Anda di halaman 1dari 29

TUGAS TERSTRUKTUR

MATA KULIAH PENGENDALIAN VEKTOR EPIDEMIOLOGI

KUTU BUSUK, KUTU KEPALA DAN METODE PENGENDALIANNYA

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Kelas B

Donna Pratiwi

G1B010075

Siska Fiany

G1B011006

Vasha Ramadhani

G1B011080

Indah Cahyani

G1B011021

Perdana Ady Wibawa

G1B011083

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO

2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah umum yang dihadapi dalam bidang kesehatan di
Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dengan angka pertumbuhan
yang cukup tinggi disertai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang masih
rendah. Keadaan ini dapat menyebabkan lingkungan fisik dan biologis yang
tidak memadaisehingga memungkinkan berkembang biaknya vektor penyakit
(Kemenkes, 2010). Binatang sebagai vektor penyakit tersebut, tidak hanya
sebagai perantara penularan penyakit, melainkan juga dapat merugikan
kehidupan manusia karena mengganggu secara langsung(Nurmaini, 2001).
Salah satu binatang yang berperan sebagai vektor penyakit yaitu kutu.
Kutu merupakan serangga yang sangat mengganggu manusia karena selain
menggigit, juga terdapat kutu yang menghisap darah. Jenis-jenis kutu yaitu
kutu kepala, kutu badan, dan kutu kemaluan.Ketiga jenis kutu tersebut
masing-masing akan menimbulkan gangguan seperti yang sering dijumpai
yaitu kutu kepala atau Pediculus humanus capitis yang menimbulkan gatalgatal dikepala.
Prevalensi dan insiden akibat kutu kepala ini cukup tinggi di dunia
bahkan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena telah terjadi resistensi dalam
pengobatan serta menimbulkan efek samping bagi penderitanya (Sinaga,
dkk, 2013).

Permasalahan kutu ini mulanya banyak ditemukan pada

penderita sering melakukan aktifitas tidur dan duduk, seperti didalam rumah,
gedung pertunjukan, dan hotel. Saat ini permasalahan kutu mulai ditemukan
di hotel berbintang, losmen asrama, dan sedikit di rumah tinggal (Ahmad,
2014).
Kutubusuk

di

masihbanyakditemukan

Indonesia
di

sampaiakhirtahun

rumahtinggal,

1970an

gedungbioskop,

hotel,

hingga

2000

losmendanlainnyatempatmanusiatidurdanduduk.
Namunpadakurunwaktutahun

1980an

permasalahankutubusuknyarishilang.Lalusejak

tahun

yang

lalupermasalahankutubusukinimunculkembali, tidakhanya di Indonesia tetapi


di negara-negaramajuseperti New York AS, Kanada, Eropadan Australia,
Malaysia

danSingapura.

outbreak

(kejadianluarbiasa)

AmerikaSerikat.

Padatahun

2007

kutubusuk

dilaporkanbahwatelahterjadi
di

50

Kebanyakanpenelitiantelahdilakukan

negaraTurkiPrevalensikurtukepalabervariasidari

0,7%

negarabagian
di

Asia,

menjadi

59

di
di
%

danlebihtinggipadaanakperempuan (Falagaset al., 2008).


Faktanya dengan adanya globalisasi, orang dan barang dapat dengan
mudah berpindah dari satu tempat atau negara ke negara lainnya, akan
berkontribusi terhadap penyebaran kutu tidak hanya di Indonesia melainkan
juga di dunia (Ahmad, 2014). Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan
upaya pengendalian penyebaran kutu agar menekan dalam timbulnya
gangguan dan penyakit bagi manusia.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyebaran
kutu salah satunya dengan menjaga dengan pemeliharaan kesehatan
khususnya perilaku kesehatan untuk dirinya sendiri

serta menjaga

pemeliharaan kesehatan lingkungan (Putri, 2011). Upaya pengendalian


lainnya ialah pengendalian dengan insektisida yang dapat digunakan didalam
ruangan untuk benda-benda maupun insektisida yang dapat digunakan untuk
kutu rambut.
B. Tujuan
1. Mengetahuikarakteristikmeliputimorfologi,

siklus

hidup,bionomik,

siklus

hidup,bionomik,

siklus

hidup,bionomik,

danpengendalian kutubusuk.
2. Mengetahuikarakteristikmeliputimorfologi,
danpengendalian kutukepala.
3. Mengetahuikarakteristikmeliputimorfologi,
danpengendalian kutukemaluan.
4. Mengetahuaiperanankututerhadapkesehatan.

BAB II
ISI
Kutu adalah serangga yang mengganggu manusia karena menghisap
darah.

Kutu

busuk

berasal

dari

ordo

Hemiptera

(Cimicidae)salahsatuspesiesnyaadalahCimexhemipterus. Kutu yang menyerang


manusia yaitu ordo Anoplura. Ordo Anoplura memiliki tiga jenis kutu antara lain:
kutu kepala (Pediculus humanus capitis), kutu badan (Pediculus humanus
humanus), kutu kemaluan (Phtirus pubis). Kutu merupakan hewan ektoparasit
yang bersifat kosmopolitan dan hanya parasit pada manusia (Kusumawati, 2011).
A. Cimex hemipterus
Cimex hemipterus atau kutu busuk (bedbug) tergolong ke dalam serangga
penghisap darah yang amat mengganggu manusia yang dalam bahasa lokal
dikenal dengan nama tinggi (bahasa Jawa), kepinding, tumbila (bahasa Sunda),
atau bangsat. Kutu busuk ini umumnya berada di tempat tidur, kursi atau sofa.
1. Taksonomi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Classis

: Insecta

Ordo

: Hemiptera

Sub Ordo

: Heteroptera

Family

: Cimicidae

Genus

: Cimex

Spesies

: Cimex hemipterus

(http://www.pestwest.com)

2. Morfologi

Gambar 2.1. Kutu busuk

Gambar 2.2.Nimfa ke-1 sampai ke-5

Gambar 2.3. Telur kutu busuk

Gambar 2.4.Kutubusukdewasajantan (kiri) danbetina (kanan)


a. Kutu busuk, tubuhnya berbentuk oval, gepeng dorsoventral, berukuran 4
-6 mm, dan berwarna coklat kekuningan atau coklat gelap.
b. Kepalanya mempunyai sepasang antena yang panjang, mata majemuk
yang menonjol di lateral, dan alat mulut yang khas sebagai probosis yang
dapat dilipat ke belakang di bawah kepala dan toraks bila tidak
digunakan. Bila menghisap darah bagian mulut ini menjulur ke depan.

Protoraks membesar dengan lekukan yang dalam di bagian depan


tempat kepala menempel.
c. Sayapnya tidak berkembang (vestigial) dan abdomennya terdiri atas 9
ruas yang jelas. Seluruh tubuhnya tertutup oleh rambut-rambut kasar
(seta) dan beberapa rambut halus.
d. Tibia kaki panjang dan tarsinya mempunyai 3 ruas.Yang dewasa
mempunyai sepasang kelenjar bau di ventral toraks, dan yang muda
mempunyai kelenjar serupa di dorsal abdomen.
e. Bagian mulut digunakan untuk menusuk dan menghisap. Labrumnya
kecil dan tidak dapat digerakkan. Labium membentuk suatu tabung yang
terdiri atas 4 ruas, dan mengandung stilet maksila dan mandibula yang
berguna untuk menusuk dan mengisap.
f. Telurnya berwarna putih krem, panjangnya 1 mm dan mempunyai
operculum.
g. Nimfa terlihat seperti yang dewasa tetapi lebih kecil (Dalil, 2009).
3. Distribusi
Kutu busuk merupakan parasit yang tersebar di seluruh dunia.
Biasanya dapat ditemukan disekitar celah-celah rumah. Kutu busuk ini
berkembang dalam kondisi suhu dan kelembaban yang nyaman bagi
manusia, dan menyediakan makanan darah yang cukup baik untuk hidupnya
dengan cara menghisap darah manusia (Harlan, 2006).
4. Siklus hidup

Gambar2.5.Siklus hidup kutu busuk


Lingkaran hidup kutu busuk merupakan metamorfosis tidak sempurna,
yaitu telur-nimfa-dewasa. Seekor betina mampu memproduksi sebanyak
150-200 butir telur selama hidupnya, dengan frekuensi bertelur setiap
harinya 3-4 butir. Telurnya berwarna putih krem, panjangnya 1 mm dan
mempunyai operkulum. Dalam waktu 3-14 hari pada suhu 23 oC, telur akan
menetas menjadi nimfa. Nimfa pertama akan berganti kulit menjadi nimfa ke2,3,demikian seterusnya sampai nimfa kemudian berganti kulit lagi menjadi
instar terakhir. Banyaknya pergantian kulit berbeda-beda tergantung jenis,
makanan dan suhu. Rata-rata antara 5 sampai 6 kali. Laju perkembangan
juga tergantung makanan dan suhu. Pada suhu yang sesuai, stadium
dewasa dicapai dalam waktu 8-13 minggu setelah menetas. Lama hidup
(longevity) dewasa panjang yaitu 6-12 bulan, dan dapat bertahan hidup
tanpa makan selama 4 bulan.

5. Bionomik
a. Perilaku
Kutu busuk ini sering bersembunyi di celah-celah kursi kayu, rotan,
di rumah-rumah, restoran, gedung bioskop, kasur di losmen, bahkan
celah-celah kandang hewan dan unggas yang terbuat dari kayu atau
bambu. Setelah mengisap darah biasanya kutu busuk ini akan
bersembunyi di celah-celah tersebut selama beberapa hari, kemudian
bertelur (Harlan, 2006).
Pemencaran kutu busuk dari satu tempat ke tempat lainnya ialah
melalui baju yang dipakai orang, tas, atau peralatan kandang yang
mengandung kutu busuk. Biasanya yang berpotensial sebagai sumber
pemencaran dan yang bertanggung jawab dalam proses ini ialah kutu
busuk betina yang sudah mengandung telur (gravid).
b. Tempat perindukan
BerdasarkanpenelitianSumanto (2010) Galarbambu yang dijadikan
alas

tidurbisauntukbersarangdanberkembangbiakCimex

sp.Retakanbambu

yang

salingberhimpitinilah

yang

nampaknyadisukaiolehseranggatersebut.
c. Kebiasaan makan
Kutu busuk ini aktif mengisap darah manusia dan hewan di malam
hari.Tusukan bagian mulut kutu busuk ini sangat menyakitkan dan
menimbulkan

kegatalan

serta

bentol-bentol

yang

cukup

mengganggu(Harlan, 2006).
6. Pengendalian
Apabila ditemukan adanya kutu busuk di suatu kamar atau tempat
tidur dan furnitur lainnya, maka barang-barang tersebut harus diisolasi atau
dikeluarkan. Kutu busuk sangat rentan terhadap kelembaban yang tinggi dan
suhu 44-45oC. Oleh karena itu banyak orang memberantas kutu busuk ini
dengan menyiram air panas pada tempat persembunyian kutu busuk atau
menjemur kasur, tempat tidur atau perabotan rumah lain yang terinfestasi
kutu busuk di bawah terik matahari selama beberapa jam (sekitar 4 jam).
Ketika harus menggunakan insektisida, gunakan insektisida yang
banyak dijual di pasar dengan hati-hati, ikuti aturan yang tertera pada label,
dan ulang penggunaanya sampai semua telur yang menetas ikut mati.
Biasanya insektisida hanya membunuh kutu busuk stadium nimfa dan
dewasa, sedangkan telurnya cukup tahan, oleh karena itu tunggu sampai
menetas, baru dilakukan penyemprotan ulang.
Pada dasarnya infestasi kutu busuk erat kaitannya dengan kondisi
lingkungan dan sanitasi yang buruk. Oleh karena itu upaya-upaya menjaga
kebersihan lingkungan, ventilasi yang cukup, adalah cara pencegahan yang
murah agar terhindar dari serangan kutu busuk.
B. Pediculus humanus capitis
Pediculus humanus capitisdisebut juga kutu kepala yang merupakan
ektoparasit yang menginfeksi manusia, termasuk dalam family pediculidae yang
penularannya melalui kontak langsung dan dengan perantara barang-barang
yang dipakai bersama-sama. Misalnya: sisir, sikat rambut, topi, syal, handuk,
selimut dan lain-lain (Weems and Fasulo, 2013).
1. Taxonomi

Phylum

: Arthropoda

Kelas

: Insekta

Ordo

: Phthiraptera

Sub Ordo

: Anoplura

Famili

: Pediculidae

Genus

: Pediculus

Spesies

: Pediculus humanus capitis

(Soedarto, 1990, dalam Wijayanti, 2007).


2. Morfologi
a. Kutu Rambut Dewasa
Kutu kepala dewasa mempunyai panjang sekitar 2 sampai 3 mm
(ukuran biji wijen), memiliki 6 kaki. Kutu rambut dewasa berbentuk pipih
dan memanjang, berwarna putih abu-abu, kepala ovoid bersudut,
abdomen terdiri dari 9 ruas, Thorax dari khitir seomennya bersatu. Pada
kepala tampak sepasang mata sederhana disebelah lateral, sepasang
antena pendek yang terdiri atas 5 ruas dan probosis, alat penusuk yang
dapat memanjang. Tiap ruas thorax yang telah bersatu mempunyai
sepasang kaki kuat yang terdiri dari 5 ruas dan berakhir sebagai satu sapit
menyerupai

kait

yang

berhadapan

dengan

tonjolan

tibia

untuk

berpegangan erat pada rambut (Wijayanti, 2007).


Kutu rambut jantan berukuran 2mm, alat kelamin berbentuk seperti
huruf V. Sedangkan kutu rambut betina berukuran 3mm, alat kelamin
berbentuk seperti huruf V terbalik. Pada ruas abdomen terakhir
mempunyai lubang kelamin di tengah bagian dorsal dan 2 tonjolan genital
di bagian lateral yang memegang rambut selama melekatkan telur
(Wijayanti, 2007). Kutu betina dapat hidup antara 3 sampai 4 minggu dan
setelah bisa berbaring hingga 10 telur per hari. Ini telur kecil yang melekat
erat pada pangkal rambut poros yang berjarak 4mm dari kulit kepala
dengan zat seperti lem yang diproduksi oleh kutu (Frakowski et al, 2010).
Jumlah telur yang diletakkan selama hidupnya diperkirakan 140 butir
(Wijayanti, 2007).

Gambar 2.6. Morfologi Kutu kepala dewasa


(Sumber: Anonim, 2004)
Keterangan Gambar
A. Antena
B. Kuku tarsus
C. Mata
D. Forns
E. Tibia
F. Torax
G. Spirakle
H. Segmen Abdomen
I.

Lempeng pleural dengan spirakle abdomen

Gambar 2.7. Kutu kepala jantan dan betina


(Sumber: Anonim, 2004)
b. Nimfa

Gambar 2.8.Nimfakutukepala
(Sumber: : http://www.cdc.gov/, 2013)
Nimfa berbentuk seperti kutu rambut dewasa, hanya bentuknya
lebih kecil.
c. Telur
Telur berwarna putih mempunyai operculum 0,6-0,8 mm disebut
nits. Bentuknya lonjong dan memiliki perekat, sehingga dapat melekat erat
pada rambut. Warna telur terlihat samar dan mirip dengan warna rambut
dan mudah dilihat pada bagian posterior. Telur yang kosong ( nits ) lebih
mudah dilihat karena tampak putih diantara rambut yang gelap. Beberapa
ahli menyebut nits lebih menunjuk pada telur yang kosong. Telur
diinkubasi oleh panas tubuh dan biasanya menetas dalam 8 sampai 9 hari
, tapi bisa menetas antara 7 sampai 12 hari tergantung pada udara sekitar
panas atau dingin.Daerah favorit tempat melekatnya telur adalah di dekat
telinga dan bagian belakang kepala (Sutanto dkk, 2008). Telur kutu tubuh
selain diletakkan pada serat pakaian dan kadang-kadang pada rambut
tubuh manusia .

Gambar 2.9. Telur kutu kepala


(Sumber: Weems dan Fasulo, 2013)
3. Penyebaran atau distribusi
Kutu rambut merupakan parasit manusia saja dan tersebar di seluruh
dunia. Biasanya menyerang anak usia pra sekolah dan anak usia sekolah.

Akibatnya, kutu kepala yang paling umum menginfestasi kalangan anak-anak.


Apabila seseorang penuh dengan kutu, ada kemungkinan bahwa seluruh
keluarga akantertular. Di Amerika serikat,orang yang menyikat rambut secara
rutin memiliki kutu yang jumlahnya tidak lebih dari 12, akan tetapi pada
individu yang budaya perawatan yang berbeda sering meiliki seratus atau
lebih kutu hidup. Infestasi kutu manusia, yang disebut pediculosis, dapat
menyebar cepat dan dapat mencapai proporsi epidemi jika dibiarkan. Pada
sekelompok orang, faktor-faktor seperti usia, ras (Misalnya: Afrika-Amerika
yang rarelyinfested dengan kutukepala, jenis kelamin, berkerumun di rumah,
ukuran keluarga,dan metode pakaian closeting mempengaruhi kursus
dandistribusi penyakit(Weems dan Fasulo, 2013).

4. Siklus Hidup

Gambar 2.10. Siklus Hidup Kutu Kepala


(Sumber: Departement of Health, victoria, Australia, 2011)
Lingkaran hidup kutu rambut merupakan metamorfosis tidak lengkap,
yaitu telur-nimfa-dewasa. Telur akan menetas menjadi nimfa dalam waktu 510 hari sesudah dikeluarkan oleh induk kutu rambut. Sesudah mengalami 3
kali pergantian kulit, nimfa akan berubah menjadi kutu rambut dewasa dalam
waktu 7-14 hari (Wijayanti, 2007). Dalam keadaan cukup makanan kutu
rambut dewasa dapat hidup 27 hari lamanya (Sutanto dkk, 2008).
5. Bionomik
a. Perilaku
Kutu tidak bisa melompat atau terbang, tetapi dapat merangkak.
Terdapat laporan bahwa menyisir rambut kering dapat lebih mengeluarkan
kutu dewasa dari kulit kepala. Kutu rambut kepala dapat bergerak dengan
cepat dan mudah berpindah dari satu hospes ke hospes lain.Penelitian
mengungkapkan bahwa kutu dapat berpindah antar sarung bantal pada
malam hari , tetapi insiden rendah (4%) (Weems dan Fasulo, 2013).
Kutu rambut ini dapat bertahan 10 hari pada suhu 5 oC tanpa
makan, dapat menghisap darah untuk waktu yang lama, mati pada suhu
40OC. Panas yang lembab pada suhu 60 oC memusnahkan telur dalam
waktu 15-30 menit. Kutu rambut kepala mudah ditularkan melalui kontak
langsung atau dengan perantara barang-barang yang dipakai bersamasama. Misalnya sisir, sikat rambut, topi dan lain-lain (Wijayanti, 2007).

b. Tempat perindukan
Tempat-tempat yang disukainya adalah rambut pada bagian
belakang kepala. Telur dari kutu ini lebih mudah ditemukan terutama pada
tengkuk dan bagian belakang kepala. Pada infeksi berat, helaian rambut
akan melekat satu dengan yang lainnya dan mengeras, dapat ditemukan
banyak kutu rambut dewasa, telur (nits) dan eksudat nanah yang berasal
dari gigitan yang meradang. Infeksi mudah terjadi dengan kontak
langsung. Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan kepala
(Wijayanti, 2007).
c. Kebiasaan makan
Kutu dewasa dan nympha mendapatkan makanannya dengan
menghisap darah manusia. Kutu makan dengan cara menggigit melalui
kulit dan menyuntikkan air liur untuk mencegah darah dari pembekuan,
kemudian mengisap darah ke saluran pencernaan. Penghisapan darah
dapat terjadi dalam jangka waktu lama jika kutu tersebut tidak terganggu.
Sementara itu, ketika makan kutu dapat mengeluarkan kotoran berwarna
merah gelap pada kulit (Weems dan Fasulo, 2013).
Lesi pada kulit kepala disebabkan oleh tusukan kutu rambut pada
waktu menghisap darah. Lesi sering ditemukan di belakang kepala atau
kuduk. Air liur yang merangsang menimbulkan papula merah dan rasa
gatal yang hebat. Diagnosis ditegakkan jika terdapat rasa gatal-gatal yang
hebat dengan bekas-bekas garukan dan dipastikan jika ditemukan
Pediculus humanus capitis dewasa, nimfa dan telurnya (Wijayanti, 2007).
6. Pengendalian
Pemberantasan

kutu

rambut

kepala

dapat

dilakukan

dengan

menggunakan tangan, sisir serit atau dengan pemakaian insektisida golongan


klorin (Benzen heksa klorida).
Beberapa pengendalian yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Hindari head-to -head (hair -to - hair) kontak selama bermain dan kegiatan
lain di rumah, sekolah, dan di tempat lain (olahraga, taman bermain, pesta
tidur, berkemah).
2) Tidak berbagi pakaian seperti topi, syal, mantel, seragam olahraga, pita
rambut, atau jepit rambut.

3) Tidak berbagi sisir, sikat, atau handuk. Sisir dan sikat disinfeksi digunakan
oleh orang yang penuh dengan merendam dalam air panas (setidaknya
40C) selama 5-10 menit.
4) Jangan berbaring di tempat tidur, sofa, bantal, karpet, atau boneka
binatang yang baru-baru ini telah melakukan kontak dengan orang yang
tejangkit kutu (http://www.cdc.gov/, 2013).
5) Meningkatkan

hygiene

personal

seperti

sering

mengganti

dan

membersihkan pakaian, topi, dan sarung bantal.


6) Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya perawatan badan dan
rambut perlu ditanamkan baik kepada orang tua maupun para anak-anak
(siswa) sendiri.
7) Ketika salah sartu anggota keluarga diketahui terkena kutu kepala maka
dianjurkan untuk memeriksa keberadaan kutu pada anggota keluarga
yang lain.
8) Pengobatan juga harus dilakukan jika seseorang sudah terjangkit yang
ditandai dengan rasa gatal-gatal di kepala.Weems dan Fasulo (2013)
Macam-macam obat untuk Pediculus humanus capitis (Kutu rambut):
1) Shampo Lindane 1%. Gamma benzene heksa klorid atau piretrin. Dosis,
shampo rambut biarkan 4-10 menit, kemudian dibilas piretrin. Pakai
sampai rambut menjadi basah, biarkan 10 menit kemudian dibilas. (Tindak
lanjut periksa rambut 1 minggu setelah pengobatan untuk telur dan kutu
rambut).
2) Salep Lindane (BHC 10%) ; atau bedak DDT 10% atau BHC 1% dalam
pyrophylite; atau Benzaos benzylicus emulsion. Dosis, kepala dapat
digosok dengan salep Lindane (BHC 1%) atau dibedaki dengan DDT 10%
atau BHC 1% dalam pyrophlite atau baik dengan penggunaan 35 gram
dari campuran tersebut untuk sekali pemakaian. Bedak itu dibiarkan
selama seminggu pada rambut, lalu rambut dicuci dan disisir untuk
melepaskan telur. Emulsi dari benzyl benzoate ternyata juga berhasil.
3) Cair / Peditox / Hexachlorocyclohexane 0,5%. Dosis, digosokkan pada
rambut dan kepala sampai merata biarkan semalam kemudian dicuci lalu
dikeringkan (Wijayanti, 2007).

C. Phthirus pubis
Phthirus pubisadalah serangga dari ordo Phthiraptera dan merupakan
ektoparasit yang hostnya adalah manusia (CDC, 2013). Kutu kemaluan
menginfeksi daerah rambut kemaluan dan bertelur. Kutu ini juga dapat ditemukan
di ketiak rambut dan alis (Berman, 2014).
1. Taksonomi
Phylum
Kelas
Ordo
Sub Ordo
Famili
Genus
Species

: Arthropoda
: Insekta
: Phthiraptera
: Anoplura
: Pthiridae
: Phthirus
: Phthirus pubis

(Robinson, 2005)
2. Morfologi Phthirus pubis
a. Telur
Telur Phthirus pubis berwarna putih kekuningan, memiliki panjang
sekitar 1 mm dan melekat kuat pada rambut atau pakaian. Beberapa telur
dapat melekat pada sehelai rambut. Betina meletakkan sekitar tiga telur per
hari, dan kesuburan pada 26-30 telur. Penetasan terjadi dalam 6-8 hari,
dan pertumbuhan membutuhkan waktu 13-17 hari pada suhu kulit normal
(Robinson, 2005).

Gambar 2.11. Telur (nit) Phthirus pubis


(Sumber: http://www.cdc.gov/dpdx/phthiriasis/gallery.html#nits)

b. Nimfa
Nimfa menyerupai dewasa, tetapi lebih kecil. Tahap ketiga pada
nimfa jantan memiliki panjang 1,3-1,4 mm dan biasanya dengan dua
tuberkel lateral. Tahap ketiga nimfa betina memiliki panjang 1,0-1,5 mm
panjang dan biasanya dengan empat tuberkel lateral (Robinson, 2005).

Gambar 2.12. Nimfa Phthirus pubis


(Sumber: http://www.cdc.gov/dpdx/phthiriasis/gallery.html#adults)
c. Dewasa
Phthirus pubis berbentuk pipih dorsoventral, bilateral simetris, tidak
bersayap. Bentuk mulut tipe menusuk dan menghisap. Mempunyai spirakel
di bagian dorso ventral. Ada yang berpleural plate ada yang tidak.
Metamorfosis tidak lengkap, terjadi perubahan dari telur, nimfa, akhirnya
menjadi dewasa.
Kepala Phthirus pubis terdapat clupeus, frons, letaknya antara
antena dan mata, sepasang mata faset (jelas terlihat), sepasang antena
yang bersegmen empat buah dan haustellum, terdapat labrum, epifaring,
dan prestomal teeth.
Thorax pada Phthirus 1 pasang scpirakel dan 3 pasang kaki kuat
dengan claw (cengkram). Segmen thorax tidak terlihat jelas pada Phthirus,
terdiri atas prothorax, mesothorax dan metathorax. Kaki terdiri atas: coxa,
trochanter, femur, tibia tumb, tarsus, tarsal claw (kuku).
Abdomen Phthiruspada tiap segmen terdapat pleural plate, di
bagian dorso lateral terdapat abdominal spirakel dan tranverse band.

Segmen abdominal ada 9 buah. Pada hewan jantan segmen terakhir ada
adeagus dan bentuknya asimetris, sedangkan pada betina terdapat
gonopodia, simetris. Segmen ke 3-5 bersatu dan pada segmen tersebut
terdapat 3 pasang spirakel yang bersatu dalam satu segmen. Pada
segmen ke 6-8 hanya terdapat 1 pasang spirakel saja pada tiap segmen.
Pada segmen ke 1 dan 2 menghilang. Segmen ke 9 yaitu alat kelamin
(Natadisastra, 2009).

Gambar: 2.13. Phthirus pubis dewasa jantan


(Sumber: http://www.cdc.gov/dpdx/phthiriasis/gallery.html#adults)

Gambar 2.14. Phthirus pubis dewasa betina


(Sumber: http://www.cdc.gov/dpdx/phthiriasis/gallery.html#adults)
3. Distribusi atau Penyebaran
Di seluruh dunia, termasuk semua negara-negara maju. Meskipun
Phthirus pubis terjadi di Eropa, Asia, Afrika, Amerika Utara dan Australia, dan
ditemukan pada negro serta kulit putih. Phthirus pubiskurang sering terjadi

padapria daripada Pediculus dan tampaknya parasit terutama pada orangorang yang memimpin kehidupan seksual yang aktif. Sejauhini, telah dua kali
direkam pada host selain manusia, yaitu anjing (Nuttall, 2009).

4. Siklus Hidup

Gambar 2.15. SiklushidupPhthirus pubis


(Sumber: http://www.cdc.gov/dpdx/phthiriasis/)
Kutu kemaluan (Phthirus pubis) memiliki tiga tahap: telur, nimfa dan
dewasa. Telur (nits) diletakkan pada batang rambut (1). Betina akan
meletakkan sekitar 30 telur selama masa hidup 3-4 minggu. Telur menetas
setelah sekitar satu minggu dan menjadi nimfa, yang terlihat seperti versi
yang lebih kecil dari orang dewasa. Nimfa menjalani tiga tahap (2,3,4)
sebelum menjadi dewasa (5). Dewasa memiliki panjang 1,5-2,0 mm dan
pipih. Mereka jauh lebih luas dibandingkan dengan kepala dan tubuh kutu.
Orang dewasa hanya ditemukan pada host manusia dan membutuhkan darah
manusia untuk bertahan hidup. Jika orang dewasa terpaksa off tuan rumah,
mereka akan mati dalam waktu 24-48 jam tanpa makan darah. Kutu
kemaluan ditularkan dari orang ke orang yang paling sering-melalui kontak
seksual, meskipun fomites (tempat tidur, pakaian) mungkin memainkan peran
kecil dalam transmisi mereka (CDC, 2013).
5. Bionomik

a. Perilaku
Phthirus pubis biasanya berada pada daerah kemaluan dan perianal,
sering menyebar ke atas perut dan payudara, dan dapat menduduki aksila,
atau mungkin menyebar ke bawah di sepanjang paha. Kepala jarang
dipenuhi oleh Pthirus pubiskarena kurang cocok sebagai habitat karena
kulit kepala-rambut yang ramai dekat bersama-sama dan lebih halus dari
pada pubis dan pada aksila. Jangkauan antara dua kaki belakang-pasang
serangga dewasa adalah sekitar 2 mm. Kaki ini digunakan untuk
menangkap rambut. Rambut tersebut, dan tidak diragukan lagi tahap
kadang aktif kutu adalah gudang pakaian, tempat tidur, kursi dari jamban,
dll, dan mudah menjadi terjerat dengan rambut kemaluan atau dari orangorang bersih yang mungkin datang dalam kontak dengan itu. Sebuah kutu
terpisah segera menempel setiap rambut dengan yang terjadi kontak. Oleh
karena itu, sementara Phthirus umumnya disampaikan secara langsung,
hal itu juga dapat diperoleh secara tidak langsung. Ini adalah makhluk tak
berdaya ketika dihapus dari rambut yang menempel terus menerus pada
tubuh, dimana ia bergerak sekitar dengan berpindah dari rambut ke rambut
karena itu jauh lebih mungkin untuk disampaikan secara pasif dari host ke
host.
Larva unfed muda biasanya mati dalam waktu sepuluh jam dari
munculnya. Ketika dihapus dari manusia, mereka bertahan lebih lama di
16-20 C dibandingkan pada 30 C dan mati lebih cepat di tempat yang
kering daripada dalam suasana lembab, tidak ada banyak kutu semua
tahapan yang

diuji ditemukan bertahan hingga 42

jam, bila

dipertahankan di bawah kondisi yang berbeda. Hidup di manusia laki-laki


selamat 22 hari, 17 hari perempuan (Nuttal, 2009).

b. Tempat perindukan
Menurut Brown (2006) telur (nits) Phthirus pubis cukup besar bila
dilihat tanpa menggunakan mikroskop. Mereka hidup dan berkembang biak
dimana ada rambut kasar, seperti bagian tubuh berikut:
1) Alat kelamin
2) Ketiak

3) Dada
4) Jenggot
5) Bulu mata
6) Alis
c. Kebiasaan makan
Phthirus pubismemakan darah. Infestasi biasanya rambut pada
daerah kemaluan dan perineum, tetapi mungkin pindah ke ketiak, janggut,
kumis ataualis. Ini jarang terjadi pada kelopak mata dan dalam beberapa
kasus telah ditemukan di semua tahapan pada kulit kepala individu yang
luar biasa berbulu. Phthirus pubisrelatif tidak bergerak ketika pada host,
yang tersisa melekat dan makan selama berjam-jam atau berhari-hari pada
satu tempat tanpa menghapus bagian mulutnya dari kulit (Weems, 2013).
6. Pengendalian
a. Perawatan
1) Cuci semua pakaian dan selimut dalam air panas.
2) Barang yang tidak dapat dicuci dapat disemprot dengan semprotan obat
yang dapat dibeli di toko. Dapat juga menyegel barang dalam kantong
plastik untuk 10-14 hari untuk meredakan kutu.
3) Membuat yakin dengan siapa anda memiliki kontak seksual atau berbagi
tempat tidur dan diobati pada saat yang sama.
4) Orang dengan kutu kemaluan harus diperiksa untuk infeksi menular
seksual lain ketika kutu ditemukan.

b. Pengobatan
Pengobatan

kutu

kemaluan

yang

terbaik

diobati

dengan

menggunakan bahan yang mengandung permethrin, seperti Elimite atau


Kwell:
1) Usapkan sampo ke rambut kemaluan yang kering dan sekitarnya selama
5 menit.
2) Bilas dengan baik.

3) Sisir rambut kemaluan dengan sisir bergigi halus untuk menghilangkan


telur (nits). Menerapkan cuka untuk rambut kemaluan sebelum menyisir
dapat membantu melonggarkan nits.
4) Kebanyakan orang hanya perlu 1 pengobatan. Jika pengobatan kedua
diperlukan, hal itu harus dilakukan 4 hari sampai 1 minggu kemudian.
5) Menggunakanobat-obatan untuk mengobati kutu meliputi sembuh dan
Nix. Lotion malathione adalah pilihan lain (Berman, 2014).
D. Peranankututerhadapkesehatan
Penyakit-penyakit yang ditularkan oleh tuma adalah sebagai berikut:
1. Epidemic Typhus
Penyakit yang disebut juga degan istilah typhus fever ini, disebabkan
oleh Rickettsia prowazeki. Infeksi pada manusia terjadi karena adanya
kontaminasi luka gigitan tuma atau kulit yang lecet dengan tinja tuma atau
koyakan badan tuma yang infektif. Angka kematian akibat penyakit ini
umumnya rendah pada anak-anak berusia dibawah 15 tahun, tetapi dapat
mencapai 100% pada orang-orang berusia lanjut. Dalam penularan penyakit
ini, manusia merupakan sumber penularan (asymptomatic carrier).
2. Epidemic Relapsing Fever
Penyakit yang disebabkan oleh Borrelia recurrentis ini dapat
menimbulkan kematian antara 2 sampai 50%. Infeksi terjadi oleh karena
terjadinya kontaminasi luka gigitan atau luka lecet dengan badan dari tuma
yang terkoyak. Sekali Pedicululus humanus corporis mendapatkan infeksi
dengan Borellia, ia akan tetap infektif seumur hidupnya.

3. Trench Fever
Penyebab penyakit ini adalah Rickettsia quintana. Tuma akan tetap infektif
seumur hidupnya setelah terinfeksi dengan Rickettsia quintana ini. Infeksi
pada manusia dapat terjadi oleh kerena gigitan tuma yang infektif atau oleh
karena kontaminasi kulit penderita tuma yang lecet dengan tinja tuma yang
infektif (Hadi, 2001).

BAB III
KESIMPULAN
1. Cimex hemipterus atau kutu busuk (bedbug) tergolong ke dalam serangga
penghisap darah yang amat mengganggu manusia. Kutu busuk ini umumnya
berada di

tempat tidur, kursi atau sofa.PencegahandanpengendalianCimex

hemipterusdapatdilakukandenganmenjagakebersihanlingkungan,
penggunaanisektisida,

danpenyiramanmenggunakan

air

panasataumenjemurbenda-benda yang dianggapterdapatCimex hemipterus.


2. Pediculus humanus capitis disebut juga kutu kepala yang merupakan ektoparasit
yang menginfeksi manusia. Penularannya melalui kontak langsung dan dengan
perantara barang-barang yang dipakai bersama-sama.Pemberantasan kutu
rambut kepala dapat dilakukan dengan menggunakan tangan, sisir serit atau
dengan pemakaian insektisida golongan klorin (Benzen heksa klorida).
3. Phthirus pubisadalah serangga dari ordo Phthiraptera dan merupakan
ektoparasit yang hostnya adalah manusia. Kutu kemaluan menginfeksi daerah
rambut kemaluan dan bertelur. Kutu ini juga dapat ditemukan di ketiak rambut
dan

alis.

Pengendaliandapatdilakukandenganperawatansepertimencucisemuapakaiandan
selimutdengan

air

panas,

memperhatikankontakseksual,

segeraperiksakepelayanankesehatanjikakutuditemukanataupengobatanmenggun
akan bahan yang mengandung permethrin, seperti Elimite atau Kwell.
4. Peranankututerhadapakesehatanyaitukutubadandapatmenularkanbeberapapeny
akitseperti Typhus Fever, epidemic relapsing fever dan trench fever.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Intan. 2014. Fakta tentang kutu bususk (bed bux), Cimex hemipterus dan
(Hemipte:Cimicideae) dan Cara Pengendaliannya. ITB. Bandung.
Anonim, 2004. Teori Parasitologi. Semarang: Akademi Analisis Kesehatan.
Universitas Muhamadiyah Semarang.
Berman, K. 2014. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/ 000841.htm.
Diakses pada tanggal 7 April 2014.
Brown,

W.,
K.,
2006.
Pubic
Lice.www.williamgladdenfoundation.org
/images/Image/user/publiclice.doc. Diakses pada tanggal 8 April 2014.

CDC (Centers for Disease Control and Prevention). 2013. Bed Bugs, Cimex
hemipterus.http://www.cdc.gov/dpdx/bedbugs/index.html. Diakses pada
tanggal 7 April 2014.
CDC (Centers for Disease Control and Prevention ). 2013. Phthiriasis (Phthirus
pubis).http://www.cdc.gov/dpdx/ phthiriasis/. Diakses pada tanggal 31
Maret 2014.

CDC. 2013. Parasites - Lice - Head Lice. http://www.cdc.gov. Diakses tanggal 29


Maret 2014.
Dalil, Syaiful Fahmi. 2009. Infeksi Menular Seksual . Balai Penerbit FKUI.Waluyo :
Jakarta.
Departement of Health, victoria, Australia. 2011. Treating and controlling head
lice.http://health.vic.gov.au/headlice/. Diakses tanggal 29 Maret 2014.
Falagas, Matthew E., Dimitrios K. M., Petros I. R., George Panos, danGeorgios P..
2008. Worldwide Prevalence of Head Lice. Journal Emergencing
infectious disease. Vol. 14 (9) : 1493-1494
Frankowski, Barbara L., Joseph A. Bocchini, Jr and Council on School Health and
Committee on Infectious Diseases. Head Lice. Journal Pediatrics. Hal :
392-403.
Hadi, A. 2001. Vektor borne Disease. Universitas Indonesia. Depok.
Harlan, Harold J. 2006. Bed Bugs 101: the Basics of Cimex lectularius. American
Entomologist.vol. 52. (2).
Kusumawati, U,H. 2011. Bioekologi Berbagai Jenis Serangga Pengganggu Pada
Hewan
Ternak
Di
Indonesia
Dan

Pengendaliannya.http://upikke.staff.ipb.ac.id/files/2011/03/BioekologiBerbagai-Jenis-Serangga
Pengganggu-Peternakan-di-Indonesia-danPengendaliannya.pdf. Diakses tanggal 30 Maret 2014.
Natadisastra, D., Agoes, R. 2009. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau Dari Organ
Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC.

Nurmaini. 2001. Identifikasi vektor dan binatang pengganggu serta pengendalian


anopheles Aconitus secara sederhana.Universitas Sumetera Utara.
Medan
Nuttall, G., H. 2009. The Biology of Phthirus pubis.Cambridge Journal.Vol 10(3):
383-405.
Peraturan Mentri Republik Indonesia nomor 374/Mekes/PER/III/2010.
TentangPengendalian Vektor.
http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian Vektor%20.pdf
Putri, Btari. 2011. Hubungan Higiene Perseorangan, Sanitasi Lingkungan Dan
Status Gizi Terhadap Kejadian Skabies Pada Anak. Universitas
Dipenogoro. Semarang.
Robinson, W., H. 2005. Urban Insects and Arachnids: A Handbook of Urban
Entomology. Cambridge: University Press.

Sinaga, dkk, 2013. Efektifitas Alat Pemanas Pelurus Rambut dalam Penanganan
Pedikulus Kapitis. Universitas Sumetera Utara. Medan
Sutanto, Inge dkk. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran : Edisi Keempat.
Jakarta.
Weems, H. V. Jr. and T. R. Fasulo. 2013. Human Lice: Body Louse, Pediculus
humanus humanus Linnaeus and Head Louse, Pediculus humanus
capitis De Geer (Insecta: Phthiraptera (=Anoplura): Pediculidae). Ifas
Extension. University Of Florida.
Weems,

H.,
V.
2013.
Pthirus
pubis.
http://entnemdept.ufl.edu/
creatures/urban/crab_louse.html. Diakses pada tanggal 8 April 2014.

Wijayati, Fitriana. 2007. Hubungan Antara Perilaku Sehat dengan Angka Kejadian
Pedikulosis Kapitis pada Santriwati Pondok Pesantren Darul Ulum
Jombang. Skripsi. Universitas Jember. Jember.

Anda mungkin juga menyukai