scientist yang atheis, seperti Darwin, Laplace, Freud, Durkheim, dan lain-lain. Hal ini
mengakibatkan terjadiya kepribadian terpecah (split personality).
Tiga Paradigma Sains di Dunia Islam
Paradigma sains di dunia Islam merupakan reaksi terhadap sekularisme yang mendistorsi
(menghilangkan) nilai-nilai religi. Sebagai reaksi terhadap sekularisme, maka di dunia Islam
terdapat tiga paradigma sains, yaitu:
(1) paradigma Islamisasi sains
Terdapat beberapa tokoh penggagas PIS, seperti Al-Faruqy, Syed Hossein Nasr, Naquib
Alatas, dll.
1. Ismail Raji Al-Faruqy mendirikan IIIT (the International Institute of Islamic Thought)
2. PIS beranggapan bahwa sains modern tidak kompatibel (tidak cocok) dan bertentangan
dengan Islam, bahkan mengarah pada penolakan eksistensi Tuhan;
3. Menurut PIS, sains modern (yang diprakarsai Gallileo & Newton) akan menghancurkan
struktur agama Islam, menghancurkan tauhid.
Alatas: Tiga Metode Sains Menolak Eksistensi Tuhan
1. Rasionalisme filossofis, hanya bersandar pada nalar, tanpa bantuan spiritual;
2. Rasionalisme sekuler, hanya bersandar pada realitas indrawi, menyangkal otoritas
dan intuisi, menolak wahyu;
3. Empirisme filosofis, hanya menyandarkan seluruh ilmu pada fakta yang bersifat
empiris.
Kelemahan Paradigma Islamisasi Sains
Tidak Membedakan antara hasil pemikiran yang dipengaruhi oleh keyakinan, dengan
sains yang merupakan hasil observasi yang tidak terkait dengan keyakinan. Karena itu,
terkesan bahwa semua yang datang dari Barat tidak kompatibel dengan Islam
(2) paradigma antroposentrisme, dan
1. Sains bersifat universal, netral, lintas agama dan budaya;
2. Sains semata-mata hasil pengamatan terhadap realitas empiris;
3. Sains berbicara tentang fakta, hipotesis, teori, dan hukum;
4. Tidak perlu dan tidak mungkin melakukan Islamisasi sains, sains tidak
mungkin dibawa pada ideologi mana pun.
Pervez Amir Ali Hoodbhoy: Pseudo-science
Membawa sains pada agama dan atau ideologi tertentu menimbulkan pseudo-science
(hanya beranggapan sains). Lycenco (biologi sosialis) mengakibatkan kerugian besar
perkebunan Soviet. Lycenco: pohon-pohon dari species yang sama, ditanam berdekatan
memiliki solidaritas sosialis, tidak bersaing mempertahankan hidup.
Kelemahan Paradigma Antroposentrisme
Tidak Membedakan antara sains yang netral (yang merupakan hasil eksperimen dan
observasi ilmiah) dengan teori-teori hasil pemikiran yang dipengaruhi oleh keyakinan,.
Karena itu, terkesan bahwa semua teori ilmiah bersifat netral, sehingga menganggap tidak
perlu Islamisasi sains.
(3) paradigma integrasi.
Muncul berbagai pemikiran di kalangan para ilmuan muslim untuk menyatukan kembali
(reintegrasi) antara sains dengan agama, dengan asumsi bahwa: antara sains dengan agama
bukan suatu hal yang terpisah melainkan merupakan satu kesatuan. Paradigma inilah yang
kita perlu eksplorasi lebih lanjut.