah yang dihadapi perusahaan maupun error yang terjadi pada sistem. Sebelum
menentukan vendor mana yang akan digunakan, sebaiknya perusahaan benar-benar menyelidiki
latar belakang dan profil dari vendor tersebut. Hal ini perlu dilakukan karena kerja sama ini
biasanya dilakukan dalam jangka panjang, dan jika perusahaan salah memilih vendor, akan
merugikan bagi perusahaan itu sendiri.
Keuntungan dan Kerugian ERP
Keuntungan dari implementasi ERP antara lain11:
- Integrasi data keuangan
Oleh karena semua data disimpan secara terpusat, maka para eksekutif perusahaan
memperoleh data yang up-to-date dan dapat mengatur keuangan perusahaan dengan lebih
baik.
- Standarisasi Proses Operasi
ERP menerapkan sistem yang standar, dimana semua divisi akan menggunakan sistem
dengan cara yang sama. Dengan demikian, operasional perusahaan akan berjalan dengan
lebih efisien dan efektif.

- Standarisasi Data dan Informasi


Database terpusat yang diterapkan pada ERP, membentuk data yang standar, sehingga
informasi dapat diperoleh dengan mudah dan fleksibel untuk semua divisi yang ada dalam
perusahaan.
Keuntungan diatas adalah keuntungan yang dapat dirasakan namun tidak dapat diukur.
Keberhasilan implementasi ERP dapat dilihat dengan mengukur tingkat Return on Investment
(ROI), dan komponen lainnya, seperti:
- Pengurangan lead-time
- Peningkatan kontrol keuangan
- Penurunan inventori
- Penurunan tenaga kerja secara total
- Peningkatan service level
- Peningkatan sales
- Peningkatan kepuasan dan loyalitas konsumen
- Peningkatan market share perusahaan
- Pengiriman tepat waktu
- Kinerja pemasok yang lebih baik
- Peningkatan fleksibilitas
- Pengurangan biaya-biaya
- Penggunaan sumber daya yang lebih baik
- Peningkatan akurasi informasi dan kemampuan pembuatan keputusan.
Kerugian yang mungkin terjadi ketika salah menerapkan ERP antara lain adalah:
- Strategi operasi tidak sejalan dengan business process design dan pengembangannya
- Waktu dan biaya implementasi yang melebihi anggaran
- Karyawan tidak siap untuk menerima dan beroperasi dengan sistem yang baru

- Persiapan implementation tidak dilakukan dengan baik


- Berkurangnya fleksibilitas sistem setelah menerapkan ERP
Kerugian diatas dapat terjadi ketika6:
- Kurangnya komitmen top management, sehingga tim IT kurang mendapat dukungan pada
rancangan sistemnya. Hal ini bisa muncul karena ketakutan tertentu, seperti kawatir data
bocor ke pihak luar. Selain itu, anggapan bahwa implementasi ERP adalah milik orang IT
juga dapat membuat kurangnya rasa memiliki dari top management dan karyawan divisi
lain. Padahal, implementasi ERP sebenarnya adalah suatu proyek bisnis, dimana IT hadir
untuk membantunya.
- Kurangnya pendefinisian kebutuhan perusahaan, sehingga hasil analisis strategi bisnis
perusahaan tidak sejalan dengan kenyataan di lapangan. Perusahaan sebaiknya menentukan
dari awal, apakah perusahaan akan mengikuti standar ERP atau sebaliknya.
- Kesalahan proses seleksi software, karena penyelidikan software yang tidak lengkap atau
terburu-buru memutuskan. Hal ini bisa berakibat pada membengkaknya waktu dan biaya
yang dibutuhkan.
- Tidak cocoknya software dengan business process perusahaan.
- Kurangnya sumber daya, seperti manusia, infrastruktur dan modal perusahaan.
- Terbentuknya budaya organisasi yang berada dalam zona nyaman dan tidak mau berubah atau
merasa terancam dengan keberadaan software (takut tidak dipekerjakan lagi).
- Kurangnya training dan pembelajaran untuk karyawan, sehingga karyawan tidak benar-benar
siap menghadapi perubahan sistem, dimana semua karyawan harus siap untuk selalu
menyediakan data yang up-to-date.
- Kurangnya komunikasi antar personel.
- Cacatnya project design dan management.
- Saran penghematan yang menyesatkan dari orang yang tidak tepat.
- Keahlian vendor yang tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
- Faktor teknis lainnya, seperti bahasa, kebiasaan dokumentasi cetak menjadi file, dan lain
sebagainya.
Implementasi ERP di Indonesia

Sebagian besar perusahaan di Indonesia, masih dijalankan dengan cara tradisional, dalam artian
pelaksanaan proses bisnisnya berjalan dengan cara konvensional. Pembukuan masih dilakukan
secara tertulis, dan kalaupun ada penggunaan komputer, sebatas menggunakan perhitungan
excela maupun modul yang berdiri per divisi. Popularitas ERP di Indonesia ditandai dengan
penggunaan SAP oleh Astra pada tahun 1990an. Trend penggunaan ERP di Indonesia banyak
dipengaruhi oleh banyaknya perusahaan asing yang mendirikan pabriknya di Indonesia. Secara
otomatis, sistem informasi yang digunakan di perusahaan induk, juga digunakan di anak
perusahaannya di Indonesia, dengan pertimbangan kemudahan integrasi dengan pusat9.
Pada awal trend ERP masuk di Indonesia, banyak perusahaan yang berusaha untuk
mengimplementasikan ERP secara built in, dimana perusahaan berusaha membangun sistem
terintegrasinya sendiri dan kemudian untuk dijual ke perusahaan lain juga, dengan tujuan untuk
mengubah divisi IT dari cost centre menjadi profit centre. Kemudian pada perkembangannya di
tahun 2000an, mulailah bermunculan vendor IT, yang menyediakan jasa implementasi ERP di
perusahaan.
Produk ERP berkembang menjadi banyak model, dan mulai bermunculan variasi modul seperti
CRM, QM, SRM dan lain sebagainya, pada tahun 2005an. Pada masa ini pula, perusahaan mulai
merasakan dampak IT, apakah IT benar-benar dapat membantu kinerja perusahaan atau tidak.
Salah satu contoh kasus adalah salah satu produsen makanan cepat saji, PT Belfoods, Bogor,
Jawa Barat. Belfoods merupakan salah satu anak perusahaan dari Group Cipta Kreasi Widya
Usaha (CKWU) dan mereka menerapkan ERP pada Belfoods dengan tujuan untuk membangun
sistem informasi yang terintegrasi pada semua anak perusahaannya.
Sebelum diterapkan ERP, Belfoods membutuhkan waktu satu hingga dua bulan untuk
mempersiapkan laporan yang dibutuhkan oleh para eksekutif perusahaan 4. Pada akhirnya data ini
menjadi informasi yang terlambat, karena tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan pada proses produksi, selain itu keakuratan data juga tidak terjamin.
Setelah memilih beberapa vendor dan menimbang keuntungan kerugian dari masing-masing
vendor, Belfoods memilih IBM yang bekerja sama dengan SAP untuk penerapan ERP pada
perusahaannya. Masalah yang dihadapi Belfoods dalam proses implementasi ini antara lain
adalah kendala lokasi pabrik yang sering mendapatkan pemadaman bergilir, sehingga ia harus
menyediakan banyak UPS untuk menjaga kestabilan sistem. Selain itu, perubahan yang dihadapi
karyawan juga menjadi salah satu masalah yang harus dihadapi. Dalam masa awal implementasi,
Belfoods masih menjalankan dua sistem, yaitu sistem lama dan ERP. Lambat laun, sistem lama
ditinggalkan dan murni menjalankan ERP saja. Salah satu benefit yang dirasakan oleh
perusahaan adalah proses pembelian yang semakin terkendali. Namun, hal ini membutuhkan
waktu yang tidak sebentar.
Masalah utama yang banyak dihadapi oleh perusahaan dalam pemilihan ERP adalah biaya.
Harga ERP yang relative mahal menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan paket ERP yang
akan digunakan. Mekipun ada ERP yang open source, namun dalam kenyataannya relative sulit
untuk diimplementasikan.

Paket ERP yang banyak digunakan di Indonesia adalah Oracle Finance dan SAP R/3. Dimana
masing-masing paket memiliki kekurangan dan kelebihan. SAP R/3 dikenal dengan kelengkapan
modul dan integrasinya yang baik. Selain itu, SAP R/3 juga memiliki kontrol akses yang baik.
Sebaliknya, SAP R/3 relatif lebih mahal dibandingkan Oracle Finance dan implemantasinya
relative lebih rumit. SAP R/3 lebih banyak digunakan di Indonesia, sehingga pelatihan dan pakar
di bidang ini cukup mudah ditemukan 9. Dalam kenyataannya, beberapa perusahaan
menggunakan gabungan dari keduanya untuk menjalankan proses bisnis perusahaan. Selain dua
paket ERP diatas, Microsoft Axapta juga cukup banyak digunakan, karena selisih harga yang
cukup banyak dari SAP R/3 maupun Oracle.
Pada beberapa kasus implementasi ERP yang ditemui di Indonesia, meskipun perusahaan telah
berhati-hati pada saat memilih vendor, pelaksanaan implementasi ERP masih saja menemui
banyak kendala. Kendala tersebut terutama dikarenakan ketidaksesuaian modul ERP dengan
bisnis proses perusahaan. Terutama di setiap perusahaan Indonesia yang memiliki kebutuhan
sistem yang relative rumit dan sangat unik. Misalnya kebutuhan perusahaan akan pencatatan
transaksi dengan valas, perhitungan pajak jual beli, promo penjualan yang beraneka ragam dan
lain sebagainya.
Kebutuhan akan customize pada paket ERP yang tidak benar-benar dikuasai oleh vendor,
menyebabkan hasil implementasi tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan, baik karyawan
maupun top management. Oleh karena itu, dalam tahap perubahan sistem perusahaan ke ERP,
sebaiknya perusahaan mencari pendapat dari pihak ketiga, misalnya praktisi atau konsultan IT
yang bersifat independen, untuk menghindari conflict of interest antara vendor dan perusahaan.
Masalah lain yang mungkin terjadi adalah kebiasaan orang Indonesia yang malas
mendokumentasikan apa saja yang sudah dilakukan 1. Hal ini menyebabkan melekatnya informasi
pada beberapa orang saja, dan ketika orang itu pergi, informasi penting pergi bersama dia.
Demikian juga dengan kontrak, sebaiknya kontrak dengan vendor dibuat sedetail mungkin, untuk
menghindari masalah di kemudian hari. Hal-hal yang harus dipersiapkan untuk perubahan sistem
ke ERP juga harus dibahas, misalnya bagaimana dengan pemindahaan data dari sistem lama ke
ERP, pengaturan data dari berbagai DBMS yang sebelumnya digunakan, waktu pelaksanaan,
penalty jika terjadi keterlambatan, baik dari perusahaan dan vendor, dan lain sebagainya.
Vendor yang menyediakan paket ERP di Indonesia antara lain adalah IFS, PT Krakatau
Information Technology, PT Abas Information System, PT Aksesa Sistimindo Pratama, PT
Mincom Indoservices, Global Business Solution, dan lain sebagainya 2. Sedangkan perusahaan
yang telah mengimplementasikan ERP antara lain adalah Olympic Group, PP London Sumatra,
Tbk, Jakarta International Container Terminal, Petrokimia Gresik, SOHO Group, PT PAL, PT
Pupuk Sriwidjaya, Bukit Muria Jaya, Sumi Rubber Indonesia, dan perusahaan lainnya 5.
Pada akhirnya, tidak semua perusahaan membutuhkan ERP pada pelaksanaan proses bisnisnya.
Perusahaan bisa membeli paket ERP secara lengkap, per modul atau membangun sistemnya
sendiri, sesuai dengan kebutuhannya, tergantung pada skala kompleksitas bisnis perusahaan,
disesuaikan dengan dana yang tersedia, personel yang siap menghadapi perubahan yang akan
terjadi dengan adanya sistem baru, dan yang paling penting, dukungan dari semua pihak dalam
perusahaan.

Sumber
[1] Andreas (2007) Dua Tahun Ribet Bersama Implementasi ERP Axapta [Online]. Available at:
http://agorsiloku.wordpress.com/2007/11/25/dua-tahun-ribet-bersama-implementasi-erpaxapta-1/ [Accessed: 31 Mei 2009]
[2] Endonesia.com (2009) ERP dan SCM [Online]. Available at:
http://www.endonesia.com/mod.php?mod=katalog&op=viewlink&cid=85 [Accessed: 30
Mei 2009]
[3] Heryanto, D. (2009) ERP dan Penerapannya [Online] Available at:
http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_1092/title_erp-dan-penerapannya/
[Accessed: 31 Mei 2009]
[4] IBM (n.d) IBM Membantu Implementasi ERP di Belfoods [Online]. Available at:
http://www-07.ibm.com/shared_downloads/express/belfood.pdf [Accessed: 30 Mei 2009]
[5] IFS (n.d) IFS Indonesia [Online]. Available at:
http://www.ifsworld.com/id/news_events/our_customers/default.asp# [Accessed: 31 Mei
2009]
[6] INTACS (2008) Faktor-Faktor Kesuksesan Implementasi ERP [Online] Available at:
http://intacsindo.com/art-2.html [Accessed: 31 Mei 2009]
[7] Lutchen, Mark D. (2004) Managing IT as a Business. John Wiley & Sons, Inc.
[8] Mabert, VA., Soni A., Venkataramanan MA. (2000) Enterprise Resources Planning Survey of
US Manufacturing Firm. Productin and Inventory Managment Journal 2000, Vol 41 No.2 pp
52-58.
[9] Priandoyo, A. (2007) Kompetisi aplikasi ERP di Indonesia [Online]. Available at:
http://priandoyo.wordpress.com/2007/03/06/kompetisi-aplikasi-erp-di-indonesia-secondlayer/ [Accessed: 31 Mei 2009]
[10]Riswanto & Sukriana, Y. (2008) Menimbang Urgensi Implementasi ERP [Online]. Available
at: http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Menimbang%20Urgensi%20Implementasi
%20ERP&&nomorurut_artikel=108 [Accessed: 30 Mei 2009]
[11]Wikipedia (2009) Perencanaan Sumber Daya Perusahaan [Online]. Available at:
http://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan_sumber_daya_perusahaan [Accessed: 30 Mei
2009]
Utk saat ini sistem analis aplikasi ERP ... harganya bisa diatas 10 jt, sedangkan project
manajer diatas 15 juta.
Sedangkan utk yg lainnya sudah pas.
Harga utk project manager yang akan menangani seluruh modul bisa jadi 180 jt ( 1 bulan

= 15 jt ).
Tetapi pada umumnya ( ketika saya develop ), masing masing modul memiliki team
tersendiri. Pada umumnya
ERP memiliki 5 modul utama ( Accounting & Financials, Sales & Customers, Purchasing
& Operations, Inventory & Distribution dan
Human Resources Information System ). Jadi totalnya menjadi :
( 142jt + 300jt + 72jt + 120jt ) x 5 modul = 3.17 M, lalu ditambahkan 180 jt = 3.35 M ( utk 1
tahun pengembangan ).
Jika kita mempergunakan 1 team yang sama untuk menangani semua modul,
pengembangannya akan lebih dari 1 tahun.
Jadi hasil yang didapat kurang lebih sama.
Pada tahun 2001 sampai dengan 2003, saya pernah terlibat dalam pengembangan ERP
( kita mengerahkan
sampai 200 orang tenaga ahli untuk menangani development sampai implementasi utk
modul yang sudah selesai ), menurut informasi
yang saya peroleh, anggaran yg dihabiskan hampir mencapai 1..5 Trilliun ( lebih dari 3
tahun pengembangan ).
Semua itu belum termasuk infrastruktur dan Server
Salam
Roy
Dari: "Ronny Febri, S.Kom, MM" <ronny.febri@ gmail.com>
betul semua kata sdr Roy,tapi mengenai biaya bisa ditekan dan tidak akan mencapai
angka tersebut bila bikin sendiri.
misal gaji untuk
a. 1 project manajer = 15jt x 12 bulan x 1 = 180jt
b. 2 sistem analis = 8jt x 12 bulan x 2 = 142jt
c. 5 programmer = 5jt x 12 bulan x 5 = 300jt
d. 1 db analyst = 8jt x 12 bulan x 1 = 72jt
e. 2 SQA = 5jt x 12 bulan x 2 = 120jt
total 814jt dalam setahun
f. pembelian software database dan aplikasi dan os nya tergantung aplikasinya
g. server juga tergantung dari berapa banyak server
h. jaringan tergantung dari berapa banyak komputer dan lokasi (online atau tidak)
jadi totalnya sekitar 1.3m untuk tahun pertama dan tahun kedua sebesar 850jt
ini juga tergantung dari deadline apakah aplikasi hanya dibuat selama 2 tahun saja?

(rata2 sih 2 tahun dari start awal sampai selesai implementasi)


selebihnya sama dengan sdr Roy
2009/7/24 Roy Mubarak <roy_mubarak@ yahoo.co. id>
Sebenarnya tidak masalah jika kita mengembangkan ERP sendiri, hanya yang harus
diperhitungkan adalah SDMnya. Beberapa hal yang harus kita memperhatikan kebutuhan
pengembangan aplikasi ERP
1. Kita harus mencari orang yang benar-benar menguasai apa itu ERP untuk semua
modul. Jika memang ada, pasti harganya sangat mahal. Orang ini
nantinya akan menjadi bisnis analis yang akan head to head dengan user user yang
nantinya akan mempergunakan aplikasi ERP tersebut. Paling tidak
kita membutuhkan 1 orang bisnis analis utk satu modul, karena ERP itu cukup luas, jadi
hampir tidak mungkin 1 orang menguasai semua modulya.
2. Kita membutuhkan sistem analis untuk di setiap modul. Sistem analis ini yang akan
bekerja sama dengan bisnis analis untuk mendefinisikan gathering
user requerement. .
3. Programmer, dari pengalaman saya yang pernah menegmbangkan sistem ERP, minimal
5 orang dengan komposisi : 2 programmer senior dan 3
programmer junior.
4. Database Analis dan Database Designer.. Bisa dijabat oleh 1 orang.
5. Software Quality Assurance, 1 sampai 2 orang.
Pengembangan ERP untuk 1 modul, dapat memakan waktu lebih dari 1 tahun. Kita dapat
melakukan kalkulasi berapa besar biaya yang akan kita keluarkan dari hasil perhitungan
besarnya gaji dari tenaga ahli diatas. Selain tenaga ahli diatas, kita harus membutuhkan
seorang Project Manager yang sangat berpengalaman dalam hal pengembangan aplikasi.
Project Manager ini bertanggung jawab terhadap keseluruhan proses pengembangan
aplikasi disemua modulnya. Saya pernah melakukan kalkulasi secara cepat, dan
didapatkan bahwa , biaya untuk pengembangan aplikasi utk semua modul selama 1 tahun
dapat mencapai Rp 2.5 Milliar. Ketika saya ikut dalam team pengembangan ERP,
informasi yang saya dapatkan dari user, bahwa biaya yang sudah dikeluarkan untuk
pengembangan ERP ( selama 3 tahun ), hampir mencapai angka Rp 1.5 Trilliun. Terus
terang saya bukan menakut nakuti tetapi inilah fakta yang saya pernah alami. Beberapa
hal yang harus dipegang jika ingin mengembangkan aplikasi ERP, yaitu :
1. Kuasai bisnis proses secara benar dan matang sebelum masuk ke tahap development.
2. Manage Project secara benar.
3. Pilihlah metodologi pengembangan aplikasi yang tepat.
4. Pilih kandidat yang dengan kualifikasi yang baik.
5. Pilihnya platform dan teknologi yang sesuai dengan perusahaan.
Begitulah share dari saya ....

Thanks

Anda mungkin juga menyukai