Anda di halaman 1dari 32

`LONG CASE

OTITIS EKSTERNA DIFUSA AURIKULA SINISTRA


Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti
Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Penyakit THT
Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul

Diajukan kepada :
dr. I Wayan Marthana WK., M.Kes, Sp.THT

Disusun oleh :
Ajeng Titi Probo Rahayanti
20090310122

SMF ILMU PENYAKIT THT


RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014

LEMBAR PENGESAHAN

LONG CASE
OTITIS EKSTERNA DIFUSA AURIKULA SINISTRA

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian
Ilmu Telinga, Hidung dan Tenggorok
RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun oleh :
Ajeng Titi Probo Rahayanti
20090310122

Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggal

September 2014

Pembimbing

dr. I Wayan Marthana WK., M.Kes, Sp.THT

BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama

: An. A

Jenis kelamin

: Laki-laki

Usia

: 7 tahun

Berat Badan

: 22 Kg

Alamat

: Ndempet srihandono, Pundong, Bantul

Pekerjaan

: Pelajar

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Bangsa

: Indonesia

Tanggal masuk RS

: 9 September 2014

RM

: 539179

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal 9 September 2014 di poli THT RSUD
Panembahan Senopati Bantul pada jam 10.00 WIB secara alloanamnesis
dengan ibu pasien.
1. Keluhan Utama
Os datang dengan keluhan telinga kiri terasa sakit seperti
berdenyut kurang lebih sejak 1 minggu SMRS.
2. Keluhan Tambahan

Os mengeluh telinga kirinya juga gatal, terasa tidak enak dan


penuh.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
OS datang dengan keluhan telinga kiri sakit seperti berdenyut kurang lebih
sejak 1 minggu sebelum masuk RS. Awalnya tidak terlalu sakit dan hanya
kadang-kadang muncul tetapi semakin lama semakin merasa sakit dan
frekuensinya sering. OS juga mengeluh rasa tidak enak dan penuh di
telinga yang sama. OS merasakan nyeri jika bagian depan telinga kiri
apabila ditekan. Pada awalnya OS merasa gatal di telinga kiri 3 hari
sebelum masuk RS namun saat pemeriksaan sudah tidak lagi. OS
menyangkal adanya riwayat keluar cairan dari telinga. Riwayat demam
disangkal. OS juga menyangkal berkurangnya pendengaran. OS tidak
mengeluh rasa telinga berdengung . Riwayat nyeri tenggorokan maupun
nyeri menelan disangkal.
Ibu OS mengatakan keluhan timbul setelah mengorek-ngorek
telinganya dengan cotton bud kurang lebih 1 minggu sebelum masuk
rumah sakit. OS memang memiliki kebiasaan sering dibersihkan
telinganya oleh ibunya setiap hari dengan menggunakan cotton bud.
Riwayat kemasukan air saat mandi diakui oleh OS kurang lebih 9 hari
sebelum masuk rumah sakit. Riwayat batuk disangkal. Riwayat pilek
disangkal. Riwayat hobi berenang disangkal. Riwayat kepala atau telinga
terpukul juga disangkal.
Ibu OS mengaku belum berobat ke klinik manapun dan belum minum
obat apapun untuk menghilangkan keluhan.
1. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

- OS baru pertama kali merasakan keluhan seperti ini.


- Riwayat alergi obat, makanan, debu, maupun udara dingin disangkal oleh
OS.
- Riwayat dirawat di RS, operasi THT disangkal oleh OS.
A. PEMERIKSAAN FISIK
I. KEADAAN UMUM
Keadaan umum
: baik, Compos mentis
Nadi
: 90x/menit
Suhu
: 36.2C
Pernapasan
: 24x/menit
Berat badan
: 22 kg
II. TELINGA
KANAN
Normal

KIRI
Normal

Deformitas (-)
Tidak ada
Tidak ada
Tidak Nyeri
Tidak Nyeri
Tidak dilakukan
Tidak ada kelainan
Lapang, nanah (-), serumen (-),

Deformitas (-)
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri
Nyeri
Tidak dilakukan
Tidak ada kelainan
Sempit, nanah (-),

sekret (-), hiperemis (-), oedem

serumen (-), sekret (-),

(-)
MT intak, hiperemis (-), edema

hiperemis (+), oedem (+)


Sulit dinilai

Bentuk Daun Telinga


Kelainan Kongenital
Tumor
Nyeri tekan tragus
Penarikan daun telinga
Valsava test
Regio mastoid
Liang telinga

Membran timpani

(-), reflek cahaya (-) jam 5.

TES PENALA
TEST
Rinne
Weber
Swabach
Penala yang

KANAN
KIRI
Positif (+)
Positif (+)
Tidak ada lateralisasi
Tidak ada lateralisasi
Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
512 Hz
512 Hz

dipakai
Kesan :
-

Telinga kiri nyeri tekan tragus (+), nyeri tarik auricula (+), canalis
auricularis eksternus sempit, edema (+), hiperemis (+), membran
timpani sulit dinilai

Telinga kanan dalam batas normal

III. HIDUNG DAN SINUS PARANASAL


Bentuk
: Normal, tidak ada deformitas
Tanda peradangan
: Hiperemis(-), Panas(-),Nyeri(-),Bengkak(-)
Vestibulum
: Hiperemis -/-, sekret -/ Cavum nasi
: Lapang +/+, edema -/-, hiperemis -/ Konka inferior
: Eutrofi/eutrofi
Meatus nasi inferior
: Eutrofi/eutrofi
Konka medius
: Eutrofi/eutrofi
Meatus nasi medius
: Sekret -/ Septum nasi
: Deviasi -/ Pasase udara
: Hambatan -/ Daerah sinus frontalis : Tidak ada kelainan, nyeri tekan (-)
Daerah sinus maksilaris : Tidak ada kelainan, nyeri tekan (-)

IV. RHINOPHARYNX (RHINOSKOPI ANTERIOR & POSTERIOR)


- Rinoskopi anterior
Kanan

Kiri

Sekret (-), krusta (-)

Sekret (-), krusta

Konka inferior

Hipertrofi (-), hiperemis (-)

(-)
Hipertrofi (-),

Konka media

Sulit dinilai

hiperemis (-)
Sulit dinilai

Konka superior

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Pus (-), polip (-)

Pus (-), polip (-)

Lapang

Lapang

Hiperemis (-)

Hiperemis (-)

Sekret

(-)

(-)

Septum

Deviasi (-)

Deviasi (-)

Dasar hidung

Normal

Normal

Aliran Udara

Hambatan (-)

Hambatan (-)

Vestibulum

Meatus nasi media


Kavum nasi
Mukosa

1
6
5

2
3

Rinoskopi Posterior
Keterangan:

: tidak dilakukan pemeriksaan

1. Concha Superior
2. Concha Media
3. Concha Inferior
4. Meatus Inferior
5. Meatus Media
6. Meatus Superior

c. Tenggorokan
1
2

Keterangan : 1.Uvula
2. Tonsila Palatina
-

Pemeriksaan Faring
Cavum oris
: caries (-), stomatitis (-)
Arkus faring
: simetris (+), hiperemis (-), edema (-)
Dinding faring
: hiperemis (-)
Uvula
: letak di tengah, hiperemis (-)
Tonsila palatina
:
Besar : T1-T1
Warna : merah muda, hiperemis (-)
Kripta (-)
Detritus (-)
Perlengketan (-)

Pemeriksaan Laring

Keterangan :
1. Epiglotis

2. Kartilago aritenoid
3. Plika vestibularis
4. Plika vokalis
5. Plika ariepiglotika
6. Rima glotis

d. LEHER
Kelenjar limfe submandibula
Kelenjar limfe servikal
Kelenjar limfe retroaurikular

: tidak teraba membesar


: tidak teraba membesar
: tidak teraba membesar

V. PEMERIKSAAN TRANSILUMINASI
Sinus frontalis
Sinus maksilaris

KANAN
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

KIRI
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan endoskopi telinga :
Kanalis auricularis externus telinga kiri menyempit, nanah (-), serumen

(-), sekret (-), hiperemis (+), edema (+), partikel jamur (-)
Membran timpani sulit dinilai.

C. RESUME
Dari anamnesis didapatkan OS, seorang anak berumur 7 tahun,
datang dengan nyeri seperti berdenyut di telinga kiri sejak 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit. OS juga mengeluh telinga terasa tidak enak
dan penuh. OS mengaku merasa nyeri jika bagian depan telinga kiri
apabila ditekan. Pada awalnya telinga kiri terasa gatal 3 hari sebelum

masuk rumah sakit namun saat pemeriksaan sudah tidak lagi. OS sering
membersihkan telinga dengan mengoreknya menggunakan cotton bud.
Riwayat kemasukan air diakui OS sejak 9 hari sebelum masuk rumah
sakit. Riwayat hobi berenang disangkal.
Dari pemeriksaan fisik telinga ditemukan telinga kiri nyeri tekan
tragus (+), nyeri tarik auricula (+), CAE sempit, hiperemis (+), edema (+),
KGB regional membesar (-).
Telinga kanan dalam batas normal
D. DIAGNOSIS BANDING
E. DIAGNOSIS KERJA
Otitis externa difusa auricularis sinistra
Dasar diagnosis:
Diagnosis kerja otitis eksterna difusa akut diambil berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang didapatkan pada OS.
Anamnesis:
-

Rasa nyeri seperti berdenyut, penuh, tidak enak di telinga kanan


Rasa gatal yang terjadi mendahului nyeri telinga
OS mengaku kemasukan air saat mandi
Riwayat kebiasaan: OS suka membersihkan telinga setiap hari dengan cotton
bud
Pemeriksaan fisik telinga:

Telinga kiri nyeri tekan tragus (+), nyeri tarik auricula (+), CAE sempit,
hiperemis (+), edema (+)

Pendengaran normal

10

Pemeriksaan penunjang endoskopi telinga:


-

Membran timpani masih intak dan dalam batas normal

F. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


G. PENATALAKSANAAN
Dipasang tampon Sofra-Tulle selama dua hari
Antibiotik : Amoxicilin tab 500 mg 3 x tablet selama 5 hari
Analgesik: Paracetamol 500 mg 3x tablet selama 3 hari
H. ANJURAN
Saat mandi atau berenang jangan sampai kemasukan air ke dalam

telinga
Pasien dilarang mengorek ngorek telinga dengan instrumen yang

tidak tepat seperti cotton bud


Kontrol ke poliklinik THT 2 hari kemudian untuk pelepasan
tampon

I.

PROGNOSIS
Quo Ad Vitam
: Bonam
Quo Ad Functionam : Dubia Ad Bonam
Quo Ad sanationam : Dubia Ad Bonam

11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.

Anatomi

Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.

Gambar 1. Anatomi telinga


1. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang
telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,
sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kirakira 2,5 - 3cm.2

Kulit liang telinga


Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan
rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga. Pada dua pertiga bagian

12

dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. Kanalis auricularis externus dilapisi
oleh kulit yang terikat erat pada tulang rawan dan tulang yang mendasarinya karena
tidak adanya jaringan subkutan di area tersebut. Dengan demikian daerah ini menjadi
sangat peka. 3
Liang telinga sebenarnya mempunyai lapisan kulit yang sama dengan lapisan
kulit pada bagian tubuh lainnya yaitu dilapisi epitel skuamosa. Kulit liang telinga
merupakan lanjutan kulit daun telinga dan kedalam meluas menjadi lapisan luar
membran timpani.
Lapisan kulit liang telinga luar lebih tebal pada bagian tulang rawan dari pada
bagian tulang. Pada liang telinga rulang rawan tebalnya 0,5 1 mm, terdiri dari
lapisan epidermis dengan papillanya, dermis dan subkutan merekat dengan
perikondrium. Epidermis dari liang telinga bagian tulang rawan biasanya terdiri dari 4
lapis yaitu sel basal, skuamosa, sel granuler dan lapisan tanduk.
Lapisan liang telinga bagian tulang mempunyai kulit yang lebih tipis, tebalnya
kira-kira 0,2 mm, tidak mengandung papilla, melekat erat dengan periosteum tanpa
lapisan subkutan, berlanjut menjadi lapisan luar dari membran timpani dan menutupi
sutura antara tulang timpani.
Otot daun telinga terdiri dari 3 buah otot ekstrinsik dan enam buah otot
intrinsik. Otot ekstrinsik terdiri m.aurikularis anterior, m.aurikularis superior dan m.
aurikularis posterior. Otot-otot ini menghubungkan daun telinga dengan tulang
tengkorak dan kulit kepala. Otot-otot ini bersifat rudimenter, tetapi pada beberapa
orang tertentu ada yang masih mempunyai kemampuan untuk menggerakan daun
telinganya keatas dan kebawah dengan menggerakan otot-otot ini. Otot intrinsik
terdiri dari m. helisis mayor, m. helisis minor, m. tragikus, m.antitragus, m. obligus

13

aurkularis, dan m.transpersus aurikularis. Otot-otot ini berhubungan bagian-bagian


daun telinga.

Perdarahan
Arteri-arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari cabang
temporal superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis eksternal.
Permukaan anterior telinga dan bagian luar liang telinga didarahi oleh cabang
aurikular anterior dari arteri temporalis superfisial. Suatu cabang dari arteri auricular
posterior mendarahi permukaan posterior telinga. Banyak dijumpai anastomosis
diantara cabang-cabang dari arteri ini. Pendarahan kebagian lebih dalam dari liang
telinga luar dan permukaan luar membrana timpani adalah oleh cabang aurikular
dalam arteri maksilaris interna.
Vena telinga bagian anterior, posterior dan bagian dalam umumnya bermuara
kevena jugularis eksterna dan vena mastoid. Akan tetapi, beberapa vena telinga
mengalir kedalam vena temporalis superficial dan vena aurikularis posterior.

Sistem limfatik
Kelenjar limfa regio tragus dan bagian anterior dari auricula mengalir ke
kelenjar parotid, sementara bagian posterior auricular mengalir ke kelenjar
retroauricular. Regio lobulus mengalir kelenjar cervicalis superior. 3

Persarafan
Persarafan telinga luar bervariasi berupa tumpang tindih antara saraf-saraf
kutaneus dan kranial. Cabang aurikular temporalis dari bagian ketiga saraf trigeminus
(N.V) mensarafi permukaan anterolateral permukaan telinga, dinding anterior dan
14

superior liang telinga dan segmen depan membrana timpani.Permukaan posteromedial


daun telinga dan lobulus dipersarafin oleh pleksus servikal nervus aurikularis mayor.
Cabang aurikularis dari nervus fasialis (N.VII), nervus glossofaringeus (N.IX) dan
nervus vagus (N.X) menyebar ke daerah konka dan cabang-cabang saraf ini menyarafi
dinding posterior dan inferior liang telinga dan segmen posterior dan inferior
membrana timpani. 3

2. Telinga Tengah
Telinga tengah merupakan bangunan berbentuk kubus yang terdiri dari: 2

Membran timpani; yaitu membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu


mutiara. Berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga
dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga.
Membran timpani dibagi atas 2 bagian yaitu bagian atas disebut pars
flaccida (membrane Sharpnell) dimana lapisan luarnya merupakan lanjutan
epitel kulit liang telinga sedangkan lapisan dalam dilapisi oleh sel kubus
bersilia, dan pars tensa merupakan bagian yang tegang dan memiliki satu
lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit
serat elastin.

Tulang pendengaran; yang terdiri dari maleus, inkus dan stapes.


Tulang pendengaran ini dalam telinga tengah saling berhubungan.

Tuba eustachius; yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan


nasofaring.

15

Gambar 2. Anatomi telinga tengah

3. Telinga Dalam

Gambar 3. Anatomi telinga dalam


Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea
disebut helikotrema, yang berfungsi menghubungkan perilimfa skala timpani dengan
skala vestibule. 2

16

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan


membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala
vestibule sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan skala media (duktuskoklearis)
diantaranya. Skala vestibule dan skala timpani berisi perilimfa sedangkan skala media
berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner
Membrane) sedangkan skala media adalah membran basalis. Pada membran ini
terletak organ corti yang mengandung organel-organel penting untuk mekanisme saraf
perifer pendengaran. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang
diebut membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri
dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ
Corti.5
II.

Fisiologi
Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang koklea.
Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui
rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplikasikan melalui daya ungkit
tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan daya
tingkap lonjong. Energi getar yang diamplikasi ini akan diteruskan ke stapes yang
akan menggetarkan tingkap lonjong sehigga perilimfa pada skala vestibuli bergerak.
Getaran ini diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong edolimfa,
sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran
tektoria. Proses ini proses ini merupakan rangsang mekanik yang akan menyebabkan
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi
pelepasan ion bermuatan lisrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses
depolarisasi sel rambut, sehingga neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan

17

menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus


auditoris sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis. 2,5

Gambar 4. Fisiologi pendengaran


III.

Definisi
Otitis eksterna difus dikenal dengan swimmer ear (telinga perenang) atau
telinga cuaca panas (hot weather ear) adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga
akibat infeksi bakteri yang menyebabkan pembengkakan stratum korneum kulit
sehingga menyumbat saluran folikel. 2

IV.

Epidemiologi
Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai tanggal Januari 2000 s/d Desember
2000 di Poliklinik THT RS H. Adam Malik Medan didapati 10746 kunjungan baru
dimana, dijumpai 867 kasus (8,07%) otitis eksterna, 282 kasus (2,62%) otitis eksterna
difusa dan 585 kasus (5,44%) otitis eksterna sirkumskripta. Penyakit ini sering
diumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim- iklim
sejuk dan kering. Nan Sati CN dalam penelitiannya di RS Sumber Waras / FK
UNTAR Jakarta mulai 1 Januari 1980 sampai dengan 30 Desember 1980
18

mendapatkan 1.370 penderita baru dengan diagnosis otitis eksterna yang terdiri dari
633 pria dan 737 wanita. 4
V.

Etiologi
Organisme yang paling sering ditemukan pada pasien dengan otitis eksterna
difusa adalah bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa (Bacillus pyocaneus) dan
staphylococci. Yang lebih jarang ditemukan adalah bakteri streptococci dan Proteus
vulgaris. Selain itu, jamur dapat terlibat dalam infeksi pada telinga luar, yaitu jamur
Candida albicans dan Aspergillus niger. Otitis eksterna difusa dapat juga terjadi
sekunder pada otitis media supuratif kronis. 3,6
Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna, yaitu : 2,4,7

Derajat keasaman (pH)


pH pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam berfungsi
sebagai protektor terhadap kuman. Peningkatan pH menjadi basa (di atas
6.0) akan mempermudah terjadinya otitis eksterna yang disebabkan oleh
karena proteksi terhadap infeksi menurun.

Udara
Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur
mudah tumbuh.

Trauma
Trauma ringan misalnya mengorek-ngorek telinga dengan benda tumpul
seperti cotton bud merupakan faktor predisposisi terjadinya otitis
eksterna.

Berenang

19

Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Air kolam renang
menyebabkan maserasi kulit dan merupakan sumber kontaminasi yang
sering dari bakteri
VI.

Patofisiologi
Saluran telinga dapat membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang
sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan
saluran telinga dengan cotton bud bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan
bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran
menumpuk disana. 3
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan
penimbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau berenang.
Terjadinya kelembaban yang berlebihan karena berenang atau mandi menambah
maserasi kulit liang telinga dan menciptakan kondisi yang cocok bagi pertumbuhan
bakteri. Perubahan ini dapat juga menyebabkan rasa gatal di liang telinga sehingga
menambah kemungkinan trauma karena garukan. 3,4

Gambar 5. Patofisiologi terjadinya otitis eksterna difusa


20

VII.

Gejala Klinis
Gejala klinis yang terjadi pada pasien dengan otitis eksterna difusa antara lain: 4,6
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal
dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan
daun telinga.
Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu
rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa
gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan
suatu otitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik merupakan keluhan utama.
Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak
enak sedikit, perasaan penuh di dalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa
sakit yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang
dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala sering mengelirukan. Kehebatan
rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini
diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung
berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan
serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagipula, kulit dan tulang
rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga
sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan
tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan
oleh penderita otitis eksterna. Nyeri terutama ketika daun telinga ditarik, nyeri tekan
tragus, dan ketika mengunyah makanan. Rasa gatal dan nyeri disertai pula keluarnya
sekret encer, bening sampai kental purulen tergantung pada kuman atau jamur yang
menginfeksi. Pada jamur biasanya akan bermanifestasi sekret kental berwarna putih
keabu-abuan dan berbau.

21

Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis
eksterna akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen, penebalan
kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis
dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut,
serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan ke dalam telinga bisa menutup
lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.

VIII. Manifestasi Klinis


A. Macam Otitis Eksterna
1 . Otitis Eksterna Akut
Terdapat dua kemungkinan Otitis eksterna akut yaitu :.
a) Otitis Eksterna Sirkumsripta (furunkel=bisul)
Oleh karena kulit pada sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit,
seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka ditempat itu dapat
terjadi infeksi pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel. Kuman penyebab
biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus Albus.
Gejalanya biasanya adalah nyeri yang hebat tidak sesuai dengan besar bisul. Hal
ini disebabkan karena kulit liang telinga jaringan longgar di bawahnya, sehingga rasa
nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri juga dapat timbul spontan
pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga
gangguan pendengaran, bila furunkel besar dan menyumbat telinga.
Terapi bergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah terjadi abses, diaspirasi
secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan antibiotika dalam bentuk
salep, seperti polymixin B atau bacitracin, atau antiseptic (asam asetat 2-5% dalam
alcohol). Jika dinding furunkel tebal, dilakukan insisi, kemudian dipasang salir (drain)

22

untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu antibiotika sistemik, hanya


diberikan obat simptomatik seperti analgesic dan obat penenang.
b) Otitis Eksterna difusa
Biasanya mengenai kulit duapertiga dalam. Tampak kulit liang telinga hiperemis
dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman penyebab biasanya golongan
Pseudomonas. Kuman lain yang dapat sebagai penyebab ialah Staphylococcus albus,
Escherichia coli, dan sebagainya. Otitis Eksterna difus dapat juga terjadi sekunder
pada otitis media supuratif kronis. Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga
sangat sempit, kadang kelenjar getah bening regional membersar dan teradapat nyeri
tekan, terdapat secret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lender (musin)
seperti secret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media.
Pengobatannya dengan membersihkan telinga, memasukan tampon yang
mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat
dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika sistemik.

2. Otitis Eksterna Kronik.


a) Otomikosis
Infeksi Jamur pada liang telinga dipermudah dengan kelembaban yang tinggi
didaerah tersebut. Yang tersering ialah Pityrosporum, Aspergilus. Kadang-kadang
ditemukan juga Candida albikans atau jamur lain. Pityrosporum menyebabkan
terbentuknya sisik yang meyerupai ketombe dan merupakan predisposisi otitis
eksterna bakterialis. Gejala biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga,
tetapi sering pula tanpa keluhan.
Pengobatannya ialah dengan membersihkan liang telinga. Larutan asam asetat
2% dalam alcohol, larutan iodium povidon 5% atau tetes telinga yang mengandung

23

campuran antibiotic dan steroid yang diteteskan keliang telinga biasanya dapat
menyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan juga obat antijamur (sebagai salep) yang
diberikan secara topical yang mengandung nistatin, klotrimazol.

b) Herpes Zooster Otikus


Herpes zoster oticus adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
varicella zoster. Virus ini menyerang satu atau lebih dermatom saraf cranial. Dapat
mengenai saraf trigeminus, ganglion genikulatum dan radiks ervikalis bagian atas.
Keadaan ini disebut juga sindroma Ramsay-Hunt. Tampak lesi kulit yang vesikuler
pada kulit didaerah muka serta liang telinga, otalgia dan terkadang disertai paralisis
otot wajah. Pada keadaan yang berat ditemukan gangguan pendengaran berupa tuli
sensori neural. Pengobatan sesuai dengan tatalaksana Herpes zoster.

c) Infeksi Kronis Liang telinga


Infeksi bakteri maupun infeksi jamur yang tidak diobati dengan baik, iritasi kulit
yang disebabkan oleh cairan otitis media, trauma berulang, adanya benda asing,
penggunaan pencetakan pada alat bantu dengar (hearing aid) dapat menyebabkan
radang kronis. Akibatnya dapat terjadi stenosis atau penyempitan liang telinga karena
terbentuknya jaringan parut (sikatriks). Pengobatannya adalah dengan rekonstruksi
liang telinga.

d)Keratosis Obturans dan Kolesteatoma Eksterna


Dulu keratosis obturans dan kolesteatoma eksterna dianggap sebagai penyakit
yang sama proses terjadinya, oleh karena itu sering tertukar penyebutannya. Pada

24

keratosis obturans ditemukan gumpalan epidermis diliang telinga yang disebabkan


oleh terbentuknya sel epitel yang berlebihan yang tidak bermigrasi kelarah luar. Pada
pasien dengan keratosis obturans terdapat tuli konduktif akut, nyeri yang hebat, liang
telinga yang lebar, membrane timpani yang utuh tapi lebih tebak dan jarang
ditemukan sekresi telinga. Gangguan pendengaran dan rasa nyeri yang hebat
disebabkan oleh desakan gumpalan epitel berkeratin ditelinga. Keratosis obturans
bilateral sering ditemukan pada usia muda. Sering dikaitkan dengan sinusitis dan
bronkiektasi. Erosi tulang liang telinga ditemukan pada keratosis obturan dan
kolesteatoma eksterna. Hanya saja pada keratosis obturan erosi tulang yang terjadi
menyeluruh sehingga tampak liang telinga menjadi lebih luas. Sementara pada
kolesteatoma eksterna erosi tulang hanya terjadi pada daerah posteroinferior saja.
Otore dan nyeri tumpul menahun sering ditemukan pada kolesteatoma eksterna. Hal
ini disebabkan Karena adanya invasi kolesteatoma ke tulang yang menimbulkan
periosteitis. Pendengaran dan membrane timpani biasanya normal. Kolesteatoma
eksterna ditemukan hanya pada satu sisi telinga dan lebih sering pada usia tua.
Oleh karena keratosis obutrans disebabkan oleh proses radang yang kronis, serta sudah
terjadi gangguan migrasi epitel maka gumpalan keratin dikeluarkan dan debris akibat
radang harus dibersihkan secara berkala.

Membedakan Keratosis Obturans dan Kolesteatoma

Usia

Keratosis

Kolesteatoma

Obturans
Dewasa Muda
Sinusitis,

Eksterna
Tua

Penyakit terkait

Tidak ada
Bronkiektasi
Kronis/Nyeri

Nyeri

Akut/Berat
tumpul
25

Gangguan
Konduktif/sedang
Pendengaran
Sisi Telinga
Bilateral
Erosi Tulang
Sirkumferensial
Kulit Telinga
Utuh
Osteonekrosis
Tidak ada
Otorea
Jarang
Tabel Perbedaan Keratosis Obturans dan Kolesteatoma Eksterna

Tidak ada /Ringan


Unilateral
Terlokalisir
Ulserasi
Bisa ada
Sering

Sumber : Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi Ke 6 FKUI

Pada kolesteatoma eksterna perlu dilakukan operasi agar kolesteatoma dan


tulang yang nekrotik bisa diangkat sempurna. Tujuan operasi mencegah berlanjutnya
penyakit yang merngerosi tulang. Indikasi operasi apabila sudah terjadi destruksi
tulang dan meluas hingga ke telinga tengah, erosi tulang pendengaran, kelumpuhan
nervus fasialis, terjadi fistel labirin atau otore yang berkepanjangan. Pada operasi
liang telinga bagian luar diperluas agar lebih mudah dibersihkan. Bila kolesteatoma
masih kecil dan terbatas dapat dilakukan tindakan konservatif yaitu kolesteatoma dan
jaringan nekrotik diangkat sampai bersih, diikuti pemberian antibiotika topical secara
berkala. Pemberian obat tetes telinga dari campuran alcohol atau gliserin dalam H 202
3% tiga kali semiggu sering dapat menolong.

e) Otitis Eksterna Maligna


Otitis Eksterna Maligna difus di liang telinga luar dan struktur lain disekitarnya.
Biasanya terjadi pada orang tua dengan penyakit diabetes mellitus. Pada penderita
diabetes pH serumennya lebih tinggi disbanding pH serumen non-diabetes. Kondisi
ini menyebabkan penderita diabetes lebih mudah terjadi otitis eksterna. Akibat adanya
factor immunocompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis
eksterna maligna. Pada otitis eksterna maligna peradangan meluas secara progresif

26

kelapisan subkutis, tulang rawan dank e tulang disekitarnya, sehingga timbul


kondritis, oteitis, dan osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal. Gejala otitis
eksterna maligna adalah rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat diikuti oleh
nyeri, secret yang banyak serta pembengkakan liang telinga. Kemudian rasa nyeri
tersebut akan semakin hebat, liang telinga tertutup oleh jaringan granulasi yang cepat
tumbuhnya. Saraf fasial dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis dan paralisis
fasial.
Kelainan patologik yang penting adalah osteomielitis yang progresif, yang
disebabkan kuman Pseudomonas aeroginosa. Penebalan endotel yang mengiringi
diabetes mellitus berat, kadar gula darah yang tinggi yang diakibatkan oleh infeksi
yang sedang aktif, menimbulkan kesulitan pengobatan yang adekuat. Pengobatan
harus cepat diberikan sesuai dengan hasil kultur dan resistensi. Mengingat kuman
penyebab terserung adalah Pseudomonas aeroginosa, diberikan antibiotic dosis tinggi
sesuai dengan Pseudomonas aeroginosa. Sementara menunggu hasil kultur dan
resistensi, diberikan golongan fluoroquinolon (ciprofloxacin) dosis tinggi per oral.
Pada keadaan yang lebih berat diberikan antibiotic parenteral kombinasi dengan
antibiotic golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6-8 minggu. Antibiotika
yang sering digunakan adalah ciprofloxacin, ticarcillin-clavulanat, piperacilin
(dikombinasi dengan aminoglikosida), ceftriaxone, ceftazidine, cefepime (maxipime),
tobramicin (kombinasi dengan aminoglikosida), gentamicin (kjombinasi dengan
golongan penicillin). Disamping obat-obatan, sering kali juga diperlukan tindakan
membersihkan luka (debrideman) secara radikal. Tindakan membersihkan luka yang
kurang bersih menyebabkan makin cepatnya perjalanan penyakit.

A. Pemeriksaan fisik.

27

Pemeriksaan fisik pada pasien biasanya menunjukkan:

Kulit MAE edema dan hiperemis merata sampai ke membran timpani


dengan sekret pada CAE. Jika terjadi edema CAE yang hebat, membran
timpani dapat tidak tampak.

Nyeri tekan tragus (+)

Nyeri tarik auricula (+)

Adenopati regional yang nyeri tekan 7

B. Klasifikasi klinis.
Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi :
a. Otitis Eksterna Ringan :
Kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga menyempit
b. Otitis Eksterna Sedang :
Liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat positif
c. Otitis Eksterna Komplikasi :
Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak
d. Otitis Eksterna Kronik :
Kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif
Otitis eksterna akut berlangsung kurang dari 4 minggu atau terjadi kurang dari
4 kali dalam setahun, sedangkan otitis eksterna kronis berlangsung selama lebih dari 4
minggu atau terjadi lebih dari 4 kali dalam satu tahun. Pada penderita DM atau pasien
dengan immunocompromised, otitis eksterna dapat berkembang menjadi tipe
maligna.8
B. Histopatologi
Pada otitis eksterna difusa akut tampak adanya gambaran hiperkeratosis
epidermis, parakeratosis, akanthosis, erosi, spingiosis, hiperplasia stratum korneum
dan stratum germinativum, edema, hiperemis, infiltrasi leukosit, nekrosis, nekrosis
fokal diikuti penyembuhan fibroblastik pada dermis dan aparatus kelenjar berkurang,
serta aktifitas sekretoris kelenjar berkurang. 4

C. Diagnosis Banding
28

Diagnosis banding dari keadaan yang serupa dengan otitis eksterna antara lain
meliputi :
- Otitis eksterna nekrotik
- Otitis eksterna bullosa
- Otitis eksterna granulosa
- Perikondritis yang berulang
- Furunkulosis dan karbunkulosis
D. Penatalaksanaan
Otitis eksterna difusa harus diobati dalam keadaan dini sehingga dapat
menghilangkan edema yang menyumbat liang telinga. Dengan demikian, biasanya
perlu disisipkan tampon berukuran x 5 cm kedalam liang telinga mengandung obat
agar mencapai kulit yang terkena. Setelah dilumuri obat, tampon kasa disisipkan
perlahan-lahan dengan menggunakan forsep aligator. Penderita harus meneteskan
obat tetes telinga pada kapas tersebut satu hingga dua kali sehari. Dalam 48 jam
tampon akan jatuh dari liang telinga karena lumen sudah bertambah besar. Polimiksin
B dan colistemethate merupakan antibiotik yang paling efektif terhadap Pseudomonas
dan harus menggunakan vehiculum hidroskopik seperti glikol propilen yang telah
diasamkan bahan kimia lain, seperti gentian violet 2% dan perak nitrat 5% bersifat
bakterisid dan bisa diberikan langsung ke kulit liang telinga. Setelah reaksi
peradangan berkurang, dapat ditambahkan alcohol 70% untuk membuat liang telinga
bersih dan kering. 4
Terapi sistemik hanya dipertimbangkan pada kasus berat; dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan kepekaan bakteri. Antibiotik sistemik khususnya diperlukan
jika dicurigai danya perikondritis atau kondritis pada tulang rawan telinga. 5
Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang mungkin
terjadi pada pasien, terutama setelah berenang. Untuk menghindarinya pasien harus
menjaga agar telinganya selalu kering, dengan cara menggunakan alkohol encer

29

secara rutin tiga kali seminggu. Pasien juga harus diingatkan agar tidak menggaruk /
membersihkan telinga dengan cotton bud terlalu sering. 2,7
E. Komplikasi
Perikondritis
Selulitis
Dermatitis aurikularis 4
F. Prognosis
Otitis eksterna adalah suatu kondisi yang dapat diobati biasanya sembuh
dengan cepat dengan pengobatan yang tepat. Paling sering, otitis ekserna dapat
dengan mudah diobati dengan tetes telinga antibiotik. Otitis eksterna kronis yang
mungkin memerlukan perawatan lebih intensif. Otitis eksterna biasanya tidak
memiliki komplikasi jangka panjang atau serius. 8

30

BAB III.
KESIMPULAN

Otitis eksterna merupakan peradangan liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan infeksi bakteri, jamur, dan virus. Faktor yang mempermudah radang telinga luar
ialah perubahan pH di liang telinga menjadi basa, keadaan udara yang lembab dan hangat,
serta faktor predisposisi yaitu trauma ringan ketika mengorek telinga.
Otitis ekterna difusa mengenai kulit liang telinga bagian dua pertiga dalam. Tampak
kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasannya. Bakteri penyebabnya
yang tersering adalah Pseudomonas.
Gejala otitis eksterna difusa adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang
kelenjar getah bening regional dapat membesar, dan tedapat nyeri tekan.
Pengobatannya dengan membersihkan liang telinga, memasukkan tampon yang
mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik dengan kulit yang
meradang. Kadang diperlukan pula obat antibiotika sistemik.

31

DAFTAR PUSTAKA

1. Adnan. Perkembangan Telinga. 2008. Available at:


http://www.scribd.com/doc/33877494/perkembangan-telinga. Accessed on : July 5th
2012.
2. Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: FK UI. 2008.
3. Enriquez A, et al. Basic Otolaryngology. Manila: Department of Otorhinolaryngology
UP - PGH. 1993.
4. Abdullah F. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring Dengan Salep
Ichtyol

(Ichtammol)

Pada

Otitis

Eksterna

Akut.

Available

at:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6423/1/tht-farhan.pdf. Accessed on:


July 6th 2012.
5. Adams G, Boies L, Higler P. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC.1997.
6. Lee K.J, Essential otolaryngology: head and neck surgery. Stamford: Appleton &
Lange. 1995.
7. Becker W, Naumann H, Pfaltz C. Ear, Nose, and Throat, A Pocket Reference. Second,
revised edition. New York: Thieme. 1994.
8. Stppler M. Swimmers Ear Infection. Available at:
http://www.medicinenet.com/otitis_externa/article.htm. Accessed on: July 6th 2012.

32

Anda mungkin juga menyukai