Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I.
II.
1.
Etiologi
Diabetes tipe I :
a. Faktorgenetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.
2.
Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.
III.
b.
Obesitas
c.
Riwayat keluarga
Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan
dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh selsel tubuh yangmengakibatkan
naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 3001200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai
dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien-pasien
yang
mengalami
defisiensi
insulin
tidak
dapat
sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh
berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya
penggunaan karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama akan
menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan
pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
IV.
pathway
peradangan penkreas
defisiensi insulin dan retensi
insulin
glukagon
glukoneogenesis
hiperglikemia
lemak
protein
asidosis
dehidrasi
nitrogen
urine
aterosklerosis
- koma
kematian
mikrovaskuler
mikrovaskuler
retina
jantung
serebral
G3
penglihatan
strok
miokard
ginjal
ekstermitas
gagal
ginjal
gangguan
integritas kulit
V.
Klasifikasi
Beberapa klasifikasi diabetes militus dan ciri ciri kliniknya antara
lain:
1. Klasifikasi I
a. Klasifikasi sekarang
b. Klasifikasi sebelumnya
Diabetes awitan dewasa (maturity diabetesmellitus (NIDDM)onset
diabetes)
Ciri ciri klinik
a. Awitan terjadi dalam segala usia, biasanya >30 tahun
b. Bertubuh gemuk saat didiagnosis
c. Etiologi mencakup faktor herediter, obesitas dan lingkungan
d. Tidak ada antibodi sel pulau langerhans
e. Penurunan produksi insulin endogen atau peningkatan resistensi insulin
f. Mayoritas gula darah dapat diturunkan dengan penurunan berat badan
g. Agens hipoglikemia oral dapat memperbaiki kadar glukosa darah bila
modifikasi diit dan latihan tidak berhasil
h. Mungkin diperlukan insulin untuk jangka pendek atau jangka panjang
untuk mencegah hiperglikemia
i. Ketosis jarang terjadi kecuali dalam keadaan stres atau menderita
infeksi
j. Komplikasi akut : sindrom hiperosmolar nonketotik
3. Klasifikasi III
a. Klasifikasi sekarang
Diabetes militus yg berkaitan dengandiabetes sekunder
b. Klasifikasi sebelumnya
VII.
Pemeriksaan penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis
DM (mg/dl)
Bukan DM
Belum pasti DM
DM
Plasma vena
< 100
100-200
>200
Darah kapiler
<80
80-200
>200
Plasma vena
<110
110-120
>126
Darah kapiler
<90
90-110
>110
2) Tanda :
a) Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau dengan
aktifitas.
b) Letargi/disorientasi
c) Koma
d) Penurunan kekuatan otot.
b. Sirkulasi
1) Gejala:
a) Adanya riwayat hipertensi; IM akut.
b) Ulkus pada kaki
c) Kesemutan pada ekstermitas
d) Penyembuhan yang lama.
2) Tanda:
a) Takikardia
b) Perubahan tekanan darah postural ; hipertensi
c) Nadi yang menurun/tak ada
d) Disritmia
e) Kulit panas, kering dan kemerahan; bola mata cekung.
c. Integritas ego
1) Gejala :
a) Stres; tergantung pada orang lain
b) Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi
2) Tanda :
a) Ansietas
b) Peka rangsang.
d. Eliminasi
1) Gejala :
a) perubahan pola berkemih (poliuria) nokturia
b) rasa nyeri/terbakar
c) kesulitan berkemih( infeksi)
d) nyeri tekan abdomen
2) Tanda :
Sistem urinary
a) Urine encer, pucat, kuning; poliuria (dapat berkembang menjadi
b)
c)
d)
e)
f)
e. Makanan/cairan
1) Gejala :
a) Hilang nafsu makan
b) Mual/muntah
c)
d)
e)
f)
f.
g.
h.
i.
2) Tanda :
a) Kulit kering/bersisik, turgor jelek
b) peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah
c) Bau holitosis/manis
d) Bau buah (nafas aseton)
Neurosensori
1) Gejala :
a) Pusing/pening
b) Sakit kepala
c) Kesemutan
d) Kebas kelemahan pada otot
e) Parastesia
f) Gangguan penglihatan
2) Tanda :
a) Disorientasi; mengantuk, letargi, stupor/koma (tahap lanjut)
b) Gangguan memori (baru, masa lalu); kacau mental
c) Refleks tendon dalam (RTD) menurun( koma)
Nyeri/ kenyamanan
1) Gejala :
Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
2) Tanda :
Wajah meringis dengan palpitasi ; tampak sangat berhati-hati.
Pernapasan
1) Gejala :
a) Merasa kekurangan oksigen
b) Batuk dengan/tanpa sputum purulen
2) Tanda :
a) Lapar udara
b) Batuk, dengan/tanpa sputum purulen
c) Frekwensi pernapasan
Integritas kulit
Tanda :
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka.
j. Keamanan
1) Gejala:
Kulit kering, gatal;ulkus kaki
2) Tanda:
KONSEP NYERI
I.
Pengertian Nyeri
Secara umum nyeri dapat didefinisikan sebagai suatu rasa yang tidak
nyaman baik ringan maupun berat. Nyeri dapat dibedakan nyeri akut dan nyeri
kronis (Priharjo, 1993). Nyeri juga merupakan mekanisme protektif bagi tubuh,
yang timbul bila jaringan rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi
untuk menghilangkan rasa nyeri tersebut. Nyeri merupakan pengalaman
sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang dihubungkan dengan
kerusakan jaringan yang telah atau akan terjadi yang digambarkan dengan katakata kerusakan jaringan ( Torrance, 1997).
Nyeri adalah rasa sensorik tidak nyaman dan pengalaman emosional
yang berkaitan dengan kerusakan atau berpotensi untuk kerusakan jaringan
yang diskripsikan dengan suatu kerusakan. (IASP,1986)
Persepsi nyeri sangat subyektif, dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:
II.
Menurut Tempat
a.
Periferal Pain
1) Superfisial Pain (Nyeri Permukaan)
2) Deep Pain (Nyeri Dalam)
3) Reffered Pain (Nyeri Alihan)
Nyeri yang dirasakan pada area yang bukan merupakan sumber
nyerinya.
b.
Central Pain
Terjadi karena perangsangan pada susunan saraf pusat, spinal cord,
batang otak dll
c.
Psychogenic Pain
Nyeri dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi akibat dari trauma
psikologis.
d.
Phantom Pain
Phantom Pain merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak
ada lagi, contohnya pada amputasi. Phantom pain timbul akibat dari
stimulasi dendrit yang berat dibandingkan dengan stimulasi reseptor
biasanya. Oleh karena itu, orang tersebut akan merasa nyeri pada area
yang telah diangkat.
e.
Radiating Pain
Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas ke jaringan
sekitar.
2.
Menurut Sifat
Intractable
Pain
b.
Nyeri sedang :
menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan psikologis
c.
Nyeri Berat
: dalam
intensitas tinggi
4.
Nyeri somatik
b)
Nyeri viseral
b.
Nyeri non-nosiseptif
Nyeri neuropatik
5.
6.
Nyeri fisiologik
b.
Nyeri Akut
Nyeri akut sebagai kumpulan pengalaman yang tidak menyenangkan
yang berkaitan dengan sensori, persepsi dan emosi serta berkaitan
dengan respon autonomic, psikologok, emosional dan perilaku. Nyeri
akut biasanya berlangsung singkat, misalnya nyeri pada fraktur. Klien
yang mengalami nyeri akut baisanya menunjukkan gejala-gejala
antara lain : perspirasi meningkat, denyut jantung dan tekanan darah
meningkat, dan pallor
2) Nyeri Kronis
Nyeri kronk adalah situasi aatu keadaan pengalaman nyeri yang
menetap atau kontinyu selama beberapa bulan atau athun setelah fase
penyembuhan dari suatu penyakit. Nyeri kronis berkembang lebih
lambat dan terjadi dalam waktu lebih lama dan klien sering sulit
mengingat sejak kapan nyeri mulai dirasakan.
Nyeri Akut
Nyeri Kronik
2. Intensitas: ringan-berat.
berat.
3. Lamanya mencapai 6 bulan.
4. Respon sistem saraf simpatis:
a. Pupil normal/dilatasi
tidak
perubahan
Skala nyeri dapat dibagi menjadi nyeri rendah (1-3), nyeri sedang (4-6),
nyeri berat (7-9) dan nyeri hebat (10). Tipe lain nyeri:
Tipe Nyeri
Deskripsi
Contoh
Nyeri Sebar
Dirasakan
(radiating
nyeri
pain)
jaringan di-sekitarnya.
pada
dan
sumber
meluas
ke
Nyeri cardiac/angina
(nyeri
ini
dirasakan
tidak
hanya
didalam
dada
(refered pain)
jauh
dari
jaringan
area
Nyeri
penyebab nyeri
Nyeri
berat
Membandel
untuk dihilangkan
keganasan
Terjadi
(amputasi kaki)
akibat
(intractabel
pain)
Nyeri Phantom
III.
Etiologi
1. Trauma
pd
klien
yg
a.
Mekanik
Rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami
kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, luka dan lain-lain.
b.
Thermis
Nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat
panas, dingin, misal karena api dan air.
c.
Khemis
Timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa
kuat
d.
Elektrik
Timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor
rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
2. Neoplasma
a. Jinak
b. Ganas
3. Peradangan
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya
peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Misalnya : abses
Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah
4. Trauma psikologis
IV.
Fisiologinyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima
rangsang nyeri.Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung
syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang
secara potensial merusak.Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara
anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang
tidak bermielin dari syaraf perifer.
Berdasarkan
letaknya,
nosireseptor
dapat
dikelompokkan
dalam
beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep
somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah,
nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang
terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga
lainnya.Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan
nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.
Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi
organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya.Nyeri
yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan
organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.
A. Stimulus nyeri
Jenis Stimuli Nociceptor dan Dasar Fisiologisnya
Tipe stimulus
a) Mekanik
1) Trauma
Dasar fisiologis
pada
jaringan tubuh.
2) Perubahan
jaringan tubuh.
3) Sumbatan duktus
tubuh.
4) Tumor
5) Spasme otot.
b) Termal:
Dingin dan panas
yang ekstrim
c) Kimia
1) Iskemia jaringan
(sumbatan
arteri
koroner).
saraf
Terjadi stimulasi reseptor nyeri
Destruksi
pd
jaringan;
stimulasi
reseptor nyeri
Stimulasi
reseptor
nyeri
karena
2) Spasme otot.
menyebabkan
iskemia jaringan.
B. Stimulasi Nociceptor:
Ketika ambang nyeri tercapai dan/atau terdapat jaringan cedera, maka
akan dikeluarkan substansi antara lain: serotonin, histamin, ion potasium,
asam dan beberapa enzim. Substansi tersebut menstimulasi reseptor nyeri
(nociceptor). Area cedera juga akan mengeluarkan bradykinin (vasodilator
kuat dan dapat meningkatkan permeabilitas pembuluh) dan dapat
mendorong dilepaskannya histamin (zat kimiawi penyebab inflamasi).
Bradykinin & histamine menyebabkan area injuri menjadi kemerahan
(rubor), bengkak (edema), dan melunak.Bradykinin juga menstimulasi
pelepasan prostaglandin.Prostaglandin dapat menstimulasi reseptor nyeri
dan mempertinggi efek bradykinin dan histamin.
Substansi
P
juga
berperan
sebagai
nociceptor.Substansi
merupakan
stimulan
neurotransmiter
yang
terhadap
dapat
distimulasi oleh kerusakan pada sel reseptor atau akibat dilepaskannya zatzat kimia seperti bradykinin.
C. Jalur nyeri
1. Jalur Ascendens
Serat saraf C dan A- aferen yang menyalurkan implus nyeri masuk
ke medula spinalis di akar saraf dorsal.Serat-serat memisah sewaktu
masuk ke korda dan kemudian kembali menyatu di kornu dorsalis
posterior pada medula spinalis.Daerah ini menerima, menyalurkan, dan
memproses implus sensorik.Kornu dorsalis medula spinalis dibagi
menjadi lapisan-lapisan sel yang disebut lamina.Dua dari lapisan ini,
yang disebut substansia gelatinosa, sangat penting dalam transmisi dan
modulasi nyeri.Dari kornu dorsalis, implus nyeri dikirim ke neuronneuron yang menyalurkan informasi ke sisi berlawanan medula
spinalis di komisura anterior dan kemudian menyatu di traktus
lateralis, yang naik ke talamus dan struktur otak lainnya.Dengan
thalamus
mungkin
karena
dibawa
kesadaran
oleh
talamus.Sebuah neuron di thalamus kemudian memproyeksikan aksoaksonnya melalui bagian posterior kapsula interna untuk membawa
implus
nyeri
ke
korteks
somatosensorik
primer
dan
girus
perilaku
emosional,
dan
penurunan
ambang
sering
Transduksi
Transmisi
Modulasi
cepat
dan
denganadekuat,
individu
mungkin
lebih
sedikit
pemulihan.
Secara
umum,
cara
yang
lebih
efektif
keras.Perawat harus beraksi terhadap persepsi nyeri pasien dan bukan pada
perilaku nyeri karena perilaku berbeda dari satu pasien dengan pasien lainnya.
Banyak sikap dan perilaku yang lain seperti keinginan pasien untuk
menerima kunjungan atau ingin sendiri atau sikap yang ditunjukan kepda
diagnosis dapat beragam dari satu budaya dengan budaya lainnya.
Mengenali nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki seseorang dan memahami
mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan lainnya membantu
untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan pada harapan
dan nilai budaya seseorang. Namun demikian, sama pentingnya untuk
menghindari
menyamaratakan
pasien
secara
budaya.
Perawat
yang
Penatalaksanaan Nyeri
Penatalaksanaan nyeri dapat dibagi dua cara, yaitu :
1. Manajemen farmakologi
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interpretasi
nyeri dengan jalan mendepresi Sistem Saraf Pusat pada Thalamus dan
Korteks Cerebri. Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum klien
merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Untuk
Relaksasi
adalah
pembebasan
mental
dan
fisikal
dari
c. Stimulasi kulit
Stimulasi kulit dapat digunakan dengan cara pemberian kompres
dingin, kompres hangat, balsam analgesic, analgesics ointments,
counteriritan, seperti plester hangat, contralateral stimulation, yaitu
massage kulit pada area yang berlawanan dengan area yang
nyeri..Pemberian kompres hangat dan dingin local bersifat
terapeutik.Sebelum penggunaan terapi tersebut, perawat harus
memahami respon tubuh terhadap variasi temperatut local, integritas
bagian tubuh, kemampuan klien terhadap sensasi variasi temperature
dan menjamin jalannya tindakan dengan baik.Perawat secara legal
bertanggung jawab terhadap tindakan ini.
Area pemberian kompres panas dan dingin bisa menyebabkan
respon sistemik dan respon local.Stimulasi ini mengirimkan impulsimpuls dari perifer ke hipotalamus yang kemudian menjadi sensasi
temperature tubuh secara normal (Potter dan Perry, 1997).Tubuh kita
dapat menoleransi variasi temperature yang luas.Temperature
permukaan kulit yang normal 34C, tetapi temperature penerima
biasanya beradaptasi dengan cepat ke temperature local melebihi
batas ini.Efek dari kompres hangat dan dingin memberikan respon
fisiologis
yang
berbeda.Efek
dari
kompres
hangat
untuk
nyeri
yang
dirasa
seperti
terbakar.(Potter
dan
Perry,
Intensitas Nyeri
sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda.
Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah
menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun,
pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti
tentang nyeri itu sendiri.
Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :
1. Skala intensitas nyeri deskritif
Keterangan :
0 :Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi
beberapa
waktu
karena
tubuh
dapat
berusaha
memulihkan
sebelum
migrain
tersebut
menetap sekalipun
Pengkajian Keperawatan
a. Pengumpulan data
1) Biodata
a) Nama
: Ny. jeni
b) Umur
: 72 tahun
c) Jenis kelamin: Perempuan
2) Riwayat keperawatan
a) Riwayat keperawatan sekarang
(1) Alasan masuk RS
Ny.jeni masuk ke rumah sakit karena luka tusuk pada kaki
semakin parah dan terjadi komplikasi gangren diabetik pada
lukanya.
(2) Keluhan utama
disedot,
PROBLEM
DO :
Riwayat Diabetes Melitus,
2. DS:
Klien mengeluh susah tidur karena nyeri yang tak
Terjadi gangren
tertahankan pada telapak kaki.
DO :
Klien susah tidur karena terasa nyeri yang tidak
tertahankan pada luka kakinya, Luka mengeluarkan
nanah.
Diabetes melitus
Kaki tertusuk
paku
Terjadi ulkus
terjadi
angioneurophaty
hipoksia
infeksi
luka sulit
sembuh
gangren
iskemia
peningkatan
metabolisme
anaerob
pembentukan asam
laktat
nyeri
2. Diagnosa Keperawatan
merangsang kelenjar
limfe
pengeluaran
leukosit
histamin &
bradikinin
G3 integritas
jaringan
dilatasi pembuluh
darah
inflamasi
demam
III.
luka.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang daru kebutuhan tubuh.
Rencana Keperawatan
NO
DIAGNOSA
NOC
1.
Gangguan
Kriteria hasil :
1. Berkurangnyaoedema
NIC
Intervensi :
1. kaji luas dan keadaan luka
integritas jaringan
sekitar luka.
2. pus
dan
berhubungan
dengan
serta
proses
jaringan
penyembuhannya.
berkurang
2. rawat luka dengan baik dan
3. adanya jaringan granulasi
pada 4. bau busuk luka berkurang.
benar :
membersihkan luka dengan
adanya
gangren
ekstermitas.
secara
aseptic
dengan
angkat
sisa
pus,
Gangguan
pemberian antibiotik.
rasa Kriteria hasil :
Intervensi :
1. penderita secara verbal 1. kaji tingkat frekuansi, dan
nyaman/nyeri
dapat
mengatakan
nyeri reaksi
berhubungan
berkurang/hilang
pasien.
nyeri
yang
dialami
dengan
jaringan.
jelaskan
kepada
pasien
vital
dalam
batas relaksasi.
5. atur posisi pasien senyaman
normal.
mungkin
sesuai
pasien.
6. lakukan
keinginan
massage
dan
Keterbatasan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
adanya
luas.
2.pasien
aktivitas
melakukan
sesuai
pasien.
dengan 2. berikan penjelasan tentang
keinginannya.
3.rasa nyeri berkurang.
4.pasien
dapat
memenuhi
kebutuhan sendiri secara
bertahap
sesuai
pentingnya
aktivitas
melakukan
untuk
menjaga
untuk
dengan
mengerakkan/
mengangkat
kemampuan.
ekstermitas bawah sesuai
kemampuan.
4. bekerja sama dengan tim
kesehatan lain :
dokter
(pemberian
analgetik)
4.
dan
tenaga
fisioterapi.
5. bantu
pasien
dalam
memenuhi kebutuhannya.
Ketidakseimbang Kriteria hasil :
Intervensi :
1. berat badan dan tinggi 1. kaji status nutrisi dan
an nutrisi kurang
badan ideal.
kebiasaan makan.
dari kebutuhan 2. pasien mematuhi diet. 2. anjurkan
pasien
untuk
3. kadar gula darah dalam
tubuh.
memnuhi diet yang telah
batas normal.
4. tidak ada tanda-tanda diprogramkan.
3. timbang berat badan setiap
hyperglikemia
atau
seminggu sekali.
hipoglikemia.
4. identifikasi perubahan pola
5. timbang berat badan setiap
makan.
minggu sekali.
5. kerja sama dengan tim
6. identifikasi
perubahan
kesehatan
lain
untuk
pola makan.
pemberian insulin dan diet
diabetik.
Daftar pustaka
Smeltzer, Suzanne and Brenda Bare (2001). Buku Ajar Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC. Hal: 156-160.