Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL RENCANA TESIS

PENGARUH KEMAMPUAN DAN INDEPENDENSI AUDITOR


TERHADAP KUALITAS AUDIT INSPEKTORAT
DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH
(Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Barat)

Diajukan Oleh :
IKHLAS PERDANA

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti


Seleksi S2 Akuntansi Pemerintahan
Program Beasiswa Unggulan Kemdiknas
Tahun Anggaran 2011 / 2012

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2011

I. Latar Belakang Masalah

Desakan untuk menciptakan pemerintahan yang bersih akhir akhir ini terus
mengemuka. Hal itu dirasa sangat wajar karena pemerintah sebagai salah satu
lembaga yang menjalankan roda pemerintahan yang sumber legitimasinya berasal
dari masyarakat. Oleh karena itu kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada
penyelenggara pemerintahan haruslah diimbangi dengan adanya pemerintahan yang
bersih.
Pemerintahan yang bersih atau good governance ditandai dengan tiga pilar
utama yang merupakan elemen dasar yang saling berkaitan (Prajogo, 2001). Ketiga
elemen dasar tersebut adalah partisipasi, transparansi dan akuntabilitas. Suatu
pemerintahan yang baik harus membuka pintu yang seluas-luasnya agar semua pihak
yang terkait dalam pemerintahan tersebut dapat berperan serta atau berpartisipasi
secara aktif, jalannya pemerintahan harus diselenggarakan secara transparan dan
pelaksanaan pemerintahan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk mewujudkan

pemerintahan yang bersih atau good governance

diperlukan reformasi kelembagaan (institutional reform) dan reformasi manjemen


publik

(public

management

reform).

Reformasi

kelembagaan

menyangkut

pembenahan seluruh alat-alat pemerintahan di daerah baik sturktur maupun


infrastrukturnya. Menurut Mardiasmo (2009), selain reformasi kelembagan dan
reformasi manajemen sektor publik, untuk mendukung terciptanya good governance,
maka diperlukan beberapa reformasi lain yang berkaitan dengan system pengelolaan

keuangan pemerintah daerah, yaitu : Reformasi Sistem Penganggaran ( budgeting


reform), Reformasi Sistem Akuntansi (accounting reform), Reformasi Sistem
Pemeriksaan ( audit reform), serta Reformasi Sistem Manajemen Keuangan Daerah
(financial management reform ).
Salah satu unit yang melakukan audit / pemeriksaan terhadap pemerintah
dareah adalah Inspektorat. Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit
pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi ( Mardiasmo, 2009 ).
Peran dan fungsi Inspektorat Propinsi, Kabupaten/Kota secara Umum diatur
dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2007. Dalam pasal
tersebut dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas kepengawasan urusan
pemerintahan, Inspektorat Propinsi, kabupaten/Kota mempunyai fungsi sebagai
perencana program pengawasan, perumus kebijakan dan fasilitas pengawasan, serta
pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan.
Audit

pemerintahan

merupakan

salah

satu

elemen

penting

dalam

meningkatkan good governance. De Angelo (1981) dalam Watkins et al (2004)


mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan bahwa auditor akan menemukan
dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien. Temuan pelanggaran
mengukur kualitas audit berkaitan dengan pengetahuan dan keahlian auditor.
Sedangkan pelaporan pelanggaran tergantung kepada dorongan auditor untuk
mengungkapkan pelanggaran tersebut. Dorongan ini akan tergantung pada
independensi yang dimiliki auditor tersebut. Jadi dapat disimpulkan kemampuan dan
Independensi mempunyai hubungan yang erat demi tercapainya kualitas audit.

II. Perumusan Masalah

Banyak kita temui beberapa penelitian terdahulu dalam bidang auditing, hal
itu menunjukkan betapa pentingnnya kualitas audit yang dihasilkan. Oleh karena itu,
penelitian ini meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit yang
dilaksanakan oleh Inspektorat Propinsi Sumatera Barat dalam Pengawasan Keuangan
Daerah.
Masalah yang diteliti selanjutnya dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
dibawah ini, yaitu :
1. Apakah kemampuan Auditor mempunyai pengaruh terhadap kualitas
Audit yang dihasilkan oleh Inspektorat Propinsi Sumatera Barat.
2. Apakah Independensi Auditor mempunyai pengaruh terhadap kualitas
Audit yang dihasilkan oleh Inspektorat Propinsi Sumatera Barat.

III. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penelitian ini mempunyai tujuan


sebagai berikut :
1. Untuk memahami dan membuktikan secara empiris pengaruh kemampuan
Auditor terhadap kualitas audit yang dihasilkan Inspektorat Propinsi
Sumatera Barat.

2. Untuk memahami dan menbuktikan secara empiris pengaruh Independensi


Auditor terhadap kualitas audit yang dihasilkan Inspektorat Propinsi
Sumatera Barat.

IV. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai apakah ada


faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit Aparat Inspektorat dalam
Pengawasan Keuangan Daerah di Pemerintah Propinsi Sumatera Barat dan
diharapkan dengan diketahui adanya faktor-faktor tersebut dapat dijadikan acuan dan
masukan untuk mendukung peranan Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah
dalam rangka mewujudkan good governance.

V. Batasan Masalah

Untuk dapat menfokuskan bahasan, penelitian ini dilakukan mencakup di


lingkungan Pemerintah Propinsi Sumatera Barat. Di Sumatera Barat sendiri terdapat
42 Satuan Kerja Perangkat Daerah ( SKPD ), termasuk satu Inspektorat, dimana
Inspektorat dapat dikatakan sebagai Internal Audit di lingkungan Pemerintah Propinsi
Sumatera Barat.

VI. Kajian Teoritis

Audit yang dilakukan pada sektor publik pemerintah berbeda dengan yang
dilakukan pada sektor swasta. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan
latar belakang institusional dan hukum, dimana audit sektor publik pemerintah
mempunyai prosedur dan tanggung jawab yang berbeda serta peran yang lebih luas
dibanding audit sektor swasta ( Wilopo, 2001 ).
Secara umum, ada tiga jenis audit dalam audit sektor publik, yaitu :
1. Audit Keuangan ( financial audit ) yaitu audit yang menjamin bahwa sistem
akuntansi dan pengendalian keuangan berjalan secara efisien dan tepat serta
serta transaksi keuangan diotorisasi serta dicatat secara benar.
2. Audit

Kepatuhan

compliance

audit

),

yaitu

audit

yang

memverifikasi/memeriksa bahwa pengeluaran-pengeluaran untuk pelayanan


masyarakat telah disetujui dan telah sesuai dengan undang-undang peraturan.
Dalam audit kepatuhan terdapat asas kepatutan selain kepatuhan (Harry
Suharto, 2002). Dalam kepatuhan yang dinilai adalah ketaatan semua aktivitas
sesuai dengan kebijakan, aturan, ketentuan dan undang-undang yang berlaku.
Sedangkan kepatutan lebih pada keluhuran budi pimpinan dalam mengambil
keputusan. Jika melanggar kepatutan belum tentu melanggar kepatuhan.
3. Audit Kinerja ( performance audit ), yaitu merupakan perluasan audit
keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya. Audit kinerja memfokuskan
pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi yang

menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. Audit kinerja


merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas
ekonomi dan efisiensi operasi, efektifitas dalam pencapaian hasil yang
diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang
berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya
kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut.

Kemampuan audit yang cukup mutlak dimiliki auditor, dengan memiliki


kemampuan yang cukup dan memadai diharapkan auditor tersebut dapat lebih mudah
dan terarah dalam menjalankan fungsi auditnya. Standar umum pertama (SA seksi
210 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang
atau yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
Sedangkan, standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2001) menyebutkan
bahwa dalam pelaksanaan audit akan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Oleh karena
itu, maka setiap auditor wajib memiliki kemahiran profesionalitas dan keahlian dalam
melaksanakan tugasnya sebagai auditor.
Kata independensi merupakan terjemahan dari kata independence yang
berasal dari Bahasa Inggris yang artinya dalam keadaan independen.

Makna

independensi dalam pengertian umum ini tidak jauh berbeda dengan makna
independensi yang dipergunakan secara khusus dalam literatur pengauditan.
Arrens

dan

Loebbecke

(1997)

mendefinisikan

independensi

dalam

pengauditan sebagai pengguna cara pandang yang tidak bias dalam pelaksanaan
pengujian audit, evaluasi hasil pengujian tersebut, dapat pelaporan hasil temuan audit.
Selain itu, Arrens dan Loebbecke (1997) mengkategorikan independensi kedalam dua
aspek, yaitu : independensi dalam kenyataan (independence in fact) dan idependensi
dalam penampilan (independence in appearance). Independensi dalam kenyataan ada
apabila akuntan publik berhasil mempertahankan sikap yang tidak bias selama audit,
sedangkan independensi dalam penampilan adalah hasil persepsi pihak lain terhadap
independensi akuntan publik.
Audit sektor publik tidak hanya memeriksa serta menilai kewajaran laporan
keuangan sektor publik, tetapi juga menilai ketaatan aparatur pemerintahan terhadap
undang-undang dan peraturan yang berlaku. Disamping itu, auditor sektor publik juga
memeriksa dan menilai sifat-sifat hemat (ekonomis), efisien serta keefektifan dari
semua pekerjaan, pelayanan atau program yang dilakukan pemerintah. Dengan
demikian, bila kualitas audit sektor publik rendah, akan mengakibatkan risiko
tuntutan hukum (legitimasi) terhadap pejabat pemerintah dan akan muncul
kecurangan, korupsi, kolusi serta berbagai penyimpangan lainnya.
De Angelo (1981) dalam Watkins et al (2004) mendefinisikan kualitas audit
sebagai kemungkinan bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran
dalam sistem akuntansi dengan pengetahuan dan keahlian auditor. Sedangkan

pelaporan pelanggaran tergantung kepada dorongan auditor untuk mengungkapkan


pelanggaran tersebut. Dorongan ini akan tergantung pada independensi yang dimiliki
oleh auditor tersebut.

VII. Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan dan kajian teori yang


melandasinya, maka penulis menyatakan hipotesis sementara atas penelitian ini
sebagai berikut :

Xa1 = Kemampuan auditor berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas


audit Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah Propinsi
Sumatera Barat

Xa2 = Independensi auditor berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas


audit Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah Propinsi
Sumatera Barat

VIII. Motode Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah variabel-variabel yang akan diuji terdiri dari
variabel dependen dan variabel independen. Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif verifikatif, yaitu penelitian yang menggambarkan hubungan dan menguji


pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh auditor yang terdapat di Inspektorat
Propinsi Sumatera Barat. Sementara Sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang akan diteliti. Sampel yang dipilih dari populasi dianggap mewakili keberadaan
populasi. yang termasuk variabel independen yaitu kemampuan auditor dan
independensi auditor, sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah kualitas
audit.
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara menyebar daftar
pertanyaan yang akan diisi atau dijawab para responden.

DAFTAR PUSTAKA

Arrens Alvin. A & James K.Loebbeck. 1997. Auditting Integrated Approach,


Economi Edition, Prentice Hall South Fast Asia
Harry Suharto. 2002. Compliance Audit Pemerintah Daerah. Media Akuntansi.
Edisi 26 Mei Juni pp. 14-15
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik : Penerbit Yogyakarta
Peraturan Menteri Dalam Negeri . 2007 No. 64
Prajogo.2001. Perspektif Pemeriksa terhadap Iplementasi Standar Akuntansi
Keuangan Sektor Publik. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik
Kompartemen Akuntan Sektor Publik Ikatan Indonesia. Vol. 02 No.02
Agustus. Pp 1 -8
Standar Profesionalisme Akuntan Publik. 2001 seksi 210
Standar Profesionalisme Akuntan Publik. 2001 seksi 230
Watkins, Ann. L, William Hillison and Susan E. morecroft. 2004. Audit Quality : A
Synthesis Of Theory And Empirical Evidence. Journal of Accoounting
Literature Vol.23. Pp. 153-193
Wilopo. 2001. Faktor faktor yang Menentukan Kualitas Audit pada Sektor
Publik/Pemerintah

Anda mungkin juga menyukai