Anda di halaman 1dari 26

TUGAS TEKNIK REAKSI KIMIA 2

Topik 2: Reaktor Primary Reforming

Kelompok 11:
Aisyah Nur Ridha
Danar Aditya
Endra Panreski
Eric Adelwin

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2015

TUGAS:
1. Resume dari Kuliah Tamu PT. PUPUK KUJANG

2.

Tinjauan unit Reaktor dan fungsi utamanya dilengkapi dgn berbagai


Gambar/Foto. Dilengkapi dgn berbgai skema, ilustrasi gambar, blok diagram
untuk mendukung uraian/penjelasannya. Sebutkan Lisensi; Lurgi, BASF,
Kellog, ICI, dll.

3.

Tinjauan katalis serta berbagai permasalahannya, bisa dikutip dr HandBook


of Catalyst (Martyn V. Twigg) atau buku Commercial Catalyst (H.F Rasse).

4.

Reaksi dgn tinjauan termodinamis dan kinetisnya dan kondisi operasinya.

5.

Kupas fenomena, prinsip dasar beserta perumusan rumus, formula


kinetikanya, formula mass transfer, bisa diacu Bab 10, 11 dan 12 Fogler Atau
Buku

6.

Bisa dilengkapi dgn data sekunder: Profil Suhu, Profil Konsentrasi, profil
Tekanan, dll sepanjang Reaktor .... Dan dibahas

Universitas Indonesia

Page 2

Resume dari Kuliah Tamu PT. PUPUK KUJANG


PRODUKSI AMONIA DAN UREA
Proses produksi Amonia
Gambar dibawah ini merupakan keseluruhan proses produksi amonia yang
didesain oleh M. W. Kellogg. Pabrik Pengolahan Amomnia dioperasikan
menggunakan bahan baku dasar Gas Alam, Air dan Udara. Reaksi berbeda dalam
proses membutuhkan katalis tertentu. Gas alam adalah metana, dan digunakan
sebagai bahan bakar di tungku furnace untuk memanaskan bagian luar tabung
reformer utama (primary). Ini digunakan sebagai bahan proses di dalam tabung
reformer utama untuk produksi hidrogen, dan dikirim dengan pipa pada tekanan
25 bar. Untuk menjalankan proses harus ditekan ke lebih 40 bar. Air yang dikirim
ke situs (site) dengan pipa dari pemerintah daerah, harus di demineralisasi
sebelum konversi uap. Hal ini digunakan dalam primary reformer uap dengan gas
alam di mana mereka akan bereaksi membentuk hidrogen dan karbon oksida.
Perlakuan yang tepat pada air sangat penting untuk terus beroperasi pabrik.

Gambar 1. Proses produksi amonia dirancang oleh Kellogg


Sumber: Kellog

Gas alam dibagi menjadi dua aliran, bahan bakar gas dan gas proses. Gas
proses adalah sumber utama dari hidrogen dan pertama terlebih dahulu ditekan
sampai 42 bar menggunakan dua kompresor gas alam. Gas alam tidak berbau

Universitas Indonesia

Page 3

ketika diambil dari sumber gas tetapi sesuai peraturan harus diberi bau khas.
Senyawa Sulphur seperti Methyl, Etil dan Tersier-Butyl Mercaptan ditambahkan
untuk memberikan gas bau yang dikenali. Senyawa Sulfur adalah racun katalis di
pabrik amonia dan proses harus menghapus sulfur ini untuk menghindari
kerusakan katalis.

Gambar 2. Diagram blok proses produksi amonia


Sumber: presentasi kuliah tamu

Reaktor pabrik ammonia:


Fixed Bed Reactor

Desulphurizer

Primary Reformer (Tubular Reactor)

Secondary Reformer

High Temperatur Shift Converter

Low Temperatur Shift Converter

Methanator

Ammonia Converter

Universitas Indonesia

Page 4

1. Desulphurizer

Gambar 3. Seksi desulfurisasi


Sumber: presentasi kuliah tamu

Hydrogenator : Merubah Sulfur Organik menjadi H2S


Katalis

: Cobalt-Molybdenum (Co Mo) atau


Nickel-Molybdenum (Ni-Mo)

Reaksi

Sulphur Absorber/Desulphurizer: Absorbsi H2S


Katalis : Zinc-Oxide (ZnO) ; Zinc-Oxide + Cupper (Cu)

2. Primary Reformer

Fungsi : Untuk pembentukan gas sinthesa yaitu gas H2 dari reaksi Gas
Alam (CH4) dengan Steam (H2O).

Universitas Indonesia

Page 5

Reaksi:

tiga tipe utama reformer berdasarkan cara suplai panasnya, Terrace Firing,
Side Firing, Top

3. Secondary reformer

Fungsi : Untuk pembentukan gas sinthesa yaitu gas Nitrogen (N2) dari
reaksi udara bebas (O2) dengan gas Hidrogen (H2).

Terdiri dari tiga komponen utama : Burner, Mixing Volume, Catalyst

Temperatur operasi : 950 - 1050 C

Reaksi:

Kendala: Hotspot dan deformasi katalis

4. HIGH TEMPERATUR SHIFT CONVERTER-LOW TEMPERATURE


SHIFT CONVERTER

Universitas Indonesia

Page 6

Gambar 4. HTSC dan LTSC


Sumber: presentasi kuliah tamu

High Temperature Shift Converter (HTSC)


Reaksi Eksotermis
Temperatur reaksi/inlet

: 370oC

Kandungan CO outlet

: 2-3,5% mol.

Katalis : Komponen utama: Besi Oksida (Fe2O3) ; Promotor : Khromium


oksida (CrO3)
Reaksi :

Low Temperature Shift Converter (LTSC)


Reaksi Eksotermis
Temperatur reaksi/inlet = 200oC
Kandungan CO2 outlet = 0,2-0,4% mol.
Katalis

: Tembaga (Cu), reaktif pada temp. rendah

Reaksi

5. Methanator

Universitas Indonesia

Page 7

Katalis: Ni base

Gambar 5. Metanasi
Sumber: presentasi kuliah tamu

6. Ammonia converter

Katalis

: Oksida Besi (Fe3O4 / magnetite).

Promotor

: oksida Ca, Al dan K

Reaksi

Universitas Indonesia

Page 8

Gambar 6. Ammonia converter


Sumber: presentasi kuliah tamu

PROSES PRODUKSI UREA

Total reaksi pembentukan Urea dari ammonia & carbondioxide:

2 tahap reaksi :

- Carbamate (exothermics & fast, equlibrium)

- Carbamate dehydration to Urea (endothermics & slow)

Parameter
-Temperature T > : convertion> , vel. reaksi> (fast)
-Pressure @T constant, convertion> if P> until certain limit
-NH3/CO2 N/C> (excess NH3), convertion (CO2)>
-H2O/CO2 H/C>, convertion <

Universitas Indonesia

Page 9

-ReactorVolume/Retention

Time

V>

(retention

time>),

convertion> (~equilibrium) Optimum ~~ 95% eq. convertion

Universitas Indonesia

Page 10

TOPIK 2 : PRIMARY REFORMER


Primary Reformer

Pada tugas kali ini kelompok kami akan langsung membahas sesuai dengan topik
yang diberikan yaitu reaktor primary reformer. Pada kuliah tamu dari PT. PUPUK
KUJANG, proses sintesa amonia menggunakan primary reformer (reaktor
tubular) yang berfiungsi untuk pembentukan gas sinthesa yaitu gas H2 dari reaksi
Gas Alam (CH4) dengan Steam (H2O). Primary reformer berfungsi juga seperti
Heat Exchanger untuk menaikkan temperatur gas proses. Pertukaran panas yang
dominan dengan radiasi. Reaksi yang terjadi:

Secara keseluruhan reaksi sangat endothermis. Konversi Methane bertambah pada


kondisi :
1.

Tekanan Rendah

2.

Temperatur Tinggi

3.

Rasio Steam/Carbon Tinggi.

Gambar dibawah ini merupakan proses primary reformer pada produksi amonia
yang dibuat oleh M.W. Kellogg

Universitas Indonesia

Page 11

Gambar 7. Proses primary reformer


Sumber: Kellogg

Dalam uap reformer primer dan gas alam, ditambahkan uap untuk rasio
gas dari 3: 1. Sehingga 100te uap dan 33te gas alam per jam ditambahkan ke
tabung reformer utama pada tekanan 32 bar. Sebelum memasuki tabung katalis,
diisi campuran dan dipanaskan sampai 500 C dengan gas pembakaran
meninggalkan tungku. Reformasi berlangsung di 520 tabung diisi dengan katalis
oksida nikel (22te) dan suhu reaksi 820 C. Reaksi ini membutuhkan panas.
Panas dipasok dengan membakar gas alam di 198 pembakar di atap tungku. Ada
juga 11 pembakar dikelilingi oleh firebricks di lantai tungku pada akhir outlet
tabung reformer. Gas-gas proses dan arus uap ke bawah dalam tabung katalis diisi.
Tabung dibagi menjadi sepuluh baris dari 52 tabung. 51 tabung di setiap baris
tabung diisi dengan katalis tapi satu tabung di tengah-tengah setiap baris adalah
riser dan tidak mengandung katalis.
Gas-gas proses dan arus uap ke bawah dalam tabung katalis diisi. Tabung
dibagi menjadi sepuluh baris dari 52 tabung. 51 ini di setiap baris tabung diisi
dengan katalis tapi satu tabung di tengah-tengah setiap baris adalah riser dan tidak
mengandung katalis. Tabung ini tidak memiliki batasan dan mampu mengangkut
total aliran dari 51 katalis tabung diisi lainnya ke atas. Tabung dilas ke header
umum di sepanjang bagian bawah untuk memungkinkan gas meninggalkan
tabung katalis diisi lari ke tabung kosong yang membawa gas dalam arah yang

Universitas Indonesia

Page 12

berlawanan hingga sundulan lain memenuhi gerai lain dari baris lainnya. Jadi ada
10 anak tangga mengambil gas direformasi untuk header umum terjadi untuk
memberi makan reformer sekunder.
Gas meninggalkan reformer utama sebagai campuran gas tapi kebanyakan
hidrogen pertama unsur yang dibutuhkan untuk sintesis amonia, komposisi
perkiraan pada tahap ini adalah, 70% H2, 10% CO2, 10% CO, dan 10% metana.
Sekitar 30 te air dan 30te gas alam dikonversi menjadi hidrogen dan karbon
oksida pada tahap ini sehingga lebih banyak uap harus ditambahkan. Penting
untuk diingat bahwa reaksi yang lebih disukai dalam reformer primer & sekunder
tergantung pada kelebihan air yang tersedia.
Ada tiga tipe utama reformer berdasarkan cara suplai panasnya, Terrace
Firing, Side Firing, Top Firing.
1. Terrace Firing :
Merupakan dua sel yang masing masing dengan pipa yang berbaris panjang

Punya auxilary burner

Hampir semua transfer panas dengan radiasi, terutama radiasi dari dinding
refractory ke tube

Temperatur tube di bottom lebih tinggi dari top tube

Tipikal Lurgi firing management dilengkapi ID Fan

Gambar 8. Terrace Firing

Universitas Indonesia

Page 13

Sumber: GBH Enterprises

2. Top Firing :

Hampir seluruh transfer panas dari radiasi, radiasi dari fluegas ke tube

Sedikit radiasi dari refractory ke tube

Temperatur pada top tube lebih tinggi dibanding bottom tube

Tipikal Kellog firing management dilengkapi ID Fan

Gambar 9. Top Firing


Sumber : GBH Enterprises

3. Side firing :

Hampir semua transfer panas dengan radiasi, terutama radiasi dari dinding
refractory ke tube

Pengaturan temperatur tube merata. Temperatur tube di bottom lebih tinggi


dari top tube

Tipikal Topsoe firing management dilengkapi ID Fan

Universitas Indonesia

Page 14

Gambar 10. Side Firing


Sumber : GBH Enterprises

Tinjauan Katalis
Persyaratan Katalis Primary Reformer:
Aktivitas tinggi dan stabil
Pressure Drop Rendah
Transfer panas baik
Perlawanan Tinggi ke pembentukan karbon
Kekuatan Tinggi
Operasi Sederhana
Sejak hidrokarbon yang lebih tinggi rentan terhadap catalytic cracking
dalam kondisi primary reformer, penting untuk memilih katalis dengan sedikit
atau tidak ada bagian yang asam. Catalytic cracking juga dapat mulai terjadi di
dekat bagian inlet tabung. Katalis yang sangat aktif di dekat bagian inlet tabung
akan membantu dalam mengkonversi banyak hidrokarbon yang lebih berat untuk
menurunkan berat molekul yang tidak jenuh pada suhu yang lebih rendah sebelum
daerah suhu yang lebih tinggi tercapai dan retak termal, bersama dengan catalytic
cracking, dapat terjadi. Katalis ini harus didasarkan pada dukungan rendah asam
untuk mencegah catalytic cracking dari intermediet tak jenuh dan karbon atau
pembentukan coke berikutnya.

Gambar 11. Katalis Ni/Al


Sumber: Guest Lecture PT. PUPUK KALTIM

Contoh Komposisi dan Ukuran


NiO

: 16-18%w

Carrier

: Balance (Magnesium Aluminate)

Ni Surface area

Universitas Indonesia

: 3.5-5 m2//g

Page 15

Diameter

: 16 mm

Height

: 8 mm

Hole size

: 3.4 mm

Hole

:7

Terdapat beberapa perlakuan khusus sebelum katalis dituangkan


(diloadingkan) ke dalam Reaktor (baik Reaktor berbentuk tubular ataupun
berbentuk Vessel). Salah satu kegiatan yang masuk di dalamnya adalah
pelaksanaan screening katalis (bila terdapat banyak debu dan pecahan katalis) dan
pengantongan katalis Primary Reformer (bila ada kegiatan penggantian katalis
Primary Reformer). Perihal Screening Katalis sudah diketahui secara umum
sebagai kegiatan pemisahan katalis yang utuh dari pecahan-pecahan katalis, debu,
maupun benda-benda asing yang lain sehingga tidak terbawa masuk ke dalam
vessel Reaktor atau tube Reformer yang dapat mengganggu berlangsungnya
proses produksi.
Sedangkan untuk Primary Reformer sebagai Reaktor yang berbentuk
tubular, diperlukan pengantongan Katalis untuk menjamin terdistribusinya secara
merata katalis ke dalam tube katalis yang jumlahnya bisa lebih dari seratus (100)
buah tube. Ketidakmerataan distribusi akan mempengaruhi kinerja katalis Primary
Refomer yang akhirnya juga berpengaruh kepada Konsumsi Energi maupun
Relialibity Pabrik setelah pabrik beroperasi.
Ketidakmerataan jumlah atau lebih tepatnya disebut volume katalis di
dalam masing-masing tube, salah satunya akan ditunjukkan oleh tingginya deviasi
pressure drop tube individual terhadap pressure drop rata-rata seluruh tube yang
ada. Bila deviasi tube mencapai > +5 % maka katalis harus diunload kembali,
sedangkan bila < - 5 % katalis perlu ditambah dan dilakukan vibrasi sehingga
tercapai angka yang diinginkan.

Universitas Indonesia

Page 16

Gambar 12. Pengantongan Katalis


Sumber: Bontang, 2011

Sepertinya Pengantongan katalis terlihat merupakan pekerjaan yang


mudah, namun beberapa hal penting perlu diperhatikan dalam melakukan
pekerjaan pengantongan ini. Tindakan Pengantongan katalis ini bukan
sekedar untuk menimbang berat, namun untuk memperkirakan secara lebih akurat
volume katalis yang masuk ke dalam masing-masing tube. Perlu diketahui
bahwa Bulk Density katalis tidak selalu = 1 kg/liter, bahkan biasanya kurang dari
1 kg/liter karena struktur katalis sebenarnya berpori. Kantong katalis beberapa
tahun yang lalu masih menggunakan kantong kresek biasa, yang mempunyai
banyak kelemahan antara lain mudah sobek (sehingga banyak katalis terbuang),
memungkinkan volume katalis yang tidak seragam pada setiap kantongnya, dan
harus dibantu dengan cute jeans atau sejenisnya untuk memasukkannya ke dalam
tube, dan peluang terjadi kesalahan perhitungan jumlah kresek katalis saat dituang
ke dalam cute untuk setiap tube menjad lebih besar. Kekurangan-kekurangan ini
mengurangi efisiensi dan efektifitas kerja pada saat loading katalis Primary
Reformer.
Perbaikan yang dilakukan untuk prosedur pengantongan dengan cara
membuat pilot tube dengan ketinggian tertentu yang terbuat dari pralon bekas
yang mempunyai diameter hampir sama dengan tube yang akan diloading.
Kemudian dilakukan uji coba untuk menuang katalis dengan beberapa kali vibrasi
untuk meyakinkan Bulk Density dari katalis (walau dari manufacture telah
mencantumkan Buk Density katalis). Kemudian menghitung kebutuhan katalis

Universitas Indonesia

Page 17

untuk tiap tube (dengan data-data yang =sudah diperoleh). Berat katalis
ditentukan.

Kemudian

dilakukan

penimbangan

dilanjutkan

dengan

mengantonginya di dalam kantong plastik (polyethilene) silinder transparan


dengan diameter tertentu yang cukup kuat (tidak mudah sobek) dengan panjang
tertentu sehingga mudah diangkat. Beberapa kantong dengan berat (volume)
yang sama disiapkan, kemudian kantong-kantong ini dijadikan acuan untuk
pengantongan katalis-katalis berikutnya.
Kemasan katalis yang mirip guling ini disimpan dalam jumbo bag
sehingga mudah dibawa ke lokasi (lapangan) saat loading katalis dilakukan.
Pada saat pelaksanaan loading, kebutuhan seberapa banyak kantong plastik
untuk setiap tube diketahui, sehingga di lapangan tinggal disiapkan seberapa
banyak guling katalis yang akan diloadingkan ke dalam setiap tube pada saat
loading tahap pertama dan selanjutnya. Prosedur loading dengan cara mengikat
guling katalis dengan tali, dan kantong plastik bagian atas diikat, namun bagian
bawah dilengketkan dengan bantuan sedikit selotip, sehingga saat mencapai
kedalaman tube tertentu, selotip akan terbuka karena hentakan tali.
Dengan cara ini, jumlah katalis yang terbuang menjadi lebih sedikit karena
kantong tidak mudah sobek dan kuat, pelaksanaan loading menjadi lebih mudah,
dan kemungkinan dilakukan unload katalis kembali akibat terlalu padatnya
(terlalu banyaknya) katalis yang diloading akan sangat kecil sehingga pekerjaan
berlangsung lancar.
Masalah pada katalis
Kasus terbentuknya pola Leher Jerapah (Girrafe Necking) dan pola-pola lain
seperti Tiger Tailing, Hot Band, dan Hot Tube di Tube Katalis Reformer pada umumnya
disebabkan oleh terbentuknya Carbon dan/atau terikutnya Sulfur yang terkandung dalam
gas proses.

Universitas Indonesia

Page 18

Gambar 12. Pola pada tube katalis primary reformer


Sumber: Bontang, 2011

Mengapa Sulfur menjadi racun katalis Steam Reforming. Pada umumnya katalis
yang dipakai di Steam Reforming adalah Nikel. Nikel merupakan sulfur absorbent yang
sangat baik. Dalam jumlah sangat sedikit saja akan menyebabkan deaktivasi katalis total.
Deaktivasi artinya berkurangnya keaktifan katalis. Dapat terjadi secara kimiawi dan
secara fisik.
A. Deaktivasi secara kimiawi:
Oksidasi katalis:

katalis mengalami oksidasi kembali ke NiO. Dapat terjadi apabila H2 pada


umpan kurang.Ni bereaksi dengan H2O membentuk NiO.
Keracunan (poisoning): terjadi apabila senyawa aktif (Ni) bereaksi dengan
senyawa racun (misal S, Cl membentuk NiS, NiCl2) sehingga senyawa aktif
tersebut tidak dapat mereaksikan gas bumi.
B. Deaktivasi secara fisik
Terjadi apabila katalis menjadi tidak aktif karena perubahan fisik atau
adanya suatu benda/padatan yang menutupi senyawa aktif sehingga tidak dapat
kontak dengan reaktan, antara lain Karbonisasi dan Sintering.
Yang perlu diperhatikan agar hal tersebut di atas tidak terjadi adalah :
Universitas Indonesia

Page 19

Ratio S/C ( steam to carbon ratio), Pressure drop, Temperatur outlet gas, CH4
leak dijaga dalam kisaran yang dianjurkan.
T approach (Tapch) yaitu selisih Tout gas dengan T kesetimbangan, Tapch <
40oC (performance katalis masih baik).
Kandungan Sulfur gas proses yang masuk ke Reformer harus < 0,01 ppm.
Bila kejadian tersebut terlanjur terjadi, maka tindakan yang dilakukan disebut
mereaktivasi Katalis. Prinsip dari Reaktivasi Katalis yaitu mereduksi kembali katalis
yang telah teroksidasi. Reaktivasi katalis Reformer antara lain adalah dengan metode :
Decoking
Proses penghilangan karbon (coke) pada katalis. Dapat dilakukan dengan Steam
namun Reaksi berjalan lambat, Udara (O2) maka Reaksi cepat namun perlu hati-hati
karena reaksi sangat eksotermis atau kenaikan T tinggi. Dapat juga dengan Sulfur
Removal / Regenerasi yaitu dengan proses penghilangan racun Sulfur dari katalis atau
dengan cara steaming atau reaksi dengan udara (O2).
Dengan tindakan di atas, diharapkan kinerja katalis akan membaik, karena
Carbon dan Sulfur yang menempel telah hilang / berkurang sehingga reaksi Steam
Reforming berlangsung dengan baik, dan selanjutnya tube katalis bebas dari hot spot dan
sejenisnya

karena

biang

penyebab

hot

spot

telah

dihilangkan.

Berikut reaksi sederhana dari istilah tersebut di atas :

Reduksi / Pengaktifan Katalis : NiO + H2 <=> Ni + H2O


Deaktivasi oleh Sulfur : Ni + S <=> NiS
Regenerasi Katalis (dari Sulfur) : NiS + H2O <=> NiO + H2S
H2S + 2H2O <=> SO2 + 3H2
NiO + H2 <=> Ni + H2O

4. Reaksi dan kondisi operasi

Seksi pembuatan gas alam dibagi menjadi tahapan reformer dari tahapan shift
converter, reformer dibagi menjadi dua tahap yaitu primary reformer dan

Universitas Indonesia

Page 20

secondary reformer. Primary reformer bertujuan untuk mendapatkan gas nitrogen


yang juga digunakan untuk sintesa ammonium jadi tahapan reformasi secara tidak
langsung mengatur hasil ammonia, karena pada tahapan ini perbandingan H2 dan
N2 yang diinginkan didapatkan, sedangkan shift converter dimaksudkan untuk
mengubah senyawa CO menjadi CO2, senyawa CO2 akan diabsorb pada seksi
pemurnian gas sintesa. Gas CO da CO 2 tidak diinginkan karena merupakan racun
katalis pada sintesa ammonia.
Proses yang terjadi di unit adalah pembuatan gas sintesa, yaitu H 2 dan N2 dengan
perbandingan 3:1 sebagai umpan ammonia converter. Gas alam mula-mula akan
mengalami reformasi menjadi CO, CO 2, dan H2, kemudian gas CO dikonversi
menjadi CO2 dan sebagian kecil dari aliran dikirim ke unit Cosorb.
a. Primary reformer (101-B)
Reaksi yang terjadi di Primary Reformer 101-B adalah reaksi pembentukan
hidrogen dari senyawa hidrokarbon dan steam. Gas alam yang keluar dari Zinc
Oxide Guard Chamber dicampur dengan steam dan dipanaskan dengan Mix Feed
Preheater Coil di seksi konveksi Primary Reformer. Gas yang keluar diharapkan
mempunyai suhu 483oC dan tekanan 36,8 kg/cm2, yang kemudian dimasukkan
dalam tube-tube katalis di seksi radiant. Pada seksi radiant terdapat 9 buah sub
header yang masing-masing memiliki 42 buah tube yang berisi katalis NiO yang
berbentuk cincin, sehingga semuanya 378 tube. Tube-tube katalis terdiri dari
campuran logam: 25% chorme, 35% nikel dan 1,225% niobium dengan diameter
tube 3 inch.
Pada primary reformer 101-B terjadi reaksi steam reforming yaitu reaksi antara
gas alam dengan steam menjadi CO dan H2. Sebagian CO yang dihasilkan akan
bereaksi dengan steam untuk membentuk CO2. Gas H2 yang dihasilkan berfungsi
untuk sintesa amoniak di ammonia converter. Mekanisme reaksi yang terjadi
dalam primary reformer 101-B adalah sebagai berikut:
Reaksi utama yang bersifat endotermis dengan suhu sekitar 823C :
CH4 + H2O

Universitas Indonesia

CO + 3H2

Page 21

H= +49,27 Kcal/mol

Reaksi samping yang bersifat eksotermis :


CO

+ H2O

CO2 + H2

H= - 9,83 Kcal/mol

Reaksi keseluruhan adalah endotermis dan panas yang dibutuhkan berasal dari
panas pembakaran gas alam diluar tube katalis pembakaran gas alam di seksi
radiant. Reaksi pembakaran tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
CH4 + 4O2

CO2 + 2H2OH= +191,7 kkal/mol

Burner-burner fuel gas ini terletak diantara dua baris tube katalis. Ada 10 baris
burner, masing-masing terdiri dari 20 burner.
Gas alam dan steam yang akan masuk ke primary reformer harus diatur agar
memiliki perbandingan mol S : C = 3,5 : 1, karena jika pemakaian steam kurang
maka dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi agar reaksi berlangsung ke arah
kanan kesetimbangan. Pemakaian steam yang kurang akan menyebabkan reaksi
samping sebagai berikut:
CH4

C + 2H2

2CO2

C + CO2

Deposit karbon yang terbentuk ini akan melapisi permukaan katalis, sehingga
akan mengurangi keaktifan katalis dan terjadi local overheating pada tube.
Efisiensi perpindahan panas juga dapat berkurang dan merusak tube.
Perbandingan mol S : C ini diatur oleh suatu alat yang disebut ratio relay (RRI).
Gas yang bereaksi dalam tube akan keluar melalui bagian bawah tube dan
disatukan dalam sebuah pipa besar untuk masing-masing baris yang disebut riser.
Gas dari riser dikirim ke Secondary Reformer 103-D melalui suatu pipa besar
yang disebut transfer line, suhu gas yang keluar sekitar 810-815 oC dengan
tekanan 32,5 kg/cm2. Transfer line dipasangi jacket water sebagai pelinding dan
pendingin. Gas CH4 yang lolos dari Primary Reformer diharapkan kurang dari 10
%.

Universitas Indonesia

Page 22

Gas hasil pembakaran (fuel gas) yang suhunya makin tinggi dihisap oleh Induced
Fan melalui seksi konveksi, dimana panasnya dimanfaatkan untuk memanaskan
umpan gas alam, udara untuk Secondary Reformer, Boiler Feed Water dan
Superheated Steam untuk power generator. Fuel gas dari seksi konveksi dibuang
ke udara melalui suatu cerobong (stack), suhu gas buang ini masih sekitar 250 oC.

Unit
Proses

Jenis
katalis

Bent
uk

Volu
me katalis
(m3)

Start
-up

Primar
y Reformer

Nikel
Oksida

Rasc
hing Ring

18,8

Agus
tus 2002

Tugas secondary reformer adalah untuk melanjutkan reaksi reforming. Reaksi


yang terjadi sama dengan reaksi yang terjadi di primary reformer, tetapi panas
yang diperlukan diperoleh dari pembakaran langsung dengan udara di dalam
reaktor. Gas dan campuran udara steam masuk ke secondary reformer secara
terpisah dari bagian atas yang disebut mixing zone atau combustion zone dan
bagian bawah disebut reaction zone. Reaction zone berupa packed bed yang terdiri
dari tiga buah bed katalis nikel.
Persamaan Laju Reaksi :

Universitas Indonesia

Page 23

Neraca massa dapat dijabarkan dengan mengambil elemen volum dan alirannya
diasumsikan sebagai plug flow. Elemen volum ditunjukkan oleh gambar berikut:

Persamaan-persamaan yang digunakan oleh model ini adalah :

Profil temperatur di reforming catalytic zone dapat ditentukan dengan


menjabarkan neraca panas pada elemen volum tertentu dan menggunakan asumsi
plug flow. Elemen volum yang digunakan dapat ditunjukkan pada gambar
berikut :

Universitas Indonesia

Page 24

Dengan penurunan rumus sebagai berikut :

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sigit Abdurakhman (FT Teknik
Kimia UGM) terhadap primary reformer di PT Pupuk Kujang adalah :

Dari grafik dapat dilihat semakin tinggi temperatur inlet maka semakin
rendah konsentrasi sisa metana outlet reformer. Hal ini menunjukkan semakin
banyak metana yang bereaksi dan berubah menjadi gas hidrogen. Terjadinya
reaksi merupakan akibat adanya tumbukan antar molekul yang kemudian
Universitas Indonesia

Page 25

bergabung membentuk senyawa baru. Temperatur yang semakin tinggi akan


meningkatkan energi kinetik yang dimiliki oleh molekul-molekul sehingga
semakin cepat pula molekul untuk bertumbukan sehingga semakin cepat
terjadinya reaksi. Menurut teori kinetika gas (Folger,1992) faktor e (-E/RT) pada
persamaan Arrhenius menunjukkan fraksi bergabungnya molekul. Oleh karena itu
semakin besar temperatur maka akan semakin besar pula faktor e (-E/RT) yang mana
kecepatan reaksi akan semakin bertambah.

Untuk variasi tekanan inlet reformer dapat dilihat pada gambar di atas. Hal
tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tekanan, akan semakin tinggi pula
konsentrasi metana di outlet reformer. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
banyak metana yang bereaksi dan berubah menjadi hidrogen. Hal ini dapat dilihat
pada reaksi (1) dan (3), dimana sisi reaktan mempunyai koefisien reaksi yang
lebih kecil dari sisi produk, sehingga dengan kenaikan tekanan kesetimbangan
reaksi akan bergeser ke arah reaktan. Akan tetapi setiap reaksi mempunyai batas
operasional tekanan yang memungkinkan terjadinya reaksi dan juga dibatasi oleh
keterbatasan alat sesuai dengan desain awal.

Universitas Indonesia

Page 26

Anda mungkin juga menyukai