Diajukan kepada :
dr. I Wayan Marthana WK., M.Kes, Sp.THT
Disusun oleh :
Ajeng Titi Probo Rahayanti
20090310122
LEMBAR PENGESAHAN
LONG CASE
OTITIS EKSTERNA DIFUSA AURIKULA SINISTRA
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian
Ilmu Telinga, Hidung dan Tenggorok
RSUD Panembahan Senopati Bantul
Disusun oleh :
Ajeng Titi Probo Rahayanti
20090310122
September 2014
Pembimbing
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. A
Jenis kelamin
: Laki-laki
Usia
: 7 tahun
Berat Badan
: 22 Kg
Alamat
Pekerjaan
: Pelajar
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Bangsa
: Indonesia
Tanggal masuk RS
: 9 September 2014
RM
: 539179
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal 9 September 2014 di poli THT RSUD
Panembahan Senopati Bantul pada jam 10.00 WIB secara alloanamnesis
dengan ibu pasien.
1. Keluhan Utama
Os datang dengan keluhan telinga kiri terasa sakit seperti
berdenyut kurang lebih sejak 1 minggu SMRS.
2. Keluhan Tambahan
KIRI
Normal
Deformitas (-)
Tidak ada
Tidak ada
Tidak Nyeri
Tidak Nyeri
Tidak dilakukan
Tidak ada kelainan
Lapang, nanah (-), serumen (-),
Deformitas (-)
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri
Nyeri
Tidak dilakukan
Tidak ada kelainan
Sempit, nanah (-),
(-)
MT intak, hiperemis (-), edema
Membran timpani
TES PENALA
TEST
Rinne
Weber
Swabach
Penala yang
KANAN
KIRI
Positif (+)
Positif (+)
Tidak ada lateralisasi
Tidak ada lateralisasi
Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
512 Hz
512 Hz
dipakai
Kesan :
-
Telinga kiri nyeri tekan tragus (+), nyeri tarik auricula (+), canalis
auricularis eksternus sempit, edema (+), hiperemis (+), membran
timpani sulit dinilai
Kiri
Konka inferior
(-)
Hipertrofi (-),
Konka media
Sulit dinilai
hiperemis (-)
Sulit dinilai
Konka superior
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Lapang
Lapang
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Sekret
(-)
(-)
Septum
Deviasi (-)
Deviasi (-)
Dasar hidung
Normal
Normal
Aliran Udara
Hambatan (-)
Hambatan (-)
Vestibulum
1
6
5
2
3
Rinoskopi Posterior
Keterangan:
1. Concha Superior
2. Concha Media
3. Concha Inferior
4. Meatus Inferior
5. Meatus Media
6. Meatus Superior
c. Tenggorokan
1
2
Keterangan : 1.Uvula
2. Tonsila Palatina
-
Pemeriksaan Faring
Cavum oris
: caries (-), stomatitis (-)
Arkus faring
: simetris (+), hiperemis (-), edema (-)
Dinding faring
: hiperemis (-)
Uvula
: letak di tengah, hiperemis (-)
Tonsila palatina
:
Besar : T1-T1
Warna : merah muda, hiperemis (-)
Kripta (-)
Detritus (-)
Perlengketan (-)
Pemeriksaan Laring
Keterangan :
1. Epiglotis
2. Kartilago aritenoid
3. Plika vestibularis
4. Plika vokalis
5. Plika ariepiglotika
6. Rima glotis
d. LEHER
Kelenjar limfe submandibula
Kelenjar limfe servikal
Kelenjar limfe retroaurikular
V. PEMERIKSAAN TRANSILUMINASI
Sinus frontalis
Sinus maksilaris
KANAN
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
KIRI
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan endoskopi telinga :
Kanalis auricularis externus telinga kiri menyempit, nanah (-), serumen
(-), sekret (-), hiperemis (+), edema (+), partikel jamur (-)
Membran timpani sulit dinilai.
C. RESUME
Dari anamnesis didapatkan OS, seorang anak berumur 7 tahun,
datang dengan nyeri seperti berdenyut di telinga kiri sejak 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit. OS juga mengeluh telinga terasa tidak enak
dan penuh. OS mengaku merasa nyeri jika bagian depan telinga kiri
apabila ditekan. Pada awalnya telinga kiri terasa gatal 3 hari sebelum
masuk rumah sakit namun saat pemeriksaan sudah tidak lagi. OS sering
membersihkan telinga dengan mengoreknya menggunakan cotton bud.
Riwayat kemasukan air diakui OS sejak 9 hari sebelum masuk rumah
sakit. Riwayat hobi berenang disangkal.
Dari pemeriksaan fisik telinga ditemukan telinga kiri nyeri tekan
tragus (+), nyeri tarik auricula (+), CAE sempit, hiperemis (+), edema (+),
KGB regional membesar (-).
Telinga kanan dalam batas normal
D. DIAGNOSIS BANDING
E. DIAGNOSIS KERJA
Otitis externa difusa auricularis sinistra
Dasar diagnosis:
Diagnosis kerja otitis eksterna difusa akut diambil berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang didapatkan pada OS.
Anamnesis:
-
Telinga kiri nyeri tekan tragus (+), nyeri tarik auricula (+), CAE sempit,
hiperemis (+), edema (+)
Pendengaran normal
10
telinga
Pasien dilarang mengorek ngorek telinga dengan instrumen yang
I.
PROGNOSIS
Quo Ad Vitam
: Bonam
Quo Ad Functionam : Dubia Ad Bonam
Quo Ad sanationam : Dubia Ad Bonam
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Anatomi
Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
12
dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. Kanalis auricularis externus dilapisi
oleh kulit yang terikat erat pada tulang rawan dan tulang yang mendasarinya karena
tidak adanya jaringan subkutan di area tersebut. Dengan demikian daerah ini menjadi
sangat peka. 3
Liang telinga sebenarnya mempunyai lapisan kulit yang sama dengan lapisan
kulit pada bagian tubuh lainnya yaitu dilapisi epitel skuamosa. Kulit liang telinga
merupakan lanjutan kulit daun telinga dan kedalam meluas menjadi lapisan luar
membran timpani.
Lapisan kulit liang telinga luar lebih tebal pada bagian tulang rawan dari pada
bagian tulang. Pada liang telinga rulang rawan tebalnya 0,5 1 mm, terdiri dari
lapisan epidermis dengan papillanya, dermis dan subkutan merekat dengan
perikondrium. Epidermis dari liang telinga bagian tulang rawan biasanya terdiri dari 4
lapis yaitu sel basal, skuamosa, sel granuler dan lapisan tanduk.
Lapisan liang telinga bagian tulang mempunyai kulit yang lebih tipis, tebalnya
kira-kira 0,2 mm, tidak mengandung papilla, melekat erat dengan periosteum tanpa
lapisan subkutan, berlanjut menjadi lapisan luar dari membran timpani dan menutupi
sutura antara tulang timpani.
Otot daun telinga terdiri dari 3 buah otot ekstrinsik dan enam buah otot
intrinsik. Otot ekstrinsik terdiri m.aurikularis anterior, m.aurikularis superior dan m.
aurikularis posterior. Otot-otot ini menghubungkan daun telinga dengan tulang
tengkorak dan kulit kepala. Otot-otot ini bersifat rudimenter, tetapi pada beberapa
orang tertentu ada yang masih mempunyai kemampuan untuk menggerakan daun
telinganya keatas dan kebawah dengan menggerakan otot-otot ini. Otot intrinsik
terdiri dari m. helisis mayor, m. helisis minor, m. tragikus, m.antitragus, m. obligus
13
Perdarahan
Arteri-arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari cabang
temporal superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis eksternal.
Permukaan anterior telinga dan bagian luar liang telinga didarahi oleh cabang
aurikular anterior dari arteri temporalis superfisial. Suatu cabang dari arteri auricular
posterior mendarahi permukaan posterior telinga. Banyak dijumpai anastomosis
diantara cabang-cabang dari arteri ini. Pendarahan kebagian lebih dalam dari liang
telinga luar dan permukaan luar membrana timpani adalah oleh cabang aurikular
dalam arteri maksilaris interna.
Vena telinga bagian anterior, posterior dan bagian dalam umumnya bermuara
kevena jugularis eksterna dan vena mastoid. Akan tetapi, beberapa vena telinga
mengalir kedalam vena temporalis superficial dan vena aurikularis posterior.
Sistem limfatik
Kelenjar limfa regio tragus dan bagian anterior dari auricula mengalir ke
kelenjar parotid, sementara bagian posterior auricular mengalir ke kelenjar
retroauricular. Regio lobulus mengalir kelenjar cervicalis superior. 3
Persarafan
Persarafan telinga luar bervariasi berupa tumpang tindih antara saraf-saraf
kutaneus dan kranial. Cabang aurikular temporalis dari bagian ketiga saraf trigeminus
(N.V) mensarafi permukaan anterolateral permukaan telinga, dinding anterior dan
14
2. Telinga Tengah
Telinga tengah merupakan bangunan berbentuk kubus yang terdiri dari: 2
15
3. Telinga Dalam
16
Fisiologi
Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang koklea.
Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui
rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplikasikan melalui daya ungkit
tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan daya
tingkap lonjong. Energi getar yang diamplikasi ini akan diteruskan ke stapes yang
akan menggetarkan tingkap lonjong sehigga perilimfa pada skala vestibuli bergerak.
Getaran ini diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong edolimfa,
sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran
tektoria. Proses ini proses ini merupakan rangsang mekanik yang akan menyebabkan
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi
pelepasan ion bermuatan lisrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses
depolarisasi sel rambut, sehingga neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan
17
Definisi
Otitis eksterna difus dikenal dengan swimmer ear (telinga perenang) atau
telinga cuaca panas (hot weather ear) adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga
akibat infeksi bakteri yang menyebabkan pembengkakan stratum korneum kulit
sehingga menyumbat saluran folikel. 2
IV.
Epidemiologi
Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai tanggal Januari 2000 s/d Desember
2000 di Poliklinik THT RS H. Adam Malik Medan didapati 10746 kunjungan baru
dimana, dijumpai 867 kasus (8,07%) otitis eksterna, 282 kasus (2,62%) otitis eksterna
difusa dan 585 kasus (5,44%) otitis eksterna sirkumskripta. Penyakit ini sering
diumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim- iklim
sejuk dan kering. Nan Sati CN dalam penelitiannya di RS Sumber Waras / FK
UNTAR Jakarta mulai 1 Januari 1980 sampai dengan 30 Desember 1980
18
mendapatkan 1.370 penderita baru dengan diagnosis otitis eksterna yang terdiri dari
633 pria dan 737 wanita. 4
V.
Etiologi
Organisme yang paling sering ditemukan pada pasien dengan otitis eksterna
difusa adalah bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa (Bacillus pyocaneus) dan
staphylococci. Yang lebih jarang ditemukan adalah bakteri streptococci dan Proteus
vulgaris. Selain itu, jamur dapat terlibat dalam infeksi pada telinga luar, yaitu jamur
Candida albicans dan Aspergillus niger. Otitis eksterna difusa dapat juga terjadi
sekunder pada otitis media supuratif kronis. 3,6
Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna, yaitu : 2,4,7
Udara
Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur
mudah tumbuh.
Trauma
Trauma ringan misalnya mengorek-ngorek telinga dengan benda tumpul
seperti cotton bud merupakan faktor predisposisi terjadinya otitis
eksterna.
Berenang
19
Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Air kolam renang
menyebabkan maserasi kulit dan merupakan sumber kontaminasi yang
sering dari bakteri
VI.
Patofisiologi
Saluran telinga dapat membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang
sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan
saluran telinga dengan cotton bud bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan
bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran
menumpuk disana. 3
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan
penimbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau berenang.
Terjadinya kelembaban yang berlebihan karena berenang atau mandi menambah
maserasi kulit liang telinga dan menciptakan kondisi yang cocok bagi pertumbuhan
bakteri. Perubahan ini dapat juga menyebabkan rasa gatal di liang telinga sehingga
menambah kemungkinan trauma karena garukan. 3,4
VII.
Gejala Klinis
Gejala klinis yang terjadi pada pasien dengan otitis eksterna difusa antara lain: 4,6
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal
dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan
daun telinga.
Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu
rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa
gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan
suatu otitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik merupakan keluhan utama.
Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak
enak sedikit, perasaan penuh di dalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa
sakit yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang
dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala sering mengelirukan. Kehebatan
rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini
diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung
berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan
serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagipula, kulit dan tulang
rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga
sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan
tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan
oleh penderita otitis eksterna. Nyeri terutama ketika daun telinga ditarik, nyeri tekan
tragus, dan ketika mengunyah makanan. Rasa gatal dan nyeri disertai pula keluarnya
sekret encer, bening sampai kental purulen tergantung pada kuman atau jamur yang
menginfeksi. Pada jamur biasanya akan bermanifestasi sekret kental berwarna putih
keabu-abuan dan berbau.
21
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis
eksterna akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen, penebalan
kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis
dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut,
serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan ke dalam telinga bisa menutup
lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.
22
23
campuran antibiotic dan steroid yang diteteskan keliang telinga biasanya dapat
menyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan juga obat antijamur (sebagai salep) yang
diberikan secara topical yang mengandung nistatin, klotrimazol.
24
Usia
Keratosis
Kolesteatoma
Obturans
Dewasa Muda
Sinusitis,
Eksterna
Tua
Penyakit terkait
Tidak ada
Bronkiektasi
Kronis/Nyeri
Nyeri
Akut/Berat
tumpul
25
Gangguan
Konduktif/sedang
Pendengaran
Sisi Telinga
Bilateral
Erosi Tulang
Sirkumferensial
Kulit Telinga
Utuh
Osteonekrosis
Tidak ada
Otorea
Jarang
Tabel Perbedaan Keratosis Obturans dan Kolesteatoma Eksterna
Sumber : Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi Ke 6 FKUI
26
A. Pemeriksaan fisik.
27
B. Klasifikasi klinis.
Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi :
a. Otitis Eksterna Ringan :
Kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga menyempit
b. Otitis Eksterna Sedang :
Liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat positif
c. Otitis Eksterna Komplikasi :
Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak
d. Otitis Eksterna Kronik :
Kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif
Otitis eksterna akut berlangsung kurang dari 4 minggu atau terjadi kurang dari
4 kali dalam setahun, sedangkan otitis eksterna kronis berlangsung selama lebih dari 4
minggu atau terjadi lebih dari 4 kali dalam satu tahun. Pada penderita DM atau pasien
dengan immunocompromised, otitis eksterna dapat berkembang menjadi tipe
maligna.8
B. Histopatologi
Pada otitis eksterna difusa akut tampak adanya gambaran hiperkeratosis
epidermis, parakeratosis, akanthosis, erosi, spingiosis, hiperplasia stratum korneum
dan stratum germinativum, edema, hiperemis, infiltrasi leukosit, nekrosis, nekrosis
fokal diikuti penyembuhan fibroblastik pada dermis dan aparatus kelenjar berkurang,
serta aktifitas sekretoris kelenjar berkurang. 4
C. Diagnosis Banding
28
Diagnosis banding dari keadaan yang serupa dengan otitis eksterna antara lain
meliputi :
- Otitis eksterna nekrotik
- Otitis eksterna bullosa
- Otitis eksterna granulosa
- Perikondritis yang berulang
- Furunkulosis dan karbunkulosis
D. Penatalaksanaan
Otitis eksterna difusa harus diobati dalam keadaan dini sehingga dapat
menghilangkan edema yang menyumbat liang telinga. Dengan demikian, biasanya
perlu disisipkan tampon berukuran x 5 cm kedalam liang telinga mengandung obat
agar mencapai kulit yang terkena. Setelah dilumuri obat, tampon kasa disisipkan
perlahan-lahan dengan menggunakan forsep aligator. Penderita harus meneteskan
obat tetes telinga pada kapas tersebut satu hingga dua kali sehari. Dalam 48 jam
tampon akan jatuh dari liang telinga karena lumen sudah bertambah besar. Polimiksin
B dan colistemethate merupakan antibiotik yang paling efektif terhadap Pseudomonas
dan harus menggunakan vehiculum hidroskopik seperti glikol propilen yang telah
diasamkan bahan kimia lain, seperti gentian violet 2% dan perak nitrat 5% bersifat
bakterisid dan bisa diberikan langsung ke kulit liang telinga. Setelah reaksi
peradangan berkurang, dapat ditambahkan alcohol 70% untuk membuat liang telinga
bersih dan kering. 4
Terapi sistemik hanya dipertimbangkan pada kasus berat; dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan kepekaan bakteri. Antibiotik sistemik khususnya diperlukan
jika dicurigai danya perikondritis atau kondritis pada tulang rawan telinga. 5
Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang mungkin
terjadi pada pasien, terutama setelah berenang. Untuk menghindarinya pasien harus
menjaga agar telinganya selalu kering, dengan cara menggunakan alkohol encer
29
secara rutin tiga kali seminggu. Pasien juga harus diingatkan agar tidak menggaruk /
membersihkan telinga dengan cotton bud terlalu sering. 2,7
E. Komplikasi
Perikondritis
Selulitis
Dermatitis aurikularis 4
F. Prognosis
Otitis eksterna adalah suatu kondisi yang dapat diobati biasanya sembuh
dengan cepat dengan pengobatan yang tepat. Paling sering, otitis ekserna dapat
dengan mudah diobati dengan tetes telinga antibiotik. Otitis eksterna kronis yang
mungkin memerlukan perawatan lebih intensif. Otitis eksterna biasanya tidak
memiliki komplikasi jangka panjang atau serius. 8
30
BAB III.
KESIMPULAN
Otitis eksterna merupakan peradangan liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan infeksi bakteri, jamur, dan virus. Faktor yang mempermudah radang telinga luar
ialah perubahan pH di liang telinga menjadi basa, keadaan udara yang lembab dan hangat,
serta faktor predisposisi yaitu trauma ringan ketika mengorek telinga.
Otitis ekterna difusa mengenai kulit liang telinga bagian dua pertiga dalam. Tampak
kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasannya. Bakteri penyebabnya
yang tersering adalah Pseudomonas.
Gejala otitis eksterna difusa adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang
kelenjar getah bening regional dapat membesar, dan tedapat nyeri tekan.
Pengobatannya dengan membersihkan liang telinga, memasukkan tampon yang
mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik dengan kulit yang
meradang. Kadang diperlukan pula obat antibiotika sistemik.
31
DAFTAR PUSTAKA
(Ichtammol)
Pada
Otitis
Eksterna
Akut.
Available
at:
32