Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
luas bisa menyebabkan kelumpuhan pada sistem pernafasan dan gangguan irama
jantung sehingga denyut jantung menjadi tidak beratu
3).Kimia
Luka bakar kimia bisa disebabkan oleh sejumlah iritan dan racun, termasuk asam
dan basa
Jika disentuh,tidak timbul rasa nyeri karena ujung saraf pada kulit telah
mengalami kerusakan.Jaringan yang terbakar bisa mati .Jika jaringan
mengalami kerusakan akibat luka bakar,maka cairan akan merembes dari
pembuluh darah dan menyebabkan pembengkakan.Pada luka bakar yang
luas ,kehilangan sejumlah besar cairan karena perembesan tersebut bisa
menyebabkan terjadinya syok.Tekanan darah sangat rendah sehingga
darah yang mengalir ke otak dan organ lainnya sangat sedikit.
D.Klasifikasi Luka Bakar
Pada semua derajat luka bakar, proses peradangan atau inflamasi dan akumulasi
cairan akan terjadi semenjak awal terjadinya luka bakar. Seperti yang telah
disinggung sebelumnya bahwa salah satu fungsi kulit adalah sebagai dinding
pelindung terhadap infeksi maka saat luka bakar, rusaknya kulit akan
menyebabkan tubuh rentan kemasukan kuman.Luka bakar diklasifikasikan
berdasarkan kedalaman lukanya antara lain sebagai berikut :
1).Derajat satu (superfisial): tersengat matahari, terkena api dengan
intensitas rendah.Bagian kulit yang terkena adalah Epidermis dan bagian
dermis Epidermis, keseluruhan dermis dan kadang-kadang jaringan
subkutan.Penampilan luka Memerah, menjadi putih ketika ditekan
minimal atau tanpa edema. Perjalanan kesembuhan yakni kesembuhan
lengkap dalam waktu satu minggu, terjadi pengelupasan kulit.
2).Derajat-dua (partial-thickness):tersiram air mendidih, terbakar oleh
nyala
api.Bagian
kulit
yang
terkena
epidermis
dan
bagian
Luka bakar mengalami suatu proses yang dinamis artinya bisa saja saat ini luka
bakar derajat satu tapi besoknya sudah berkembang menjadi derajat dua. Hal yang
sama juga dapat terjadi pada luka bakar derajat dua yang dapat berkembang
menjadi derajat tiga.
Hanya lapisan epidermis kulit yang mampu mengalami proses regenerasi yang
baik sementara bila luka bakar mengenai lapisan kulit yang lebih dalam maka
akan menyebabkan kecacatan permanen dan jaringan parut yang pasti menganggu
fungsi kulit.
g).Genital : 1%
Hanya luka bakar derajat dua dan tigalah yang dihitung menggunakan rule of
nine, sementara luka bakar derajat satu tidak dimasukan sebab permukaan kulit
relatif bagus sehingga fungsi kulit sebagai regulasi cairan dan suhu masih baik.
Jika luas luka bakar lebih dari 15 20% maka tubuh telah mengalami kehilangan
cairan yang cukup signifikan. Jika cairan yang hilang tidak segera diganti maka
pasien dapat jatuh ke kondisi syok atau renjatan.
Semakin luas atau besar prosentase luka bakar maka resiko kematian juga
semakin besar. Pasien dengan luka bakar dibawah 20% biasanya akan sembuh
dengan baik, sebaliknya mereka yang mengalami luka bakar lebih dari 50% akan
menghadapi resiko kematian yang tinggi.
2.Metode Telapak Tangan
Pada banyak pasien dengan luka bakar yang menyebar, metode yang
dipakai untuk memperkirakan persentase luka bakar adalah metode telapak tangan
(palm method). Lebar telapak tangan pasien kurang lebih sebesar 1% luas
permukaan tubuhnya. Lebar telapak tangan dapat digunakan untuk menilai luas
luka bakar.
3.Diagram
Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan diagram Lund
dan Browder sebagai berikut:
LOKASI
USIA (TAHUN)
0-1
1-4
5-9
10-15
DEWASA
KEPALA
19
17
13
10
LEHER
13
13
13
13
13
PUNGGUNG
13
13
13
13
13
PANTAT KIRI
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
PANTAT KANAN
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
KELAMIN
LENGAN BAWAH KA
TANGAN KA
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
TANGAN KI
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
PAHA KA.
5,5
6,5
8,5
8,5
9,5
PAHA KI.
5,5
6,5
8,5
8,5
9,5
TUNGKAI BAWAH KA
5,5
TUNGKAI BAWAH KI
5,5
KAKI KANAN
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
KAKI KIRI
3,5
3,5
3,5
3,5
Metode yang lebih tepat untuk memperkirakan luas permukaan tubuh yang
terbakar adalah metode Lund dan Browder yang mengakui bahwa persentase luas
luka bakar pada berbagai bagian anatomik, khususnya kepala dan tungkai, akan
berubah menurut pertumbuhan.
Dengan membagi tubuh menjadi daerah-daerah yang sangat kecil dan
memberikan estimasi proporsi luas permukaan tubuh untuk bagian-bagian tubuh
tersebut, kita bisa memperoleh estimasi tentang luas permukaan tubuh yang
terbakar.
Evaluasi pendahuluan dibuat ketika pasien tiba di rumah sakit dan
kemudian direvisi pada hari kedua serta ketiga paska luka bakar karena garis
demarkasi biasanya baru tampak jelas sesudah periode tersebut.
d).Respon Imonologi
Sebagian basis mekanik, kulit sebgai mekanisme pertahanan dari
organisme yang masuk. Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan
mikroorganisme masuk kedalam luka.
KONSEP NYERI
A.Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan sensasi tidak enak, nyeri merupakan tanda penting terhadap
adanya gangguan fisiologis, nyeri secara umum didefinisikan sebagai suatu rasa
tidak nyaman baik ringan maupun berat (Priharjo,1998:3).
Nyeri dapat dibedakan menjadi Nyeri Akut dan Kronis, Nyeri Akut biasanya
berlangsung secara singkat, misalnya nyeri pada patah tulang atau pembedahan
abdomen. Nyeri Kronis berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu lebih
lama. Nyeri juga dinyatakan sebagai nyeri somatogenik atau psikogenik, nyeri
somatogenik merupakan nyeri secara fisik, sedangkan nyeri psikogenik
merupakan nyeri psikis atau mental.
B.Fisiologi Nyeri
Banyak teori berusaha untuk menjelaskan dasar neurologis dari nyeri,
meskipun tidak ada satu teori yang menjelaskan secara sempurna bagaimana nyeri
ditransmisikan atau diserap. Untuk memudahkan memahami fisiologi nyeri, maka
perlu mempelajari 3 (tiga) komponen fisiologis berikut ini:
Resepsi : proses perjalanan nyeri
Persepsi : kesadaran seseorang terhadap nyeri
Reaksi : respon fisiologis & perilaku setelah mempersepsikan nyeri
saluran
spinotalamik.
Neuroregulator
ada
dua
macam,
yaitu
4.Persepsi
Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri, pada saat
individu menjadi sadar akan adanya suatu nyeri, maka akan terjadi suatu reaksi
yang kompleks. Persepsi ini menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu
sehingga kemudian individu itu dapat bereaksi.
Fase ini dimulai pada saat dimana nosiseptor telah mengirimkan sinyal
pada formatio reticularis dan thalamus, sensasi nyeri memasuki pusat kesadaran
dan afek. Sinyal ini kemudian dilanjutkan ke area limbik. Area ini mengandung
sel sel yang bisa mengatur emosi. Area ini yang akan memproses reaksi emosi
terhadap suatu nyeri. Proses ini berlangsung sangat cepat sehingga suatu stimulus
nyeri dapat segera menghasilkan emosi.
5.Resepsi
Stimulus (mekanik, termal, kimia) Pengeluaran histamin bradikinin, kalium,
Nosiseptor Impuls syaraf Serabut syaraf perifer Kornu dorsalis medulla
spinalis Neurotransmiter (substansi P)Pusat syaraf di otak Respon reflek
protektif. Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan
menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikinin, kalium.
Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor mencapai
ambang nyeri, maka akan timbul impuls syaraf yang akan dibawa oleh serabut
saraf perifer. Serabut syaraf perifer yang akan membawa impuls syaraf ada dua
jenis, yaitu serabut A-delta dan serabut C. impuls syaraf akan di bawa sepanjang
serabut syaraf sampai ke kornu dorsalis medulla spinalis. Impuls syaraf tersebut
akan menyebabkan kornu dorsalis melepaskan neurotrasmiter (substansi P).
Substansi P ini menyebabkan transmisi sinapis dari saraf perifer ke saraf traktus
spinotalamus. Hal ini memungkinkan impuls syaraf ditransmisikan lebih jauh ke
dalam system saraf pusat. Setelah impuls syaraf sampai di otak, otak mengolah
impuls syaraf kemudian akan timbul respon reflek protektif.
Contoh: Apabila tangan terkena setrika, maka akan merasakan sensasi
terbakar, tangan juga melakukan reflek dengan menarik tangan dari permukaan
setrika.
Proses ini akan berjalan jika system saraf perifer dan medulla spinalis utuh atau
berfungsi normal. Ada beberapa factor yang menggangu proses resepsi nyeri,
diantaranya sebagai berikut:
a).Trauma
b).Obat-obatan
c).Pertumbuhan tumor
d).Gangguan metabolic (penyakit diabetes mellitus)
6.Perilaku ( Behavior )
Terdiri dari perilaku verbal dan non verbal dalam merespon suatu nyeri
seperti keluhan atau komplain, rintihan, sikap dan ekspresi wajah.
Reseptor nyeri merupakan ujung-ujung saraf yang bebas tidak bermyelin
dan neuron aferen. Informasi dari reseptor nyeri mencapai sistem saraf sentral
melalui serabut saraf asandan, bila informasi telah sampai dithalamus maka
seseorang akan merasakan adanya suatu sensasi serta mempelajari tentang lokasi
dan kekuatan stimulus. Bila informasi telah sampai pada kortek serebri maka
seseorang
menjadi
lebih
terlibat
dengan
sensasi
nyeri,
mencoba
menginterpretasikan arti nyeri dan mencari cara untuk menghindari sensasi lebih
lanjut.
C.Stimulus Nyeri
Reseptor
nyeri
memberi
respon
terhadap
stimulus
yang
baik
yang
berasal
dari
dalam
maupun
luar
tubuh
E.Pengkajian Nyeri
Dikarenakan nyeri merupakan pengalaman interpersonal, perawat harus
menanyakannya secara langsung kepada klien
a. Lokasi
Pengkajian lokasi nyeri mencakup 2 dimensi :
1).Tingkat nyeri, nyeri dalam atau superfisial
2).Posisi atau lokasi nyeri
Nyeri superfisial biasanya dapat secara akurat ditunjukkan oleh klien; sedangkan
nyeri yang timbul dari bagian dalam (viscera) lebih dirasakan secara umum.
Nyeri dapat pula dijelaskan menjadi empat kategori, yang berhubungan dengan
lokasi :
1).Nyeri terlokalisir : nyeri dapat jelas terlihat pada area asalnya
2).Nyeri Terproyeksi : nyeri sepanjang saraf atau serabut saraf spesifik
3).Nyeri Radiasi : penyebaran nyeri sepanjang area asal yang tidak dapat
dilokalisir
4).Reffered Pain (Nyeri alih) : nyeri dipersepsikan pada area yang jauh
dari area rangsang nyeri.
b. Intensitas
Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri :
1).Distraksi atau konsentrasi dari klien pada suatu kejadian
2).Status kesadaran klien
3).Harapan klien
Nyeri dapat berupa : ringan, sedang, berat atau tak tertahankan. Perubahan dari
intensitas nyeri dapat menandakan adanya perubahan kondisi patologis dari klien.
c. Waktu dan Lama (Time & Duration)
Perawat perlu mengetahui/mencatat kapan nyeri mulai timbul; berapa lama;
bagaimana timbulnya dan juga interval tanpa nyeri dan kapan nyeri terakhir
timbul.
d. Kualitas
Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dari nyeri. Anjurkan
pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui: nyeri kepala mungkin dikatakan
ada yang membentur kepalanya, nyeri abdominal dikatakan seperti teriris
pisau.
e. Perilaku Non Verbal
Beberapa perilaku nonverbal yang dapat kita amati antara lain : ekspresi wajah,
gemeretak gigi, menggigit bibir bawah dan lain-lain.
f. Faktor Presipitasi
Beberapa faktor presipitasi yang akan meningkatkan nyeri : lingkungan, suhu
ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba, stressor fisik dan emosi.
ASUHAN KEPERAWATAN
NY.WATI DENGAN LUKA BAKAR
Kasus
Ny.Wati,45 tahun dengan berat badan 64 kg datang ke IGD diantar oleh
keluarganya karena saat akan menyalakan kompor gas dirumahnya ,kompor gas
yang dinyalakan tiba-tiba meledak .Ns.Samsul yang melakukan pengkajian pada
klien dan mendapatkan data klien mengatakan sangat nyeri pada daerah tubuhnya
yang mengalami luka bakar,klien nampak meringis kesakitan dan menangis
,nyerinya terus menerus.Wati mengalami luka bakar sampai lapisan epidermis
pada tangan kanannya dengan luas 6 kali telapak tangan ,luas pada bagian paha 4
kali telapak tangan klien ,paha kiri 3 kali luas telapak tangan klien ,bagian dada
dan perut 5 kali luas telapak tangan klien ,tangan kiri dan wajah masing-masing
seluas telapak tangan ,pemeriksaan vital sign tensi 100/60 mm/Hg ,Nadi 100 kali
permenit ,suhu 370 C,Pernapasan 24 kali permenit.
I.
Pengkajian Keperawatan
I.1 Pengumpulan Data
A. Identitas Klien
Nama
: Ny.Wati
Umur
: 45 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
B. Riwayat Keperawatan
1.Riwayat Keperawatan
a). Alasan kerumah sakit
Alasan Ny.Wati datang ke rumah sakit karena menderita luka bakar
akibat terkena kompor gas yang meledak.
b).Keluhan utama
: 100/60 mmHg
: 100 kali/menit
: 24 kali/menit
: 370 C
2.Head To Toe
a.Wajah terdapat luka bakar
b.Tangan kanan dan tangan kiri terdapat luka bakar
c.Dada dan perut terdapat luka bakar
d.Paha terdapat luka bakar
1.2 Klasifikasi data
a).Data Subyektif
Klien mengatakan sangat nyeri pada daerah tubuhnya yang
mengalami luka bakar.
b).Data Obyektif :
1.Nampak meringis kesakitan dan menangis
2.Mengalami luka bakar sampai lapisan epidermis
II.Diagnosis Keperawatan
2.1 Analisa Data
No
.
1.
2.
Data
a).Data Subjekif :
Klien mengatakan
sangat
Problem
nyeri
pada
daerah
Nyeri
Kerusakan integritas
kulit
Resiko infeksi
klien.
diri
d).Luka bakar pada paha kiri 3 kali telapak tangan
klien.
e).Luka bakar pada dada dan perut 5 kali telapak
tangan klien.
Kekurangan volume
cairan
tertutup myelin atau serat-C yang tidak tertutup myelin . Serat-serat aferen
primer ini bersinapsis dalam substantia gelatinosa (lapisan Rexed 2dan 3) dari
tanduk dorsal tulang belakang.
Neuron-neuron orde ke-dua kemudian melintasi corddan terus berlanjut
dalam kuadran anterolateral berlawanan.Serat-serat A-delta memediasi nyeri
tersebut lambat yang ditandai sebagai nyeri luka bakar yang berdurasi lama
dalam kasus ibu wati hal ini dikarenakan luka bakar terjadi pada lapisan kulit
epidermis dimana sudah sampai pula pada jaringan dermis.
stimulus tersebut .
Ny.wati
menjadi
terlibat
dengan
sensasi
nyeri,
mencoba
menginterpretasikan arti nyeri dan mencari cara untuk menghindari sensasi lebih
lanjut.
infeksi
berhubungan
dengan
tidak
adekuatnya
pertahanan
Luka
Lokasi,dimensi,kedalaman
b).Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit akibat luka bakar ditandai dengan
klien nampak meringis kesakitan dan menangis,nyerinya terus menerus .
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan nyeri pasien berkurang
dengan kriteria hasil NOC :
1).Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri,mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan.
2).Melaporkan
bahwa
manajemen nyeri.
nyeri
berkurang
dan
menggunakan
c).Resiko
infeksi
berhubungan
dengan
tidak
adekuatnya
pertahanan
kenyamanan
terhadap
kemampuan
untuk
melakukan ADLs.
3).Dapat melakukan ADLs tanpa bantuan
Intervensi NIC :
1).Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri
2).Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai kemampuannya
3).Dorong untuk melakukan secara mandiri tapi beri bantuan
ketika klien tidak mampu melakukannya.
4).Berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai kemampuannya
5).Ajarkan klien/keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika klien tidak mampu untuk
melakukannya.