Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata
torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang
sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus
kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi
darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut
bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan
berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan
kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan
kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang
ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran
udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis
memiliki garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang
rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran
udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara
karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang
terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris
seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru,
asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat
sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan
oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
Paru-Paru
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru memilki :
1. Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula
2. permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada
3. permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung.
4. dan basis. Terletak pada diafragma
paru-paru juga Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga
pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi. Paru kanan dibagi atas tiga
lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu
lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung
pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan
alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga
mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.
Suplai Darah
1. arteri pulmonalis
2. arteri bronkialis
Innervasi
1. Parasimpatis melalui nervus vagus
2. Simpatis mellaui truncus simpaticus
Sirkulasi Pulmonal
Paru-paru mempunyai 2 sumber suplai darah, dari arteri bronkialis dan arteri pulmonalis.
Darah di atrium kanan mengair keventrikel kanan melalui katup AV lainnya, yang disebut
katup semilunaris (trikuspidalis). Darah keluar dari ventrikel kanan dan mengalir melewati
katup keempat, katup pulmonalis, kedalam arteri pulmonais. Arteri pulmonais bercabangcabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang masing-masing mengalir keparu kanan
dan kiri. Di paru arteri pulmonalis bercabang-cabang berkali-kali menjadi erteriol dan
kemudian kapiler. Setiap kapiler memberi perfusi kepada saluan pernapasan, melalui sebuah
alveolus, semua kapiler menyatu kembali untuk menjadi venula, dan venula menjadi vena.
Vena-vena menyatu untuk membentuk vena pulmonalis yang besar.
Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali keatrium kiri untuk menyelesaikan siklus
aliran darah. Jantung, sirkulasi sistemik, dan sirkulasi paru. Tekanan darah pulmoner sekitar
15 mmHg. Fungsi sirkulasi paru adalah karbondioksida dikeluarkan dari darah dan oksigen
diserap, melalui siklus darah yang kontinyu mengelilingi sirkulasi sistemik dan par, maka
suplai oksigen dan pengeluaran zat-zat sisa dapat berlangsung bagi semua sel.
1.2 anatomi mikroskopis alat pernafasan bawah
TRACHEA
Merupakan lanjutan dari larynx yang lebarnya 2-3.5 cm dan panjangnya sekitar 11 cm.
trachea berakhir dengan cabang dua yang disebut sebagai bronchus.
Epitel yang melapisi sebelah dalam ialah epitel silindris semu berlapis bercilia dan bertumpu
pada membrane basalis yang tebal. Di antara sel-sel tersebar sel-sel piala. Dibawah
membrane basalis terdapat lamina propria yang banyak mengandung serabut elastis. Di
lapisan dalam lamina propria serabut elastis membentuk anyaman padat sebagai suatu lamina
elastica, maka jaringan pengikat dibawahnya kadang-kadang disebut tunica submukosa.
Di dalam tunica submukosa inilah terdapat kelenjar-kelenjar kecil seperti pada dinding larynx
yang bermuara pada permukaan epitel.
Yang merupakan ciri khas dari trachea adalah adnya kerangka cincin-cincin cartilago hyaline
yang berbentuk huruf C sebanyak 16-20 buah yang berderet mengelilingi lumen dengan
bagian yang terbuka di bagian belakang( pars cartilaginea).
Masing-masing cincin dibungkus oleh serabut fibro elastis.
Bagian belakan tidak memiliki cincin cartilage (pars membranacea) diisi oleh serabut-serabut
otot polos yang sebagian berjalan melintang dan berhubungan dengan jaringan fibro elastis
disekitarnya.
PULMO
Paru-paru pada manusia terdapat sepasang yang menempati sebagian besar dalam cavum
thoracis. Kedua paru-paru dibungkus oleh pleura yang terdiri atas 2 lapisan yang saling
berhubungan sebagai pleura visceralis dan pleura parietalis.
Stuktur Pulmo
Unit fungsional dalam paru-paru disebut lobulus primerius yang meliputi semua struktur
Pelapis Alveolaris
Epitel alveolus dengan endotil kapiler darah dipisahkan oleh lamina basalis.
Pada dinding alveolus dibedakan atas 2 macam sel:
sel epitel gepeng ( squamous pulmonary epitheal atau sel alveolar kecil atau pneumosit tipeI).
sel kuboid yang disebut sel septal atau alveolar besar atau pneumosit tipe II.
Sel alveolar kecil membatasi alveolus secara kontinyu, kadang diselingi oleh alveolus yang
besar. Inti sel alveolus kecil ini gepeng. Bentuk dan ketebalan sel alveolar kecil tergantung
dari derajat perkemangan alveolus dan tegangan sekat antara alveoli.
Sel alveolar besar ialah sel yang tampak sebagai dinding alveolus pada pengamatan dengan
mikroskop cahaya. Sel ini terletak lebar ke dalam daripada pneumosit typeI.
Kompleks golginya sangat besar disertai granular endoplasma reticulu m dengan ribosom
bebas.
Kadang-kadang tampak bangunan ini terdapat dipermukaan sel seperti gambaran sekresi sel
kelenjar. Diduga benda-benda ini merupakan cadangan zat yang berguna untuk menurunkan
tegangan permukaan dan mempertahankan bentuk dan besar alveolus.
Secret tersebut dinamakan Surfactant
Udara di dalam alveolus dan darah dalam kapiler dipisahkan oleh:
Sitoplasma sel epitel alveolus.
Membrana basalis epitel alveolus.
Membrane basalis yang meliputi endotel kapiler darah
Sitoplasma endotel kapiler darah.
Fagosit Alveolar, Sel Debu (Dust cell)
Hampir pada setiap sediaan paru-paru ditemukan fagosit bebas. Karena mereka mengandung
debu maka disebut sel debu. Pada beberapa penyakit jantung sel-sel tersebut mengandung
butir-butir hemosiderin hasil fagositosis pigmen eritrosit.
Pembuluh Darah
Sebagian besar pulmo menerima darah dari arteri pulmonalis yang bertripe elastis. Cabang
arteri ini masuk melalui hilus pulmonalis dan bercabang-cabang mengikuti percabangan
bronchus sejauh bronchioli respiratorius.
Dari sini arteri tersebut memberi percabangan menuju ke ductus alveolaris, dan memberi
anyaman kapiler di sekeliling alveolus. Venula menampung darah dari anyaman kapiler di
pleura dan dinding penyekak alveolus. Vena yang menampung darah dari venula tidak selalu
seiring dengan arterinya, tetapi melalui jaringan pengikat di antara lobulus dan segmen.
Pulmonalis dan vena pulmonalis terutama untuk pertukaran gas dalam alveolus. Disamping
itu terdapat arteri bronchialis yang lebih kecil, sebagai cabang serta mengikuti bronchus
dengan cabang-cabangnya. Arteri ini diperlukan untuk nutrisi dinding bronchus termasuk
kelenjar dan jaringan pengikat sampai di bawah pleura.
Darah akan kembali sebagian besar melalui vena pulmonalis disamping vena bronchialis.
Terdapat anastomosis dengan kapiler dari arteri pulmonalis.
Pembuluh Limfe
Terdapat 2 kelompok besar, sebagian dalam pleura dan sebagian dalam jaringan paru-paru.
Terdapat hubungan antara 2 kelompok tersebut dan keduanya mengalirkan limfa ke arah
nodus limfatikus yang terdapat di hilus.
Pembuluh limfe ada yang mengikuti jaringan pengikat septa interlobularis dan ada pula yang
mengikuti percabangan bronchus untuk mencapai hilus.
Pleura
Seperti juga jantung paru-paru terdapat didalam sebuah kantong yang berdinding rangkap,
masing-masing disebut pleura visceralis dan pleura parietalis. Kedua pleura ini berhubungan
didaerah hilus. Sebelah dalam dilapisi oleh mesotil. Pleura tersebut terdiri atas jaringan
pengikat yang banyak mengandung serabut kolagen, elastis, fibroblas dan makrofag. Di
dalamnya banyak terdapat anyaman kapiler darah dan pembuluh limfe.
HISTOGENESIS
Perkembangan pulmo terdiri dari 3 fase:
Fase glanduler(12-16 minggu)
Mula-mula sebagai tonjolan yang akan menjadi trachea yang kemudian bercabang menjadi 2
sebagai calon bronchus. Tonjolan ini dengan cepat tumbuh memanjang dan mencapai
kelompok sel-sel mesenkhim sehingga akhirnya menyerupai kelenjar. Pars conductoria
tractus respiratorius telah dilengkapi selama kehidupan intrauterin bersama pula dengan
sistem pembuluh darah.
Fase kanalikuler(bulan ke-4-7)
Terjadi pertumbuhan cepat sel-sel mesenkim di sekitar percabangan bronchus. Sel-sel
tersebut dan serabut jaringan pengikat sangat menonjol disamping anyaman kapiler darah.
Pada tingkat ini belum tumbuh alveolus. Kelenjar-kelenjar timbul sebagai tonjolan dinding
bronchus.
Fase alveolar(6,5 bulan sampai lahir)
Paru-paru kehilangan bentuk kelenjarnya karena sekarang banyak sekali pembuluh darah.
Ujung-ujung bronchus yang mengembang akan tumbuh bercabang-cabang hingga terbentuk
alveoli.
Epitel alveoli menipis sehingga terjadi hubungan yang erat dengan kapiler darah. Sesudah
lahir masih terjadi perkembangan pars respiratoria untuk penyempurnaan yang meliputi
bronchiolus respiratorius sampai alveoli.
Pneumotaksik
Mengirim impuls ke DRG yang membantu switch off neuron inspirasi sehingga
durasi inspirasi dibatasi.
2. Apnustik
Mencegah neuron inspirasi dari proses switch off sehingga menambah dorongan
inspirasi.
Pusat Pneumotaksik lebih dominan apabila tidal volume besar (> 1 liter), Refleks HeringBreuer dipicu untuk mencegah pengembangan paru berlebihan
Sistem Khemoreseptor
Saraf-saraf sensoris yang mendeteksi paru berujung sebagai reseptor, seperti kemoreseptor
perifer, baroreseptor dan reseptor-reseptor lainnya di dalam paru. Nanti kumpulan reseptorreseptor ini akan bergabung menjadi nucleus traktus solitarius yakni ujung akhir dari saraf
sensoris pernapasan yang terdapat pada nervus vagus dan nervus glosofaringeus. Pada
akhirnya kedua nervus ini akan berhubungan dengan kelompok pernapasan bagian dorsal.
Melalui ini, mekanisme penghantaran informasi dari paru ke pusat respirasi bagian dorsal
bisa berlangsung.
Kemoreseptor Perifer
Di luar otak, ternyata juga terdapat sistem kemoreseptor tersendiri yang juga turut
andil dalam pengaturan pernapasan. Kemoreseptor di luar otak ini disebut kemoreseptor
perifer. Fungsinya yang terpenting adalah untuk mendeteksi perubahan oksigen dalam darah
walaupun respetor ini juga sedikit berpengaruh terhadap perubahan konsentrasi CO2 dan
H+ di dalam darah.
Sebagian besar kemoreseptor ini terletak di badan karotis (karotic body) dan di badan
aorta (aortic body). Karotic body terletak di bilateral pada percabangan arteri karotis
komunis. Serabut saraf aferennya berjalan melalui nervus Hering ke nervus glosofaringeus
dan kemudian ke area pernapasan dorsal di medula oblongata. Sedangkan aortic body
terletak di sepanjang arkus aorta; dimana serabut saraf aferennya berjalan melalui nervus
vagus, juga ke area pernapasan dorsal di medula oblongata.
Reseptor ini akan mendeteksi perubahan kadar O2, CO2 dan ion H+. Misalkan
apabila kadar O2 dalam arteri menurun, kemoreseptor perifer ini menjadi sangat terangsang.
Singkatnya, ia bakal mengirimkan impuls ke pusat pernapasan untuk meningkatkan
frekuensi napas.
Kemoreseptor Pusat/Sentral
Terletak pada bagian ventral medula oblongata dekat pusat respirasi. Reseptor peka
terhadap naik ion H/ turun pH dalam cairan otak. Karbondioksida mudah tembus abar darahotak dan abar darah-cairan otak H2CO3 ion H dan HCO3. Dan ion H maka ventilasi
naik.
Pertukaran Gas
O2 masuk dan CO2 keluar dari darah di paru secara pasif mengikuti penurunan gradien
tekanan parsial.
Melintasi kapiler paru :
Mekanisme Inspirasi
Sebelum inspirasi, otot-otot pernapasan melemas, tidak ada udara yang mengalir, dan
tekanan intra alveolus setara dengan tekanan atmosfer. Pada awal inspirasi, otot-otot
inspirasi terangsang untuk berkontraksi, sehingga terjadi pembesaran rongga toraks.
Diafragma bergerak ke bawah dan memperbesar volume toraks.
Pada saat rongga toraks mengembang, paru juga dipaksa mengembang untuk mengisi
rongga toraks yang membesar. Sewaktu paru mengembang, tekanan intra alveolus
menurun, karena molekul dalam jumlah yang sama kini menempati volume paru yang
lebih besar. Karena tekanan intra alveolus sekarang lebih rendah daripada tekanan
atmosfer, udara mengalir masuk ke paru mengikuti penurunan gradient tekanan dari
tinggi ke rendah.
Mekanisme Ekspirasi
Pada akhir inspirasi, otot-otot melemas. Saat melemas diafragma kembali ke bentuknya,
sewaktu paru menciut dan berkurang volumenya, tekanan intra alveolus meningkat,
karena jumlah molekul udara yang lebih besar yang terkandung di dalam volume paru
yang besar, pada akhir inspirasi sekarang terkompresi ke dalam volume yang lebih kecil.
Udara sekarang keluar paru mengikuti penurunan gradient tekanan, dari tekanan intra
alveolus yang tinggi ke tekanan atmosfer yang rendah.
Dalam keadaan normal, ekspirasi adalah suatu proses pasif, karena terjadi akibat
penciutan elastic paru saat otot-otot inspirasi melemas tanpa memerlukan kontraksi otot
atau pengeluaran energi.
Volume paru dan kapasitas paru ( jumlah dari dua atau lebih volume paru) dapat
ditentukan :
Tidal Volume (TV). Volume udara yang masuk atau keluar paru selama 1 kali bernapas.
Nilai rata-rata pada keadaan istirahat = 500 ml.
Volume cadangan inspirasi (VCI). Volume tambahan yang dapat secara maksimal
dihirup melebihi tidal volume istirahat. VCI dihasilkan oleh kontraksi maksimum
diafragma, otot antar iga eksternal, dan otot inspirasi tambahan. Nilai rata-ratanya = 3.000
ml.
Kapasitas inspirasi (KI). Volume maksimum udara yang dapat dihirup pada akhir
ekspirasi normal tenang (KI = VCI + TV). Nilai rata-rata = 3.500 ml.
Volume cadangan ekspirasi (VCE). Volume tambahan udara yang tepat secara aktif
dikeluarkan oleh kontraksi maksimum melebihi udara yang dikeluarkan secara pasif pada
akhir tidal volume biasa. Nilai rata-rata = 1.000 ml.
Volume residual (VR). Volume minimum udara yang tersisa di paru bahkan setelah
ekspirasi maksimum. Nilai rata-rata = 1.200 ml.
Kapasitas residual fungsional (KRF). Volume udara di paru pada akhir ekspirasi pasir
normal (KRF = VCE + VR). Nilai rata-rata = 2.200 ml.
Kapasitas vital (KV). Volume maksimum udara yang dapat dikeluarkan selama 1 kali
bernapas setelah inspirasi maksimum. Subyek mula-mula melakukan inspirasi
maksimum, kemudian melakukan ekspirasi maksimum ( KV = VCI + TV + VCE). Nilai
rata-ratanya = 4.500 ml.
Kapasitas paru total (KPT). Volume udara maksimum yang dapat ditampung oleh paru
(KPT = KV + VR). Nilai rata-ratanya = 5.700 ml.
Volume ekspirasi paksa dalam 1 detik. Volume udara yang dapat diekspirasikan selama
detik pertama ekspirasi pada penentuan KV.
Menahan Napas
Pernapasan dapat secara sengaja dihambat untuk beberapa saat, tetapi akhirnya
kendali volunter dapat dikalahkan. Titik saat pernapasan tidak dapat dihambat lagi secara
volunter disebut titik lepas (breaking point). Lepasnya kendali volunter ini disebabkan oleh
meningkatnya Pco2 dan turunnya Po2 darah arteri. Setelah pengangkatan glomus karotikum,
kemampuan menahan napas seseorang akan diperpanjang. Bernapas dengan oksigen 100%
sebelum menahan napas akan menaikan Po2 alveol awal, sehingga titik lepas dapat ditunda.
Refleks atau faktor mekanik mempengaruhi titik lepas, karena pada subyek yang menahan
napas selama mungkin kemudian bernapas dengan campuran udara berkadar O2 rendah dan
CO2 tinggi, masih dapat menahan napas kembali selama 20 detik atau lebih. Faktor
psikologis juga memegang peranan, dan subjek dapat menahan napasnya lebih lama bila
dikatakan usahanya sangat baik dibandingkan bila dikatakan tidak.
Pengendalian Kimiawi pada Pernapasan
Mekanisme pengaturan kimiawi akan menyesuaikan ventilasi sedemikian rupa
sehingga Pco2 alveol pada keadaan normal dapat dipertahankan tetap. Dampak kelebihan H+
di dalam darah akan dilawan, dan Po2 akan ditingkatkan apabila terjadi penurunan mencapai
tingkat yang membahayakan. Volume pernapasan semenit berbanding lurus dengan laju
metabolisme, tetapi penghubung antara metabolisme dan ventilasi adalah kadar Co2, dan
bukan O2. Reseptor di glomus karotikum dan aortikum terangsang oleh penigkatan Pco2,
ataupun konsentrasi H+ darah arteri atau oleh penurunan Po2. Setelah denervasi kemoresptor
karotikum, respon terhadap penurunan Po2 akan hilang. Respons terhadap perubahan
konsentrasi H+ darah arteri pada kisaran pH 7,3-7,5 juga dihilangkan, meskipun perubahan
yang lebih besar masih dapat menimbulkan efek.
Pengaruh Non-Kimia pada Pernapasan
Reseptor di saluran udara dan paru dipersarafi oleh serat vagus bermelin dan tidak
bermielin. Reseptor yang dipersarafi oleh serat bermielin umumnya dibagi atas reseptor
beradaptasi lambat dan reseptor beradaptasi cepat. Pemendekan waktu inspirasi yang
ditimbulkan ole aktifitas serat aferen nervus vagus diperantarai oleh reseptor beradaptasi
lambat. Seperti refleks Hering-Breuner dimana pemanjangan lama ekspirasi yang
ditimbulkan oleh inflasi paru bertahap, sedangkan rekfleks defiasi Hering-Breuner adalah
pemendekan lama ekspirasi yang ditimbulkan oleh deflasi paru.
Reseptor beradaptasi cepat terangsang oleh zat kimia seperti histamin, sehingga
disebut juga reseptor iritan. Akitifasi reseptor beradaptasi cepat di trakea menyebabkan
terjadinya batuk, bronkikinstriksi dan sekresi mukus.
Biakan
Media agar semisintetik
Media ini berisi garam tertentu ,vitamin, kofaktor, asam oleat, albumin,
katalase, gliserol, glukosa, dan malachite green. Albumin menetralkan toksin dan
menghambat pengaruh asam lemak dalam spesimen atau medium. Inokulan yang luas
membuat media ini lebih sensitif daripada media lain untuk isolasi primer dari
mikobakterium. Media agar semisintetik digunakan untuk mengamati morfologi
koloni, tes kerentanan, dan dengan menambah antibiotik, berfungsi sebagai media
selektif.
Media telur inspirasi (Lowenstein-jensen)
Media ini berisi garam tertentu, gliserol, dan substansi organik kompleks (telur
segar atau kuning telur, tepung kentang dan bahan-bahan lain dengan komposisi yang
bervariasi). Malachite green dimasukkan untuk menghambat bakteri lain. Inokulan
kecil dalam spesimen dari pasien akan tumbuh pada media ini selama 36 minggu.
Media kaldu (broth media)
Media ini mendukung proliferasi inokulan kecil. Biasanya, mikobakteria
tumbuh dalam rumpun atau massa karena sifat hidrofobik dari permukaan sel. Jika
ditambahkan tween (ester larut air dan asam lemak), mereka membasahi permukaan
dan menyebabkan penyebaran pertumbuhan dalam media cair. Pertumbuhan
seringkali lebih cepat daripada media kompleks.
Karakteristik pertumbuhan
Mikobakteria merupakan aerobik obligat yang memperoleh energi dari oksidasi
beberapa senyawa karbon sederhana. Penambahan CO2 meningkatkan pertumbuhan.
Waktu untuk menggandakan basil tuberkel sekitar 18 jam, bentuk saprofit cenderung
tumbuh lebih cepat, proliferasi terjadi pada temperatur 2223oC, untuk menghasilkan
pigmen yang lebih banyak dan mengurangi bentuk cepat asam daripada bentuk
patogenik.
Reaksi terhadap agen fisik dan kimia
Mikobakteria cenderung lebih resisten terhadap agen kimia daripada bakteri lain
karena sifat hidrofobik permukaan sel dan pertumbuhannya. Air daging (malchite green)
atau agen antibakteri (penisilin) sebagai bakteriostatik untuk bakteri lain dapat
digabungkan ke dalam media tanpa menghambat pertumbuhan basil tuberkel. Asam dan
alkali mendukung ketahanan hidup beberapa basil tuberkel yang terpapar dan digunakan
untuk mengeliminasi organisme kontaminan dan untuk menghimpun spesimen klinik.
Basil tuberkel resisten terhadap kekeringan dan bertahan hidup selama periode waktu
yang lama dalam sputum kering.
Konstituen basil tuberkel
Dinding sel mikobakteria menyebabkan penundaan hipersensitivitas dan beberapa
diantaranya resisten terhadap infeksi dan dapat menggantikan keseluruhan sel
mikobakteria dalam adjuvan Freund.
Lipid
Mikobakteria kaya akan lipid, terutama asam mikolat, bahan dari lilin, dan
fosfatida. Lipid pada beberapa perluasan bertanggung jawab terhadap kecepatan
asam. Perpindahan dengan asam panas merusak kecepatan asam, yang terganggu pada
integritas dinding sel dan kehadiran lipid tertentu.
Protein
4.
4.2 Etiologi
Mycobacterium tuberculosis (tersering), Mycobacterium bovis, dan Mycobacterium
africanum. Ketiganya merupakan anggota ordo Actinomisetales dan familimicrobacteriaseae.
Penularan penyakit lewat inhalasi (droplet nuclei), atau luka di kulit. Karena kuman TBC
merupakan bakteri aerob, ia menyukai jaringan yang kaya akan O2. Itulah alasan mengapa
paru-paru merupakan daerah yang sering terkena.
Kuman Tuberkulosis
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu taha terhadap asam pada
pewarnaan, Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat
mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat
yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama
selama beberapa tahun.
4.3 Epidemiologi
Definisi epidemiologi TB selain mencakup prevalensi, insidensi, kematian karena TB
(mortalitas) tetapi juga karena keunikannya mencakup pula, prevalensi dan insidensi penyakit
tersebut yang timbul dari populasi yang terinfeksi ini, serta rata-rata orang yang tertular
penyakit tuberkulosis oleh seorang penderita tuberkulosis menular. Pengetahuan tentang
berapa besarnya frekuensi, distribusi dan determinan yang ada menurut umur, jenis kelamin,
suku bangsa dan letak daerahnya memberi kita pengetahuan tentang keadaan penyakit
tuberkulosis di wilayah tertentu. Selanjutnya dengan mengetahui besarnya prevalensi,
distribusi dan determinan dari tuberkulosis di masyarakat tersebut maka dapat diperkirakan
besarnya permasalahan tuberkulosis yang ada di masyarakat tersebut . Dengan demikian kita
dapat menentukan prioritas dan strategi yang harus dilaksanakan pada program
pemberantasan penyakit TB.
-
1. Angka kematian karena TB, yaitu banyaknya kematian karena TB pada populasi
tertentu dalam 1 (satu) tahun per 100.000 penduduk.
2. Angka insidensi penderita TB yaitu banyaknya kasus-kasus baru TB pada populasi
tertentu dalam 1 (satu) tahun per 100.000 penduduk.
3. Angka prevalensi penderita TB yaitu banyaknya kasus-kasus TB lama dan baru yang
ditemukan pada populasi tertentu, biasanya dinyatakan pasif dengan mikroskopik
dalam jangka waktu tertentu.
resistance (DR) dan multi drug resistance (MDR-TB). Bahkan kasus ini dapat
dipertimbangkan sebagai indikator penampilan program TB nasional disuatu negara (18,25).
Di Amerika tahun 1990-1992 dilaporkan 297 kasus MDR-TB sebagian besar terjadi pada
pasien infeksi HIV, dengan angka kematian 70%. Di Perancis tahun 1992 dilaporkan 42
pasien (0,5%) dari 8521 kasus TB dengan MDR-TB. Di Inggris 8,6% MDR TB dari 5146
kasus TB periode tahun 1989-1991, di negara-negara berkembang terutama di Asia angka ini
lebih tinggi lagi.
Data dari WHO Collaborating for Tuberculosis di RSUP Persahabatan Jakarta tahun 1996
terdapat 750 kasus dengan resistensi primer terhadap OAT dan 450 kasus dengan resistensi
sekunder terhadap OAT dari pasien-pasien yang berobat selama tahun 1996
SITUASI EPIDEMIOLOGI TB INDONESIA
1.1. Angka insiden, prevalensi dan kematian
Berdasarkan Global Tuberculosis Control Tahun 2009 (data tahun 2007) angka prevalensi
semua tipe kasus TB, insidensi semua tipa kasus TB dan Kasus baru TB Paru BTA Positif
dan kematian kasus TB menunjukkan bahwa pada tahun 2007 prevalensi semua tipe TB
sebesar 244 per 100.000 penduduk atau sekitar 565.614 kasus semua tipe TB, insidensi
semua tipe TB sebesar 228 per 100.000 penduduk atau sekitar 528.063 kasus semua tipe TB,
Insidensi kasus baru TB BTA Positif sebesar 102 per 100.000 penduduk atau sekitar 236.029
kasus baru TB Paru BTA Positif sedangkan kematian TB 39 per 100.000 penduduk atau 250
orang per hari. Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen
Kesehatan RI, tahun 1972 TB menempati urutan ke 3 penyebab kematian menurut SKRT
tahun 1980 TB menempati urutan ke 4, dan menurut SKRT tahun 1992, TB menempati
urutan nomor 2 sesudah penyakit sistem sirkulasi.
Hasil SKRT tahun 1995 TB merupakan penyebab kematian nomor 3 dari seluruh kelompok
usia dan nomor 1 antara penyakit infeksi yang merupakan masalah kesehatan masyarakat
Indonesia.
Dari hasil survey prevalensi TB yang dilakukan di 15 propinsi tahun 1979-1982
menunjukkan berbagai variasi prevalensi tiap-tiap propinsi.
Prevalensi tertinggi 0,74% di propinsi NTT dan terendah di propinsi Bali 0,08%. Hasil dari
survey ini menunjukkan prevalensi TB rata-rata 0,29%. Sistem kesehatan nasional
menargetkan pengurangan prevalensi BTA (+) sampai angka rata-rata 0,20% ditahun 2000.
4.4 klasifikasi
Klasifikasi
Tuberkulosis
Berdasarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) tahun 2006, tuberkulosis dapat
diklasifikasikan berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) dan berdasarkan tipe penderita.
Klasifikasi
1.
tuberkulosis
berdasarkan
hasil
pemeriksaan
dahak,
antara
lain:
2.
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi aktif/perburukan
dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan:
- Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan, dll)
- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang berkompeten menangani
tuberkulosis.
5. Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah pengobatan ulang dengan
pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik.
penurunan nafsu makan. Semuanya itu dapat menurunkan produktivitas penderita bahkan
kematian.
1. Tanda
a. Penurunan berat badan
b. Anoreksia
c. Dispneu
d. Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.
2. Gejala
a. Demam
Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan
tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang masuk.
b. Batuk
Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering kemudian
setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan sputum). Pada keadaan
lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk
darah pada ulkus dinding bronkus.
c. Sesak nafas.
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah
setengah bagian paru.
d. Nyeri dada
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis)
e. Malaise
Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala, meriang,
nyeri otot, keringat malam.
4.6 . Patofisiologi
Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu reaksi jaringan yang aneh di
dalam paru-paru meliputi : penyerbuan daerah terinfeksi oleh makrofag, pembentukan dinding
di sekitar lesi oleh jaringan fibrosa untuk membentuk apa yang disebut dengan tuberkel.
Banyaknya area fibrosis menyebabkan meningkatnya usaha otot pernafasan untuk ventilasi
paru dan oleh karena itu menurunkan kapasitas vital, berkurangnya luas total permukaan
membrane respirasi yang menyebabkan penurunan kapasitas difusi paru secara progresif, dan
rasio ventilasi-perfusi yang abnormal di dalam paru-paru dapat mengurangi oksigenasi darah.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata
atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebris), badan kurus atau berat badan
menurun.
Tempat kelainan lesi TB yang perlu dicurigai adalah bagian apeks paru. Bila dicurigai
infiltrat yang agak luas, maka akan didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi nafas
bronkial. Akan didapatkan juga suara nafas tambahan berupa ronkhi basah, kasar, dan
nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi oleh penebalan pleura, suara nafasnya menjadi
vesikular melemah. Bila kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonor atau
timpani dan auskultasi memberikan suara amforik.
Dalam penampilan klinis, TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru dicurigai dengan
didapatkannya kelainan radiologis dada pada pemeriksaan rutin atau uji tuberkulin positif.
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan radiologi
Foto toraks PA (postero anterior) dengan atau tanpa foto lateral, merupakan pemeriksaan
radiologik standar. Tidak semua kelainan yang terlihat pada foto toraks menandakan
tuberkulosis, walaupun sesungguhnya tuberkulosis dapat memberikan segala macam bentuk
gambaran. Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal lobus atas
atau segmen apikal lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior)
atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misalnya pada tuberkulosis endobronkial).
Pada awal penyakit, lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambaran berupa
bercak-bercak seperti awan dengan batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan
ikat, bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas tegas (tuberkuloma). Pada cavitas,
bayangan berupa cincin, mula-mula berdinding tipis, lama-lama dinding jadi sklerotik dan
terlihat menebal. Pada kalsifikasi, bayangan tampak bercak-bercak padat dengan densitas
tinggi. Gambaran radiologis lain yang sering menyertai adalah penebalan pleura, efusi pleura
(empiema), pneumotoraks. Pemeriksaan radiologis lain adalah bronkografi, CT scan, dan
MRI.
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Gambaran yang dicurigai sebagai lesi TB aktif
adalah:
1
Bayangan berawan/nodular di segmen apical dan posterior lobus atas paru dan
segmen superior lobus bawah
Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular
Fibrotik
Kalsifikasi
- Pemeriksaan laboratorium
Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena hasilnya kadang-kadang
meragukan, tidak sensitif, tidak juga spesifik. Pada saat TB baru mulai (aktif) akan
didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke
kiri. Jumlah limfosit masih dibwah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Jika
penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal, dan jumlah limfosit masih
tinggi. Laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi. Bisa juga didapatkan
anemia ringan dengan gambaran normokrom normositer, gama globulin meningkat
dan kadar natrium darah menurun.
Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA,
diagnosis tuberkulosis sudah dipastikan. Kriteria sputum BTA positif adalah bila
sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan. Dengan kata
lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1mL sputum.
Dalam hal ini dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan
minum air sebanyak + 2 liter dan ajarkan melakukan refleks batuk. Dapat juga dengan
memberikan tambahan obat-obat mukolitik ekspektoran atau dengan inhalasi larutan
garam hipertonik selama 20-30 menit. Bila masih sulit,sputum masih dapat diperoleh
dengan cara bronkoskopi. BTA dari sputum bisa juga didapat dengan cara bilasan
lambung. Hal ini sering dikerjakan pada anak- anak karena mereka sulit
mengeluarkan dahaknya. Sputum yang akan diperiksa hendaknya sesegar mungkin.
Pemeriksaan sputum dilakukan dengan menggunakan metode pewarnaan ZiehlNeelsen. Penderita yang dicurigai TB paru, harus melakukan pemeriksaan sputum S
(sewaktu), P (pagi), S (sewaktu).
Tes tuberkulin
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis
tuberkulosis terutama pada anak- anak (balita). Biasanya dipakai tes Mantoux yakni
dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberculin P.P.D (Purified Protein Derivative) intrakutan
berkekuatan 5 intermediet strength. Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah
seseorang individu sedang atau pernah mengalami infeksi M. Tuberculosis, M. Bovis,
vaksinasi BCG dan Mycobacterium patogen lainnya. Dasar tes tuberkulin ini adalah
reaksi berupa alergi tipe lambat. Setelah 48-72 jam disuntikkan, akan timbul reaksi
berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari limfosit, yakni reaksi persenyawaan
antara antibody seluler dengan antigen tuberkulin. Banyak sedikitnya reaksi
persenyawaan antara antibody seluler dan antigen tuberculin amat dipengaruhi oleh
antibody humoral, makin besar pengaruh antibody humoral, makin kecil indurasi yang
ditimbulkan. Hasil tes Mantoux:
1. Indurasi 0-5 mm:Mantoux negatif = golongan no sensitivity. Di sini peran antibody
paling menonjol. 2. Indurasi 6-9 mm: hasil meragukan = golongan low grade
sensitivity. Di sini peran antibody humoral masih menonjol.
3. Indurasi 10-15 mm:Mantoux positif = golongan normal sensitivity. Di sini peran
kedua antibody seimbang.
4. Indurasi > 15 mm:Mantoux positif kuat = golongan hypersensitivity. Di sini peran
antibody seluler paling
BTA (-)
4.10 Prognosis TB
Prognosis umumnya baik jika infeksi terbatas di paru, kecuali jika disebabkan oleh strain
resisten obat atau terjadi pada pasien berusia lanjut, dengan debilitas, atau mengalami
gangguan kekebalan, yang berisiko tinggi menderita tuberkulosis milier. Penyakit
tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
Pasca
Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat -> fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis,
karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan ka
Kategori 2
-
Kategori 3
-
kasus baru BTA sputum (-), rontgen (+) sakit ringan, kasus kerusakan
ringan pada TB ekstrapulmonar [TB kelenjar limfe, pleuritis eksudatif
unilateral, TB kulit, TB tulang (kectulang belakang), sendi dan kelenjar
adrenal]
Terapi Kategori 1:
-
Terapi Kategori 2:
-
2HRZES/HRZE/5H3R3E3; 2HRZES/HRZE/5HRE
Terapi Kategori 3:
-
Penjelasan obat
1st Line drugs
Rifampin (R)
Bakterisid intra & ekstrasel
ES: gangguan sal cerna, hepatitis geriatrik, alkoholisme & penyakit hati
Interaksi: digoksin, warfarin, prednison, siklosporin, metadon, kontrasepsi oral,
klaritromisin, penghambat protease & kuinidin Isoniazid (H)
Murah, mudah ditemukan, selektif terhadap kuman, efek samping jarang & ringan
Bakteriostatik
ES: neuropati perifer diberikan vit B6 & hepatotoksik
Pirazinamid (Z)
Bakterisid spektrum sempit INH
ES: hepatotoksik do tinggi, hiperurisemi diberi bersama rifampin, poliartralgia.
Keamanan pada kehamilan ?
Etambutol (E)
Bakteriostatik selektif
Dapat mencapai LSS
Etionamid
Derivat asam nikotinat.
Berguna u/ terapi TB multi resisten.
Penggunaan terbatas karena toksisitas & ES: intoleransi sal cerna (anoreksia &
mual), rx
hipotiroidisme.
Sikloserin
ES serius membatasi penggunaan obat: psikosis (bunuh diri <<), kejang, neuropati
perifer,
KI: epilepsi, konsumsi alkohol aktif, insufisiensi renal berat, atau riwayat depresi
atau psikosis.
Non Farmakologis
Pengobatan penyakit menular TB adalah strategi
penanggulangan yang
2.
3.
5.
Salah satu dari komponen DOTS adalah paduan OAT jangka pendek dengan
pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang PMO
Persyaratan PMO
Seorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatn
maupun penderita
Disegani dan dihormati penderita
Seseorang yang tinggal dekat dengan penderita
Bersedia membantu penderita dengan sukarela
Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan penderita
Siapa yang bisa jadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya bidan di desa, perawat, pekarya
sanitarian, juru imunisasi, dan lain-lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang
memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK
atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
Tugas seorang PMO
Mengawasi penderita TBC agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
Memberi dorongan kepada penderita agar mau berobat teratur
Mengingatkan penderita untuk pemeriksaan ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
Memberi penyuluhan pada anggota keluarga penderita TBC yang mempunyai
gejala-gejala tersangka TBC untuk segera memeriksakan diri ke unit pelayanan
kesehatan
Batuk kering. Batuk dengan suara nyaring dan membuat perut ikut sakit,
biasanya makin parah saat malam hari. Bisa disebabkan karena masuk
angin, radang, atau asma.
Batuk produktif/batuk basah. Batuk yang sering diiringi dengan riak atau
lendir, yang biasanya disebabkan oleh infeksi atau asma.
Penyebab bersin
Bersin dapat disebabkan karena adanya virus/kotoran/bakteri masuk ke hidung, antibodi
mengidentifikasi bahwa ada benda asingyang masuk yang dapat membahayakan sistem tubuh
maka terjadilah bersin
Kebiasaan batuk yang salah.
Langkah 2
Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah.
Langkah 3
Tinggalkan ruangan/tempat anda berada dengan sopan dan mengambil kesempatan untuk
pergi cuci tangan di kamar kecil terdekat atau menggunakan gel pembersih tangan.
Langkah 4
Gunakan masker
Tips & Peringatan
Ajarkan anak-anak cara yang tepat untuk batuk dan bersin untuk
membantu mengurangi penyebaran penyakit di udara.
Bersin pada lengan baju bagian dalam adalah cara penting untuk
membantu mengurangi penyebaran penyakit udara di seluruh dunia.
Jika menggunakan tissue, itu hanya boleh digunakan sekali dan diikuti
segera dengan mencuci tangan dan membuang tissue pada tempat
sampah.
Artinya : Diriwayatkan dari Malik Al Asyari dia berkata, Rasulullah saw. bersabda :
Kebersihan adalah sebagian dari iman dan bacaan hamdalah dapat memenuhi mizan
(timbangan), dan bacaan subhanallahi walhamdulillah memenuhi kolong langit dan bumi,
dan shalat adalah cahaya dan shadaqah adalah pelita, dan sabar adalah sinar, dan Al
Quran adalah pedoman bagimu. (HR. Muslim)