BELANJA
NAMA KELOMPOK :
ANDREAN VALENTINO
(0910233058)
DHODY KURNIAWAN
(125020307111012)
RACHMAT HIDAYAT
(125020307111030)
Analisis Standar Belanja (ASB) muncul dalam ranah perundangan Pemerintah Daerah
pada tahun 2004 ketika terbit Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Peraturan ini merupakan pengganti dari peraturan lawas yaitu Undang-Undang No.
22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam UU no.32 tersebut ASB dijelaskan
sebagai penilaian atas kewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan untuk
melaksanakan suatu kegiatan.
Dalam penetapan alokasi anggaran pada unit kerja diperlukan ASB. ASB mendorong
penetapan biaya dan pengalokasian anggaran kepada setiap unit kerja menjadi lebih logis
dan mendorong dicapainya efisiensi secara terus menerus karena adanya perbandingan setiap keluar (
output ) dan diperoleh praktik-praktik terbaik (best practices)
dalam desain aktivitas. Dalam membuat Analisi Standar Belanja terdapat beberapa pertimbangan
yang dapat dipergunakan menurut Halim dan Iqbal (2012:180) yaitu :
1) Pemulihan biaya (cost recovery) Pemulihan biaya berhubungan dengan penetapan biaya (fee)
kepada pengguna untuk menutupi sebagian atau seluruh biaya yang timbul dalam
menghasilkan suatu produk atau jasa
2) Keputusan-keputusan pada tingkat penyedia jasa Keputusan ini adalah keputusankeputusan yang dibuat oleh manajer pada tingkat penyedia jasa yang sesuai untuk
diberikan kepada pengguna. Biaya-biaya yang relevan adalah biaya-biaya yang akan
berubah ketika tingkat penyediaan jasa disesuaikan. Sebagai contoh, tingkat
penyediaan jasa yang lebih rendah bisa mengurangi jumlah penggunaan orang per
tahun dan biaya-biaya yang berhubungan. Hal ini akan mendukung program
pemenuhan personil.
3) Keputusan-keputusan berdasarkan benefit / cos Keputusan manfaat-biaya (benefit / cost )
termasuk mengkaji alternatif suatu tindakan seperti apakah diluncurkan atau tidaknya
suatu program. Biaya-biaya yang relevan untuk keputusan-keputusan ini adalah biaya
yang akan berubah diantara pilihan-pilihan yang bersaing.
4) Keputusan investasi Keputusan ini adalah keputusan yang menyangkut perolehan aset, yang
merupakan salah satu bentuk dari keputasan benefit/cost Keputusan ini biasanya
didukung oleh siklus perhitungan biaya ( life cycle costing ) yang mengambil atau
memprediksi seluruh biaya modal dan operasional dari suatu aset sesuai umurnya. Hal ini
membantu para pembuat keputusan dalam menetapkan kapan dan dengan apa untuk
mengganti aset.
Dengan demikian penggunaan ASB oleh pemerintah daerah akan meminimalkan penyerapan
APBD dan mendorong penetapan biaya dan pengalokasian anggaran kepada setiap unit kerja menjadi
lebih logis dan pencapaian efisiensi secara terus menerus karena adanya perbandingan biaya per unit
outpu juga diperoleh praktik-praktik terbaik dalam desain aktivitas
Pada Tahap ini , kegiatan dari semua satuan kerja perangkat daerah dikumpulkan
untuk memperoleh gambaran awal atas berbagai jenis kegiatan yang terjadi di Pemerintah
Daerah. Dalam tahap pengumpulan data ini, semua data (populasi) SKPD harus dilibatkan
semuanya sehingga dapat memenuhi asumsi dasar penyusunan ASB yaitu demokrasi. Sangat
disarankan agar tidak menggunakan sampling karena sampling tidak memenuhi asumsi
demokrasi. Jika disebuah pemda terdapat 1.000 kegiatan, maka data-base nya pun akan
berisi 1.000 kegiatan.
Tahap pengumpulan data ini dapat digambarkan sebagai berikut :
SKPD A
SKPD B
SKPD C
SKPD N
sama
maka
akan
dikelompokkan
pada
golongan/kelompok
yang
kelompok
kegiatan
yang
mirip
dan
bobot
pekerjaannya
sama
yaitu
Pelatihan/Bimbingan Teknis. Contoh lain adalah pameran, expo, ekshibisi adalah kegiatan
yang setara pula yaitu Pameran. Tahapan ini dilakukan untuk memenuhi asumsi dasar yang
pertama, yaitu penyusunan ASB harus berdasarkan prinsip anggaran berbasis kinerja.
Tahapan penyetaraan kegiatan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Jenis
kegiatan A
DATA BASE
SEMUA
KEGIATAN
Jenis
kegiatan B
Jenis
kegiatan C
Jenis
kegiatan N
2. Pencarian Nilai Belanja Tetap (fixed cost) dan Belanja Variabel (variable cost) untuk
setiap jenis kegiatan.
Nilai total belanja dari tiap jenis kegiatan dipisahkan dalam nilai belanja tetap dan
nilai belanja variabel. Dengan demikian, setiap penambahan kuantitas target kinerja akan
dapat dianalisis peningkatan belanja variabelnya. Teknik menentukan belanja tetap dan
belanja variabel terdiri dari :
scatter. Dalam melakukan hal ini, garis yang dipilih seharusnya adalah garis yang paling
sesuai dengan titik-titik tersebut.
Keunggulan signifikan metode scatterplot adalah memungkinkan kita untuk melihat
data secara visual. Kelemahan metode scatterplot adalah tidak adanya kinerja objektif
untuk memilih garis terbaik. Kualitas rumus biaya bergantung pada kualitas penilaian
subjektif analis.
Berdasarkan hasil penyetaraan pada tahap sebelumnya (tabel 4.2) , maka kita
dapat membuat tabel dari scatter plot sebagai berikut :
mencerminkan apa yang biasa terjadi. Kedua, meskipun titik-titik tersebut bukan
merupakan outliers, pasangan titik lainnya mungkin lebih dapat mewakili.
Berdasarkan hasil penyetaraan pada tahap sebelumnya (tabel 2), maka kita
dapat menentukan persamaan garis berdasarkan metode High-Low sebagai berikut :
NO
1
2
Jumlah
SKPD
Anggaran
(OH)
Pelatihan/Bintek
25
25,000,000
20
24,500,000
Kecamatan Sidorejo
45
39,991,500
Dinas Pendidikan
58
49,447,500
32
33,645,300
200
156,000,000
18
Rp 20,000,000
176
Rp 104,280,000
5
6
7
8
Berdasar data di atas, beban kinerja tertinggi adalah No.6 yaitu 200 OH dengan
belanja Rp156.000.000 sedangkan beban kinerja terendah adalah No.7 yakni 18 OH dengan
belanja Rp 20.000.000. Selanjutnya beban kinerja dan belanja pada kedua titik tertinggi
dan
terendah
dianalisis
dengan
cara
menghitung
selisih
di
antara
keduanya.
Untuk a (belanja tetap total) dihitung dengan cara menghitung selisih antara
total belanja dengan belanja variabel. Sebagai contoh untuk belanja pada No. 6
maka akan dihitung sebagai berikut:
antara lain adalah inflasi/deflasi, kebijakan pemerintah atau kebijakan pemerintah daerah,
maupun gabungan antara keduanya.
1. Penyesuaian Inflasi/Deflasi
Inflasi/deflasi menyebabkan perubahan pada harga barang dan jasa yang berlaku di
pasar secara bersama-sama, sedangkan deflasi mengakibatkan harga barang dan jasa
turun secara bersama-sama. Tentunya dengan adanya inflasi/deflasi akan
mengakibatkan ASB yang sudah disusun sebelumnya menjadi tidak relevan lagi.
Perbandingan rumusan ASB sebelum dan sesudah penyesuaian adalah sebagai
berikut:
Setelah itu, maka dapat ditentukan nilai sebaran objek belanja. Perbandingan nilai
sebaran objek belanja sebelum dan setelah penyesuaian adalah sebagai berikut:
adalah ketika KDH meyakini bahwa telah terjadi pemborosan pada tahun-tahun lalu
sehingga ASB perlu disesuaikan.
disesuaikan dengan cara dikalikan dengan 115%, sehingga akan didapat data sebagai
berikut:
Dari output yang dihasilkan melalui olahan statistik maka dihasilkan rumusan ASB
Pelatihan/Bimbingan Teknis sebagai berikut:
Selanjutnya dapat ditentukan nilai sebaran objek belanja, perbandingan nilai sebaran
objek belanja sebelum dan sesudah penyesuaian adalah sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA