Anda di halaman 1dari 6

PERANAN

N PEMUDA
A INDONE
ESIA DALA
AM PENG
GIMPLEME
ENTASIAN
N
N
NASIONAL
LISASI AS
SET ENER
RGI SEBA
AGAI UPA
AYA TERW
WUJUDNY
YA
INDONESI
I
IA MEMIM
MPIN AEC
C

Oleh :
Jorddy Ade Paatria
Jurusan S
S-1 Teknik Elektro

Sekolah T
Tinggi Teeknik-PL
LN
Jakarta
2014

PERANAN PEMUDA INDONESIA DALAM PENGIMPLEMENTASIAN


NASIONALISASI ASET ENERGI SEBAGAI UPAYA
TERWUJUDNYA INDONESIA MEMIMPIN AEC
Oleh : Jordy Ade Patria
Asal

: Sekolah Tinggi Teknik-PLN

PENDAHULUAN

Indonesia patut bersyukur karena dilimpahi dengan kekayaan sumber daya alam di
setiap jengkal tanah Nusantara. Saat ini Indonesia berada pada peringkat ke 6 sebagai negara
produsen cadangan emas terbesar di dunia, peringkat 5 dalam produksi tembaga dan bauksit,
penghasil timah terbesar kedua setelah China dan produsen, produsen nikel terbesar kedua di
dunia, eksportir batubara terbesar kedua di dunia setelah Australia, eksportir gas alam bersih
(LNG) terbesar di dunia dan eksportir ketiga terbesar gas alam cair setelah Qatar dan
Malaysia. Cadangan minyak Indonesia pun berlimpah. Menurut data Wahana Lingkungan
Hidup, Indonesia memiliki 60 ladang minyak (basins), 38 di antaranya telah dieksplorasi,
dengan cadangan sekitar 77 miliar barel minyak dan 332 triliun kaki kubik (TCF) gas.
Kapasitas produksinya hingga tahun 2000 baru sekitar 0,48 miliar barrel minyak dan 2,26
triliun TCF. Ini menunjukkan bahwa volume dan kapasitas BBM sebenarnya cukup besar dan
sangat mampu mencukupi kebutuhan rakyat di dalam negeri. Apabila semua kekayaan alam
tersebut dapat dikelola dengan bijak maka akan sangat berguna untuk meningkatkan
kemakmuran rakyat Indonesia. Terlebih dalam konstitusi dasar Republik Indonesia, yaitu
UUD 1945, pada pasal 33 ayat 3 dijelaskan bahwa Bumi dan air dan kekayaan yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat
Akan tetapi, kondisi tersebut mungkin hanyalah sekedar mimpi belaka bagi sebagian
besar rakyat Indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Kekayaan alam yang
seharusnya dapat dinikmati untuk kemakmuran rakyat, justru memberikan keuntungan besar
bagi para kapitalis asing di Indonesia. Sebagai contoh, penguasaan minyak bumi di Indonesia
hampir 90% dikuasai asing. Sebuah realita yang sangat berkontradiksi dengan isi konstitusi
dasar negara ini. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin menganalisis
masalah eksploitasi sumber daya alam secara berlebih oleh perusahaan asing serta
memberikan rekomendasi solusi untuk menanggulangi tindak eksploitasi tersebut agar

mampu meningkatkan perekonomian nasional untuk terwujudnya Indonesia memimpin AEC


serta mampu bersaing bukan hanya dengan sesama negara ASEAN, tetapi juga dengan
negara-negara Uni Eropa.

ANALISIS

ANALISIS MASALAH
Krisis sumber energi yang selama ini marak menjadi pemberitaan media sebenarnya
bukan karena cadangan sumber energi Indonesia yang tidak mencukupi, akan tetapi karena
pengelolaan energi nasonal yang kurang baik karena sumber daya yang ada justru dijual
kepada pihak asing secara masif. Beberapa masalah yang terkait dengan eksploitasi sumber
daya alam/energi di Indonesia antara lain adalah :
Pertama, sebanyak 85% kekayaan migas, 75% kekayaan batubara serta 50% lebih kekayaan
perkebunan dan hutan dikuasai modal asing. Hasilnya 90% dikirim dan dinikmati oleh
negara-negara maju sementara Indonesia sebagai pemilik SDA hanya mendapatkan bagian
yang sedikit. Penerimaan negara dari mineral dan batubara hanya 3 persen (sekitar 21 triliun
Rupiah pada tahun 2006). Padahal dampak kerusakan lingkungan yang terjadi lebih besar
dari nominal tersebut.
Kedua, kebijakan terkait sumber daya alam yang dibuat oleh pemerintah tidak lagi sesuai
dengan amanat UUD 1945 dan cita-cita proklamasi bangsa. Hasil sumber daya negara dijual
murah ke pihak asing dengan alasan harga komoditas dianggap sedang melejit di pasar global
tanpa mempedulikan kebutuhan ketahanan energi dalam negeri. Bahkan semakin ironis
karena di dalam negeri rakyat justru mengalami kelangkaan energi. Misal contoh kasusnya
adalah DPR RI Komisi VII yang memuluskan kegiatan Hulu dan hilir dalam pengelolaan
Migas yang jelas-jelas menyalahi undang-undang yang berlaku di Indonesia.
Ketiga, pemerintah terlalu mengistimewakan investor maupun pengusaha asing. Terbukti
melalui UU Penanaman Modal Asing (PMA) dimana para kapitalis asing dapat
mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia hingga 95-100 tahun lamanya. Padahal ketika
awal berdirinya bangsa ini, pihak asing hanya boleh mengelola SDA Indonesia tidak lebih
dari 35 tahun. Tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar, atau
yang biasa dikenal dengan CSR, juga belum jelas. Apabila ada, biaya CSR yang dikeluarkan
juga sangat kecil hanya sekitar 2% dari seluruh profit yang didapat.

Keempat, sistem kontrak kerja pemerintah dan pengusaha asing disinyalir terjadi
penyelewengan terkait masalah cost recovery (pengembalian seluruh biaya operasi para
kontraktor migas yang sebagiannya merupakan perusahaan asing). Banyak pengeluaran yang
tak terkait langsung dengan biaya produksi migas yang menjadi tanggung jawab pengusaha
kontraktor migas justru dibebankan kepada pemerintah. Hal tersebut terjadi karena adanya
keterlibatan oknum pejabat pemerintah yang berkolaborasi dengan para pemain asing.
Kelima, UU No 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara belum efisien dan banyak
perusahaan asing menolak mengikuti peraturan tersebut karena Sebanyak 85% kekayaan
migas, 75% kekayaan batubara, 50% lebih kekayaan perkebunan dan hutan dikuasai modal
asing. Hasilnya 90% dikirim dan dinikmati oleh negara-negara maju. dianggap merugikan,
misal pertambangan besar seperti PT Freeport Indonesia, Papua dan PT. Newmont Nusa
Tenggara perusahaan ini selalu berpegang pada Kontrak Karya yang dibuat pada era orde
baru dan tentunya lebih menguntungkan perusahan di bandingkan harus mengikuti Undang
Undang Minerba yang mengharuskan perusahan membayar sekitar 10% keuntungan Bersih
seperti yang tertuang dalam pasal 129.

GAGASAN PENYELESAIAN MASALAH


Sesuai dengan tujuan pembangunan Indonesia, yaitu mewujudkan pembangunan
berkelanjutan dimana salah satunya menjaga pemanfaatan SDA agar dapat berkelanjutan
maka tindakan eksploitasi alam harus disertai dengan tindakan perlindungan. Selain itu,
pengelolaan SDA juga harus terpadu dengan memperhatikan beberapa tahapan utama, seperti
pemetaan penyebaran, kebutuhan dan konsumsi energi per wilayah secara komprehensif
dengan prinsip keterbukaan / transparansi dan akses yang seluasnya terhadap masyarakat.
Pemeliharaan dan pengembangan lingkungan hidup harus dilakukan dengan cara yang
rasional antara lain dengan memanfaatkan SDA dengan hati-hati dan efisien, menggunakan
bahan

pengganti,

misalnya

hasil

metalurgi

(campuran),

mengembangkan

metoda

penambangan, pemrosesan hasil tambang serta pendaur-ulangan secara efisien serta


melaksanakan etika lingkungan berdasarkan falsafah hidup secara damai dengan alam
Kemudian untuk menanggulangi eksploitasi SDA oleh pihak asing maka diperlukan
peran penting pemerintah sebagai pembuat kebijakan agar dapat membuat kebijakan yang
lebih mengutamakan kepentingan rakyat. Berikut beberapa cara untuk menanggulangi SDA
yang dikuasai oleh asing :
Pertama, memberdayakan SDM Indonesia yang banyak dengan pendidikan yang bermacammacam.

Kedua, menasionalisasi perusahaan asing yang ada di Indonesia.


Ketiga, memakai teknologi buatan dalam negeri untuk eksplorasi sumber daya alam.
Keempat, mengenakan pajak yang tinggi untuk perusahaan asing yang mengeksploitasi SDA
Indonesia.
Kelima, membuat perjanjian royalti yang sama-sama menguntungkan kedua pihak dan
perjanjian bagi perusahaan asing untuk menyejahterakan masyarakat di sekitar daerah
eksplorasi mereka.

Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa teknik harus mampu menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas sehingga mampu mengelola sumber daya energi negeri sendiri
tanpa perlu tereksploitasi oleh bangsa asing sehingga mampu meningkatkan perekonomian
nasional untuk terwujudnya Indonesia memimpin ASEAN dan AEC serta juga mampu
bersaing dengan bangsa Uni eropa.

KESIMPULAN

Setiap kekayaan alam Indonesia adalah sesuatu yang berharga yang patut dijaga guna
menjamin kelangsungan hidup generasi bangsa di masa mendatang. Oleh karena itu, pemanfaatan
setiap SDA yang ada harus dikelola secara bijaksana sesuai dengan konstitusi negara untuk
kemakmuran rakyat Indonesia. Pemerintah harus bertindak lebih tegas kepada pihak asing yang
mencoba melakukan eksploitasi kekayaan alam negara ini karena bangsa ini yang memiliki sehingga
kita memiliki hak penuh dalam pengelolaannya. Eksploitasi asing merupakan bentuk penjajahan di era
modern dan jangan sampai bangsa ini jatuh dalam kesalahan yang sama. Indonesia harus merdeka dari
segala bentuk eksploitasi kekayaan alam oleh pihak kapitalis asing.

PENUTUP

Melalui esai ini penulis berusaha menyalurkan gagasan kritis mengenai peranan
mahasiswa teknik dalam pengimplementasian nasionalisasi aset energi sebagai upaya dalam
meningkatkan perekonomian nasional dalam mewujudkan Indonesia memimpin ASEAN dan
AEC. Lemahnya kepercayaan pemerintah kepada kualitas insinyur Indonesia di negeri sendiri
membuat posisi insinyur seperti dianak-tirikan oleh pemerintah. Bahkan sumber daya energi
negara sendiri lebih dipercayakan kepada pihak asing baik dari pengelolanya, sumber daya
insinyurpun turut lebih dipercayakan kepada kualitas insinyur dari bangsa asing. Padahal

dalam realitanya, kualitas insinyur Indonesia tidak kalah saing dengan kualitas insinyur
negeri lain. Hal ini terbukti jelas dari hasil karya insinyur Indonesia yang terlihat pada
pesawat N250 karya B.J. Habibie. Selain itu, teori ciptaan B.J. Habibie pun telah dipatenkan
dan digunakan oleh para ahli di dunia. Namun kualitas insinyur Indonesia tidak dihargai oleh
pemerintah sendiri sehingga hal ini membuat banyak dari insinyur kita yang ditarik oleh
bangsa lain karena karya dan kualitas mereka lebih dihargai. Dan merekapun bisa lebih
mengeksplorasi potensi mereka di negeri orang sehingga mampu menghasilkan karya yang
berkualitas. Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa teknik harus mampu menjadi sumber
daya manusia yang berkualitas sehingga mampu mengelola sumber daya energi negeri sendiri
tanpa perlu tereksploitasi oleh bangsa asing sehingga mampu meningkatkan perekonomian
nasional untuk terwujudnya Indonesia memimpin ASEAN dan AEC serta juga mampu
bersaing dengan bangsa Uni eropa.

Anda mungkin juga menyukai