Oleh:
Gomgom DarwinA
(115020300111088)
Yahdi Furqon B
(115020307111060)
AloysiusAdi S
(125020300111101)
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ASB muncul karena di dalam sektor publik tidak akan lepas dari penganggaran dan
dalam penganggaran pemerintah ASB sangat dibutuhkan untuk menentukan standar biaya
yang dapat dianggarkan. Digunakannya ASB ini bertujuan untuk menekan anggaran yang
dikeluarkan pemerintah agar anggaran tersebut memenuhi prinsip 3E (efektif, efisien dan
ekonomis). Selain itu ASB juga berfungsi sebagai kendali bagi pemerintah agar tujuan
organisasi dapat tercapai.
Pada pertemuan pertama mengenai ASB telah dibahas pengertian dari ASB. Dimana
Analisis Standar Belanja (ASB) muncul dalam ranah perundangan Pemerintah Daerah
pada tahun 2004 ketika terbit Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Peraturan ini merupakan pengganti dari peraturan lawas yaitu Undang-Undang
No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam UU no.32 tersebut ASB
dijelaskan sebagai penilaian atas kewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan
untuk melaksanakan suatu kegiatan.
Dalam penentuannya ASB sering dikaitkan dengan Belanja Modal, Belanja
Langsung dan Tidak Langsung serta Standar Pelayanan Minimal(SPM). Untuk itu
makalah kelompok kami akan mencoba menjelaskan keterkaitan antara ketiga hal
tersebut dengan ASB itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang di atas, kami merumuskan beberapa hal yang menjadi
rumusan masalah, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan belanja modal?
2. Bagaimana hubungan ASB dan belanja modal?
3. Apa yang dimaksud dengan belanja langsung dan tidak langsung?
4. Bagaimana hubungan ASB dan belanja langsung dan tidak langsung?
5. Apa yang dimaksud dengan SPM?
6. Bagaimana hubungan ASB dan SPM?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ASB danAnalisis Penganggaran Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang
sifatnya menambah aset tetap atau aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari 1 (satu) periode
akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya
mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Aset
tetap mempunyai ciri-ciri berwujud, akan menambah aset pemerintah, mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 (satu) tahun, dan nilainya relatif materianl. Sedangkan ciri-ciri aset lainnya adalah tidak
berwujud, akan menambah aset pemerintah, mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, dan
nilainya relatif material.
Belanja modal meliputi antara lain :
a.
Belanja modal tanah, adalah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk pengadaan/
pembelian/pembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan,
pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya
sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi
siap pakai.
b.
Belanja modal peralatan dan mesin, adalah pengeluaran untuk pengadaan peralatan dan mesin
yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan antara lain biaya pembelian, biaya
pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan
mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan .
c.
Belanja modal gedung dan bangunan, adalah pengeluaran yang digunakan untuk
pengadaan/penambahan/penggantian gedung dan bangunan sampai dengan bangunan
dan gedung dimaksud dalam kondisi siap digunakan.
d.
Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan, adalah pengeluaran yang digunakan untuk
pengadaan/penambahan/penggantian/peningkatan
pembangunan/pembuatan
serta
perawatan yang menambah kapasitas sampai jalan, irigasi dan jaringan dimaksud dalam
kondisi siap digunakan.
e.
Belanja modal fisik lainnya, adalah pengeluaran yang digunakan untuk pengadaan/
penambahan/penggantian/peningkatan pembangunan/pembuatan serta perawatan terhadap
fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan kedalam belanja modal diatas. Termasuk
dalam belanja ini adalah belanja yang menambah kapasitas sampai jalan, irigasi dan
jaringan dimaksud dalam kondisi siap digunakan.
Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau aset lainnya yang
menambah masa umur, manfaat, dam kapasitas;
2.
Pengeluaran tersebut melebihi batasan minimum kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang
telah ditetapkan oleh pemerintah;
3.
Perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual atau dibagikan.
kewajaran suatu anggaran belanja dinilai berdasarkan kesesuaian antara target kinerja
pelayanan yang diusulkan dengan sumber dananya.Pendekatan ini merupakan suatu konsep Grant
Related Expenditture Assesment (GREA)dalam analisis standar belanja. Jika suatu sumber dana tertentu
jumlahnya diestimasikan tidak mencukupi untuk membiayai anggaran belanja suatu program atau
kegiatan dengan target tertentu, maka pemerintah daerah dapat :
1. Mendanai dari anggaran sumber pendapatan atau pembiayaan yang lain berdasarkan target
pelayanan yang diharapkan atau
2. Menyesuaiakan target pelayanan dengan tersedianya sumber dana
Kewajaran biaya yang dianggarkan dengan demikian berkaitan dengan tiga aspek,yaitu:
1. Kaitan antara biaya yang dianggarkan dengan target pencapaian kinerja.
2. Kaitan antara anggaran biaya dengan harga standar yang berlaku.
3. Kaitan antara biaya yang dianggarkan dengan sumber dananya.
program dan kegiatan. Selanjutnya, kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut
jenis belanja yang terdiri dari :
1. belanja pegawai;
2. belanja bunga;
3. belanja subsidi;
4. belanja hibah;
5. belanja bantuan sosial;
habis,
mobilitas,
sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman,
pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari- hari tertentu,
perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas, dan pemulangan
pegawai.
Dan untuk jenis belanja langsung yang terakhir ada belanja modal. Belanja
modal
digunakan
untuk
pengeluaran
yang
dilakukan
dalam
rangka
pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan,
jalan,
irigasi
dan
jaringan
dan
aset
tetap
lainnya.
Nilai
menyelidiki
varians
hasil
sesungguhnya
dengan
tujuan
yang
direncanakan.
Analisis varians belanja dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
Analisis Varians Belanja = Realisasi Belanja Anggaran Belanja
2. Pertumbuhan Belanja Langsung
Analisis pertumbuhan belanja langsung dilakukan untuk mengetahui
kecendrungan baik berupa kenaikan atau penurunan belanja selama kurun waktu
tertentu. Mahmudi, (2010:160) Analisis pertumbuhan belanja bermanfaat untuk
mengetahui perkembangan belanja dari tahun ke tahun.
program
atau
kegiatan
dikatakan
efisien
apabila
mampuh
x 100%
Anggaran belanja
dan justifikasi yang kuat. ASB mendorong penetapan biaya dan pengalokasian
anggaran kepada setiap aktivitas unit kerja menjadi lebih logis dan mendorong
dicapainya
efisiensi
secara
terus-menerus
karena
adanya
pembandingan
(benchmarking) biaya per unit setiap output dan diperoleh praktek-praktek terbaik
(best practices) dalam desain aktivitas. Untuk melakukan perhitungan ASB, unit
kerja terkait perlu terlebih dahulu mengidentifikasi belanja yang terdiri dari :
o
Belanja Langsung
tersebut dikarenakan formula dari ASB itu sendiri. Formula ASB ialah menghitung
total biaya (biaya langsung + biaya tidak langsung) Dimana ASB itu sendiri
merupakan bahan pembanding pemerintah dalam membuat anggaran untuk tahun
selanjutnya. Maka dalam penyusunan ASB tersebut perlu ada perhitungan mengenai
total biaya langsung dan tidak langsung. Dengan kata lain ASB merupakan hasil
penjumlahan belanja langsung setiap program atau kegiatan dengan belanja tidak
langsung yang dialokasikan pada program atau kegiatan yang bersangkutan.
Perhitungan ASB tidak dapat distandarisasi antara propinsi/kabupaten/kota
dengan propinsi/kabupaten/kota lainnya karena standarisasi harga antara suatu tempat
dengan tempat lainnya dapat berbeda. Misalnya harga obat di Jawa Barat dengan
Papua sangat berbeda. Demikian juga, tarif perjalanan dinas, honor-honor dll dapat
berbeda antara Jawa Barat dan Papua.
3.3ASB dan StandarPelayanan Minimal
Standar Pelayanan Minimal menurut Undang - Undang 32 Tahun 2004 pasal 11 ayat
(4), menyatakan bahwa penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang Bersifat Wajib yang
berpedoman
Peraturan
Pemerintah
No.
tahun
2008
tentang
Pedoman
Evaluasi
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknik
Penyusunan dan Penetapan SPM.
Peraturan
Pedoman serta rencana dan target pencapaian standar pelayanan minimum yang di
laksanakan oleh pemda telah diatur dalam PP no.65 tahun 2005, Pasal 9 ayat 2
sampai ayat 5.
tidak
dapat
melaksanakan
SPM
sesuai
dengan
yang
telah
sudah mengetahui apa-apa saja hal yang kurang kemudian hitung berapa biaya
kekurangannya dan gunakan ASB untuk menghitung tambahan biaya yang
diperlukan agar dapat memenuhi indikator capaian SPM.