Shalat Gerhana
Shalat Gerhana
Gerhana
Jika seseorang menyaksikan gerhana, hendaklah ia melaksanakan shalat
gerhana sebagaimana tata cara yang nanti akan kami utarakan, insya Allah.
Lalu apa hukum shalat gerhana? Pendapat yang terkuat, bagi siapa saja yang
melihat gerhana dengan mata telanjang, maka ia wajib melaksanakan shalat
gerhana.
Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
Matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah.
Kedua gerhana tersebut tidak terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang.
Jika kalian melihat keduanya, berdoalah pada Allah, lalu shalatlah hingga
gerhana tersebut hilang (berakhir).3
Shalat gerhana juga boleh dilakukan pada waktu terlarang untuk shalat. Jadi,
jika gerhana muncul setelah Ashar, padahal waktu tersebut adalah waktu
terlarang untuk shalat, maka shalat gerhana tetap boleh dilaksanakan. Dalilnya
adalah:
Saya mendatangi Aisyah radhiyallahu anha -isteri Nabi shallallahu alaihi wa
sallam- ketika terjadi gerhana matahari. Saat itu manusia tengah menegakkan
shalat. Ketika Aisyah turut berdiri untuk melakukan sholat, saya bertanya:
Kenapa orang-orang ini? Aisyah mengisyaratkan tangannya ke langit seraya
Shalat wanita bersama kaum pria ketika terjadi gerhana matahari.
Ibnu Hajar mengatakan,
:
Judul bab ini adalah sebagai sanggahan untuk orang-orang yang melarang
wanita tidak boleh shalat gerhana bersama kaum pria, mereka hanya
diperbolehkan shalat sendiri.12
Kesimpulannya, wanita boleh ikut serta melakukan shalat gerhana bersama
kaum pria di masjid. Namun, jika ditakutkan keluarnya wanita tersebut akan
membawa fitnah (menggoda kaum pria), maka sebaiknya mereka shalat sendiri
di rumah.13
Keempat: menyeru jamaah dengan panggilan ash sholatu jaamiah dan tidak
ada adzan maupun iqomah.
Dari Aisyah radhiyallahu anha, beliau mengatakan,
::
.
.
Aisyah radhiyallahu anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu
alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus
seseorang untuk memanggil jamaah dengan: ASH SHALATU JAMIAH (mari
kita lakukan shalat berjamaah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju
dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku dan empat kali sujud dalam
dua rakaat.14 Dalam hadits ini tidak diperintahkan untuk mengumandangkan
adzan dan iqomah. Jadi, adzan dan iqomah tidak ada dalam shalat gerhana.
Kelima: berkhutbah setelah shalat gerhana
Disunnahkah setelah shalat gerhana untuk berkhutbah, sebagaimana yang
dipilih oleh Imam Asy Syafii, Ishaq, dan banyak sahabat 15. Hal ini berdasarkan
hadits:
.
:
.
.
.
.
:
:
.
Dari Aisyah, beliau menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada
masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu alaihi
wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri.
Kemuadian beliau ruku dan memperpanjang rukunya. Kemudian beliau berdiri
lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang
Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjaherkan bacaannya ketika shalat
gerhana. (HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901)
[4] Kemudian ruku sambil memanjangkannya.
[5] Kemudian bangkit dari ruku (itidal) sambil mengucapkan SAMIALLAHU
LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD
[6] Setelah itidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca
surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat
dari yang pertama.
[7] Kemudian ruku kembali (ruku kedua) yang panjangnya lebih pendek dari
ruku sebelumnya.
[8] Kemudian bangkit dari ruku (itidal).
[9] Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku, lalu duduk di antara
dua sujud kemudian sujud kembali.
[10] Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan rakaat kedua sebagaimana
rakaat pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari
sebelumnya.
[11] Tasyahud.
[12] Salam.
[13] Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jamaah yang berisi
anjuran untuk berdzikir, berdoa, beristighfar, sedekah, dan membebaskan
budak. 21
Nasehat Terakhir
Saudaraku, takutlah dengan fenomena alami ini. Sikap yang tepat ketika
fenomena gerhana ini adalah takut, khawatir akan terjadi hari kiamat. Bukan
kebiasaan orang seperti kebiasaan orang sekarang ini yang hanya ingin
menyaksikan peristiwa gerhana dengan membuat album kenangan fenomena
tersebut, tanpa mau mengindahkan tuntunan dan ajakan Nabi shallallahu
alaihi wa sallam ketika itu. Siapa tahu peristiwa ini adalah tanda datangnya
bencana atau adzab, atau tanda semakin dekatnya hari kiamat. Lihatlah yang
dilakukan oleh Nabi kita shallallahu alaihi wa sallam:
- -
Abu Musa Al Asyari radhiyallahu anhu menuturkan, Pernah terjadi gerhana
matahari pada zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Nabi lantas
berdiri takut karena khawatir akan terjadi hari kiamat, sehingga beliau pun
mendatangi masjid kemudian beliau mengerjakan shalat dengan berdiri, ruku
dan sujud yang lama. Aku belum pernah melihat beliau melakukan shalat
sedemikian rupa.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam lantas bersabda,Sesungguhnya ini adalah
tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkan-Nya. Gerhana tersebut tidaklah
terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang. Akan tetapi Allah
menjadikan demikian untuk menakuti hamba-hamba-Nya. Jika kalian melihat
sebagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdoa
dan memohon ampun kepada Allah.22
An Nawawi rahimahullah menjelaskan mengenai maksud kenapa Nabi
shallallahu alaihi wa sallam takut, khawatir terjadi hari kiamat. Beliau
rahimahullah menjelaskan dengan beberapa alasan, di antaranya:
Gerhana tersebut merupakan tanda yang muncul sebelum tanda-tanda kiamat
seperti terbitnya matahari dari barat atau keluarnya Dajjal. Atau mungkin
gerhana tersebut merupakan sebagian tanda kiamat. 23
Hendaknya seorang mukmin merasa takut kepada Allah, khawatir akan
tertimpa adzab-Nya. Nabi shallallahu alaihi wa sallam saja sangat takut ketika
itu, padahal kita semua tahu bersama bahwa beliau shallallahu alaihi wa
sallam adalah hamba yang paling dicintai Allah. Lalu mengapa kita hanya
melewati fenomena semacam ini dengan perasaan biasa saja, mungkin hanya
diisi dengan perkara yang tidak bermanfaat dan sia-sia, bahkan mungkin diisi
dengan berbuat maksiat. Naudzu billahi min dzalik.