Disusun Oleh:
Kelompok 5
Kelas B
Donna Pratiwi
G1B010075
Siska Fiany
G1B011006
Vasha Ramadhani
G1B011080
Indah Cahyani
G1B011021
G1B011083
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah umum yang dihadapi dalam bidang kesehatan di
Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dengan angka pertumbuhan
yang cukup tinggi disertai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang masih
rendah. Keadaan ini dapat menyebabkan lingkungan fisik dan biologis yang
tidak memadaisehingga memungkinkan berkembang biaknya vektor penyakit
(Kemenkes, 2010). Binatang sebagai vektor penyakit tersebut, tidak hanya
sebagai perantara penularan penyakit, melainkan juga dapat merugikan
kehidupan manusia karena mengganggu secara langsung(Nurmaini, 2001).
Salah satu binatang yang berperan sebagai vektor penyakit yaitu kutu.
Kutu merupakan serangga yang sangat mengganggu manusia karena selain
menggigit, juga terdapat kutu yang menghisap darah. Jenis-jenis kutu yaitu
kutu kepala, kutu badan, dan kutu kemaluan.Ketiga jenis kutu tersebut
masing-masing akan menimbulkan gangguan seperti yang sering dijumpai
yaitu kutu kepala atau Pediculus humanus capitis yang menimbulkan gatalgatal dikepala.
Prevalensi dan insiden akibat kutu kepala ini cukup tinggi di dunia
bahkan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena telah terjadi resistensi dalam
pengobatan serta menimbulkan efek samping bagi penderitanya (Sinaga,
dkk, 2013).
penderita sering melakukan aktifitas tidur dan duduk, seperti didalam rumah,
gedung pertunjukan, dan hotel. Saat ini permasalahan kutu mulai ditemukan
di hotel berbintang, losmen asrama, dan sedikit di rumah tinggal (Ahmad,
2014).
Kutubusuk
di
masihbanyakditemukan
Indonesia
di
sampaiakhirtahun
rumahtinggal,
1970an
gedungbioskop,
hotel,
hingga
2000
losmendanlainnyatempatmanusiatidurdanduduk.
Namunpadakurunwaktutahun
1980an
permasalahankutubusuknyarishilang.Lalusejak
tahun
yang
danSingapura.
outbreak
(kejadianluarbiasa)
AmerikaSerikat.
Padatahun
2007
kutubusuk
dilaporkanbahwatelahterjadi
di
50
Kebanyakanpenelitiantelahdilakukan
negaraTurkiPrevalensikurtukepalabervariasidari
0,7%
negarabagian
di
Asia,
menjadi
59
di
di
%
serta menjaga
siklus
hidup,bionomik,
siklus
hidup,bionomik,
siklus
hidup,bionomik,
danpengendalian kutubusuk.
2. Mengetahuikarakteristikmeliputimorfologi,
danpengendalian kutukepala.
3. Mengetahuikarakteristikmeliputimorfologi,
danpengendalian kutukemaluan.
4. Mengetahuaiperanankututerhadapkesehatan.
BAB II
ISI
Kutu adalah serangga yang mengganggu manusia karena menghisap
darah.
Kutu
busuk
berasal
dari
ordo
Hemiptera
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Classis
: Insecta
Ordo
: Hemiptera
Sub Ordo
: Heteroptera
Family
: Cimicidae
Genus
: Cimex
Spesies
: Cimex hemipterus
(http://www.pestwest.com)
2. Morfologi
5. Bionomik
a. Perilaku
Kutu busuk ini sering bersembunyi di celah-celah kursi kayu, rotan,
di rumah-rumah, restoran, gedung bioskop, kasur di losmen, bahkan
celah-celah kandang hewan dan unggas yang terbuat dari kayu atau
bambu. Setelah mengisap darah biasanya kutu busuk ini akan
bersembunyi di celah-celah tersebut selama beberapa hari, kemudian
bertelur (Harlan, 2006).
Pemencaran kutu busuk dari satu tempat ke tempat lainnya ialah
melalui baju yang dipakai orang, tas, atau peralatan kandang yang
mengandung kutu busuk. Biasanya yang berpotensial sebagai sumber
pemencaran dan yang bertanggung jawab dalam proses ini ialah kutu
busuk betina yang sudah mengandung telur (gravid).
b. Tempat perindukan
BerdasarkanpenelitianSumanto (2010) Galarbambu yang dijadikan
alas
tidurbisauntukbersarangdanberkembangbiakCimex
sp.Retakanbambu
yang
salingberhimpitinilah
yang
nampaknyadisukaiolehseranggatersebut.
c. Kebiasaan makan
Kutu busuk ini aktif mengisap darah manusia dan hewan di malam
hari.Tusukan bagian mulut kutu busuk ini sangat menyakitkan dan
menimbulkan
kegatalan
serta
bentol-bentol
yang
cukup
mengganggu(Harlan, 2006).
6. Pengendalian
Apabila ditemukan adanya kutu busuk di suatu kamar atau tempat
tidur dan furnitur lainnya, maka barang-barang tersebut harus diisolasi atau
dikeluarkan. Kutu busuk sangat rentan terhadap kelembaban yang tinggi dan
suhu 44-45oC. Oleh karena itu banyak orang memberantas kutu busuk ini
dengan menyiram air panas pada tempat persembunyian kutu busuk atau
menjemur kasur, tempat tidur atau perabotan rumah lain yang terinfestasi
kutu busuk di bawah terik matahari selama beberapa jam (sekitar 4 jam).
Ketika harus menggunakan insektisida, gunakan insektisida yang
banyak dijual di pasar dengan hati-hati, ikuti aturan yang tertera pada label,
dan ulang penggunaanya sampai semua telur yang menetas ikut mati.
Biasanya insektisida hanya membunuh kutu busuk stadium nimfa dan
dewasa, sedangkan telurnya cukup tahan, oleh karena itu tunggu sampai
menetas, baru dilakukan penyemprotan ulang.
Pada dasarnya infestasi kutu busuk erat kaitannya dengan kondisi
lingkungan dan sanitasi yang buruk. Oleh karena itu upaya-upaya menjaga
kebersihan lingkungan, ventilasi yang cukup, adalah cara pencegahan yang
murah agar terhindar dari serangan kutu busuk.
B. Pediculus humanus capitis
Pediculus humanus capitisdisebut juga kutu kepala yang merupakan
ektoparasit yang menginfeksi manusia, termasuk dalam family pediculidae yang
penularannya melalui kontak langsung dan dengan perantara barang-barang
yang dipakai bersama-sama. Misalnya: sisir, sikat rambut, topi, syal, handuk,
selimut dan lain-lain (Weems and Fasulo, 2013).
1. Taxonomi
Phylum
: Arthropoda
Kelas
: Insekta
Ordo
: Phthiraptera
Sub Ordo
: Anoplura
Famili
: Pediculidae
Genus
: Pediculus
Spesies
kait
yang
berhadapan
dengan
tonjolan
tibia
untuk
Gambar 2.8.Nimfakutukepala
(Sumber: : http://www.cdc.gov/, 2013)
Nimfa berbentuk seperti kutu rambut dewasa, hanya bentuknya
lebih kecil.
c. Telur
Telur berwarna putih mempunyai operculum 0,6-0,8 mm disebut
nits. Bentuknya lonjong dan memiliki perekat, sehingga dapat melekat erat
pada rambut. Warna telur terlihat samar dan mirip dengan warna rambut
dan mudah dilihat pada bagian posterior. Telur yang kosong ( nits ) lebih
mudah dilihat karena tampak putih diantara rambut yang gelap. Beberapa
ahli menyebut nits lebih menunjuk pada telur yang kosong. Telur
diinkubasi oleh panas tubuh dan biasanya menetas dalam 8 sampai 9 hari
, tapi bisa menetas antara 7 sampai 12 hari tergantung pada udara sekitar
panas atau dingin.Daerah favorit tempat melekatnya telur adalah di dekat
telinga dan bagian belakang kepala (Sutanto dkk, 2008). Telur kutu tubuh
selain diletakkan pada serat pakaian dan kadang-kadang pada rambut
tubuh manusia .
4. Siklus Hidup
b. Tempat perindukan
Tempat-tempat yang disukainya adalah rambut pada bagian
belakang kepala. Telur dari kutu ini lebih mudah ditemukan terutama pada
tengkuk dan bagian belakang kepala. Pada infeksi berat, helaian rambut
akan melekat satu dengan yang lainnya dan mengeras, dapat ditemukan
banyak kutu rambut dewasa, telur (nits) dan eksudat nanah yang berasal
dari gigitan yang meradang. Infeksi mudah terjadi dengan kontak
langsung. Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan kepala
(Wijayanti, 2007).
c. Kebiasaan makan
Kutu dewasa dan nympha mendapatkan makanannya dengan
menghisap darah manusia. Kutu makan dengan cara menggigit melalui
kulit dan menyuntikkan air liur untuk mencegah darah dari pembekuan,
kemudian mengisap darah ke saluran pencernaan. Penghisapan darah
dapat terjadi dalam jangka waktu lama jika kutu tersebut tidak terganggu.
Sementara itu, ketika makan kutu dapat mengeluarkan kotoran berwarna
merah gelap pada kulit (Weems dan Fasulo, 2013).
Lesi pada kulit kepala disebabkan oleh tusukan kutu rambut pada
waktu menghisap darah. Lesi sering ditemukan di belakang kepala atau
kuduk. Air liur yang merangsang menimbulkan papula merah dan rasa
gatal yang hebat. Diagnosis ditegakkan jika terdapat rasa gatal-gatal yang
hebat dengan bekas-bekas garukan dan dipastikan jika ditemukan
Pediculus humanus capitis dewasa, nimfa dan telurnya (Wijayanti, 2007).
6. Pengendalian
Pemberantasan
kutu
rambut
kepala
dapat
dilakukan
dengan
3) Tidak berbagi sisir, sikat, atau handuk. Sisir dan sikat disinfeksi digunakan
oleh orang yang penuh dengan merendam dalam air panas (setidaknya
40C) selama 5-10 menit.
4) Jangan berbaring di tempat tidur, sofa, bantal, karpet, atau boneka
binatang yang baru-baru ini telah melakukan kontak dengan orang yang
tejangkit kutu (http://www.cdc.gov/, 2013).
5) Meningkatkan
hygiene
personal
seperti
sering
mengganti
dan
C. Phthirus pubis
Phthirus pubisadalah serangga dari ordo Phthiraptera dan merupakan
ektoparasit yang hostnya adalah manusia (CDC, 2013). Kutu kemaluan
menginfeksi daerah rambut kemaluan dan bertelur. Kutu ini juga dapat ditemukan
di ketiak rambut dan alis (Berman, 2014).
1. Taksonomi
Phylum
Kelas
Ordo
Sub Ordo
Famili
Genus
Species
: Arthropoda
: Insekta
: Phthiraptera
: Anoplura
: Pthiridae
: Phthirus
: Phthirus pubis
(Robinson, 2005)
2. Morfologi Phthirus pubis
a. Telur
Telur Phthirus pubis berwarna putih kekuningan, memiliki panjang
sekitar 1 mm dan melekat kuat pada rambut atau pakaian. Beberapa telur
dapat melekat pada sehelai rambut. Betina meletakkan sekitar tiga telur per
hari, dan kesuburan pada 26-30 telur. Penetasan terjadi dalam 6-8 hari,
dan pertumbuhan membutuhkan waktu 13-17 hari pada suhu kulit normal
(Robinson, 2005).
b. Nimfa
Nimfa menyerupai dewasa, tetapi lebih kecil. Tahap ketiga pada
nimfa jantan memiliki panjang 1,3-1,4 mm dan biasanya dengan dua
tuberkel lateral. Tahap ketiga nimfa betina memiliki panjang 1,0-1,5 mm
panjang dan biasanya dengan empat tuberkel lateral (Robinson, 2005).
Segmen abdominal ada 9 buah. Pada hewan jantan segmen terakhir ada
adeagus dan bentuknya asimetris, sedangkan pada betina terdapat
gonopodia, simetris. Segmen ke 3-5 bersatu dan pada segmen tersebut
terdapat 3 pasang spirakel yang bersatu dalam satu segmen. Pada
segmen ke 6-8 hanya terdapat 1 pasang spirakel saja pada tiap segmen.
Pada segmen ke 1 dan 2 menghilang. Segmen ke 9 yaitu alat kelamin
(Natadisastra, 2009).
padapria daripada Pediculus dan tampaknya parasit terutama pada orangorang yang memimpin kehidupan seksual yang aktif. Sejauhini, telah dua kali
direkam pada host selain manusia, yaitu anjing (Nuttall, 2009).
4. Siklus Hidup
a. Perilaku
Phthirus pubis biasanya berada pada daerah kemaluan dan perianal,
sering menyebar ke atas perut dan payudara, dan dapat menduduki aksila,
atau mungkin menyebar ke bawah di sepanjang paha. Kepala jarang
dipenuhi oleh Pthirus pubiskarena kurang cocok sebagai habitat karena
kulit kepala-rambut yang ramai dekat bersama-sama dan lebih halus dari
pada pubis dan pada aksila. Jangkauan antara dua kaki belakang-pasang
serangga dewasa adalah sekitar 2 mm. Kaki ini digunakan untuk
menangkap rambut. Rambut tersebut, dan tidak diragukan lagi tahap
kadang aktif kutu adalah gudang pakaian, tempat tidur, kursi dari jamban,
dll, dan mudah menjadi terjerat dengan rambut kemaluan atau dari orangorang bersih yang mungkin datang dalam kontak dengan itu. Sebuah kutu
terpisah segera menempel setiap rambut dengan yang terjadi kontak. Oleh
karena itu, sementara Phthirus umumnya disampaikan secara langsung,
hal itu juga dapat diperoleh secara tidak langsung. Ini adalah makhluk tak
berdaya ketika dihapus dari rambut yang menempel terus menerus pada
tubuh, dimana ia bergerak sekitar dengan berpindah dari rambut ke rambut
karena itu jauh lebih mungkin untuk disampaikan secara pasif dari host ke
host.
Larva unfed muda biasanya mati dalam waktu sepuluh jam dari
munculnya. Ketika dihapus dari manusia, mereka bertahan lebih lama di
16-20 C dibandingkan pada 30 C dan mati lebih cepat di tempat yang
kering daripada dalam suasana lembab, tidak ada banyak kutu semua
tahapan yang
jam, bila
b. Tempat perindukan
Menurut Brown (2006) telur (nits) Phthirus pubis cukup besar bila
dilihat tanpa menggunakan mikroskop. Mereka hidup dan berkembang biak
dimana ada rambut kasar, seperti bagian tubuh berikut:
1) Alat kelamin
2) Ketiak
3) Dada
4) Jenggot
5) Bulu mata
6) Alis
c. Kebiasaan makan
Phthirus pubismemakan darah. Infestasi biasanya rambut pada
daerah kemaluan dan perineum, tetapi mungkin pindah ke ketiak, janggut,
kumis ataualis. Ini jarang terjadi pada kelopak mata dan dalam beberapa
kasus telah ditemukan di semua tahapan pada kulit kepala individu yang
luar biasa berbulu. Phthirus pubisrelatif tidak bergerak ketika pada host,
yang tersisa melekat dan makan selama berjam-jam atau berhari-hari pada
satu tempat tanpa menghapus bagian mulutnya dari kulit (Weems, 2013).
6. Pengendalian
a. Perawatan
1) Cuci semua pakaian dan selimut dalam air panas.
2) Barang yang tidak dapat dicuci dapat disemprot dengan semprotan obat
yang dapat dibeli di toko. Dapat juga menyegel barang dalam kantong
plastik untuk 10-14 hari untuk meredakan kutu.
3) Membuat yakin dengan siapa anda memiliki kontak seksual atau berbagi
tempat tidur dan diobati pada saat yang sama.
4) Orang dengan kutu kemaluan harus diperiksa untuk infeksi menular
seksual lain ketika kutu ditemukan.
b. Pengobatan
Pengobatan
kutu
kemaluan
yang
terbaik
diobati
dengan
3. Trench Fever
Penyebab penyakit ini adalah Rickettsia quintana. Tuma akan tetap infektif
seumur hidupnya setelah terinfeksi dengan Rickettsia quintana ini. Infeksi
pada manusia dapat terjadi oleh kerena gigitan tuma yang infektif atau oleh
karena kontaminasi kulit penderita tuma yang lecet dengan tinja tuma yang
infektif (Hadi, 2001).
BAB III
KESIMPULAN
1. Cimex hemipterus atau kutu busuk (bedbug) tergolong ke dalam serangga
penghisap darah yang amat mengganggu manusia. Kutu busuk ini umumnya
berada di
hemipterusdapatdilakukandenganmenjagakebersihanlingkungan,
penggunaanisektisida,
danpenyiramanmenggunakan
air
alis.
Pengendaliandapatdilakukandenganperawatansepertimencucisemuapakaiandan
selimutdengan
air
panas,
memperhatikankontakseksual,
segeraperiksakepelayanankesehatanjikakutuditemukanataupengobatanmenggun
akan bahan yang mengandung permethrin, seperti Elimite atau Kwell.
4. Peranankututerhadapakesehatanyaitukutubadandapatmenularkanbeberapapeny
akitseperti Typhus Fever, epidemic relapsing fever dan trench fever.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Intan. 2014. Fakta tentang kutu bususk (bed bux), Cimex hemipterus dan
(Hemipte:Cimicideae) dan Cara Pengendaliannya. ITB. Bandung.
Anonim, 2004. Teori Parasitologi. Semarang: Akademi Analisis Kesehatan.
Universitas Muhamadiyah Semarang.
Berman, K. 2014. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/ 000841.htm.
Diakses pada tanggal 7 April 2014.
Brown,
W.,
K.,
2006.
Pubic
Lice.www.williamgladdenfoundation.org
/images/Image/user/publiclice.doc. Diakses pada tanggal 8 April 2014.
CDC (Centers for Disease Control and Prevention). 2013. Bed Bugs, Cimex
hemipterus.http://www.cdc.gov/dpdx/bedbugs/index.html. Diakses pada
tanggal 7 April 2014.
CDC (Centers for Disease Control and Prevention ). 2013. Phthiriasis (Phthirus
pubis).http://www.cdc.gov/dpdx/ phthiriasis/. Diakses pada tanggal 31
Maret 2014.
Pengendaliannya.http://upikke.staff.ipb.ac.id/files/2011/03/BioekologiBerbagai-Jenis-Serangga
Pengganggu-Peternakan-di-Indonesia-danPengendaliannya.pdf. Diakses tanggal 30 Maret 2014.
Natadisastra, D., Agoes, R. 2009. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau Dari Organ
Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC.
Sinaga, dkk, 2013. Efektifitas Alat Pemanas Pelurus Rambut dalam Penanganan
Pedikulus Kapitis. Universitas Sumetera Utara. Medan
Sutanto, Inge dkk. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran : Edisi Keempat.
Jakarta.
Weems, H. V. Jr. and T. R. Fasulo. 2013. Human Lice: Body Louse, Pediculus
humanus humanus Linnaeus and Head Louse, Pediculus humanus
capitis De Geer (Insecta: Phthiraptera (=Anoplura): Pediculidae). Ifas
Extension. University Of Florida.
Weems,
H.,
V.
2013.
Pthirus
pubis.
http://entnemdept.ufl.edu/
creatures/urban/crab_louse.html. Diakses pada tanggal 8 April 2014.
Wijayati, Fitriana. 2007. Hubungan Antara Perilaku Sehat dengan Angka Kejadian
Pedikulosis Kapitis pada Santriwati Pondok Pesantren Darul Ulum
Jombang. Skripsi. Universitas Jember. Jember.