Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

PEMBAHASAN
A. Uji Kandungan Sekam
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada
gambar 10 :
Gambar 10. Uji Kandungan Sekam
LABORATORIUM ILMU BAHAN PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
GAMBAR

GAMBAR

SEBELUM

MIKROSKOPIK

GAMBAR SESUDAH

Sumber : Data Hasil Praktikum Ilmu Bahan Pakan, 2014


Berdasarkan Gambar 10 diperoleh hasil bahwa pada bahan A yang telah di
tambahkan dengan larutan phloroglucinol akan mengalami perubahan. Perubahan
warna ini disebabkan oleh kandungan lignin yang terdapat pada bahan yang
menunjukkan bahwa bahan ini mempunyai kandungan sekam didalamnya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Egarusiani (2009) yang menyatakan bahwa dalam
pengujian sekam apabila terjadi perubahan warna merah pada bahan maka bahan
tersebut mengandung kandungan sekam didalamnya.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada


gambar 11 :
Gambar 11. Uji Kandungan Sekam
LABORATORIUM ILMU BAHAN PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
GAMBAR SEBELUM

GAMBAR

GAMBAR SESUDAH

MIKROSKOPIK

Sumber : Data Hasil Praktikum Ilmu Bahan Pakan, 2014


Berdasarkan Gambar 11 diperoleh hasil bahwa bahan B yang telah
ditambahkan dengan larutan phloroglucinol mengalami perubahan warna sedikit
kemerahan. Ini menunjukkan bahwa dalam bahan tersebut mengandung sekam
didalamnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Handari (2002), menyatakan jika
timbul warna merah, maka jelas bahan pakan sudah oplos dengan sekam,
sedangkan untuk menghitung berapa persentase pemalsuannya bisa diperkirakan
dari kecenderungan warna merah yang timbul.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada
gambar 12 :
Gambar 12. Uji Kandungan Sekam

LABORATORIUM ILMU BAHAN PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
GAMBAR SEBELUM
GAMBAR MIKROSKOPIK

GAMBAR SESUDAH

Sumber : Data Hasil Praktikum Ilmu Bahan Pakan, 2014


Berdasarkan Gambar 12 diperoleh hasil bahwa bahan C yang telah
ditambahkan dengan larutan phloroglucinol tidak mengalami perubahan warna.
Ini menunjukkan bahwa dalam bahan tersebut tidak terdapat kandungan sekam
atau hanya sedikit kandungan sekam pada bahan tersebut. Hal ini sesuai dengan
pendapat Maulana (2007) yang menyatakan bahwa dedak padi tanpa penambahan
sekam memiliki warna coklat muda yang lebih terang.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada
gambar 13 :

Gambar 13. Uji Kandungan Sekam


LABORATORIUM ILMU BAHAN PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

GAMBAR SEBELUM

GAMBAR MIKROSKOPIK

GAMBAR SESUDAH

Sumber : Data Hasil Praktikum Ilmu Bahan Pakan, 2014


Berdasarkan Gambar 13 diperoleh hasil bahwa bahan D yang telah
ditambahkan dengan larutan phloroglucinol mengalami perubahan warna. Ini
menunjukkan bahwa dalam bahan tersebut terdapat kandungan sekam
didalamnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Zakariah (2012) yang menyatakan
bahwa apabila bahan pakan tersebut mengandung sekam, maka muncul warna
merah pada bahan pakan yang diuji.
B. Hasil Pengamatan Mikroskopis
1. Gamal ( Gliricidia maculata)
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada
gambar 14 :
Gambar 14. Hasil Pengamatan Mikroskopis Gamal
LABORATORIUM ILMU BAHAN PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
GAMBAR MIKROSKOP

GAMBAR INTERNET

Sumber : Data Hasil Praktikum Ilmu Bahan Pakan, 2014


Berdasarkan Gambar 14 diperoleh hasil pada tepung gamal mempunyai warna
hijau, dan memiliki ukuran partikel yang agak kasar. Pada tepung gamal memiliki
protein 23%, kalsium 1,2%, dan serat kasar 45%. Ini menunjukkan dalam
pengelompokkan nomenklatur internasional termasuk dalam kelompok bahan
pakan sebagai sumber protein. Hal ini sesuai dengan pendapat Mujnisa (2008)
yang menyatakan bahwa bahan pakan yang termasuk dalam bahan pakan sumber
protein mempunyai kandungan protein 20 % atau lebih antara lain;tepung ikan,
dan sebagainya.
2. CaCO3
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada
gambar 15 :

Gambar 15. Hasil Pengamatan Mikroskopis CaCO3


LABORATORIUM ILMU BAHAN PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

GAMBAR MIKROSKOP

GAMBAR INTERNET

Sumber : Data Hasil Praktikum Ilmu Bahan Pakan, 2014


Berdasarkan Gambar 15 diperoleh hasil bahwa CaCO3 mempunyai warna putih
dan ukuran partikel halus. Kapur mengandung 36-40% kalsium sehingga dalam
nomenkalut internasional Caco3 dapat digolongkan kedalam bahan pakan sumber
mineral. Hal ini sesuai dengan pendapat Legiokta (2013) yang menyatakan bahwa
Mineral merupakan komponen dari pesenyawaan organik jaringan tubuh dan
persenyawaan kimiawi lainnya yang berperan dalam proses metabolisme.
Penyusun dari mineral yaitu kalsium dan fosfor
3. Susu
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada
gambar 16 :

Gambar 16. Hasil Pengamatan Mikroskopis Susu


LABORATORIUM ILMU BAHAN PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

GAMBAR MIKROSKOP

GAMBAR INTERNET

Sumber : Data Hasil Praktikum Ilmu Bahan Pakan, 2014


Berdasarkan Gambar 16 diperoleh hasil bahwa susu memiliki warna putih
kekuningan, dan mempunyai ukura partikel halus. Susu merupakan hasil sekresi
dari kelenjar mammae sehingga dapat dikelompokkan dalam bahan pakan asal
hewani. Hal ini sesuai dengan pendapat Sihombing (2003) yang menyatakan
bahwa bahan pakan hewani sudah menjadi campuran ransum ternak unggas sejak
ayam ras pertama kali diperkenalkan. Contoh: tepung ikan, tepung tulang, tepung
kerang, lemak atau minyak hewan dan lain-lain.
4. Mineral
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada
gambar 17 :
Gambar 17. Hasil Pengamatan Mikroskopis Mineral
LABORATORIUM ILMU BAHAN PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
GAMBAR MIKROSKOP
GAMBAR INTERNET

Sumber : Data Hasil Praktikum Ilmu Bahan Pakan, 2014


Berdasarkan Gambar 17 diperoleh hasil bahwa mineral mempunyai warna
coklat muda, dan mempuyai ukuran partikel yang halus. Mineral merupakan
bahan pkan yang dibutuhkan ternak sebagai sumber mineral, maka mineral dapat
digolongkan kedalam bahan pakan sumber mineral. Hal ini sesuai dengan
pendapat Prihatman (2000) yang menyatakan bahwa hampir semua bahan pakan
ternak, baik yang berasal dari tanaman maupun hewan, mengandung beberapa
vitamin dan mineral dengan konsentrasi sangat bervariasi tergantung pada tingkat
pemanenan, umur, pengolahan, penyimpanan, jenis dan bagian-bagiannya (biji,
daun dan batang).
5. Kulit Kopi
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada
gambar 18 :
Gambar 18. Hasil Pengamatan Mikroskopis Kulit Kopi
LABORATORIUM ILMU BAHAN PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
GAMBAR MIKROSKOP
GAMBAR INTERNET

Sumber : Data Hasil Praktikum Ilmu Bahan Pakan, 2014


Berdasarkan Gambar 18 diperoleh hasil bahwa kulit kopi berwarna coklat tua
dan ukuran partikelnya kasar. Berdasarkan kelazimannya kulit kopi dapat
digolongkan kedalam bahan pakan inkonvensional karena kulit kopi jarang
digunakan oleh peternak sebagai bahan pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Egarusiani (2009) yang menyatakan bahwa bahan inkonvensional adalah bahan
yang tidak lazim dipakai untuk menyusun ransum.
6. Lamtoro (Leuchaena leucocephala)
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada
gambar 19 :
Gambar 19. Hasil Pengamatan Mikroskopis Lamtoro
LABORATORIUM ILMU BAHAN PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
GAMBAR MIKROSKOP

GAMBAR INTERNET

Sumber : Data Hasil Praktikum Ilmu Bahan Pakan, 2014


Berdasarkan Gambar 19 diperoleh hasil bahwa lamtoro memiliki warna
coklat tua dan ukuran partikel agak kasar. Berdasarkan kelazimannya tanaman
lamtoro dapat digolongkan kedalam bahan pakan konvensional karena tanaman
lamtoro sering diberikan pada ternak kambing. Hal ini sesuai dengan pendapat
Mujnisa (2008) yang menyatakan bahwa Bahan pakan konvensional adalah bahan
baku yang sering digunakan (yang bumum ada dipasar) dalam pakan yang
biasanya mempunyai kandungan nutrisi yang cukup (misalnya; protein) dan
disukai ternak
7. Tepung Resek
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada
gambar 20 :
Gambar 20. Hasil Pengamatan Mikroskopis Tepung Resek
LABORATORIUM ILMU BAHAN PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
GAMBAR MIKROSKOP
GAMBAR INTERNET

Sumber : Data Hasil Praktikum Ilmu Bahan Pakan, 2014


Berdasarkan Gambar 20 diperoleh hasil bahwa tepung resek memiliki
warna orange dan ukuran partikel agak kasar. Berdasarkan bentuknya tepung
resek termasuk dalam kelompok tepung. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sihombing (2003) yang menyatakan bahwa bahan pakan berbentuk tepung
berasal dari bahan pakan hewani dan nabati. Biasanya pengusaha (poutry
shop) lebih cenderung menjual ransum yang sudah jadi, seperti konsentrat,
feed suplement, antibiotik serta jenis obat-obatan lainnya. Contoh: tepung
ikan, tepung daging, tepung tulang dan tepung hijauan ternak.
8. Tepung Tulang
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada
gambar 21 :
Gambar 21. Hasil Pengamatan Mikroskopis Tepung Tulang
LABORATORIUM ILMU BAHAN PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
GAMBAR MIKROSKOP
GAMBAR INTERNET

Sumber : Data Hasil Praktikum Ilmu Bahan Pakan, 2014


Berdasaarkan Gambar 21 diperoleh hasil bahwa tepug tulang memiliki warna putih dan
ukuran partikel yang halus. Berdasarkan nomenklatur internasional tepung tulang dapat

digolongkan kedalam bahan pakan sumber mineral. Hal ini sesuai dengan
pendapat Mujnisa (2003) yang menyatakan bahwa Bahan pakan sumber mineral,
misalnya tepung tulang, tepung kerang, kapur dan sebagainya.
9. Tepung ikan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada
gambar 22 :
Gambar 22. Hasil Pengamatan Mikroskopis Tepung Ikan
LABORATORIUM ILMU BAHAN PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
GAMBAR MIKROSKOP
GAMBAR INTERNET

Sumber : Data Hasil Praktikum Ilmu Bahan Pakan, 2014


Berdasarkan Gambar 22 diperoleh hasil pada tepung ikan memiliki warna
coklat tua, dan ukuran partikel sedikit kasar. Berdasarkan asalnya tepung ikan
dapat digolongkan kedalam kelompok pakan yang berasal dari hewan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Egarusiani (2009) yang menyatakan bahwa bahan pakan
asal hewan yakni tepung tulang, tepung darah, dan lain-lain.
10. Bungkil kelapa
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada
gambar 23 :
Gambar 23. Hasil Pengamatan Mikroskopis Bungkil Kelapa
LABORATORIUM ILMU BAHAN PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
GAMBAR MIKROSKOP
GAMBAR INTERNET

Sumber : Data Hasil Praktikum Ilmu Bahan Pakan, 2014


Berdasarkan Gambar 23 diperoleh hasil pada bungkil kelapa memiliki warna
coklat dan ukuran partikelnya sedikit kasar. Berdasarkan kelazimannya bungkil
kelapa dapat digolongkan kedalam bahan pakan inkonvensional karena bungkil
kelapa jarang untuk digunakan sebagai salah satu komposisi ransum. Hal ini

sesuai dengan pendapat Mujnisa (2008) yang menyatakan bahwa Bahan pakan
inkonvensional (Bahan Pakan Substitusi) adalah bahan baku yang berasal dari
bahan yang selama ini belum banyak dimanfaatkan sebagai bahan pakan, akan
tetapi dari kandungan nutrisinya (mis; protein) masih memadai untuk diolah
menjadi ransum atau pakan.
11. Ampas Tahu
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada
gambar 24 :
Gambar 24. Hasil Pengamatan Mikroskopis Ampas Tahu
LABORATORIUM ILMU BAHAN PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
GAMBAR MIKROSKOP
GAMBAR INTERNET

Sumber : Data Hasil Praktikum Ilmu Bahan Pakan, 2014


Berdasarkan Gambar 24 diperoleh hasil pada ampas tahu mempunyai warna
hijau, dan memiliki ukuran partikel yang halus. Pada pengelompokkan bahan
pakan berdasarkan asalnya terbagi atas dua yaitu bahan pakan asal hewani dan
bahan pakan asal nabati. Berdasarkan asalnya ampas tahu dapat digolongkan
kedalam bahan pakan asal nabati. Hal ini sesuai dengan pendapat Egarusiani

(2009) yang membagi bahan pakan berdasarkan asalnya yakni bahan pakan yang
berasal dari tanaman, misalnya tanaman hijauan, jerami, dan hasil sampingan
industri. Bahan pakan asal hewan yakni tepung tulang, tepung darah, dan lainlain.
12. Tepung Tapioka
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada
gambar 25 :
Gambar 25. Hasil Pengamatan Mikroskopis Tepung Tapioka
LABORATORIUM ILMU BAHAN PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
GAMBAR MIKROSKOP
GAMBAR INTERNET

Sumber : Data Hasil Praktikum Ilmu Bahan Pakan, 2014


Berdasarkan Gambar 25 diperoleh hasil bahwa tepung tapioka berwarna
putih, dan ukuran partikel halus. Berdasarkan bentuknya bahan baku pakan ternak
digolongkan menjadi 4 kategori yaitu butiran, tepung, pilih, dan cairan. Dari
keempat kelompok tersebut tepung tapioka termasuk dalam kelompok tepung. Hal
ini sesuai dengan pendapat Thutenq (2011) yang menyatakan bahwa berdasarkan
bentuknya bahan baku pakan ternak digolongkan menjadi 4 kategori yaitu:

bentuk butiran, tepung, pilih, daan bentuk cairan. Bentuk butiran umumnya lebih
disukai ternak unggas seperti bahan baku pakan jagung, gandum, sorgum, dan
lain-lain dengan komposisi ekonomis mencapai 25%. Bentuk tepung umumnya
diperoleh dari bahan pakan seperti bekatul, dedak, gandum, tepung ikan, kapur,
premiks, dan tepung tapioka. Bentuk pilih umumnya diperoleh dari bahan baku
seperti bungkil kedelai, bungkil kacang tanah, bungkil kelapa, dan lain-lainnya
dengan komposisi ekonomis mencapai 10-25%. Bentuk cair berupa minyak ikan,
minyak kedelai, dan lain-lain dengan komposisi ekonomis relatif kurang dari
0,5% fungsinya untuk pembentukan asam bebas lemak.
13. Tepung Bulu
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada
gambar 26 :
Gambar 26. Hasil Pengamatan Mikroskopis Tepung Bulu
LABORATORIUM ILMU BAHAN PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
GAMBAR MIKROSKOP
GAMBAR INTERNET

Sumber : Data Hasil Praktikum Ilmu Bahan Pakan, 2014

Berdasaarkan Gambar 26 diperoleh hasil bahwa tepung bulu berwarna coklat muda,
dan ukura partikel kasar. Berdasarkan kandungan nutrisinya bahan pakan dibedakan

atas bahan pakan sumber protein, sumber energi, sumber vitamin, dan bahan
additive. Berdasarkan kandungan nutrisinya tepung bulu dapat digolongkan
kedalam bahan pakan sumber protein. Hal ini sesuai dengan pendapat sihombing
(2003) yang menyatakan bahwa berdasarkan kandungan nutrisinya bahan pakan
dikelompokkan menjadi bahan pakan sumber protein, bahan pakan sumber energi,
bahan pakan sumber vitamin, dan bahan additive. Bahan pakan sumber protein
contohnya tepung ikan, tepung darah, tepung limbah udang, dan tepung bulu.
Bahan pakan sumber energi contohnya jagung, dedak halus atau bekatul, minyak
nabati dan minyak ikan. Bahan pakan sumber vitamin contohnya hijauan segar
dan tepung hijauan. Bahan additive contohnya antibiotik, arsenal mineral
nitrafuran dan coccidiostat.
14. Semen
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada
gambar 27 :
Gambar 27. Hasil Pengamatan Mikroskopis Semen
LABORATORIUM ILMU BAHAN PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
GAMBAR MIKROSKOP
GAMBAR INTERNET

Sumber : Data Hasil Praktikum Ilmu Bahan Pakan, 2014


Berdasarkan Gambar 27 diperoleh hasil bahwa semen berwarna abu-abu
tua dan ukuran partikelnya sedikit kasar. Berdasarkan kelazimannya bahan pakan
dibedakan atas dua macam yaitu bahan pakan konvensional dan bahan pakan
inkonvensional. Berdasarkan kelazimannya semen dapat digolongkan kedalam
bahan pakan inkonvensional karena kulit kopi jarang digunakan oleh peternak
sebagai bahan pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Egarusiani (2009) yang
menyatakan bahwa Bahan pakan konvensional adalah bahan pakan yang lazim
dipakai unuk menyusun ransum, bahan pakan ini dapat berasala dari tanaman
ataupun hewan, ikan, dan hasil sampingan industri pertanian.(Co: Rumput,
legume, bekatul dll). Sedangkan, bahan inkonvensional adalah bahan yang tidak
lazim dipakai untuk menyusun ransum.
15. Tepung Darah
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada
gambar 28 :
Gambar 28. Hasil Pengamatan Mikroskopis Tepung Darah
LABORATORIUM ILMU BAHAN PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

GAMBAR MIKROSKOP

GAMBAR INTERNET

Sumber : Data Hasil Praktikum Ilmu Bahan Pakan, 2014


Berdasarkan Gambar 14 diperoleh hasil pada tepung darah mempunyai warna
hitam, dan memiliki ukuran partikel yang agak kasar. Pada pengelompokkan
bahan pakan berdasarkan asalnya terbagi atas dua yaitu bahan pakan asal hewani
dan bahan pakan asal nabati. Berdasarkan asalnya tepung darah dapat digolongkan
kedalam bahan pakan asal hewani. Hal ini sesuai dengan pendapat Egarusiani
(2009) yang membagi bahan pakan berdasarkan asalnya yakni bahan pakan yang
berasal dari tanaman, misalnya tanaman hijauan, jerami, dan hasil sampingan
industri. Bahan pakan asal hewan yakni tepung tulang, tepung darah, dan lainlain.

DAFTAR PUSTAKA
Handari, R. D. 2002. Teknologi dan kontrol kualitaspengolahan pakan di PT
Charoen Pokphand Sidoarjo Jawa Timur. Laporan Praktek Kerja
Lapangan. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Hartadi H., S. Reksohadiprojo, AD. Tilman. 1997. Tabel Komposisi Pakan Untuk
Indonesia. Gadjah Mada Univesity Press. Yogyakarta.
Egarusiani. 2009. Bahan Kuliah Bahan Pakan. Wordpress.com. Diakses Pada 29
Oktober 2014.
Legiokta. 2013. Tanaman pakan ternak. http://peternakan.blogspot.com. Diakses
pada tanggal 30 oktober 2014.
Mujnisa A. 2008. Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar Mahasiswa Dalam
Matakuliah Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Parning, M. 2000. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Yudistira. Jakarta
Prihatman 2000.
Tillman, A. D.,S, Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, H. Hartadi dan S.
Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Sihombing. 2013. Makanan Ternak. http://www.infopeternakan.com. Diakses
pada tanggal 30 oktober 2014.

Anda mungkin juga menyukai