Anda di halaman 1dari 21

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tomat adalah komoditas hortikultura yang penting, tetapi produksinya
baik kuantitas dan kualitas masih rendah. Hal ini disebabkan antara lain
tanah yang keras, miskin unsur hara mikro serta hormon, pemupukan tidak
berimbang,

serangan

hama

dan

penyakit,

pengaruh

cuaca

dan iklim, serta teknis budidaya petani.


Tomat yang bisa dimasukkan dalam kelompok buah maupun sayur ini
adalah tumbuhan yang berasal dari keluarga Solanaceae. Tomat merupakan
tumbuhan asli Amerika Selatan dan Amerika tengah mulai dari Peru sampai
dengan Meksiko. Tomat merupakan buah yang kaya akan manfaat dan
merupakan bahan pokok pembuatan berbagai macam jenis saus. Tomat
merupakan tumbuhan yang memiliki siklus hidup singkat. Tanaman tomat
dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter, dan masih memiliki hubungan
kerabat dengan kentang (Syakur, 2012).
Buah tomat saat ini merupakan salah satu komoditas hortikultura
yang bernilai ekonomi tinggi dan masih memerlukan penanganan serius,
terutama dalam hal peningkatan hasilnya dan kualitas buahnya. Dilihat dari
rata-rata produksinya, ternyata tomat di Indonesia masih rendah, yaitu 6,3
ton/ha jika dibandingkan dengan negara-negara seperti Taiwan, Saudi Arabia
dan India yang berturut-turut 21 ton/ha, 13,4 ton/ha dan 9,5 ton/ha
(Kartapradja, 1992).

Rendahnya produksi tomat di Indonesia kemungkinan disebabkan


varietas yang ditanam tidak cocok, kultur teknis yang kurang baik atau
pemberantasan hama/penyakit yang kurang efisien.
Kebanyakan varietas tomat hanya cocok ditanam di dataran tinggi,
tetapi oleh Badan Penelitian dan Pengambangan Pertanian telah dilepas
varietas tomat untuk dataran rendah, yaitu Ratna, Berlian, Mutiara serta
beberapa varietas lainnya. Penanaman tomat tanpa memperhatikan
kualitasnya masih seringkali terjadi, sehingga hasil dan kualitas buahnya
sangat rendah. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan tomat yang
semakin tinggi maka penelitian perlu diarahkan untuk meningkatkan hasil
dan kualitas buah tomat dengan menanam varietas-varietas tomat unggul
(Wijayani, 2005).
Kemampuan tomat untuk dapat menghasilkan buah sangat tergantung
pada interaksi antara pertumbuhan tanaman dan kondisi lingkungannya.
Faktor lain yang menyebabkan produksi tomat rendah adalah penggunaan
pupuk yang belum optimal serta pola tanam yang belum tepat. Upaya untuk
menanggulangi kendala tersebut adalah dengan perbaikan teknik budidaya
(Wijayani, 2005).
Teknik budidaya tomat dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
hidroponik dan teknik budidaya di lapangan. Umumnya petani dalam
mengembangkan usaha tomat, teknik budidaya yang dilakukan yaitu teknik
budidaya di lapang. Teknik budidaya tomat dilapang meliputi: persiapan

lahan untuk persemaian dan penanaman, persemaian, penanaman,


pemeliharaan (pewiwilan, penyulaman, pengajiran, pemupukan, penyiraman
penyiangan, pengendalian hama dan penyakit), panen dan pasca panen
(Susila, 2006). Kendala yang sering dihadapi dalam budidaya tomat yaitu
hama dan penyakit yang menyerang tanaman tomat. Hama yang sering
menyerang tanaman tomat diantaranya Heliothis armigera (buah menjadi
busuk dan rontok, juga menyerang pucuk cabang), Agrotis epsilon (daun
tinggal rangkanya), Thrips spp (daun bergaris kecil berwarna perak dan
layu); dan Nematoda (Meloidogyna sp.) menyerang akar tanaman sehingga
berbinti-bintil. Penyakit yang sering menyerang tanaman tomat antara lain:
(1) Phytoptora infestans (bercak daun pada ujung dan pinggir daun sebelah
bawah), (2) Fusarium oxysporum (tulang daun menguning dan tangkai
merunduk, tanaman kerdil, buah terbentuk tetapi kecil-kecil); (3)
Pseudomonas solanacearum (kelayuan dimulai dari bagian pucuk dan
batang menjadi lembek) (Edi, 2010).
Setiap 100 gram buah tomat mengandung 27 mg fosfor, 11
mg kalsium, 6 mg besi, 360 mg kalium, 23 mg vitamin C, 20 mg kalori,
1000 UI vitamin A, dan vitamin K. Selain itu tomat juga mengandung
berbagai vitamin dan mineral yang bermanfaat untuk keseimbangan
kesehatan tubuh serta membantu mengatasi berbagai macam penyakit antara
lain penggumpalan darah, mengatasi kelelahan.

Kandungan tomatine pada

tomat memiliki fungsi sebagai anti radang. Karotine dan vitamin C

berfungsi sebagai antioksidan serta asam sitrat yang terkandung pada tomat
mampu mengangkat lemak dan kotoran pada kulit wajah (Roma, 2009).
B. Tujuan dan Sasaran
1. Praktik Kerja Lapangan yang dilaksanakan mempunyai tujuan:
a. Mengetahui dan mempelajari budidaya tanaman tomat yang ada
di Desa Gandatapa, Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas.
b. Menambah ketrampilan dan pengetahuan teknik budidaya
tanaman tomat dan mengetahui permasalahan yang ada pada
budidaya tanaman tomat dan cara pemecahan masalah.
2. Sasaran Praktik Kerja Lapangan ini adalah:
a. Memperoleh pengetahuan lebih lanjut tentang budidaya
tanaman tomat di Desa Gandatapa, melalui Dinas Penyuluhan
Pertanian, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas.
b. Mendapatkan pengalaman kerja lapang secara langsung tentang
teknik budidaya dan pemeliharaan tanaman tomat.
C. Manfaat
Praktik Kerja Lapangan ini diharapkan akan memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Menambah pengetahuan dan wawasan secara keseluruhan cara
budidaya tanaman tomat.
2. Menambah ketrampilan cara budidaya tanaman tomat dilahan pertanian
secara langsung.
3. Mengetahui teknik budidaya dan pengendalian organisme pengganggu
tanaman tomat.
II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Aspek Botani dan Morfologi Tanaman Tomat

Nama latin untuk tanaman tomat adalah Solanum lycopersicum L atau


Lycopersicon. Tanaman ini termasuk dalam family solanacaae dan
merupakan tanaman setahun yang berumur pendek, berupa semak dengan
jumlah kromosom somatis yang berjumlah 24. Klasifikasi tanaman tomat
ialah sebagai berikut (Adiyoga et al, 2004):
Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom

: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua dikotil)

Sub Kelas

: Asteridae

Ordo

: Solanales

Famili

: Solanaceae (suku terung-terungan)

Genus

: Solanum

Spesies

: Solanum lycopersicum L.

Tanaman tomat ditanam sebagai tanaman buah maupun sayuran di


ladang, pekarangan, atau ditemukan liar pada ketinggian 1 sampai 1600 m
dpl. Tanaman ini tidak tahan hujan, sinar matahari terik, serta menghendaki
tanah yang gembur dan subur. Tanaman setahun ini tumbuh tegak atau
bersandar pada tanaman lain, tinggi 0,5 sampai 2,5 m, bercabang banyak,
berambut, dan berbau kuat. Batang bulat, menebal pada buku-bukunya,
berambut kasar warnanya hijau keputihan. Daun majemuk menyirip, letak
berseling, bentuknya bulat telur sampai memanjang, ujung runcing (acutus),

pangkal membulat, helaian daun yang besar tepinya berlekuk, helaian yang
lebih kecil tepinya bergerigi, panjang 10 sampai 40 cm, warnanya hijau
muda. Bunga majemuk, berkumpul dalam rangkaian berupa tandan,
bertangkai, mahkota berbentuk bintang, warnanya kuning. Buahnya buah
buni, berdaging, kulitnya tipis licin mengkilap, beragam dalam bentuk
maupun ukurannya, warnanya kuning atau merah. Bijinya banyak, pipih,
warnanya kuning kecokelatan (Gembong, 1985).
Buah tomat bisa dimakan langsung, dibuat jus, saus tomat, dimasak,
dibuat sambal goreng, atau dibuat acar tomat. Pucuk atau daun muda bisa
disayur. Buah tomat yang umum ada di pasaran bentuknya bulat. Tomat
berukuran besar, berdaging tebal, berbiji sedikit, dan berwarna merah
disebut sebagai tomat buah, biasa disantap segar sebagai buah. Tomat
berukuran lebih kecil dikenal sebagai tomat sayur karena digunakan di
dalam masakan. Tomat yang berukuran sebesar kelereng disebut tomat ceri
dan digunakan untuk campuran membuat sambal atau dalam hidangan
selada. Habitat tanaman tomat hidup pada tanah lembab pada dataran rendah
hingga 900 m dpl (Putra, 2010).
Menurut Pitojo (2005), mengungkapkan bahwa berdasarkan tipe
pertumbuhan batangnya, tanaman tomat dikelompokan menjadi tiga tipe
yaitu tipe determinate, indeterminate, semi-determinate.

a. Tipe determinate: pertumbuhan batang tanaman yang mana diakhiri


dengan munculnya pertumbuhan bunga atau buah, periode panan relatif
pendek, habitus tanaman relatif pendek.
b. Tipe indeterminate: tanaman masih dapat tumbuh pertumbuhan
batangnya setelah keluarnya bunga atau buah, periode panen relatif
panjang, dan habitus tanaman umumnya tinggi.
c. Tipe semi-determinate: tanaman tomat tidak memiliki sifat antara kedua
tipe tersebut.
Beberapa contoh varietas tomat yang termasuk kedalam tipe
determinate yaitu: Mirah, Jelita F1, Idola F1, Rtna Ew select, Permata F1.
Varietas yang termasuk kedalam tipe indeterminate yaitu: Safira F1, Presto
F1, Mahkota F1, Arthaloka F1, Pepe F1, Artana F1, sedangkan yang
termasuk kedalam tipe semi-determinate yaitu: Kaliurang, Glory F1
(Wiryanta, 2002).
B. Ekologi Tanaman Tomat

Budidaya tanaman tomat memerlukan persyaratan tumbuh yang sesuai


untuk hidupnya. Oleh karena itu, keadaan ekologi atau lingkungan yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan perlu diperhatikan. Tanaman tomat
dapat tumbuh di berbagai ketinggian tempat, baik di dataran tinggi maupun
di dataran rendah, tergantung varietasnya (Cahyono, 2003).

Sebagian sentra penanaman tomat berada di daerah dengan kisaran


ketinggian 1.000 sampai 1.250 m dpl. Hal ini sesuai dengan data Aksi
Agraris Kanisius (1992), bahwa tanaman tomat dapat tumbuh dengan baik
dan optimum pada ketinggian 1.000 sampai 2.000 m dpl. Tanaman tomat
dalam pertumbuhannya juga dipengaruhi oleh keadaan iklim dan tanah.
Keadaan iklim dan tanah yang optimal, akan menjadikan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tomatpun optimal (Wiryanta, 2002).
1.

Tanah
Tomat bisa ditanam pada semua jenis tanah, seperti andosol,

regosol, latosol, ultisol, dan grumusol. Namun demikian, tanah yang paling
ideal dari jenis lempung berpasir yang subur, gembur, memiliki kandungan
bahan organik yang tinggi, serta mudah mengikat air (porous). Jenis tanah
berkaitan dengan peredaran dan ketersediaan oksigen di dalam tanah.
Ketersediaan oksigen penting bagi pernapasan akar yang memang rentan
tehadap kekurangan oksigen. Kadar oksigen yang mencukupi di sekitar akar
bisa meningkatkan produksi buah. Oksigen di sekitar akar bisa juga
meningkatkan penyerapan unsur hara fosfat, kalium, dan besi.
Untuk pertumbuhannya yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah
yang gembur, kadar keasaman (pH) antara 5 sampai 6, tanah sedikit
mengandung pasir, dan banyak mengandung humus, serta pengairan yang
teratur dan cukup mulai tanam sampai waktu tanaman mulai dapat dipanen
(Satria, 2008).

2.

Iklim
Tanaman tomat pada fase vegetatif memerlukan curah hujan yang

cukup. Sebaliknya, pada fase generatif memerlukan curah hujan yang


sedikit. Curah hujan yang tinggi pada fase pemasakan buah dapat
menyebabkan daya tumbuh benih rendah. Curah hujan yang idealselama
pertumbuhan tanaman tomat berkisar antara 750 sampai 1.250 mm per
tahun. Curah hujan tidak menjadi faktor penghambat dalam penangkaran
benih tomat di musim kemarau jika kebutuhan air dapat dicukupi dari air
irigasi, namun dalam musim yang basah tidak akan terjamin baik hasilnya.
iklim yang basah akan membentuk tanaman yang rimbun, tetapi bunganya
berkurang, dan didaerah pegunungan akan timbul penyakit daun yang dapat
membuat fatal pertumbuhannya. Musim kemarau yang terik dengan angin
yang kencang akan menghambat pertumbuhan bunga (mengering dan
berguguran). Walaupun tomat tahan terhadap kekeringan, namun tidak
berarti tomat dapat tumbuh subur dalam keadaan yang kering tanpa
pengairan. Oleh karena itu baik di dataran tinggi maupun dataran rendah
dalam musim kemarau, tomat memerlukan penyiraman atau pengairan demi
kelangsungan hidup dan produksinya.
Suhu yang paling ideal untuk perkecambahan benih tomat adalah 25
sampai 300 C, sedangkan suhu ideal untuk pertumbuhan tanaman tomat
adalah 24 sampai 280 C. Jika suhu terlalu rendah pertumbuhan tanaman akan
terhambat. Demikian juga pertumbuhan dan perkembangan bunga dan
buahnya yang kurang sempurna. Kelembaban relatif yang diperlukan untuk

pertumbuhan tanaman tomat adalah 80%. Sewaktu musim hujan,


kelembaban akan meningkat sehingga resiko terserang bakteri dan
cendawan cenderung tinggi. Oleh karena itu, jarak tanamnya perlu
diperlebar dan areal pertanamannya perlu dibebaskan dari segala jenis
gulma.
Tanaman tomat membutuhkan penyinaran penuh sepanjang hari untuk
produksi yanng menguntungkan, tetapi sinar matahari yang terik tidak
disukai. Daerah yang beriklim sejuklah yang disukainya. Tanaman ini tidak
tahan terhadap awan. Daerah yang dengan kondisi demikian tanaman mudah
terserang cendawan busuk daun dan sebangsanya. Angin kering dan udara
panas juga kurang baik bagi pertumbuhannya dan sering menyebabkan
kerontokan bunga (Satria, 2008).
C. Budidaya Tanaman Tomat
C.1. Bibit dan Persemaian
Benih tomat dapat langsung diperoleh dari suplier atau disiapkan
sendiri. Sebetulnya menyiapkan sendiri benih tomat yang baik tidaklah
terlalu sukar. Caranya adalah sebagai berikut:
1. Buah tomat dipilih yang sehat, tidak cacat, dan matang penuh dari
varietas yang unggul. Buah yang telah dipilih selanjutnya diperam
selama tiga hari sampai warna buah berubah menjadi merah gelap dan
lunak, kemudian bijinya dikeluarkan bersama lendirnya.
2. Biji beserta lendir difermentasi selama 3 hari sampai lendir dan airnya
terpisah dari biji.

10

3. Biji yang telah terpisah tadi segera dicuci dan dijemur selama kurang
lebih 3 hari atau hingga kadar airnya kurang lebih 6%.
4. Biji yang telah kering dapat langsung disemai atau disimpan. Bila
telah diperoleh, sebaiknya benih disemaikan dahulu sebelum ditanam
pada bedengan yang tetap. Bedengan persemaian dibuat dengan
ukuran lebar antara 0,8 sampai 1,2 m dengan panjang sekitar 2 sampai
3 m, dan tinggi sekitar 20 sampai 25 cm. Jarak antar barisan adalah 5
cm. Bedengan yang telah dibentuk diberi pupuk kandang seminggu
sebelum tanam sebanyak 5 kg/m2 dan pupuk urea dua hari sebelum
tanam sebanyak 30 g/m2.
Setelah bedengan persemaian siap diolah, bibit tomat dapat segera
disebar. Untuk satu hektar pertanaman, benih yang dibutuhkan adalah
sekitar 300 sampai 400 gram. Pada persemaian diberi lindungan yang dapat
berupa atap rumbia atau pelepah pisang. Persemaian disiram setiap pagi dan
sore. Bila bibit telah mencapai tinggi antara 7 sampai 10 cm, yaitu dalam
waktu 2 minggu (Hanum, 2008).
Setelah disebar, bibit itu dapat segera dipindahkan ke tempat
penyapihan. Penyapihan berguna untuk menyeleksi bibit yang bagus dan
sebagai latihan hidup bagi tanaman muda. Tempat penyapihan dapat berupa
polibag atau bumbung dari pelepah pisang. Bibit dibiarkan di tempat
penyapihan sampai berumur 1 bulan dengan tinggi sekitar 15 cm dan telah
berhelai daun 3 atau 4. Setelah itu, tanaman dapat dipindahkan ke tempat
penanaman yang tetap. Sebelum penanaman dilakukan, sebaiknya lahan
disiapkan dahulu. Lahan yang telah dipilih segera diolah (Hanum, 2008).

11

Guna mencegah nematoda yang merugikan, kita dapat memberikan


Nemagon sebagai fumigan tanah 2 atau 3 minggu sebelum tanam.
Kemudian lahan itu dibuat bedengan dengan lebar antara 1,4 sampai 1,6 m,
dan jarak antar bedengan sekitar 20 cm. Lubang penanaman segera dibuat di
atas bedengan itu dengan luas sekitar 15 sampai 20 cm sedalam 70 sampai
80 cm. Agar tanah cukup subur, perlu ditambahkan pupuk kandang
sebanyak 0,5 sampai 1 kg untuk setiap lubang. Banyaknya pupuk kandang
untuk 1 ha lahan adalah sekitar 20 sampai 30 ton (Hanum, 2008).
Lahan yang telah diolah sebaiknya didiamkan terlebih dahulu selama
1 bulan agar diperoleh cukup sinar matahari, kemudian barulah digunakan.
Selanjutnya bibit yang telah disapih ditanam pada bedengan yang telah
disiapkan dengan jarak antartanaman sekitar 50 sampai 60 cm. Setiap
bedengan berisi dua baris tanaman, sehingga setiap ha lahan dapat ditanami
sebanyak 20.900 sampai 28.600 bibit (Hanum, 2008).

C.2. Penyiraman
Penyiraman dilakukan bila selama pertumbuhan tanaman jatuh pada
musim kemarau yang berkepanjangan (sesuai dengan kebutuhan). Hal ini
dilakukan secara hati-hati agar tanaman tidak rusak dan diusahakan
penyiraman tanaman pada pagi dan sore hari (Dewa, 2007).

12

C.3. Pemupukan
1. Pupuk kandang dengan dosis 10 sampai 20 ton per hektar atau 0,5
sampai 1 kg per tanaman, yang diberikan seminggu sebelum tanam.
2. Pupuk Urea diberikan bersamaan saat tanam dengan dosis 1 kwintal
per hektar atau 4 sampai 5 gram per tanaman, sedangkan pemupukan
Urea untuk susulan dilakukan 4 minggu setelah pemupukan pertama
dengan dosis sama seperti pemupukan pertama.
3. Cara pemberian pupuk baik pupuk dasar maupun susulan, yaitu
diletakkan melingkar di sekeliling tanaman dengan jarak 10-15 cm,
kenudian ditutup dengan tanah.
4. Pemupukan dilakukan pada saat awal atau akhir musim hujan dan juga
disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah (Muis, et al 2008).
C.4. Penyulaman
Penyulaman

dilakukan

bila

ada

tanaman

yang

mati

atau

pertumbuhannya kurang baik, dan diusahakan agar bibit tanaman pengganti


harus subur pertumbuhannya serta masih seumur dengan tanaman yang
diganti (Dewa, 2007).

C.5. Penyiangan dan Pembumbunan


Penyiangan dan pembubunan dilakukan secara bersamaan setelah
tanaman berumur kira-kira 1 bulan, yaitu dengan cara membabat atau
mencabut rerumputan, kemudian tanah di sekitar tanaman dibumbun pada
tanaman (Muis, et al 2008).
C.6. Pemberian Mulsa

13

Pemberian mulsa utuk menjaga agar tanah tetap gembur, mengurangi


penguapan, dan menekan pertumbuhan rerumputan. Mulsa yang digunakan
yaitu sisa-sisa tanaman atau rumpur-rumput kering (Dewa, 2007).
C.7. Pengajiran
Pemasangan turus dimaksudkan agar tanaman dapat tumbuh tegak,
mengurangi kerusakan fisik tanaman, memperbaiki pertumbuhan daun dan
tunas serta mempermudah penyemprotan pestisida dan pemupukan. Ajir
dipasang pada saat tanaman berumur 1 bulan atau tanaman mencapai tinggi
kira-kira 40 cm. Ajir dapat digunakan seperti bambu (Dewa, 2007).
C.8. Pemangkasan
Pemangkasan dimaksudkan agar dapat diperoleh buah yang besar dan
cepat masak. Pemangkasan dilakukan sekali atau dua kali sebulan yaitu
dengan cara memangkas bagian pucuk atau cabang ketiga pada batang
pokok, atau cabang kelima pada kedua cabang yang dibiarkan hidup.
Pemangkasan tanaman tomat dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
pemangkasan tunas muda dan pemangkasan batang. Tanaman tomat yang
telah mempunyai lima dompolan buah harus dipotong pucuk batangnya dan
tunas-tunasnya agar buah dapat menjadi besar dan cepat masak. Tinggalkan
dua atau tiga tunas yang berada di samping atau di sebelah bawah dompolan
buah yang kelima itu. Dompolan yang berdaun atau berbuah lebih perlu
dipangkas dan dipetik agar tomat yang dikehendaki (lima dompolan) tidak
terhalang pertumbuhannya (Dewa, 2007).
C.9. Hama dan Penyakit

14

Adapun jenis hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman


tomat yaitu :
Hama
a. Ulat buah (Helicoperva armigera dan Heliothis sp.). Gejala buah
berlubang dan kotoran menumpuk dalam buah yang terserang.
Lakukan pengumpulan dan pemusnahan buah tomat terserang.
b. Lalat buah (Brachtocera atau Dacus sp.). Gejala buah busuk karena
terserang jamur dan bila buah dibelah akan kelihatan larva berwarna
putih. Bersifat agravator, yaitu sebagai vektornya penyakit jamur,
bakteri dan Drosophilla sp. Kumpulkan dan bakar buah terserang,
gunakan perangkap lalat buah jantan (dapat dicampur insektisida)
(Muis, et al 2008).
c. Kutu Kebul (Bemisia tabaci Genn.). Gejala berupa bercak nekrotik
pada daun yang disebabkan oleh rusaknya selsel dan jaringan daun
dihisap nimfa dan serangga dewasa,merupakan vektor TLCV (Tomato
Leaf Curl Virus). Pengendalian dilakukan secara kultur teknis, secara
fisik dan mekanis, cara biologis Memanfaatkan musuh alami
parasitoid seperti Encarsia sp., dan predator seperti Scymnus sp.,
Menochillus sp., dan Amblyseius sp. Memanfaatkan aneka tanaman
biopestisida selektif. Cara kimiawi, aplikasikan insektisida sesuai
dosis/ konsentrasi yang direkomendasi (Dewa, 2007).
Penyakit
a. Penyakit Lanas: Cabut dan buang tanaman yang terserang.
b. Layu Bakteri, penyebab Bakteri (Ralstonia solanacearum).
Pengendalian dengan cara kultur teknis, cara fisik dan mekanis, cara

15

biologis Memanfaatkan musuh alami patogen antagonis, seperti


Pseudomonas flurescens (terdapat dalam kandungan pupuk hayati
MiG6PLUS) yang diaplikasikan pada permukaan bedengan secara
merata saat tanaman berumur 15 hst. Memanfaatkan aneka tanaman
biopestisida selektif. Cara kimia dengan memberi perlakuan benih
sebelum ditanam dengan bakterisida selektif dan efektif (Dewa,
2007).
C.10. Panen dan Pasca Panen
Panen tomat dilakukan sesuai dengan tujuan pemasarannya sehingga
perlu diperhitungkan lama perjalanan sampai ke tempat tujuan. Sebaiknya
tomat berada di pasaran pada saat masak penuh, tetapi tidak boleh terlalu
masak karena akan busuk (Hanum, 2008).
Panen tomat pada umur 90 sampai 100 HST dengan ciri; kulit buah
berubah dari warna hijau menjadi kekuning-kuningan, bagian tepi daun tua
mengering, batang menguning, pada pagi atau sore hari disaat cuaca cerah.
Buah dipuntir hingga tangkai buah terputus. Pemuntiran buah dilakukan
satu-persatu dan dipilih buah yang siap petik. Masukkan keranjang dan
letakkan di tempat yang teduh (Muis, et al 2008).
Interval pemetikan 2 sampai 3 hari sekali. Supaya tahan lama, tidak
cepat busuk dan tidak mudah memar, buah tomat yang akan dikonsumsi
segar dipanen setengah matang (Muis, et al 2008).
Wadah yang baik untuk pengangkutan adalah peti-peti kayu dengan
papan bercelah dan jangan dibanting. Waspadai penyakit busuk buah

16

Antraknose, kumpulkan dan musnahkan. Buah tomat yang telah dipetik,


dibersihkan, disortasi dan di packing lalu diangkut siap untuk konsumsi
(Muis, et al 2008).

III.

A.

METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik


Kerja Lapangan
Praktik Kerja Lapangan akan dilaksanakan selama 25 hari antara
bulan Juli sampai Agustus 2012, bertempat di desa Gandatapa melalui Balai
Penyuluhan Pertanian kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas.

17

B.

Materi Praktik Kerja Lapangan


Materi atau objek yang dikaji dalam Praktik Kerja Lapang ini adalah

mengenai budidaya tanaman tomat serta permasalahan yang dijumpai dalam


pelaksanaannya, yaitu hama dan penyakit yang menyerang tanaman tomat.
C.

Metode Pengambilan Data

Praktik Kerja Lapang ini menggunakan metode observasi partisipasi,


yaitu dengan cara melakukan pengamatan secara langsung dan berperan
aktif

di

lapangan

mengenai

budidaya

tanaman

tomat

( Solanum

lycopersicum L.) di Desa Gandatapa melalui Balai Penyuluhan Pertanian


Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas. Pengumpulan data meliputi
data primer dan data sekunder.
1. Data primer
Data primer diperoleh dari pengamatan secara visual dari pengamatan
dan praktik secara langsung serta pencatatan data di lapangan, serta foto atau
dokumentasi yang diambil saat pelaksanaan kerja lapang.
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari arsip atau dokumentasi instansi, literatur,
buku dan telaah pustaka lain mengenai budidaya tanaman tomat ( Solanum
lycopersicum L).
D.

Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

Praktik Kerja Lapangan akan dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu


tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian.
1. Tahap persiapan

18

Kegiatan yang dilakukan adalah penyelesaian administrasi dan


melengkapi syarat pelaksanaan Praktik Kerja Lapang, pengumpulan
referensi atau studi pustaka yang berhubungan dengan masalah yang dikaji
serta penyusunan usulan Praktik Kerja Lapang.
2. Tahap pelaksanaan
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pengumpulan data yang
meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari
pengamatan secara langsung, pencatatan data dilapang, foto atau
dokumentasi, wawancara dengan petani secara langsung dan partisipasi aktif
dalam kegiatan yang dilakukan. Data sekunder diperoleh dari arsip atau
dokumentasi instansi, literatur, buku dan telaah pustaka lain yang
berhubungan pemeliharaan tanaman tomat.
Kegiatan kedua yang dilakukan yaitu mencari permasalahan yang
ditemui di lapang. Permasalahan yang dimaksud adalah jenis hama dan
penyakit serta intensitas serangan pada tanaman tomat. Sebelum menghitung
intensitas serangan terlebih dahulu dilakukan pengamatan di lapangan dan
mengambil sampel pada petak pengamatan yang telah ditentukan.
Tanaman sampel yang diambil sebanyak 20% tanaman dari populasi
tanaman tomat dan diambil secara diagonal. Cara menghitung intensitas
serangan bedasarkan parameter kerusakan fisik yang ditimbulkan sebagai
berikut (Wahyuni, 2006) :

IP

(ni.vi)
x100%
N .Z

Keterangan:

19

IP = Intensitas serangan (%).


ni = Jumlah daun yang terserang pada kategori tertentu.
vi = Nilai skor kategori tertentu.
Z = Nilai kategori tertinggi.
N = Jumlah tanaman contoh yang diamati.
Nilai kategori serangan untuk penyakit adalah sebagai berikut :

0 = tidak ada serangan sama sekali (sehat)


1 = luas kerusakan 0 < x < 10 %
2 = luas kerusakan 10 < x < 20 %
3 = luas kerusakan 20 < x < 40 %
4 = luas kerusakan 40 < x < 60 %
5 = luas kerusakan 60 < x < 100 %

Setelah dilakukan perhitungan akan diperoleh hasil berupa data yang


menunjukkan tingkat kerusakan yang disebabkan oleh hama dan penyakit
yang menyerang pada tanaman. Perhitungan intensitas serangan harus
dilakukan agar diketahui tingkat serangannya sehingga dengan cepat dapat
dilakukan tindakan pengendalian yang tepat.
3. Tahap penyelesaian

20

Kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis data yang diperoleh


pada saat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan dan penyusunan laporan
Praktik Kerja Lapangan.

IV.

JADWAL PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Pelaksanaan kerja praktik ini dilaksanakan selama 25 hari kerja,


antara bulan Juli sampai Agustus 2012 dengan pembagian kerja sebagai
berikut:
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
N
o
1
2
3
4

Persiapan dan
orientasi lapang
Praktik
Lapangan
Pengumpulan
data
Penyusunan
laporan

Minggu KeI
II
xxxxxx

III

IV

xxxxxx

xxxxxx

xxxxxx

xxxxxx

xxxxxx

xxxxxx

xxxxxx

xxxxxx
xxxxxx

21

Anda mungkin juga menyukai