Anda di halaman 1dari 9

Histopatologi jaringan diserang oleh basil lepra yang menunjukkan

dua jenis tipe dan infiltrate imflamasi kronis; imflamasi sederhana dan
granulamatosa infiltrat inflamasi sederhana terdiri dari limfosit kadangkadang dengan histiosit dan fibrosit lokal disekitar pembuluh darah.
Syaraf dan kelenjar kulit. Dalam karakter ini dangkal dan dapat diamati
di banyak gangguan lain. Pada kelompok tidak tentu hanya dapat
menemukan histopatologi selama bertahun-bertahun infiltrasi sederhana
ini ditemukan di dalam kulit, selaput lender, syaraf dan kelenjar getah
bening.
Pada lesi lepromatosa infiltrat granulomatosa adalah histiocit,
dengan asam seperti yang ditunjukkan Azulay, lipid, sedangkan pada lesi
tuberkuloid mengandung tuberkel sel epiteloid tanpa basil dan tidak ada
lipid.
Tipe tuberkuloid histopatologi mencerminkan tingkat resistensi
dari host granuloma tuberkuloid terdiri dari kelompok sel epiteloid
diantaranya beberapa giant cell terlihat granuloma meluas sampai ke
epidermis, tidak ada zona yang bersih diantara keduanya. Limfosit
ditemukan disekitar pinggiran, basil asam jarang terlihat, fitur yang
paling penting adalah diagnosis khusus, disamping mencari basil, apakah
ada kerusakan batang syaraf. Basil sering ditemukan dengan mudah di
dalam bagian syaraf, namun tidak ada lemak di temukan dalam sel-sel
epitel atau ditempat lain infiltrat sebagian besar berisi sel T-helper.
Batas tuberkuloid (TB) dengan histopaologi, jenis ini mirip yang
terlihat di berbagai tuberkuloid, tetapi ada beberapa yang vakuolisasi dan
beberapa basil yang paling khas adalah zona subepidermal yang
memisahkan granuloma dari epidermis beberapa lipid dapat ditemukan.
Batas kusta (BB) khateristikyang paling khas adalah penyebaran
difus sel epitel diseluruh granuloma. Selain itu, limfosit tidak terkumpul
di dalam zona langerhans giant sel tidak ada disini, tetapi basil asam
biasanya banyak. Lipid selalu ada di dalam lemak yang kotor.

Batas lepromatous histiosit sebagian besar adalah granuloma,


meskipun ada kecendrungan untuk sel epiteloid terbentuk histiosit
membentuk sel busa. Ada limfosit infiltrasi padat keterlibatan perineural
dengan infiltrasi lifosit mungkin hadir lipid yang berlimpah.
Jenis lepromatous(LL) lesi granulomatous dalam jenis ini terutama
terdiri dari histiosit basilus. Inilah apa yang disebut sel atau sel busa lepra
dari Virchow. Vakuola mengandung lemak, asam lemak dan basil, baik
yang terisolasi atau dikumpulkan dalam globi,diantara sel busa ini
terlihat fibroblast dan beberapa limfosit yang akan menjadi nodul yang
bertambah banyak dan lesi yang menua. Pada kulit yang infiltrat lokal di
dermis dan selalu dipisahkan dari epidermis oleh zona greziz, jelas
didefinisikan dengan baik. Basil asam cepat biasanya bertambah. Dalam
jenis lepromatosa, perubahan degeneratif dengan amiloid deposito dapat
dilihat dalam hati, ginjal dan limpa, infiltrat mengandung T sel supresor.
Diagnosa Banding
Fasal menyebut lepra sebagai great imitator, karena memiliki
berbagai macam bentuk yang atipikal. Ketika diagnose banding dari
berbagai bentuk ditentukan, maka klasifikasi berikut dari fasal dapat saja
dipertimbangkan.
Tipe tuberculoid (TT). Tinea korporis, sarkoid, granuloma
annulare, likenplanus, sifilis, erupsi obat, eritema multiformis, lupus
erythematosus discoid, elastosis perforans, fasial granuloma, lupus
vulgaris, erithema nodosum, follicular

mucinosis dan erithema

induratum.
Tipe borderline (BB). Pityriasis alba, tinea versicolor, dermatitis
seboroik, kloasma, dermatitis berloque, achromia perstant dan pellagra.
Tipe lepromatous (LL). Mycosis fungiodes, leishmaniasis, cystic
acne vulgaris, sarcoma Kaposi, neurofibromatosis, urticaria, lupus
vulgaris, primary amyloidosis, gout, erithema dyschromicum perstans,
frambusia dan syringomyelia.

Keberadaan bersama dari sifilis dan lepra dan frambusia dan lepra,
sulit untuk ditentukan sejak adanya peningkatan insiden kasus lepra, 3060 persen memberikan reaksi biologis positif palsu VDRL. TPI test ABS
test negative.
Reaksi lepra. Selama penanganan antilepra dan juga dalam kondisi
lain, reaksi ini dapat terjadi. Tiga reaksi yang telah diketahui dengan
baik, yaitu eksaserbasi akut, reaksi reversal, dan erythema nodusum
leprosum (ENL).
Reaksi eksaserbasi akut terjadi pada bagian lesi yang lebih besar
dan banyak pada lesi yang aktif. Adanya bakteri yang sangat banyaj, dan
temua histology yang menunjukkan infiltrasi polimorf yang berkaitan
dengan degenerasi magrofag. Ini hanya terjadi pada pasien lepra.
Reaksi reversal ini terdiri dari dua type, satu yang berkaitan
dengan peningkatan system imun selular(upgrading) dan yang lain
penurunan system imun selular (downgrading). Upgrading terdiri dari
peradangan lesi yang telah ada,seringkali dengan ulserasi. Neuritis dapat
lebuh parah dan dapat menyebabkan bekas luka permanen dan
kehilangan fungsi syaraf. Reaksi downgrading menyebabkan timbulnya
lesi kulit yang baru yang tidak mirip dengan lesi tipikal tuberkuloid.
Edema syaraf tepi juga dapat meyebabkan kehilangan fungsi syaraf tibatiba. Reaksi downgrading yang cukup parah dapat terjadi selama
pemeberian terapi griseofulvin yang dilaporkan oleh shulman et.al., ia
menyatakan bahwa reaksi ini dapat disebabkan oleh penghambatan dari
reaksi kemotaksis dari polimorfonuklear oleh griseofulvin.
Erithema nodusum leprosum (ENL) adalah reaksi lepra yang
umum memperlihatkan leucocytoclastik vasculitis. Serangan nya
berlangsung selama 6 bulan atau lebih setelah penanganan dimulai pada
tipe lepromatous lepra (LL) dan pada tipe mid borderline (BB). Hal ini
juga mungkin terjadi pada pasien yang belum ditangani. Lesi yang timbu
nodul eritematosa yang kecil, yang tidak menimbulkan gejala
(asimptomatik) atau menghasilkan beberapa gejala klinis seperti demam,
panas dingin, malaise, mialgia, arhtralgia, neuritis dan iritis. Atau gejala

dari organ bagian dalam didapati hepatospelnomegali. Nefrosis, nefritis,


orchitis dan pleuritis.
Pettit mengemukakan bahwa pada masa lalu, selfones (dapson) ini
terlibatdalam munculnya ENL dan kemudian kemudian wajib untuk
menghentikan semua penanganan anti lepra. Pandangan ini tidak lama
dipertahankan, karena ENL dapat terjadi sebelum penangan sulfones
(IM) biasanya 0. Dan inokulasi kuman pada kaki tikus memperlihatkan
tidak adaya organism. Intesitas reaksi akan sangat bervariasi dari ringan
hingga parah yang kemudian berlangsung dari beberapa hari sampai
beberapa minggu, beberapa bulan,beberapa tahun.
Penyebab dari eksaserbasi akut dan ENL terkait dengan sensitisasi
untuk produk bakteri yang dilepaskan oleh disintegrasi basil tahan asam
dalam host sebagai hasil pengembangan kekebalan atau aksi baktericid
dari sulfone (Dapson).
Murphy Et,al meneliti empat pasien dengan ENL dan menemukan
nekrotisasi vasculitis pada keempatnya dengan endapan elektrodense di
dalam dan di sekitar zona membrane dasar yang berkaitan dengan
sirkulasi kekebalan yang kompleks. Penanganan reaksi ini adalah dengan
klofazimin, thalidomide atau kortikosteroid. Tidak ada indikasi untuk
penghentian penaganan anti lepra.

Prosedur Diagnosa
Tes tertentu akan sangat membantu bagi temuan klinis untuk
diagnose lepra. Sebagian kesimpulan adalah memperlihatkan basil tahan
asam dalam hapusan dari luka kulit. Kerokan sebelumnya juga dibuat
dari hidung; ini merupakan metode handal yang hanya dapat dilakukan
oleh orang yang berpengalaman, karena basil tahan asam non patogenik
sulit dibedakan dari M. leprae, yang kemudian ditemukan dalam hidung.
Indeks bakteri atau BI, ditentukan dari hapusan jaringan, menunjukkan
jumlah organism hang cukup besar dalam hapusan dan juga skor rata-rata
dari jumlah luka yang berbeda.

Hapusan jaringan. Untuk melakukan tes seperti ini, bersihkan luka


dengan alcohol, keringkan, pegang kulit antar ibu jari dan jari telunjuk
untuk memperlihatkan bagian itu dan mempertahankan tekanan,
membuat insisi 2-3 mm melalui kulit.dengan scalpel pada sudut kanan
potongan, kerok sisi ini untuk mendapatkan spesimen cairan kecil dan
bahan selular.sebarkan di atas bagian berdiameter 1 cm, dan kemudian
keringkan spesimen di udara pada suhu kamar.Letakkan slide dalam 10
persen formalin selama 15menit ,kemudian cuci dengan air mengalir.
Warnai dengan Ziehl Nellsen carbolfuchsin 20 menit pada suhu
kamar,siram zat warna pada slide.Cuci kelebihan zat warna dengan air
mengalir.perhatikan : M.Leprae diperuntukkan lebih cepat dibaca dari
pada M.Tuberculosis.
Counterstain pada alkaline methylene blue selama 10 detik ,cuci
dalam air mengalir,keringkan di udara.Gunakan permount dan penutup
untuk persiapan permanen.
Ziehl Neelsen carbofuchsin
Bsic fuchsin 0.4
Pohenol 5.0
Alcohol 95 persen 10.0
Air q s 100.0
Alkohol asam
Asam nydrochloric,conc.,2.0
Alcohol 95 persen q a ad 100.0
Alkaline methylene biru
Natrium hidroksida 0.06
Methylene biru 0.35
Alkohol 95 persen 16.0

Air q s ad 100.0
Tes histamine. Tes histamine adalah diagnose dari cedera saraf
post ganglionik .teteskan 1 : 1000 larutan histamine difosfat di atas kulit
pada bagian yang di uji dan yang lain di luar kulit .Tusukan dibuat
melalui setiap tetesan .Kemudian akan terbentuk urtika pada setiap
tusukan ,warna kemerahan yang biasanya timbul pada tempat yang
terkena tidakakan timbul apabila saraf di intrakutan telah mengalami
kerusakan .Warna kemerahan ini sulit terlihat pada orang brkulit
hitam.Dalam syringomyelia ,responnya normal.
Uji sweat metacholine. Test ini dapat disubsitusi pada orang
berkulit hitam dan mereka yang tidak menunjukkan warna merah terang
pada tes histamin.Tes keringat memperlihatkan ketiadaan keringat pada
luka lepra atau yang lebih penting,tidak adanya dalam bagian yang tidak
mengalami lepra.Dalam melakukan tes ini,0.1 ml dan larutan 1 persen
dari methacholine

chloride (Mecholyl )yangdiinjeksikan secara

intradermal.injeksi ini dibuat di dalam dan di luar test area,setelah kulit di


warnai dengan larutan minor ( 2 persen iodium dan 10 persen castor oil
pada alkohol absolut ). Zat tersebut kemudian ditebarkan pada bagian
itu.Zat ini dapat menjadi biru oleh interaksi keringat dan yodium oleh
karena itu, antihidrosis yang terjadi dan tidak adanya perubahan warna
biru dari zat tersebutdi dalam luka lepra.dalam syringomyelia,respon
keringat ini sangat normal.
Biopsy kulit. Ini merupakan prosedur diagnose yang sangat
penting . Sebagai spesimen biopsy yang meliputi seluruh dermis dan juga
panniculus yang harus memperhitungkan pada bagian yang terganggu
dan diperiksa untuk mortofologi basil tahan asam .Basil ini biasanya
tidak terlihat dalam kasus TT dan jarang pada kasus BT,tetapi kadangkala
granuloma basil tahan asam ditemukan.
Bagian biopsi juga digunakan untuk menentukan indeks morfologi
( IM ) untuk evaluasi ketepatan penanganan.IM ini adalah jumlah basil
per 100 basil yang ditemukan pada jaringan lepra . Dapson efektif dalam
pengobatan seperti dikemukakan Pettit , hanya jika IM menjadi 0 pada

akhir masa enam bulan.jika tidak,infeksi yang resisten terhadap dapson


ada dan perubahan pada obat non dapson harus dibuat.keberhasilan
penggantian obat diindikasikan oleh penurunan yang cepat dalam IM.
Tes sensorik kulit.keseluruhan bagian kulit akan diuji untuk
ketiadaan rasa tactile (anesthesia ) dan sensasi suhu panas dan dingin .
Dalam menguji anestesi maka kapas di tutupkan pada jarum yang
langsung karena ini hanya menyentuh dan tidak menimbulkan rasa
sakit.Pasien diminta menutup mata dan kapas disentuhkan pada bagian
kulit yang sensitif. Diharapkan pasien merespon dan menyatakan bahwa
dia merasa benda berbentuk gumpalan yang menyentuh bagian kulitnya.
Sensasi suhu diuji dengan menyentuh pasien secara acak di dalam
dan diluar luka dengan objek yang hangat dan dingin. Dalam luka TT dan
BT , bahkan macula,pasien akan gagal mengdentifikasikan objek dingin
dengan benar . Dalam kasus BL dan LL , luka ini jarang bersifat anestesi
tetapi mungkin pada kedua kaki dan tangan .
Tes lepromin (reaksi mitsuda ).

Tes lepromin adalah tes

immunologi yang menunjukkan resistensi host terhadap M . Leprae . ini


tidak menjadi tes diagnostic pasti untuk penyakit lepra , tetapi lebih dari
itu akan sangat bermanfaat dalam memperkirakan resistensi pasien
terhadap penyakit dan dalam mengkonfirmasi diagnose tipe penyakit.
Membantu untuk memprediksikan prognosis.juga sangat bermanfaat
sebagai panduan untuk pengobatan . Bila negative,ini menunjukkan
beberapa tingkat kekebalan mediasi sel seperti terlihat pada lepra tipe
tuberculoid TT dan juga menunjukkan prognosa baik.Kemudian yang
penting dicacat , tes ini juga positif dalam50 90 persen dari orang
normal yang berusia 5tahun ke atas.
Normalnya 0.1 ml dari suspense basil diinjeksikan secara
intradermal ke dalam lengan bawah.Test ini dibaca setelah 48 jam untuk
Fernandez reaction awal dan kemudian setelah tiga atau empat minggu
untuk reaksi lambat Mitsuda reaction . Dalam lebih dari 90 persen pasien
dengan reaksi Fernandez pasitif,reaksi Mitsuda ini akan positif., 15persen

dari reaksi Fernandez awal negatif menjadi positif pada akhir reaksi
Mitsuda.
Reaksi lepromin positif terdiri terdiri dari indeks resistensi karena
reaksi itu selalu negatif dalam lepra lepromatosa ( LL) .pasien lepra yang
masih baru memperlihatkan reaksi positif yang memiliki prognosa yang
baik.Kontak dengan reaksi positif biasanya tidak menimbulkan penyakit.

Kesimpulan
Diagnose banding pada kasus lepra bermacam - macam
bergantung pada tipe kusta
Tiga reaksi yang telah diketahui dengan baik , yaitu eksaserbasi
akut, reaksireversal ,danerythema nodusum leprosum ( ENL )
Prosedur diagnose terdiri dari hapusan jaringan , tes histamine ,
biopsy kulit , dan tes lepromin
Terapi pilihan utama pada lepra terdiri dari Dapson,

Rifampisin,Klofazimin , ethionamidedan Thicetazone.


Terapi di sesuaikan pada tipe pausibasilar atau multibasilar ,
dan pada kuman yang resisten dan tidak resisten.

Anda mungkin juga menyukai