SKRIPSI Spirulina Allohusshomad PDF
SKRIPSI Spirulina Allohusshomad PDF
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
gigi baik di klinik, rumah sakit, dan praktek pribadi (Khoswanto 2010). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa bakteremia terjadi pada 100% pasien setelah
pencabutan gigi, 70% setelah pembersihan karang gigi, 55% setelah pembedahan
molar tiga, serta 20% setelah perawatan saluran akar (Mattila et al., 2005).
Sedangkan berdasarkan Survei Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan tahun 2008, prevalensi penduduk Indonesia yang
mengalami sakit gigi sebesar 23%. Pencabutan gigi menduduki posisi teratas
sebesar 54,3% yang menjadi tindakan untuk mengatasi sakit gigi (RISKESDAS,
2008). Pencabutan gigi merupakan suatu tindakan bedah yang sering dilakukan
pada gigi yang rusak karena infeksi bakteri, trauma, penyakit tertentu yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan perawatan, atau karena ketidak normalan posisi
tumbuh gigi (impaksi) yang sering menimbulkan gangguan.
Pencabutan gigi merupakan tindakan yang menimbulkan luka pada soket
gigi. Luka dapat dengan mudah sembuh akan tetapi tidak jarang pula mengalami
berbagai macam komplikasi yang akan memperlambat proses penyembuhan
(Marwadi, 2002). Komplikasi yang sering terjadi adalah timbulnya rasa sakit
pasca pencabutan gigi sampai timbulnya dry socket. Hal ini dapat disebabkan
adanya gangguan pada proses penyembuhan luka, akibat dari tidak terbentuknya
fibroblas, pembuluh darah kapiler dan komponen penyembuhan luka lainnya.
luka adalah C-phycocyanin atau zat warna biru (Romay et al, 2003; Subhashini et
al, 2004). Spirulina termasuk dalam kelompok blue green algae karena
mengandung 14-20 % phycocyanin. Spirulina merupakan golongan cyanobacteria
yang memiliki pigmen warna biru (phycocyanin) paling tinggi dibandingkan
dengan mikroalga lainnya (Ismet, 2009). Spirulina kaya akan mineral dan zat
penting yang diperlukan oleh tubuh, selain itu pemakaian suplemen spirulina telah
meluas di masyarakat dan memiliki banyak varian produk dagang seperti bentuk
serbuk, tablet, kapsul, dan lain-lain (Suhaya, 2008).
Penelitian laboratoris sebelumnya telah dilakukan oleh Rahmitasari
(2012), yaitu meneliti menggunakan konsentrasi gel spirulina 3%, 6%, dan 12%
terhadap jumlah sel fibroblas pada luka soket gigi marmut. Ketiga konsentrasi
tersebut memperlihatkan hasil yang nyata dalam mempercepat penyembuhan luka
soket gigi marmut dibanding dengan sampel yang tidak diberi perlakuan, dengan
konsentrasi paling efektif pada konsentrasi 12%. Oleh karena itu, peneliti ingin
mengamati pengaruh pemberian gel spirulina terhadap ekspresi Fibroblast
Growth Factor-2 (FGF-2), jumlah sel fibroblast, dan pembuluh darah kapiler pada
luka pasca pencabutan gigi marmut (Cavia cobaya) jantan dengan dasar penelitian
sebelumnya yang tidak jauh berbeda perhitungan konsentrasinya, yaitu 6%, 12%,
dan 24%.
Berbagai jenis Fibroblast Growth Factors (FGF) memiliki bermacam
aktivitas biologi sepeti proliferasi dan diferensiasi sel fibroblas, termasuk
angiogenesis, morfogenesis, dan penyembuhan luka. Percepatan regenerasi luka
dapat diamati dari ekspresi Fibroblast Growth Factor-2 (FGF-2), jumlah sel
fibroblast dan pembuluh darah kapiler. Ekspresi Fibroblast Growth Factor-2
(FGF-2) yang dapat dilihat secara imunohistokimia menjadi variabel yang ingin
diteliti karena growth factor tersebut merupakan marker terbentuknya fibroblas
yang mampu memproduksi sabut-sabut kolagen, dan juga memiliki kemampuan
menginduksi pembentukan pembuluh darah baru baik in vivo maupun in vitro.
Jumlah sel fibroblas dan pembuluh darah kapiler yang dilihat secara histologis
juga dijadikan variabel yang ingin diteliti karena sangat penting pengaruhnya
dalam proses regenerasi luka. Diharapkan penelitian ini dapat berperan dan
bermanfaat bagi perkembangan dunia kedokteran gigi di masa yang akan datang.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dibuat rumusan masalah penulisan
sebagai berikut :
Apakah pemberian gel spirulina (Blue green algae) pada luka pasca pencabutan
gigi marmut (Cavia cobaya) dapat meningkatkan ekspresi Fibroblast Growth
Factor-2 (FGF-2), jumlah sel fibroblas dan pembuluh darah kapiler?
1.3.
Tujuan Penelitian
1.4.
Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi bahwa gel spirulina (Blue green algae) sebagai
bahan alami yang digunakan untuk mempercepat penyembuhan luka yang
efektif, mudah digunakan, dan aman, khususnya pada penyembuhan luka
pasca pencabutan gigi.
2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan obat herbal
spirulina (Blue green algae), yang dimanfaatkan sebagai bahan alternatif
dalam membantu penyembuhan luka, khususnya luka setelah pencabutan
gigi.
3. Menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya untuk mengembangkan
pemanfaatan spirulina (Blue green algae) di bidang kedokteran gigi.
`
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Spirulina
Spirulina, ganggang biru hijau ini ditemukan pada air payau yang bersifat
alkalis. Salah satu spesies spirulina telah lama dikonsumsi sebagai bahan pangan
di daerah Afrika. Bahkan pada abad ke-16, bangsa Astec Indian ditemukan
sebagai pengguna spirulina yang merupakan sumber protein utama dan
mengandung berbagai vitamin. Ada beberapa spesies spirulina yang telah ditelaah
secara baik. Spirulina yang tumbuh di Meksiko dikenal sebagai Spirulina maxima,
dan di Afrika Spirulina platensis. Spirulina maxima terlihat sebagai benang
filamen bersel banyak dengan ukuran panjang 200-300 m dan lebar 5-70 m.
Suatu filamen dengan 7 spiral akan mencapai ukuran 1000 m dan berisi 250-400
sel (Angka dan Suhartono, 2000).
Spirulina adalah ganggang renik (mikroalga) berwarna hijau kebiruan
yang hidupnya tersebar luas dalam semua ekosistem, mencakup ekosistem daratan
dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Klasifikasi
Spirulina sp (Kawaroe, 2010) adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Bacteria
Sub kingdom
: Negibacteria
Filum
: Cyanobacteria
Kelas
: Cyanophyceae
Sub kelas
: Synechococcophycideae
Orde
: Pseudanabaenales
Famili
: Pseudanabaenaceae
Sub famili
: Pseudanabaenoideae
Genus
: Spirulina
protein yang berasal dari telur dan susu. Alga ini juga kaya gamma-linolenic
(GLA), dan juga menyediakan alpha-linolenic acid (ALA), linolenicacid (LA),
stearidonic acid (SDA), eicosapentaeonic (EPA), docosahexaenoic acid (DHA),
dan arachidonic acid (AA). Vitamin yang terkandung di dalamnya adalah vitamin
B1, B2, B3, B6, B9, B12, Vitamin C, Vitamin D dan Vitamin E. Selain hal-hal
tersebut di atas juga sebagai sumber potasium, kalsium, krom, tembaga, besi,
magnesium, manganese, fosfor, selenium, sodium, dan zinc (Susanna et al, 2007).
Spirulina mengandung pigmen biru yang umum disebut phycocyanin.
Phycocyanin merupakan protein kompleks yang terdapat lebih dari 20% dalam
seluruh berat keringnya. Phycocyanin dapat berfungsi pula sebagai antioksidan,
pewarna alami untuk makanan, kosmetika, dan obat-obatan khususnya sebagai
pengganti warna sintetik dan mampu mengurangi obesitas. Besar maupun
kecilnya keberadaan fikosianin yang terkandung dalam biomassa sel tergantung
banyak sedikitnya suplai nitrogen yang dikonsumsi oleh Spirulina (Richmond,
1990).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Kawaroe (2010), asam
lemak yang dikandung oleh Spirulina sp. di antaranya adalah asam kapriat
(0,07%), asam laurat (3,08%), Asam myristat (2%), asam stearat (3,5%), asam
palmitat (17,28%), asam oleat (22,58%), asam palmitoleat (0,24%), dan asam
linoleat (9,93%) . Asam amino Spirulina fusiformis terdiri atas sembilan asam
amino esensial dan delapan asam amino non esensial. Asam amino esensial yang
terkandung di dalamnya yaitu lisin, leusin, isoleusin, treonin, metionin, valin,
fenilalanin, histidin, dan arginin. Sedangkan asam amino non esensial yang
terdapat pada Spirulina fusiformis adalah asam aspartat, asam glutamat, glisin,
serin, alanin, prolin, tirosin, dan sistein. Asam amino yang mendominasi, yaitu
asam aspartat, asam glutamat, serin, arginin, alanin, valin, leusin. Spirulina
fusiformis mengandung pigmen fikosianin dan klorofil.
Kandungan kalsium spirulina tiga kali lebih tinggi dibanding susu hewani,
dan zat besinya tiga kali lebih besar dibanding bayam. Spirulina mengandung juga
bahan bioaktif berupa anti oksidan yang berasal dari tiga pigmen yang kaya
protein yaitu phycocyanin, klorofil dan zeasan-lin. Phycocyanin yang merupakan
antioksidan larut air, berkhasiat untuk menunjang kesehatan hati dan ginjal.
Zeasantin berkhasiat untuk kesehatan mata, dan klorofil adalah antioksidan yang
bersifat antikanker dan antiracun Kini produk suplemen kesehatan (healty food)
yang berasal dari algae hijau scpeni Spirulina dan Chlorella dengan segala
keunggulannya (mampu menurunkan kolesterol dan lipida darah, dll) telah
mampu diproduksi dengan sukses di seluruh dunia (Dahuri, 2002).
10
2.1.4. Phycocyanin
Kata "phycocyanin" berasal dari bahasa Yunani yang berarti "phyco"
(algae) dan "cyan" (biru). Phycocyanin merupakan pigmen biru yang dapat larut
dalam air. Phycocyanin hanya ditemukan di alga hijau biru seperti spirulina dan
tidak bisa didapatkan di makanan yang lain. Phycocyanin adalah salah satu bahan
utama yang menjadikan spirulina sebagai superfood, dan menunjukkan perbedaan
penting antara spirulina dan makanan hijau lainnya, seperti chlorella, wheat grass
dan barley. Adapun struktur kimia phycocyanin tersebut adalah (Arlyza, 2005):
Phycocyanin yang berperan sebagai antioksidan, antiinflamasi, dan
mempercepat proses penyembuhan luka adalah phycocyanin tipe C (Cphycocyanin) (Maruyama, 2008; Madhyastha, 2011). C-phycocyanin beberapa
tahun ini telah dilaporkan memiliki kemampuan sebagai antioksidan, anti
inflamasi, dan neuroprotective. Efek antioksidan dari C-phycocyanin telah diuji
secara in-vitro, mampu membersihkan/ menyerap radikal bebas seperti: alkoxyl,
11
hidroxyl, peroxyl, dan dapat bereaksi dengan peroxinitrite (ONOO-) dan asam
hypochlorous (HOCl). C-phycocyanin dapat menghambat induksi asam Fe-2ascorbic atau inisiasi radikal bebas 2,2azobis (2-amidinopropane) hydrochloride
(AAPH) pada proses peroxidasi lipid microsomal (Romay et al, 2003).
12
proliferasi dan migrasi fibroblas ini dipacu secara signifikan oleh C-phycocyanin,
suatu alga protein.
Gambar 2.3 Jalur tranduksi sinyal C-Phycocyanin pada penyembuhan luka (Maruyama,2008)
13
Gambar 2.4 Ilustrasi umum siklus sel (Lapenna dan Giordano, 2009).
14
memacu rekruitmen sel pada permukaan luka dan beberapa aktifitas penting
lainnya termasuk kontraksi matriks ekstraseluler. Migrasi dan proliferasi fibroblas
dipengaruhi oleh medium ekstraseluler matriks sekitarnya, termasuk uPA
(Tanski,2004; Nicholl,2005). uPA yang memproduksi plasmin periseluler akan
mendukung terjadinya proteolisis matriks, remodeling matriks serta migrasi sel
(Providence, 2000).
2.2.
Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks, tetapi pada
umumnya terjadi secara teratur. Penyembuhan luka adalah proses pergantian sel
mati oleh sel hidup yang terjadi melalui proses regenerasi dan organisasi, hasil
akhir tergantung dari keseimbangan lokal diantara kedua faktor tersebut.
Penyembuhan luka juga dapat diartikan sebagai suatu proses pembentukan
jaringan sehingga kembali seperti semula, atau dengan kata lain penyembuhan
adalah terjadinya pergantian jaringan yang rusak atau mati oleh jaringan baru
yang melalui proses regenerasi maupun reparasi (Sudiono, 2003; Kumar,2005;
Kumar,2007).
15
Proses penyembuhan luka dapat dibagi menjadi tiga fase yang saling
berhimpit yaitu, hemostasis dan inflamasi, proliferasi (pembentukan jaringan
granulasi dan reepitelisasi), serta remodeling (maturasi). Dibutuhkan pengertian
yang mendalam dan mendetail tentang proses penyembuhan luka (Baybutt, 1998).
Growth
Factor
(EGF),
Insulin-like
Growth
Factor
(IGF),
16
17
dengan adanya eritrema, rasa hangat pada daerah injuri, serta oedema dan rasa
sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4 setelah terjadinya
perlukaan (Kurniati, 2008).
18
19
jaringan pembuluh darah mikro ke dalam jaringan. Pada akhirnya pembuluh darah
baru yang terbentuk akan didukung struktur sel-sel otot khusus (otot polos,
perycites), dan darah mulai mengalir (Enoch, 2004; Kleinert, 2005).
Proses selanjutnya adalah epitelisasi, dimana fibroblas mengeluarkan
keratinocyte growth factor (KGF) yang berperan dalam stimulasi mitosis sel
epidermal. Keratinisasi akan dimulai dari pinggir luka dan akhirnya membentuk
barrier yang menutupi permukaan luka. Melalui sintesa kolagen oleh fibroblas,
pembentukan lapisan dermis ini akan disempurnakan kualitasnya dengan
mengatur keseimbangan jaringan granulasi dan dermis. Hal ini akan membantu
jaringan baru tersebut menutup luka, fibroblas akan merubah strukturnya menjadi
myofibroblas yang mempunyai kapasitas melakukan kontraksi pada jaringan.
Fungsi kontraksi akan lebih menonjol pada luka yang ekstrim dibandingkan
dengan luka biasa (Kurniati, 2008).
Proses reepitelisasi dimediasi oleh matrik ektraseluler seperti fibronektin,
sitokin yang dihasilkan oleh immunmononuklear, EGF, TGF-, bFGF, PDGF dan
IGF- (Peterson, 2003).
20
fibroblas
mengubah kolagen tipe I dan III menjadi matriks yang baru. Remodeling kolagen
selama proses maturasi tergantung dari sintesa destruksi kolagen. Proteoglycans
merupakan sintesa dari kolagen karena itu bahan ini hanya muncul jika
didapatkan penumpukan kolagen yang signifikan. Proteoglycans merupakan
21
penanggung jawab kestabilan dari fibril kolagen ekstra selular serta pematangan
kolagen. Kolagenase dan matriks metalloproteinase berperan pada sintesa kolagen
baru, sedangkan inhibitor metalloproteinase membatasi enzim kolagenolitik untuk
mencapai keseimbangan formasi kolagen baru dan pembuangan kolagen yang
lama. Selama proses ini fibronektin bertahap mulai menghilang, dan asam
hyaluronik dan glycosaminoglycans diganti oleh proteoglycans. Tipe III kolagen
berganti dengan kolagen tipe I. Cairan keluar dari skar sehingga serat kolagen satu
dengan lainnya akan mendekat, memungkinkan ikatan diatara kolagen sehingga
menekan ketebalan jaringan skar yang ada (Rubin, 1995). Menurut Kurniati
(2008) luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan
jaringan kulit mampu melakukan aktivitas yang normal.
2.3.
Fibroblas
Fibroblas merupakan sel utama pada jaringan ikat yang terbentuk dari
22
Fibroblas merupakan sel utama yang terdapat pada jaringan ikat padat
seperti tendon, tersusun di barisan paralel pada tendon, badan sel tersebut
berbentuk kumparan dalam deretan bila dilihat menggunakan mikroskop dengan
arah membujur, pada sayatan melintang, secara garis besar sel tampak sebagai
bidang berbentuk bintang, gelap di antara gelondong kolagen (Fawcett,2002).
2.4.
berperan penting dalam komunikasi dan interaksi antar sel termasuk pada
penyembuhan luka. Pergerakan sel-sel yang tepat waktu dan tempat pada tahapan
penyembuhan diatur oleh growth factor/ sitokin. Growth factor dapat disekresi
dibagian manapun dari tubuh terdekat melalui pembuluh darah. Pada beberapa
permasalahan penyembuhan luka, ditemukan kekurangan growth factor.
23
Peningkatan growth factor yang tepat akan memberikan hasil dan waktu
penyembuhan yang diinginkan (Carson, 2005).
Tabel 2.1 Beberapa growth factor, sumber dan kegunaannya pada penyembuhan luka (Carson,
2005)
Growth Factor
CTGF - Connective
tissue growth factor
Sumber
Fibroblas, sel endothel.
Kegunaan
Kemotaksis dan mitogenesis sel jaringan ikat
EGF - Epidermal
growth factor
makrofag.
FGF - Fibroblast
growth factor (1
and 2)
jaringan.
IFN-alpha
Interferons
Limfosit, fibroblast
growth factor
lainnya...
KGF- Keratinocyte
growth faktor
Interleukins
IL-1thru 8
keratinosit, limfosit,
angiogenesis
jaringan lainnya.
Fibroblas
PDGF-Platelet
derived growth
factor
TGF -
Transforming
T limfosit, keratinosit
growth faktor,
jenis sel.
necrosis factor
mast.
24
VEGF - Vascular
endothelial [cell]
mitogenesis endothelial
growth factor
2.5.
25
kemampuan
menginduksi
tahapan
yang
penting
pada
26
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1.
Kerangka Konseptual
Luka pasca
pencabutan gigi
Spirulina
(Blue green algae)
Fibroblast
Growth Factor2 (FGF-2)
uPA
cyclin dependent
kinase (cDK)
dan cyclin
Rho GTPase
proteins
Kemokin
Ras
Raf
Makrofag
Sel Endotel
Fagositosis
mikroba dan
bahan asing
MAPK
Migrasi Sel
Fibroblas
Proliferasi Sel
Fibroblas
Angiogenesis
Suplai
Oksigen dan
Nutrisi
Kolagen
Remodeling
Penyembuhan Luka
Pencabutan Gigi
Keterangan:
27
3.2.
28
3.3.
Hipotesis
Pemberian gel spirulina (Blue green algae) pada luka pasca pencabutan
29
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1.
Exo
P1
O1
Exo
P2
O2
Exo
P3
O3
Exo
K-
O4
= Sampel
= Randomisasi
Exo
= Pencabutan gigi
P1
P2
29
30
P3
K-
O1-4 = Observasi ekspresi FGF-2, jumlah sel fibroblas dan pembuluh darah
kapiler pada hari ke-3.
4.2.
Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berupa marmut jantan (Cavia
cobaya) sehat dengan berat badan rata-rata 200-300 gram, berusia 2-3 bulan,
dipelihara pada tempat yang sama serta diberi pakan yang sama. Besar sampel
hewan coba yang digunakan, didapat berdasarkan rumus (Lemeshow, 1990):
n = 2 2.(Z1- + Z1-)2
(1 2)2
n = 7 ekor
Keterangan :
n
Z1-
Z1-
31
4.3.
Variabel Penelitian
1. Variabel bebas:
Gel spirulina konsentrasi 0 %, 6 %, 12%, 24%.
2. Variabel terikat:
a) Ekspresi Fibroblast Growth Factor-2 (FGF-2)
b) Jumlah Sel Fibroblas
c) Jumlah Pembuluh Darah Kapiler.
3. Variabel terkendali:
a) Makanan dan lingkungan kandang
b) Teknik pencabutan gigi insisivus
c) Teknik pemberian gel spirulina
d) Teknik pembuatan preparat imunohistokimia
4.4.
Definisi Operasional
1.
Gel spirulina adalah gel konsentrasi 6%, 12%, 24% yang dibuat dari bubuk
spirulina murni dengan basis gel Carboxy Methyl Celulosa Natrium (CMC
Na) 3%, yang kemudian diuji untuk mengetahui pengaruhnya pada
32
3.
Jumlah sel fibroblas adalah jumlah sel berbentuk besar gepeng yang
diamati dan dihitung dari sediaan preparat bekas pencabutan gigi marmut
terhadap pemberian gel spirulina dengan pemeriksaan histopatologi
anatomi (HPA) melalui mikroskop cahaya pada pembesaran 400 kali.
4.
33
4.6.
1.
2.
Tang dan elevator khusus yang steril untuk mencabut gigi marmut
3.
Pinset dental
4.
Gunting
5.
Nierbeken
6.
Syringe
7.
8.
9.
Jarum 16 G
10.
11.
Gambar 4.1. Peralataan untuk mencabut gigi marmut beserta alat suturing
34
12.
Rotary microtom
13.
14.
Mikroskop cahaya
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Gelas obyek
8.
9.
10.
Cover glass
11.
Reagen FGF-2
12.
35
c. Kelompok II: gel spirulina 12% dibuat dari spirulina sebanyak 1200
miligram dalam 8,8 gram CMC Na 3%.
d. Kelompok III: membuat gel spirulina 24% dibuat dari spirulina sebanyak
2400 miligram dalam 7,6 gram CMC Na 3%.
2.
3.
Pencabutan gigi insisivus kiri rahang bawah pada marmut akan dilakukan
dengan menggunakan modifikasi dari needle holder di bawah efek anestesi
eter 10% secara inhalasi (Rahmitasari, 2012).
4.
Pada masing-masing kelompok, gel spirulina diberikan pada soket luka bekas
pencabutan .
5.
Marmut tidak diberi gel spirulina pada kelompok kontrol, kemudian diberi
gel spirulina konsentrasi 6% pada kelompok I, konsentrasi 12% pada
kelompok II, dan konsentrasi 24% pada kelompok III.
6.
7.
36
efek anestesi dengan eter 10% dan kemudian mandibula dikeluarkan. Setelah
itu, jasad marmut dikuburkan (Rahmitasari, 2012).
8.
37
d. Pemotongan Jaringan
Alat yang digunakan untuk memotong jaringan adalah rotary
microtom. Blok yang akan dipotong disiapkan pada alat pendingin agar
parafin tetap padat dan kompak. Gelas obyek disiapkan dan diberi label
sesuai dengan nomor spesimen. Water bath (tissue floatation bath)
38
disiapkan pada suhu 400C. Kemudian blok parafin diletakkan pada head
microtom dan diatur ketebalan yang dikehendaki (4 = 4x10-3). Sayatan
yang diperoleh diletakkan pada water bath agar sayatan dapat
mengembang dengan baik lalu tiriskan. Setelah itu, sayatan pada gelas
obyek diletakkan pada hot plate (alat pemanas) pada suhu 600C selama 1015 menit.
e. Pewarnaan Histopatologi Anatomi (HPA)
1) Slide dicuci dengan PBS ph 7,4 selama 5 menit.
2) Setelah itu slide diwarna dengan hematoxilen selama 10 menit.
3) Kemudian slide direndam dalam tap water selama 10 menit.
4) Slide dibilas dengan dH2O.
5) Dilakukan dehidrasi dengan alkohol berseri 30 % dan 50 % masingmasing selama 5 menit.
6) Kemudian slide diwarna dengan larutan Eosin selama 3 menit.
7) Setelah itu dibilas dengan alkohol 30%.
8) Dilakukan dehidrasi dengan alkohol bertingkat mulai 50%-100%
masing masing 5 menit.
9) Slide dibilas dengan xylol 2x masing2 15 menit.
10) Mounting dilakukan dengan entelan dan ditutup dengan cover glass.
f. Pewarnaan Fibroblas Growth Factor 2 (FGF-2) dengan teknik
imunohistokimia (Farabi, 2012).
1) Slide dicuci dengan PBS pH 7,4 satu (1) kali selama 5 menit.
2) Dilakukan Blocking endogenous peroksida menggunakan 3 % H2O2
selama 20 menit.
39
40
41
Kelompok
Kontrol (tidak
diberi ekstrak)
Kelompok I
(Konsentrasi 6%)
Kelompok II
(Konsentrasi
12%)
Kelompok III
(Konsentrasi
24%)
Analisa Data
42
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
5.1
Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 28 ekor marmut dengan melakukan
pencabutan gigi insisif kiri bawah. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan
preparat immunohistokimia dan histopatologis dari sediaan soket bekas
pencabutan gigi marmut pada hari ke-3 dan dihitung ekspresi Fibroblas Growth
Factor-2 (FGF-2), jumlah sel fibroblas serta pembuluh darah kapiler pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (konsentrasi gel spirulina 6%,
konsentrasi gel spirulina 12%, dan konsentrasi gel spirulina 24%). Berdasarkan
perhitungan tersebut, diperoleh nilai rerata setiap kelompok adalah sebagai
berikut:
6,3a 3,7
Konsentrasi 6%
9.0ab 3,2
Konsentrasi 12%
Konsentrasi 24%
7
7
13,6bc 3,5
14,6c 2,2
42
43
16
13,6 3,5
14
14,6 2,2
12
9,0 3,2
10
8
X SD
6,3 3,7
4
2
0
Kontrol
K.6%
K.12%
K.24%
KELOMPOK SAMPEL
Gambar 5.1 Ekspresi FGF-2 pada pemeriksaan imunohistokimia yang ditunjukkan anak panah
pada setiap kelompok (a. Kelompok kontrol, b. Kelompok konsentrasi 6%, c.
Kelompok konsentrasi 12%, d. Kelompok konsentrasi 24%) pada pembesaran 400x.
44
8,4a 1,7
Konsentrasi 6%
13,1b 2,2
Konsentrasi 12%
Konsentrasi 24%
7
7
16,9c 2,0
18,1c 3,2
16,9 2,0
18,1 3,2
13,1 2,2
X SD
8,4 1,7
Kontrol
K.6%
K.12%
KELOMPOK SAMPEL
K.24%
45
Gambar 5.2 Sel fibroblas pada pemeriksaan HPA yang ditunjukkan anak panah pada setiap
kelompok (a. Kelompok kontrol, b. Kelompok konsentrasi 6%, c. Kelompok
konsentrasi 12%, Kelompok konsentrasi 24%) pada pembesaran 400x.
Tabel 5.3 Rerata jumlah pembuluh darah kapiler pada setiap kelompok
Kelompok
Jumlah Sampel
X SD
Kontrol
5,4a 1,1
Konsentrasi 6%
7,0ab 1,4
Konsentrasi 12%
Konsentrasi 24%
7
7
7,7ab 1,5
7,3b 1,1
46
Grafik 5.3. Rerata jumlah pembuluh darah kapiler pada setiap kelompok
9
7,7 1,5
7,0 1,4
7,3 1,1
7
6
5,4 1,1
X SD
4
3
2
1
0
Kontrol
K.6%
K.12%
K.24%
KELOMPOK SAMPEL
Gambar 5.3 Pembuluh darah kapiler pada pemeriksaan HPA yang ditunjukkan anak panah pada
setiap kelompok (a. Kelompok kontrol, b. Kelompok konsentrasi 6%, c. Kelompok
konsentrasi 12%, Kelompok konsentrasi 24%) pada pembesaran 400x.
47
Dari tabel 5.1, 5.2 dan 5.3 dapat terlihat bahwa rerata ekspresi FGF-2,
jumlah sel fibroblas dan pembuluh darah kapiler pada kelompok perlakuan lebih
banyak dibandingkan rerata ekspresi FGF-2, jumlah sel fibroblas dan pembuluh
darah kapiler pada kelompok kontrol.
5.2
Analisa Data
Perolehan data ekspresi FGF-2, jumlah sel fibroblas dan pembuluh darah
kapiler yang diberi perlakuan dengan gel spirulina dilakukan uji Oneway ANOVA.
Uji oneway ANOVA dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi hasil
penghitungan ekspresi FGF-2, jumlah sel fibroblas dan pembuluh darah kapiler
terhadap konsentrasi. Untuk melakukan uji tersebut, sebelumnya terdapat
persyaratan terhadap data yang akan diuji yaitu data harus berdistribusi normal
sehingga dilakukan penghitungan statistik menggunakan uji Shapiro-Wilk dan
varians antar variabel percobaan harus konstan atau homogen sehingga dilakukan
penghitungan statistik menggunakan uji Levene test (Ghozali, 2005).
48
49
peningkatan ekspresi FGF-2, jumlah sel fibroblas, dan pembuluh darah kapiler
dalam masing-masing pelakuan berbeda secara signifikan. Untuk mengetahui
kelompok konsentrasi mana yang rata-ratanya berbeda dilakukan uji lanjut Post
Hoc Test cara Tukey HSD yang dapat dilihat pada Tabel 5.4 sebagai berikut.
Tabel 5.4 Uji Tukey HSD ekspresi FGF-2 pada setiap kelompok
Konsentrasi Gel Spirulina
Kontrol
Konsentrasi 6%
Konsentrasi 12%
Konsentrasi 24%
Konsentrasi yang
dibandingkan
Konsentrasi 6%
Konsentrasi 12%
Konsentrasi 24%
Kontrol
Konsentrasi 12%
Konsentrasi 24%
Kontrol
Konsentrasi 6%
Konsentrasi 24%
Kontrol
Konsentrasi 6%
Konsentrasi 12%
Significance
0,403
0,001*
0,000*
0,403
0,059
0,016*
0,001*
0,059
0,935
0,000*
0,016*
0,935
Tabel 5.5 Uji Tukey HSD jumlah sel fibroblas pada setiap kelompok
Konsentrasi Gel Spirulina
Kontrol
Konsentrasi 6%
Konsentrasi 12%
Konsentrasi 24%
Konsentrasi yang
dibandingkan
Konsentrasi 6%
Konsentrasi 12%
Konsentrasi 24%
Kontrol
Konsentrasi 12%
Konsentrasi 24%
Kontrol
Konsentrasi 6%
Konsentrasi 24%
Kontrol
Konsentrasi 6%
Konsentrasi 12%
Significance
0,005*
0,000*
0,000*
0,005*
0,032*
0,003*
0,000*
0,032*
0,737
0,000*
0,003*
0,737
50
Tabel 5.6 Uji Tukey HSD jumlah pembuluh darah kapiler pada setiap kelompok
Konsentrasi Gel Spirulina
Kontrol
Konsentrasi 6%
Konsentrasi 12%
Konsentrasi 24%
Konsentrasi yang
dibandingkan
Konsentrasi 6%
Konsentrasi 12%
Konsentrasi 24%
Kontrol
Konsentrasi 12%
Konsentrasi 24%
Kontrol
Konsentrasi 6%
Konsentrasi 24%
Kontrol
Konsentrasi 6%
Konsentrasi 12%
Significance
0,136
0,015*
0,060
0,136
0,735
0,976
0,015*
0,735
0,926
0,060
0,976
0,926
Pada tabel 5.4, 5.5 dan 5.6 di atas menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan pada kelompok konsentrasi dan dinyatakan dengan tanda asterik *
pada Significance atau nilai Sig. yang lebih kecil dari 0,05. Dari tabel Post Hoc
Test cara Tukey HSD terlihat bahwa perbedaan yang signifikan terdapat pada
perbandingan masing-masing kelompok.
51
BAB 6
PEMBAHASAN
phycobiliproteins dan banyak trace element serta phytochemical alami lainnya. Cphycocyanin atau zat warna biru pada spirulina merupakan salah satu bahan dari
51
52
alam yang telah diteliti dan terbukti memiliki kemampuan sebagai antiinflamasi
dan antioksidan serta mampu menstimulasi Fibroblast Growth Factor-2 (FGF-2)
dalam proses penyembuhan luka (Romay et al, 2003; Subhashini et al, 2004).
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni untuk mencari
manfaat terapi penyembuhan luka dari gel spirulina (Blue green algae) terhadap
luka pasca pencabutan gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa ada
perbedaan efek pemberian gel spirulina (Blue green algae) dalam mempercepat
penyembuhan luka melalui ekspresi Fibroblas Growth Factor-2 (FGF-2), jumlah
sel fibroblas dan pembuluh darah kapiler antara kelompok kontrol, konsentrasi
6%, 12%, dan 24% setelah tindakan pencabutan gigi marmut (Cavia cobaya).
Marmut dipilih sebagai hewan coba karena mudah dalam penanganannya
dan soket bekas pencabutan memiliki lebar yang cukup luas untuk pemberian gel
spirulina. Selain itu, penggunaan hewan marmut sebagai hewan coba pada
penelitian ini juga disebabkan karena proses penyembuhan luka pencabutan gigi
pada hewan menunjukkan gambaran yang sama dengan proses penyembuhan luka
pencabutan gigi pada manusia (Saptoyono, 1996).
Marmut jantan dipilih karena kondisi fisiologis tubuhnya tidak
dipengaruhi oleh sistem hormonal, sehingga kondisi tubuhnya akan dapat lebih
stabil bila dibandingkan dengan marmut betina. Penyembuhan luka pasca
pencabutan gigi memiliki prinsip yang sama dengan penyembuhan luka pada
manusia. Proses penyembuhan luka pasca pencabutan gigi meliputi fase inflamasi,
fase proliferasi, dan fase remodelling.
Pemilihan gigi insisivus kiri bawah didasarkan pada pertimbangan bahwa
struktur dan bentuk anatomi gigi marmut tersebut memungkinkan untuk dilakukan
53
pencabutan. Selain itu, pencabutan gigi marmut tergolong mudah dan soket bekas
pencabutannya memiliki lebar yang cukup luas untuk pemberian gel spirulina.
Setelah gigi marmut dilakukan pencabutan, soket bekas pencabutan diisi gel
spirulina kemudian dijahit dengan benang non-absorbable agar gel spirulina tetap
berada pada soket bekas pencabutan gigi tersebut (Dofka, 1996).
Pada penelitian ini sediaan aplikasi topikal pada luka bekas pencabutan
yang dipilih adalah berbentuk gel. Gel merupakan sistem semisolid yang terdiri
dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik
yang besar dan terpenetrasi oleh suatu cairan. Bentuk gel dipilih dengan alasan gel
bersifat padat, lunak dan kenyal sehingga lebih mudah ditaruh dalam soket bekas
pencabutan dan dapat bertahan lama, tidak terdesak keluar oleh karena darah
setelah pencabutan sehingga membantu proses penyembuhan luka. Pembuatan gel
spirulina dalam penelitian ini menggunakan bahan CMC Na 3% sebagai bahan
pengental dan bahan penstabil. Selain itu, penggunaan CMC Na lebih mudah dan
tidak mempengaruhi fungsi dari zat yang dikentalkannya sehingga tidak
berpengaruh pada hasil penelitian yang telah dilakukan (Khoswanto, 2010).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 28 ekor marmut
dan dibagi menjadi 4 kelompok, yakni kelompok kontrol, dan 3 kelompok
perlakuan (diaplikasikan gel spirulina konsentrasi 6%, konsentrasi 12%,
konsentrasi 24%). Jumlah sampel setiap kelompok sebanyak 7 ekor marmut
didapatkan dari hasil penghitungan jumlah sampel menggunakan rumus
Lemeshow karena rumus ini sesuai dengan standar WHO (World Health
Organization). Soket bekas pencabutan gigi pada kelompok kontrol nantinya tidak
diberi gel spirulina karena sebagai model kondisi fisiologis penyembuhan luka
54
pasca pencabutan gigi tanpa ada perlakuan. Aplikasi gel spirulina dengan
konsentrasi 6%, 12% dan 24% pada luka pasca pencabutan gigi marmut dilakukan
tidak jauh berbeda dengan adanya penelitian laboratoris sebelumnya oleh
Rahmitasari (2012), yang menggunakan konsentrasi 3%, 6% dan 12% terhadap
jumlah sel fibroblas dan ketiga konsentrasi tersebut memberikan hasil yang nyata
untuk mempercepat penyembuhan luka dibandingkan kelompok yang tidak diberi
perlakuan, dengan konsentrasi 12% menjadi konsentrasi yang paling efektif dalam
penelitian tersebut.
Pada penelitian ini, hewan coba yang telah diaplikasikan gel spirulina
tersebut dibunuh pada hari ketiga karena menurut pernyataan Hariadi A (1987)
bahwa proliferasi fibroblas akan mengalami peningkatan pada awal terjadinya
jejas (antara hari ke-3 dan hari ke-5), sehingga ekspresi FGF-2, jumlah sel
fibroblas dan pembuluh darah kapiler akan efektif jika diamati pada hari ketiga.
Secara umum, pada hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata ekspresi
FGF-2, jumlah sel fibroblas, dan pembuluh darah kapiler pada kelompok
perlakuan semakin meningkat sebanding dengan meningkatnya konsentrasi gel
spirulina yang diberikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi Cphycocyanin beserta kandungan bahan aktif lainnya yang terdapat dalam masingmasing sediaan sebanding dengan konsentrasi spirulina, sehingga semakin besar
konsentrasi gel spirulina akan semakin besar pula efek untuk meningkatkan
ekspresi FGF-2, jumlah sel fibroblas dan pembuluh darah kapiler dalam proses
penyembuhan luka. Rerata ekspresi FGF-2, jumlah sel fibroblas, dan pembuluh
darah kapiler yang terendah terdapat pada kelompok kontrol, sedangkan yang
55
tertinggi dapat ditemukan pada hewan coba yang diberi gel spirulina dengan
konsentrasi 24%.
Pada hasil analisa Tukey HSD dari data penelitian ini, didapatkan
perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada kelompok hewan coba yang tidak diberi
gel spirulina dengan kelompok yang diberi gel spirulina konsentrasi 6%, 12%, dan
24%. Hal ini sesuai dengan landasan teori yang telah disampaikan sebelumnya
bahwa gel spirulina memiliki beberapa kandungan yang bermanfaat seperti CPhycocyanin,
flavonoid,
Carotenoids,
vitamin
(tochoperols),
56
seperti kolagen, elastin, dan proteoglikan pada fase penyembuhan luka dan
inflamasi kronis (Cyr, 2004; Dorman et al., 2010). Sedangkan hambatan radikal
bebas pada keadaan inflamasi dapat menurunkan stres oksidatif, sehingga
kerusakan pada sel tidak berlanjut (Agarwal et al., 2009).
Kandungan
gel
spirulina seperti
C-Phycocyanin, flavonoid,
protein
kinase
(MAPK)
yang
akan
memfosforilasi
57
transcription factor dan akhirnya akan mengaktifkan gen yang berperan dalam
proliferasi. Adanya proses signaling dari FGF-2 akan meningkatkan pembentukan
pembuluh darah baru (angiogenesis) pada daerah luka, serta berpartisipsi dalam
proliferasi fibroblas, migrasi fibroblas, makrofag dan sel endotel pada jaringan
yang rusak tersebut.
Pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis) memiliki peran yang
sangat penting dalam penyembuhan luka. Proses angiogenesis secara fisiologis
terjadi pada proses regeneratif. Proliferasi kapiler tersebut memiliki fungsi sebagai
jalur oksigen dan mikro nutrisi untuk pertumbuhan jaringan dan mengambil
produk sisa metabolik (William and Vincent, 2003).
Peran FGF-2 dalam peningkatan makrofag juga berpengaruh dalam proses
penyembuhan luka. Gangguan makrofag pada daerah luka, dapat menyebabkan
pembersihan daerah luka terhadap bakteri menjadi berkurang dan terjadi
hambatan proliferasi fibroblas. Keberadaan fibroblas sangat diperlukan untuk
mensintesa kolagen fibril sedikit demi sedikit sebagai scaffold, sehingga matrik
ekstraseluler menjadi stabil dalam mendukung proses penyembuhan.
Pada penelitian ini juga diperoleh perbedaan yang tidak signifikan
(p>0,05) dari hasil analisa Tukey HSD jumlah pembuluh darah kapiler. Perbedaan
yang tidak signifikan pada kelompok kontrol dan perlakuan dengan konsentrasi
6% menunjukkan proses angiogenesis masih berlangsung dan belum mencapai
batas kritis untuk dihambat. Pada kelompok perlakuan konsentrasi 12%
memberikan jumlah pembuluh darah kapiler yang paling tinggi, kemudian
mengalami penurunan jumlah pembuluh darah kapiler pada konsentrasi 24%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pada konsentrasi 12% merupakan batas kritis proses
58
angiogenesis pada penelitian ini yang kemudian pada konsentrasi 24% pembuluh
darah kapiler di daerah luka mulai dihambat karena regenerasi jaringan pada
daerah luka mulai beralih pada proses fibrosis dan dimungkinkan fibroblas mulai
mensintesa pembentukan kolagen pada daerah luka.
Pada uji Tukey HSD jumlah sel fibroblas, didapatkan data yang tidak
signifikan (p>0,05) pada kelompok yang diberi gel spirulina konsentrasi 12%
dengan konsentrasi 24%. Hal ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi 24%
merupakan konsentrasi yang paling efektif dalam penelitian ini untuk
meningkatkan ekspresi FGF-2, jumlah sel fibroblas dan pembuluh darah kapiler
pada luka pasca pencabutan gigi marmut.
Spirulina yang mengandung C-phycocyanin memiliki toksisitas yang
rendah. Pada penelitian sebelumnya dilakukan uji pemberian phycocyanin
konsentrasi tertinggi (3 gram/kg per oral) pada hewan coba yang diamati selama
14 hari. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perubahan
perilaku dan perbedaan berat badan antara hewan coba yang diobati dengan yang
tidak diobati. Pemeriksaan histopatologi tidak menunjukkan ada kerusakan pada
organ atau jaringan (Romay et al,2003). Jadi, aplikasi gel topikal spirulina pada
luka bekas pencabutan gigi aman digunakan dan kecil menimbulkan efek
samping.
59
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1.
Kesimpulan
Pemberian gel spirulina (Blue green algae) pada luka pasca pencabutan
7.2.
Saran
1.
2.
59
60
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal PK, Singh A, Gaurav K, Goel S, Khanna HD, Goel RK. 2009.
Evaluation of wound healing activity of extracts of plantain banana (Musa
sapientum var. paradisiaca) in rats. Indian Journal of Experimental
Biology, Vol.47.pp.32-40.
Angiogenesis foundation. 2001. Understanding Angiogenesis. Available from:
http://www.angio.org/understanding/understanding. Accessed at: 30th
Desember 2011.
Arlyza, Shinta I. 2005. Phycocyanin dari Mikroalga Bernilai Ekonomis Tinggi
sebagai Produk Industri. ISSN: 0216-1877. pp.29.
Bancroft JD. 2008. Theory and Practice of Histological Techniques. 6th ed.
Churchill Livingstone Elsevier. pp.83.
Baybutt SM. 1998. The biochemistry of wound healing. Available from:
http://www.baybutt.net/pubs/wound. Accessed at: 30th Desember 2011.
Carlos J. 1998. Histologi Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp.92109.
Carson. SN. 2005. Basics of wound healing and treatment. Available from:
http://www.woundhealer.com/wound_healing_at_its_best.htm. Accessed
at: 30th Desember 2011.
Cotton LM, OBryan MK, Hinton BT. 2008. Cellular Signaling by Fibroblast
Growth Factors (FGFs) and Their Receptors (FGFRs) in Male
Reproduction. Endocrine Rev.29: 193-216.
Cruickshank B. 1969. Human of histology, 2nd ed. London: Livingstone
Ltd.pp.30-38.
Cyr B. 2004. Plant extract and compositions comprising extracelullar protease
inhibitors. Patent Application Publication, USA, Pub No.:US
2004/0175439Al, p.35;48.
Dartsch PC. 2008. Antioxidant Potential of Selected Spirulina platensis
Preparations. Germany: Wiley InterScience. pp. 627633.
Dahuri D. 2002. Membangun Kembali Perekonomian Indonesia Melalui Sektor
Perikanan dan Kelautan. Jakarta: LISPI.pp.3-22.
Dofka C. 1996. Competency Skills for the Dental Assistant. Elsevier, Philadelphia.
p. 233.
Dorman G, Cseh S, Hadju I, Barna L, Konya D, Kupai K, Kovacs L, Ferdinandy
P. 2010. Matrix metalloproteinase inhibitor: a critical appraisal of design
principles and proposed therapeutics utility. Drugs, Vol.70. p.949-64.
Enoch S, 2004, Cellular, molecular and biochemical difference in pathphysiology
of healing between acute wounds, chronic wounds and wounds in aged,
Available
from:
http://www.worldwidewounds.com/2004/august/Enoch/PathophysiologyOf-Healing. Accessed at: 30th Desember 2011.
Farabi MJ. 2012. Metode Immunohistokimia. Malang: Program Studi Master
Biomedik.pp.3-4.
Fawcett & Bloom. 2002. Buku Ajar Histologi. Jakarta: EGC. pp.3-25.
61
62
63
Rahmitasari, Fitria. 2012. Pemberian Gel Spirulina (Blue green algae) Terhadap
Jumlah Sel Fibroblas Pada Luka Pasca Pencabutan Gigi Marmut (Cavia
cobaya). Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga,
Surabaya.pp. 29.
Richmond A., 1990, Handbook of Microalgal Mass Culture. CRC Press, Boca
Raton, FL. ISBN 0-8493-3240-0.pp.17-30.
RISKESDAS, 2008. Laporan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia.
available
at
http://www.suarakaryaonline.com. Accessed June 21st, 2012.
Romay C, Gonzlez R, Ledn N, Remirez D, Rimbau V. 2003. C-phycocyanin: a
biliprotein with antioxidant, anti inflammatory and neuroprotective effects.
Current Protein and Peptide Science. 4:207-216.
Rowe, RC, Sheskey, PJ & Quinn, ME. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients. Pharmaceutical Press and American Pharmacist Association.
pp. 119.
Roy KR, Arunasree KM, Reddy NP, Dheeraj B. 2007. Alteration of
Mitochondrial Membrane Potential by Spirulina platensis C-Phycocyanin
Induces Apoptosis in the Doxorubicinresistant Human HepatocellularCarcinoma Cell Line HepG2. Biotechnology and Applied Biochemistry.
47(Pt 3): 159167.
Rubin E, Farber JL. 1995. Essentioal Pathology. 2 ed J.B. Lippinncot.
Philadhelphia. pp.72-144.
Sampath KP, Bhowmik D, Duraivel S, Umadevi M. 2012. Traditional and
Medicinal uses of banana. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry,
Vol.71 No.10.pp.1591-1600.
Saptoyono B. 1996. Pengaruh Aplikasi Lokal Getah Pisang pada Penyembuhan
Luka Pasca Pencabutan Gigi Cavia cobaya, Majalah Kedokteran Gigi, vol.
29. p.18.
Shih SR, Tsai KN, Li YS, Chueh CC & Chan EC. 2003. Inhibition of enterovirus
71-induced apoptosis by allophycocyanin isolated from a bluegreen alga
Spirulina platensis. Journal of Medical Virology. 70(1): 119125.
Singer AJ dan Clark RAF. 1999. Cutaneus Wond Healing. N England J Med.
341:738-154.
Soepribadi, Istiati. 2013. Regenerasi dan Penyembuhan. Jakarta: Sagung
Seto.pp.64-65.
Spector WG, Spector TD. 1993. Pengantar Patologi Umum. ED ke 3. Soetjipto
NS,Harsoyo,Hana A,Astuti P, penerjemah: Moelyono MPE, editor.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: An
Introduction to General Pathology. 3th Edition.pp.72-144.
Suardita, Ketut. 2008. Peran Fibroblast Growth Factor-2 dalam Proliferasi Sel
Fibroblas Pulpa. ISSN: 1978-0206. pp.193.
Subhashini J, Mahipal SVK, Reddy MC, Reddy MM, Rachamallu A, Reddanna P.
2004. Molecular mechanisms in C-Phycocyanin induced apoptosis in
human chronic myeloid leukemia cell line-K562. Biochem. Pharmacol.
68:453-462.
Sudiono J, Kurniadhi B, Hendrawan A, Djimantoro B. 2003. Ilmu Patologi.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC. pp. 99, 112-116.
64
65
LAMPIRAN
Anastesi inhalasi
Rotary microtom
66
Cases
Valid
N
FGF2
dimension1
Missing
Percent
Total
Percent
Percent
Kontrol
100.0%
.0%
100.0%
6%
100.0%
.0%
100.0%
12%
100.0%
.0%
100.0%
24%
100.0%
.0%
100.0%
Descriptives
Kelompok
FGF2
Kontrol
Statistic
Mean
6.2857
Lower Bound
2.8786
Mean
Upper Bound
9.6928
5% Trimmed Mean
6.3175
Median
6.0000
Variance
13.571
Std. Deviation
1.39240
3.68394
Minimum
.00
Maximum
12.00
Range
12.00
Interquartile Range
6%
Std. Error
3.00
Skewness
-.261
.794
Kurtosis
1.314
1.587
9.0000
1.21499
Mean
95% Confidence Interval for
Lower Bound
6.0270
Mean
Upper Bound
11.9730
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
9.0556
10.0000
10.333
3.21455
Minimum
4.00
Maximum
13.00
Range
9.00
Interquartile Range
6.00
Skewness
-.421
.794
67
Kurtosis
12%
Mean
-.829
1.587
13.5714
1.30671
Lower Bound
10.3740
Mean
Upper Bound
16.7688
5% Trimmed Mean
13.6349
Median
14.0000
Variance
11.952
Std. Deviation
3.45722
Minimum
8.00
Maximum
18.00
Range
10.00
Interquartile Range
24%
6.00
Skewness
-.645
.794
Kurtosis
-.337
1.587
14.5714
.84112
Mean
95% Confidence Interval for
Lower Bound
12.5133
Mean
Upper Bound
16.6296
5% Trimmed Mean
14.6349
Median
15.0000
Variance
4.952
Std. Deviation
2.22539
Minimum
11.00
Maximum
17.00
Range
6.00
Interquartile Range
4.00
Skewness
-.894
.794
Kurtosis
-.651
1.587
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
FGF2
Kontrol
dimension1
.221
df
Sig.
7
Statistic
df
Sig.
.200
.953
.758
.958
.805
6%
.194
.200
12%
.264
.152
.935
.598
24%
.291
.075
.873
.195
Oneway
Shapiro-Wilk
68
df1
.368
df2
3
Sig.
24
.777
ANOVA
FGF2
Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
318.571
106.190
Within Groups
244.857
24
10.202
Total
563.429
27
Sig.
10.408
.000
(J) Kelompok
(I-J)
Kontrol
6%
dimension3
dimension2
12%
dimension3
24%
-7.4241
1.9956
-7.28571
1.70733
.001
-11.9956
-2.5759
-8.28571
1.70733
.000
-12.9956
-3.5759
2.71429
1.70733
.403
-1.9956
7.4241
12%
-4.57143
1.70733
.059
-9.2813
.1384
24%
-5.57143
1.70733
.016
-10.2813
-.8616
Kontrol
7.28571
1.70733
.001
2.5759
11.9956
6%
4.57143
1.70733
.059
-.1384
9.2813
24%
-1.00000
1.70733
.935
-5.7098
3.7098
8.28571
1.70733
.000
3.5759
12.9956
6%
5.57143
1.70733
.016
.8616
10.2813
12%
1.00000
1.70733
.935
-3.7098
5.7098
12%
Homogeneous Subsets
FGF2
Tukey HSD
Upper Bound
.403
Lower Bound
1.70733
Kontrol
dimension3
Sig.
Kontrol
dimension3
Std. Error
-2.71429
24%
6%
Mean Difference
69
Kelompok
dimension1
Kontrol
6.2857
6%
9.0000
12%
24%
9.0000
13.5714
13.5714
14.5714
Sig.
.403
.059
.935
2.
Cases
Valid
HPA Fibroblas
Missing
Total
Percent
Percent
Percent
kontrol
100.0%
.0%
100.0%
6%
100.0%
.0%
100.0%
12%
100.0%
.0%
100.0%
24%
100.0%
.0%
100.0%
Statistic
Std. Error
Descriptives
Kelompok
HPA Fibroblas
kontrol
Mean
8.4286
Lower Bound
6.8395
Mean
Upper Bound
10.0177
5% Trimmed Mean
8.4206
Median
8.0000
Variance
2.952
Std. Deviation
1.71825
Minimum
6.00
Maximum
11.00
Range
5.00
Interquartile Range
3.00
Skewness
.169
.794
-.638
1.587
13.1429
.82890
Kurtosis
6%
.64944
Mean
95% Confidence Interval for
Lower Bound
11.1146
Mean
Upper Bound
15.1711
5% Trimmed Mean
13.1587
Median
14.0000
70
Variance
4.810
Std. Deviation
2.19306
Minimum
10.00
Maximum
16.00
Range
6.00
Interquartile Range
4.00
Skewness
Kurtosis
12%
Mean
.794
-1.366
1.587
16.8571
.76931
Lower Bound
14.9747
Mean
Upper Bound
18.7396
5% Trimmed Mean
16.8413
Median
17.0000
Variance
4.143
Std. Deviation
2.03540
Minimum
14.00
Maximum
20.00
Range
6.00
Interquartile Range
3.00
Skewness
.102
.794
-.504
1.587
18.1429
1.20374
Kurtosis
24%
-.252
Mean
95% Confidence Interval for
Lower Bound
15.1974
Mean
Upper Bound
21.0883
5% Trimmed Mean
18.0476
Median
18.0000
Variance
10.143
Std. Deviation
3.18479
Minimum
14.00
Maximum
24.00
Range
10.00
Interquartile Range
4.00
Skewness
.902
.794
1.432
1.587
Kurtosis
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
HPA Fibroblas
dimension1
kontrol
.170
df
Shapiro-Wilk
Sig.
7
.200
Statistic
*
.980
df
Sig.
7
.958
71
6%
.223
12%
.144
24%
.232
.200
.949
.720
.200
.978
.948
.200
.945
.686
ONEWAY
Test of Homogeneity of Variances
HPA Fibroblas
Levene Statistic
df1
.508
df2
3
Sig.
24
.681
ANOVA
HPA Fibroblas
Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
399.143
133.048
Within Groups
132.286
24
5.512
Total
531.429
27
Sig.
24.138
.000
(J) Kelompok
Mean
Difference (I-J) Std. Error
Tukey HSD
kontrol
Lower Bound
Upper Bound
.005
-8.1761
-1.2524
1.25492
.000
-11.8904
-4.9667
1.25492
.000
-13.1761
-6.2524
1.25492
.005
1.2524
8.1761
1.25492
.032
-7.1761
-.2524
1.25492
.003
-8.4618
-1.5382
1.25492
.000
4.9667
11.8904
1.25492
.032
.2524
7.1761
-1.28571
1.25492
.737
-4.7476
2.1761
9.71429
1.25492
.000
6.2524
13.1761
6%
5.00000
1.25492
.003
1.5382
8.4618
12%
1.28571
1.25492
.737
-2.1761
4.7476
-4.71429
1.25492
-8.42857
-9.71429
4.71429
-3.71429
-5.00000
8.42857
6%
3.71429
24%
6%
dimension3
12%
24%
6%
kontrol
dimension3
12%
24%
dimension2
12%
kontrol
dimension3
24%
kontrol
dimension3
Homogeneous Subsets
Sig.
72
HPA Fibroblas
Kelompok
Tukey HSD
dimension1
kontrol
8.4286
6%
12%
16.8571
24%
18.1429
13.1429
Sig.
1.000
1.000
.737
3.
Cases
Valid
N
HPA PD
dimension1
Missing
Percent
Total
Percent
Percent
kontrol
100.0%
.0%
100.0%
6%
100.0%
.0%
100.0%
12%
100.0%
.0%
100.0%
24%
100.0%
.0%
100.0%
Descriptives
Kelompok
HPA PD
kontrol
Statistic
Mean
5.4286
Lower Bound
4.3799
Mean
Upper Bound
6.4772
5% Trimmed Mean
5.4206
Median
6.0000
Variance
.42857
1.286
Std. Deviation
1.13389
Minimum
4.00
Maximum
7.00
Range
3.00
Interquartile Range
2.00
Skewness
6%
Std. Error
-.235
.794
Kurtosis
-1.227
1.587
Mean
7.0000
.53452
Lower Bound
5.6921
Mean
Upper Bound
8.3079
5% Trimmed Mean
7.0000
73
Median
7.0000
Variance
2.000
Std. Deviation
12%
1.41421
Minimum
5.00
Maximum
9.00
Range
4.00
Interquartile Range
2.00
Skewness
.000
.794
Kurtosis
-1.200
1.587
Mean
7.7143
.56544
Lower Bound
6.3307
Mean
Upper Bound
9.0979
5% Trimmed Mean
7.6825
Median
8.0000
Variance
2.238
Std. Deviation
1.49603
Minimum
6.00
Maximum
10.00
Range
4.00
Interquartile Range
3.00
Skewness
.256
.794
-.968
1.587
7.2857
.42056
Kurtosis
24%
Mean
95% Confidence Interval for
Lower Bound
6.2566
Mean
Upper Bound
8.3148
5% Trimmed Mean
7.2619
Median
7.0000
Variance
1.238
Std. Deviation
1.11270
Minimum
6.00
Maximum
9.00
Range
3.00
Interquartile Range
2.00
Skewness
.249
.794
-.944
1.587
Kurtosis
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
HPA PD
dimension1
kontrol
.264
df
Shapiro-Wilk
Sig.
7
.149
Statistic
.887
df
Sig.
7
.262
74
6%
.189
12%
.160
24%
.173
.200
.952
.752
.200
.935
.591
.200
.922
.482
Oneway
Test of Homogeneity of Variances
HPA PD
Levene Statistic
df1
.352
df2
3
Sig.
24
.788
ANOVA
HPA PD
Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
20.857
6.952
Within Groups
40.571
24
1.690
Total
61.429
27
Sig.
4.113
.017
(J)
Kelompok
Kelompok
Mean
Difference (IJ)
Tukey
kontrol
HSD
6%
dimension3
6%
dimension3
24%
Bound
.69498
.136
-3.4886
.3457
12%
-2.28571
.69498
.015
-4.2029
-.3685
24%
-1.85714
.69498
.060
-3.7743
.0600
kontrol
1.57143
.69498
.136
-.3457
3.4886
12%
-.71429
.69498
.735
-2.6315
1.2029
24%
-.28571
.69498
.976
-2.2029
1.6315
.69498
.015
.3685
4.2029
6%
.71429
.69498
.735
-1.2029
2.6315
24%
.42857
.69498
.926
-1.4886
2.3457
1.85714
.69498
.060
-.0600
3.7743
6%
.28571
.69498
.976
-1.6315
2.2029
12%
-.42857
.69498
.926
-2.3457
1.4886
kontrol
dimension3
Bound
kontrol
dimension3
Sig.
Upper
-1.57143
dimension2
12%
Std. Error
Lower
2.28571
75
Homogeneous Subsets
HPA PD
Kelompok
Tukey HSD
dimension1
kontrol
5.4286
6%
7.0000
7.0000
24%
7.2857
7.2857
12%
Sig.
7.7143
.060
.735
4.
5
90
1.718
2.951524
13.142
16.8571
4
76