PENDAHULUAN
bervariasi terentang dari 1 sampai 1,5 %; konsisten dengan angka tersebut, penelitian
Epidemological Catchment Area (ECA) yang disponsori oleh National Institue of
Mental Helath (NIHM) melaporkan prevalensi seumur hidup sebesar 1,3 %. Dengan
hanya beberapa kemungkinan pengecualian, prevalensi di seluruh dunia skizofrenia
sangat mirip diantara semua budaya. Skizofrenia paling sering dimulai pada masa
remaja akhir atau dewasa awal dan jarang terjadi sebelum masa remaja atau setelah
40 tahun.2
Skizofrenia adalah sama-sama prevalensinya antara laki-laki dan wanita.
Tetapi, dua jenis kelamin tersebut menunjukkan perbedaan dalam onset dan
perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset lebih awal daripada wanita. Usia
puncak onset untuk laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun untuk wanita usia puncak
adalah 25 sampai 35 tahun. Onset skizofrenia sebelum usia 10 tahun atau sesudah 50
tahun adalah sangat jarang.2
Gejala pada skizofrenia terdiri atas indikator premorbid (pra-sakit) preskizofrenia antara lain ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi, wajah
dingin, wajah tersenyum, acuh tak acuh. Penyimpangan komunikasi : pasien sulit
melakukan pembicaraan terarah, kadangf menyimpang (tangensial) atau berputarputar (sirkumstantial). Gangguan atensi : penderita tidak mampu memfokuskan,
mempertahankan, atau memindahkan atensi. Gangguan perilaku : menjadi pemalu,
tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang
tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.1,2
Penanganan pasien skizofrenia dibagi secara garis besar menjadi :
Terapi somatik, terdiri dari obat anti psikotik
Terapi psikososial
Perawatan rumah sakit (Hospitalize)
Walaupun medikasi antipsikotik adalah inti dari pengobatan skizofrenia,
penelitian telah menemukan bahwa intervensi psikososial dapat memperkuat
perbaikan klinis. Farmakologis digunakan untuk mengobati ketidakseimbangan
kimia, sedangkan nonfarmakologis berkaitan dengan masalah nonbiologikal.
Modalitas psikososial harus diintegrasikan secara cermat ke dalam regimen obat dan
harus mendukung regimen tersebut. Sebagian besar pasien skizofrenia mendapatkan
manfaat dari pemakaian kombinasi pengobatan antipsikotik dan psikososial.8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindroma dengan variasi penyebab
(banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis
atau "deteriorating") yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan social budaya.1,2
2.2
d. Waham - waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu, atau kekuatan dam kemampuan diatas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau komunikasi dengan makhluk asing dari dunia
lain). Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas.
e. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun setengah berbentuk tanpa kandungan afektif
yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan (over- valued ideas) yang menetap,
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan
terus berulang.
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation), yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme.
g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
h. Gejala-gejala "negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus
jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika.
i. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna
dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek kehidupan perilaku
pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendir (self absorbed
atitude), dan penarikan diri secara sosial.
Pedoman Diagnostik1
1. Minimal satu gejala yang jelas (dua atau lebih, bila gejala kurang jelas)
yang tercatat pada kelompok a sampai d diatas, atau paling sedikit dua
4
gejala dari kelompok e sampai h, yang harus ada dengan jelas selama
kurun waktu satu bulan atau lebih. Kondisi-kondisi yang memenuhi
persyaratan pada gejala tersebut tetapi lamanya kurang dari satu bulan
(baik diobati atau tidak) harus didiagnosis sebagai gangguan psikotik lir
skizofrenia akut.
2. Secara retrospektif, mungkin terdapat fase prodromal dengan gejala-gejala
dan perilaku kehilangan minat dalam bekerja, adalam aktivitas (pergaulan)
sosial, penelantaran penampilan pribadi dan perawatan diri, bersama
dengan kecemasan yang menyeluruh serta depresi dan preokupasi yang
berderajat ringan, mendahului onset gejala-gejala psikotik selama
berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Karena sulitnya menentukan
onset, kriteria lamanya 1 bulan berlaku hanya untuk gejala-gejala khas
tersebut di atas dan tidalk berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal.
3. Diagnosis skizofrenia tidak dapat ditegakkan bila terdapat secara luas
gejala-gejala depresif atau manic kecuali bila memang jelas, bahwa gejalagejala skizofrenia itu mendahului gangguan afektif tersebut.
4. Skizofrenia tidak dapat didiagnosis bila terdapat penyakit otak yang nyata,
atau dalam keadaan intoksikasi atau putus zat.
---2.3
Penatalaksanaan Skizofrenia
Obat-obatan
yang
digunakan
untuk
mengobati
Skizofrenia
disebut
Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu antipsikotik
konvensional, newer atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine).3,4,5,6
a. Antipsikotik Generasi Pertama (Konvensional /Atipikal)3,4,5,6
Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik
konvensional.
Walaupun
sangat
efektif,
antipsikotik
konvensional
sering
Haldol (haloperidol)
Stelazine ( trifluoperazine)
Mellaril (thioridazine)
Thorazine ( chlorpromazine)
Navane (thiothixene)
Trilafon (perphenazine)
Prolixin (fluphenazine)
Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik
Dosis Anjuran
(mg/hari)
Antipsikotika Generasi I (APG-I)
Klorpromazin
300-1000
Perfenazin
16-64
tablet (4 mg)
Trifluoperazin
15-50
Haloperidol
5-20
Fluphenazine
decanoate
12.5-25
Bentuk Sediaan
Klozapin
150-600
Olanzapin
10-30
Quetiapin
300-800
Risperidon
2-8
Paliperidon
3-9
Zotepin
75-150
Efek samping
Interaksi obat
2. Fluphenazine
Indikasi
: Antipsikosis atipikal
8
Efek samping
Interaksi obat
3. Haloperidol
Indikasi
4. Loxapin
Indikasi
adrenergik.
Farmakokinetik : Diabsorbsi baik peroral, Cp max 1 jam (IM) dan 2 jam
Efek samping
Kontraindikasi
5. Molindon
Indikasi
MAO.
Farmakokinetik : Cepat diabsorbsi di GI 76% molidon yang terikat pada
protein plasma, t1/2 nya 2 jam.
Efek samping
Kontraindikasi
Interaksi obat
6. Mesoridazine, pherpherazine
Indikasi
: Antipsikosis, skizofrenia
Efek samping
: Pruritus, fotosensosifitas, eosinofilia, trombositopenia,
hiperprolaktinemia, konstipasi, dyspepsia, reaksi
Kontraindikasi
ektrapiramidal.
: Kontraindikasi untuk pasien comatose, pasien yang
mengalami depresi SSP, kerusakan otak subkortikal,
Interaksi obat
Kontraindikasi
hipersalivasi.
: penggunaan dibatasi hanya pada pasien yang resisten atau
Interaksi Obat
tidak
10
2. Risperidon
Indikasi
Interaksi Obat
3. Olanzapine
Indikasi
dan
sebagai antimania.
Farmakokinetik : diabsorbsi baik pada pemberian oral, Cp 4-6 jam, eksresi
Efek samping
lewat urin.
: reaksi ekstrapiramidal yaitu tardiv diskinesia, peningkatan
berat
Interaksi Obat
badan,
intoleransi
glukosa,
hiperglikemia,
hiperlipidemia.
: karbamazepin dapat menginduksi enzim hati cytokrom
P450 yang dapat meningkatkan metabolisme dari obat
antipsikosis seperti haloperidol, clozapin, flupenasin,
olanzapin.
4. Quetiapin
Indikasi
: terapi skizofrenia baik untuk gejala positif maupun negatif
Farmakokinetik : absorpsi cepat, Cp max 1-2 jam, ekskresi sebagian besar
Efek samping
11
Interaksi Obat
jika
penghambat
CYP
3A4
(seperti
cimetidine,
hiperprolatinemia.
: kombinasi antara antipsikotik dengan pengkonduksi
miokardial
dapat
meningkatkan
efek samping
dari
antipsikosis.
2.3.2
Fase Akut
Pada Fase akut terapi bertujuan mencegah pasien melukai dirinya atau orang
lain, mengendalikan perilaku yang merusak, mengurangi beratnya gejala psikotik dan
gejala terkait lainnya misalnya agitasi, agresi dan gaduh gelisah.
a) Langkah Pertama, berbicara kepada pasien dan memberinya ketenangan.
b) Langkah Kedua, keputusan untuk memulai pemberian obat. Pengikatan atau
isolasi hanya dilakukan bila pasien berbahaya terhadap dirinya sendiri dan orang
lain serta usaha restriksi lainnya tidak berhasil. Pengikatan dilakukan hanya boleh
untuk sementara yaitu sekitar 2-4 jam dan digunakan untuk memulai pengobatan.
Meskipun terapi oral lebih baik, pilihan obat injeksi untuk mendapatkan awitan
kerja
yang
lebih
cepat
serta
hilangnya
gejala
dengan
segera
perlu
dipertimbangkan.
Obat injeksi
12
13
sama), dengan dosis ekivalennya dimana profil efek samping belum tentu
sama.
4. Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya jenis
obat antipsikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan
baik efek sampingnya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang.
5. Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :
- Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu.
- Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam.
- Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari).
- Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak efek
samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak
begitu mengganggu kualitas hidup pasien.
6. Mulai dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari sampai
mencapai dosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis), dievaluasi
setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan dosis optimal, dipertahankan
sekitar 8-12 minggu (stabilisasi), diturunkan
14
sindroma
parkinson.
Mengatasinya
dengan
tablet
Psikoedukasi
Tujuan Intervensi adalah mengurangi stimulus yang berlebihan, stresor
15
16
Frekuensi dilakukannya terapi ini tergantung dari keadaan penderita dapat diberi :
pasien karena alasan tertentu karena tidak dapat menggunakan antipsikotik atau
tidak adanya perbaikan setelah pemberian antipsikotik.7 Kontra indikasi Elektro
konvulsiv terapi adalah Dekompensasio kordis, aneurisma aorta, penyakit tulang
dengan bahaya fraktur tetapi dengan pemberian obat pelemas otot pada pasien
dengan keadaan diatas boleh dilakukan. Kontra indikasi mutlak adalah tumor
otak.7,9,10
Sebagai komplikasi terapi ini dapat terjadi luksasio pada rahang, fraktur
pada vertebra, robekan otot-otot, dapat juga terjadi apnue, amnesia dan terjadi
degenerasi sel-sel otak.7,9,10
2.3.3
Fase Stabilisasi
Farmakoterapi
Tujuan fase stabilisasi adalah mempertahankan remisi gejala atau
untuk mengontrol, meminimalisasi risiko atau konsekuensi kekambuhan dan
mengoptimalkan fungsi dan proses kesembuhan (recovery). Setelah diperoleh
dosis optimal, dosis tersebut dipertahankan selama lebih kurang 8-10 minggu
sebelum masuk ke tahap rumatan. Pada fase ini dapat juga diberikan obat anti
psikotika jangka panjang (long acting injectable), setiap 2-4 minggu.
Psikoedukasi
17
Terapi perilaku2
Teknik
perilaku
menggunakan
hadiah
ekonomi
dan
latihan
Psikoterapi individual2
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam
pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi alah membantu
dan menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam
psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan
terapetik yang dialami pasien sebagai aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi
oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan
pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.
Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang
ditemukan di dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan
seringkali sulit dilakukan; pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak
terhadap keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas,
bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang
18
cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati,
dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada
informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan
diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat
dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau
eksploitasi.
2.3.4
Fase Rumatan
Farmakoterapi
Dosis mulai diturunkan secara bertahap sampai diperoleh dosis
minimal yang masih mampu mencegah kekambuhan. Bila kondisi akut,
pertama kali, terapi diberikan sampai dua tahun, bila sudah berjalan kronis
dengan beberapa kali kekambuhan, terapi diberikan sampai lima tahun bahkan
seumur hidup.
Psikoedukasi
Tujuan Intervensi adalah mempersiapkan pasien kembali pada
kehidupan masyarakat. Modalitas rehabilitasi spesifik, misalnya remediasi
kognitif, pelatihan keterampilan sosial dan terapi vokasional, cocok
diterapkan pada fase ini. Pada fase ini pasien dan keluarga juga diajarkan
mengenali dan mengelola gejala prodromal, sehingga mereka mampu
mencegah kekambuhan berikutnya.
Terapi berorintasi-keluarga2
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali
dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia
kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat
namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting
yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya
19
lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas
mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan
aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal
dari ketidaktahuan tentang sifat skizofreniadan dari penyangkalan tentang
keparahan penyakitnya.
Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia
tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan
bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam
penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps
tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi
keluarga.
Terapi kelompok2
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,
masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin
terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan,
atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial,
meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien
skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam
cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.
2.3.5
----
Skizofrenia episode
pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan resiko untuk terkena
tardive dyskinesia lebih rendah.
Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai
bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat
lain, para ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali
20
lebih lama pada Clozaril). Clozaril merupakan antipsikotik atipikal yang pertama.
Clozaril dapat membantu 25-50% pasien yang tidak merespon (berhasil) dengan
antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek samping yang
jarang tapi sangat serius dimana pada kasus - kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat
menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan infeksi.
2.3.6
2.3.7
sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin
masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik
konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek
samping Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih lambat dan
kaku, sehingga agar tidak kaku penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan
akhirnya mereka tidak dapat beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah
tremor pada tangan dan kaki. Bila tidak dapat ditanggulangi, berikan obat-obat
antikolinergik, misalnya triheksilfenidil, benztropin, sulfas atropin atau difenhidramin
injeksi IM atau IV. 10,11
Tabel 2.2. Daftar Obat yang dipakai mengatasi Efek Samping Anti Psikotik11
Nama Generik
Dosis
(mg/hari)
Waktu paruh
eliminasi (jam)
Triheksilfenidil
1-15
Target efek
samping
ekstrapiramida
l
Akatisia,
distonia,
22
parkinsonisme
Amantadin
100-300
10-14
Propranolol
Lorazepam
Difenhidramin
30-90
1-6
25-50
3-4
12
4-8
Sulfas Atropin
0.5-0.75
12-24
Akatisia,
parkinsonisme
Akatisia
Akatisia
Akatisia,
distonia,
parkinsonisme
Distonia akut
Kemungkinan
terjadinya
efek
samping
ini
dapat
dengan
juga sering terjadi pada penderita Sikzofrenia yang memakan obat. Hal ini
sering terjadi pada penderita yang menggunakan antipsikotik atipikal. Diet
dan olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini.10,11
Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant
syndrome, dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga
dapat menimbulkan komplikasi berupa demam penyakit-penyakit lain. Gejalagejala ini membutuhkan penanganan yang segera.10,11
BAB III
KESIMPULAN
24
yang
digunakan
untuk
mengobati
Skizofrenia
adalah
yang
antipsikotik,
Melibatkan
DAFTAR PUSTAKA
25
of
Health.
26