Anda di halaman 1dari 4

Do fun together

Untuk kali ke berapa aku mengendarai motor dengan menangis lagi. Sebagian jalan,
jujur saja, tak kelihatan. Aku mengendarai motor perlahan. Namun aku tak tahan lagi. Aku
asal menghentikan motor di sebuah tepi jalanan sepi. Setelah memastikan jalanan benar-benar
sepi. Aku menangis sepuas mungkin sambil menutup mata. Setelah kurasa air di mataku
keluar semua, aku mulai merapikan wajahku. Membuang ingus dan mengelap muka lalu
kembali ke motor. Ternyata ada orang lain di situ. Dia juga naik motor. Berhenti tepat di
depan motor, melihat ke arahku.
kenapa kak? aku menggeleng, memakai helm kembali. aku juga lagi sedih, pengen
nangis, tapi kan aku laki-laki. Alisku berkerut. orang sedih memang sering egois. Merasa
dirinya paling sedih.
terus kamu mau apa? jawabku jutek.
besok ke dufan yuk. Lepas stress. Kamu berani naik tornado?
Aku nggak habis pikir.
besok saya yang traktir deh, makan juga aku tanggung. Kita ketemu di halte busway
itu. Dia menunjuk sebuah halte di seberang jalan. jadi kamu nggak perlu takut aku apaapain. Aku Cuma mau cari temen ke dufan aja kok.
ok. Jawabku impulsive. Aku memutar kontak motor ke posisi on.
no camera ya.
Aku mengangguk. no handphone?
Dia mengangguk no handphone. Besok jam 8 ya. Dia memacu motornya. Aku juga.
pulang

Ragu-ragu, aku datang ke halte busway. Kalau dia tepat waktu, mestinya dia sudah
ada di sini. Ternyata tidak, dia tidak nampak. Aku tetap beli 2 tiket. Aku memutuskan untuk
menunggu. Bus demi bus berlalu. dia belum nampak juga. Pintu bus terbuka tertutup tapi dia
tidak datang juga, sudah sejam aku di sini. Baik, 5 menit lagi dia tidak muncul, aku akan
pergi. 1, 2, 3, , 253, 25 Ting! Pintu sebuah busway yang barusan datang terbuka.
Hey! Sini masuk! aku sungguh lega, ternyata dia serius. Dia melambai-lambaikan
tangan mencegah yang lain masuk. Aku langsung berlari menyusulnya. Dia menyambutku
tertawa.
hahaha, sini sini. Dia menarikku masuk ke bagian belakang bis. pegang tasku, biar
tangan kamu nggak capek. Aku mengangguk menurutinya. Bus hari ini memang padat
sekali. Maklum saja hari Minggu, pasti banyak yang mau main juga ke dufan. Dia
berpegangan dengan tangan kiri, aku memegangi tas punggungnya sebelah kanan.

nunggunya lama ya? Maaf aku ada urusan sebentar tadi, jadi telat. Mau ngasih tahu kamu,
aku kan nggak tahu nomor hapemu. Maaf ya.
nggak pa pa kok. I mean it.
Bus sampai di halte ancol. Kami berturut-turut keluar dari bus, menuju dufan. Ah, itu
dia. Sepertinya sudah buka. Aku sangat bersemangat. Kami antri tiket bersama, tapi dia bayar
tiket sendiri, hehe. Sesuai perjanjian.
Setelah melalui pintu masuk, kami menuju ke sebuah toko souvenir. Dia beli bando
mickey dan Minnie mouse. ini untukmu Minnie. Aku tersenyum menyambutnya. Kami
benar-benar hanya ingin bersenang-senang hari ini. Tak mau mencari tahu tentang keadaan
sedih masing-masing, bahkan nama pun tidak.
Kami melakukan pemanasan dengan naik kora-kora.
paling belakang yuk Mickey.
marreee!! sahutnya bersemangat. Kami berteriak-teriak lebay. Tiap sisi duduk kami
naik, kami berdiri sambil mengangkat tangan dan berteriak. Hahaha. Kami mengambil foto di
sisi wahana. Lalu menuju ke wahana roller coaster. Kami dapat tempat paling depan.
kamu mau lihat kebahagiaan nggak Min?
maksud kamu?
kita bisa melihat kebahagiaan loh kalo naik ini.
oiya?
Dia mengangguk tersenyum ke arahku. Lalu kereta mulai berjalan. Perlahan-lahan,
lalu whuuusss! Aku sih tidak terlalu takut naik ini. Walaupun kereta berjalan sampai terbalik,
menurutku pengamannya cukup ketat, jadi aku santai. Aku tertawa sampai mulutku kering.
Mickey juga tertawa terus. Kami kembali mengambil foto di counter.
lets get wet, Minnie!
lets mickey!kami bergandengan menuju ke arung jeram. Antrian cukup panjang,
kamu masih sedih Minn?
aku nggak lihat kebahagiaan tadi.
aku lihat.
padahal aku di sebelahmu, kok kamu nggak kasih tahu?
nggak bisa. Kita harus cari tahu sendiri. Aku tak tahu dia jujur atau nggak. Aku
tersenyum getir. keluar dari sini, kamu harus bahagia kaya aku ya Minn. Dia mengusapusap bahuku. Aku jadi merasa kecil.

Kami duduk bersebelahan di perahu. Dia memgangi tanganku terus. Aku tidak
menolak. Pegangannya lembut, membuatku nyaman. Perahu bergerak-gerak terkena ombak,
kami jadi basah.
ngeringin baju di tornado yuk. Mickey menarik tanganku lagi.
mickeyy.minnie haus. Dia berhenti, melihatku.
yaudah ayo beli minum.
Aku menggeleng es krim.
Minnie mickey menatapku, sepertinya serius. nggak usah sok imut. Dia
mencubt hidungku. dasar Minnie pesek.
aah, sialan. Aku mengikutinya ke counter es krim.
chocolate or straw?
chocolate! sahutku cepat.
Lalu kami duduk di sebuah bangku yang diliputi tanaman rambat sehingga terasa
sejuk. minn, kalo mau cerita apa aja, cerita aja.
Aku tersenyum. kamu juga ya.
Dia mengangguk. aku harusnya hari ini nikah. Tapi gara-gara ketemu kamu kemarin,
batal deh. Dia nyengir, aku manyun. itu judulnya Min. ceritanya, gedung udah pesen,
catering udah, undangan udah disebar bahkan. Jadi kemarin itu aku habis keliling batalin
kemana-mana.
jangan boong, tar kejadian loh.
swear. Nih. Dia mengeluarkan sebuah undangan, souvenir, foto prewedd, kuitansi
catering, dan kuitansi gedung. Aku menelan ludah.
kenapa?
calon mertuaku kemarin kemarinnya sore sekarat. Dia sempet menahan malaikat
maut buat ambil nyawanya, dengan syarat putrinya nikah saat iu juga. Padahal aku masih
kerja. Jadi, ada tetangganya langsung dia nikah sama pacarku.
Aku diam. Aku nggak tahu gimana perasaannya.
aku baru dikabarin kemarin pagi, karena semalem dia nggak bisa dihubungin sama
sekali. Aku langsung ke tempat catering, dekor, rias, music, gedung, batal-batalin semua. Aku
nggak sempet ngasih tahu undangan Min. dia menarik salah satu sudut bibirnya, mendengus.

aku ngerasa mertuaku sengaja misahin aku Min. dari dulu dia nggak suka sama aku.
Tapi habis itu dia beneran dikubur. Segitu bencinya dia sama aku.
kira-kira kenapa?
nggak tahu. Dia menggeleng. pacarku juga nggak pernah cerita kenapa
orangtuanya sebenci itu sama aku.
aku juga kadang ga tau kenapa sih suka langsung benci sama orang tanpa alesan
loh.
Dia mengangkat lagi sudut bibir kirinya. Tersenyum sinis. kenapa sih mesti gitu?
nggak tahu. Bukan karena penampilannya sih kao aku, lebih karena ke ekspresi
wajah yang nyebelin gitu. Bukan galak, bukan murung, tapi ya nyebelin gitu nurut aku.
Dia mengangguk pelan. kamu sendiri?
masalah kantor. Aku tersenyum. Kayanya masalahku nggak ada apa-apanya
dibanding dia. masalahnya, tanpa kantor itu juga, aku nggak bisa apa-apa.
simalakama dong ya?
Aku mengangguk membenarkan. aku nggak tahu mesti cerita sama siapa. Ke orang
kantor nggak mungkin, karena mereka masalahnya, ke orang rumah juga, nggak mungkin,
kan mereka juga maslaahnya. Ke temen yang lain, yah mereka kan penonton yang bisanya
Cuma nikmatin, kepo. Aku pusing mike mikir sendiri kaya gini. Kalo bisa lari pergi cari
hidup yang baru tu loh, aku dah pergi. Rasanya liat pergelangan tangan udah kepingin ngusep
pake pisau.
Mickey tertawa mendengarkan deskripsiku. kira-kira aku bisa bantu nggak?
nggak tahu aku. Ucapku sambil geleng-geleng kepala dan menyeruput es krimku
yang mencair.

Anda mungkin juga menyukai