Wilayah Bahaya Cuaca Ekstrim
Wilayah Bahaya Cuaca Ekstrim
1206259442
WILAYAH BAHAYA
BENCANA
CUACA EKSTRIM
KAB. SUMBAWA BARAT
NUSA TENGGARA BARAT
Muhardiyan
Erawan
DE PARTE ME N GE OGR AFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
U N IVER SITAS IN D ON ESIA
Muhardiyan Erawan
12.06.25.9442
Praktikum SIG
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana dapat disebabkan oleh kejadian alam maupun oleh ulah manusia.
Komponen-komponen yang dapat menyebabkan tingginya risiko bencana suatu daerah
antara lain:
1. Bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia (man-made
hazards). Menurut United Nations-International Strategy for Disaster Reduction
(UN-ISDR) bahaya alam dapat dikelompokkan menjadi bahaya geologi (geological
hazards), bahaya hidrometeorologi (hydrometeorological hazards), bahaya biologi
(biological hazards), bahaya teknologi (technological hazards), dan penurunan kualitas
lingkungan (environmental degradation).
2. Kerugian (vulnerability) yang tinggi dari masyarakat, infrastruktur, serta elemenelemen di dalam kota/kawasan yang berisiko bencana.
3. Kapasitas yang rendah dari berbagai komponen di dalam masyarakat.
Sebagai pemenuhan tugas dari mata kuliah Praktikum SIG ini saya mengambil tema
Bahaya Bencana Cuaca Ekstrim di Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Sumbawa Barat merupakan wilayah yang dominan berada di tepi pantai di Pulau
Sumbawa dan juga rentan akan terkena dampak El Nino dan La Nina.
Sebagai upaya dalam memetakan bencana salah satu metode yang dapat digunakan
adalah dengan menggunakan pendekatan Sistem Informasi Geografi. Konsep dan teknis
pembuatan peta bahaya, kerugian, dan kapasitas penting untuk dipelajari. Berdasarkan
Pembuatan Peta-Peta tersebut diatas maka dapat diturunkan menjadi matrik kajian risiko
bencana.
Wilayah Bahaya Cuaca Ekstrim
Hal. 1
Muhardiyan Erawan
12.06.25.9442
Praktikum SIG
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui wilayah bahaya cuaca ekstrim di Kabupaten
Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.
Hal. 2
Muhardiyan Erawan
12.06.25.9442
Praktikum SIG
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cuaca Ekstrim
Cuaca ekstrim adalah keadaan atau fenomena atmosfer di suatu tempat pada waktu
tertentu dan berskala jangka pendek, khususnya fenomena cuaca yang mempunyai potensi
menimbulkan bencana, menghancurkan tatanan kehidupan sosial, atau yang menimbulkan
korban jiwa manusia.
2.2 El Nino
El Nino adalah gejala gangguan iklim yang diakibatkan oleh naiknya suhu permukaan
laut Samudera Pasifik sekitar khatulistiwa bagian tengah dan timur. Naiknya suhu di
Samudera Pasifik ini mengakibatkan perubahan pola angin dan curah hujan yang ada di
atasnya. Pada saat normal hujan banyak turun di Australia dan Indonesia, namun akibat El
Nino ini hujan banyak turun di Samudera Pasifik sedangkan di Australia dan Indonesia
menjadi kering.
2.3 La Nina
La Nina adalah gejala gangguan iklim yang diakibatkan suhu permukaan laut Samudera
Pasifik dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Akibat dari La Nina adalah hujan turun lebih
banyak di Samudera Pasifik sebelah barat Australia dan Indonesia. Dengan demikian di
daerah ini akan terjadi hujan lebat dan banjir di mana-mana.
Hal. 3
Muhardiyan Erawan
12.06.25.9442
Praktikum SIG
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kajian Literatur
Untuk mengetahui wilayah bahaya cuaca ekstrim di Kabupaten Sumbawa Barat adalah
dengan melakukan identifikasi variabel yang untuk kajian wilayah bahaya cuaca ekstrim.
Variabel tersebut digambarkan dalam suatu peta yang kemudian diolah dengan menggunakan
teknik overlay peta yang kemudian akan menghasilkan peta bahaya cuaca ekstrim di wilayah
Kabupaten Sumbawa Barat.
3.2 Wilayah Penelitian
Wilayah penelitian yang dijadikan tempat untuk mengetahui resiko banjir adalah Wilayah
Bahaya Cuaca Ekstrim, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :
1. Topografi atau Kemiringan lereng
2. Pengunaan Lahan
3. Data Curah Hujan
3.4 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder, yaitu data yang di dapat dari instansi
terkait dengan data yang diperlukan. Data yang termasuk dalam kategori tersebut adalah:
1. Peta Dasar (Rupa Bumi) Wilayah Kabupaten Sumbawa Barat dan sekitarnya
2. Peta Ketinggian (Kontur)
3. Peta Kemiringan Lereng
4. Peta Penggunaan Lahan
5. Peta Pola Curah Hujan
Hal. 4
Muhardiyan Erawan
12.06.25.9442
Praktikum SIG
Variabel
Curah Hujan
Kemiringan
1
< 4.000 mm/th
Score
3
4.000 10.000 mm/th
5
> 10.000 mm/th
> 45%
25 45%
< 25%
Hutan, Perairan
Kebun, Persawahan,
Padang,
Darat,
Pertanian Tanah
Permukiman,
Pertambangan
kering
Tanah Terbuka
Lereng
Penggunaan
Lahan
Bobot
40 %
30 %
30 %
Tabel 2 Range Nilai dan Klasifikasi Wilayah Bahaya Bencana Cuaca Ekstrim
Kelas Klasifikasi
Range Score
Tidak Rawan
< 2,50
Hal. 5
Rawan
2,51 4,00
Sangat Rawan
4,01 5,00
Muhardiyan Erawan
12.06.25.9442
Praktikum SIG
Peta kemiringan lereng sangat diperlukan untuk mengetahui daerah mana yang
berpotensi terkena bahaya bencana cuaca ekstrim. Cuaca ekstrim seperti hujan
dan badai sering melanda wilayah yang landai atau dengan kemiringan sekitar <
25%.
Overlay
Hal. 6
Muhardiyan Erawan
12.06.25.9442
Praktikum SIG
Variabel
Score Curah
Hujan
Score Kemiringan
Lereng
Nilai
1
3
5
1
3
5
1
Score
Penggunaan
Lahan
5
Total Score
Cuaca Ekstrim
Tidak
Kelas Bahaya
Query
[Curah_Hujan] < 4000
[Curah_Hujan] >= 4000 AND
Rawan
Rawan
Sangat
Rawan
Hal. 7
Muhardiyan Erawan
12.06.25.9442
Praktikum SIG
Hal. 8
Muhardiyan Erawan
12.06.25.9442
Praktikum SIG
BAB 4
GAMBARAN UMUM WILAYAH
4.1 Kabupaten Sumbawa Barat
Kabupaten Sumbawa Barat sebagai salah satu daerah dari sembilan kabupaten/kota yang
berada di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat terletak diujung barat pulau Sumbawa pada
posisi 11642 sampai dengan 117 05 BT dan 08 30 sampai dengan 09 07 LS, dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara
: Kec. Alas Barat dan Kec. Alas Kabupaten Sumbawa
Sebelah Timur
: Kec. Batu Lanteh dan Kec. Lunyuk Kab. Sumbawa
Sebelah Selatan : Samudera Hindia
Sebelah Barat
: Selat Alas
4.1.1. Topografi
Menurut karakteristik topografinya, permukaan tanah Kabupaten Sumbawa cenderung
berbukit-bukit dengan ketinggian antara 0-1.100 meter diatas permukaan laut (mdpl).
Ketinggian 0-100 mdpl mencapai luas 26,81%; 100-500 mdpal 53,43%; 500-1.000 mdpal
19,63% dan >1.000 mdpl 0,1%. Adapun berdasarkan klasifikasi kemiringan lahan,
kemiringan < 25% sebesar 73,90%; 25 40% sebesar 24,60%; > 40% sebesar 1,50%.
(Sumber : Analisa dengan ArcMap 10.1 berdasar Peta Kontur dengan interval 100 meter)
4.1.1. Penggunaan Lahan dan Tutupan Lahan
Penggunaan Lahan merupakan kondisi karakteristik dipermukaan bumi yang secara
umum dibuat atau didapat karena adanya aktifitas manusia yang terlibat didalamnya,
sedangkan Tutupan Lahan merupakan kondisi karakteristik dipermukaan bumi yang terjadi
secara alamiah, tanpa dipengaruhi aktifitas manusia. Walaupun 2 variabel ini berbeda, namun
biasanya dimasukkan dalam 1 variabel karena tidak mungkin 2 variabel ini terpisah dalam
satu wilayah dipermukaan bumi. Penggunaan atau tutupan lahan di Kabupaten Sumbawa
didominasi oleh Hutan yaitu sebesar 58,56%, lalu diikuti oleh Perkebunan sebesar 12,38%,
Sawah irigasi 8,53%; Sawah musiman 7,98%; Padang 7,03%; Tanah Terbuka 2,62%;
Perairan Darat 1,12%; Pertambangan 1,06%; dan Permukiman 0,61%. (Sumber : Analisa
dengan ArcMap 10.1 berdasarkan data penggunaan lahan, Badan Informasi dan Geospasial
2010)
Hal. 9
Muhardiyan Erawan
12.06.25.9442
Praktikum SIG
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab berikut ini akan dijelaskan hasil dan pembahasan dari penelitian. Didalam
prosen untuk menentukan Wilayah Bahaya Cuaca Ekstrim ini perlu diketahui beberapa variable
yang berpengaruh, diantaranya adalah Pola Curah Hujan, Penggunaan Lahan, dan kemiringan
Lereng.
Penghitungan indeks ancaman bencana cuaca ekstrim mengacu kepada beberapa
parameter berdasarkan pedoman umum pengkajian risiko bencana. Parameter yang dilihat
untuk menghitung indeks ancaman bencana cuaca ekstrim adalah keterbukaan lahan,
kemiringan lereng, curah hujan tahunan sehingga menghasilkan skor bahaya. Perhitungan
untuk mendapat kan kelas indeks ancaman dari luas kawasan terpapar dan indeks
penduduk terpapar dilaksanakan dalam pengkajian risiko bencana pada dokumen kajian
risiko bencana Kabupaten pada tahun 2012.
Dari hasil penelitian diperoleh matriks dan luasan wilayah bahaya bencana cuaca ekstrim
sebagai berikut :
Tabel 4 Matriks Tingkat Bahaya
Klasifikasi
Luas Wilayah (km2)
Persentase (%)
Tidak Rawan
657
36,70
Rawan
799
44,64
Sangat Rawan
334
18,66
Jika melihat Peta Wilayah Bahaya Bencana Cuaca Ekstrim, semakin ke daerah tepi pantai
sebelah utara, maka wilayah tersebut makin berpotensi terkena dampak bahaya cuaca ekstrim.
Hal ini disebabkan karena efek La Nina, sehingga hujan turun lebih banyak di wilayah
Kabupaten Sumbawa sebelah barat dan utara. Dengan demikian di daerah ini akan terjadi hujan
lebat dan banjir di mana-mana. Penggunaan dan tutupan lahan juga berperan dalam menentukan
wilayah ini, makin ke arah barat dan selatan, tutupan lahan makin didominasi oleh hutan dan
perkebunan. Sedangkan kemiringan lereng didominasi oleh wilayah dengan kemiringan < 25 %,
yang juga memberikan dampak potensi bahaya bencana cuaca ekstrim, terutama di wilayah barat
Kabupaten Sumbawa Barat.
Berikut adalah sebaran Wilayah Bahaya Cuaca Ekstrim di Kabupaten Sumbawa di tiap
kecamatan :
Wilayah Bahaya Cuaca Ekstrim
Hal. 10
Muhardiyan Erawan
12.06.25.9442
Praktikum SIG
Kecamatan
Klasifikasi Bahaya
Luas
Wilayah
(Km2)
Persentase
Luas
Wilayah
Kecamatan
(Km2)
Persentase
(Berdasarkan
Luas Wilayah
Kab. Sumbawa
Barat)
Hal. 11
Muhardiyan Erawan
12.06.25.9442
Praktikum SIG
BAB 6
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dengan menggunakan metode overlay didapatkan hasil bahwa
sebagian besar wilayah Kabupaten Sumbawa Barat berpotensi Bencana Cuaca Ekstrim (Rawan :
44,64%, Sangat Rawan : 18,66%). Wilayah yang berpotensi ini didominasi oleh wilayah yang
dekat dengan tepi pantai dengan curah hujan yang tinggi, memiliki daerah yang landai dan
dominan memiliki keterbukaan lahan yang cukup luas.
Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa wilayah yang berpotensi tinggi Bencana Cuaca
Ekstrim ini yaitu wilayah Kecamatan Poto Tano (78%), Seteluk (54%), Maluk (35%), dan
Taliwang (32%).
Hal. 12