Disusun oleh :
dr. Ika Cahyo Purnomo
Pembimbing :
dr. Johan Arifin, SpAn, KIC, KAP
BAB 1
PENDAHULUAN
kewaspadaan,
keamanan, kenyamanan, dan perhatian yang seksama baik pada pediatri maupun dewasa
adalah sama 1.
Banyak ahli anestesi menganggap anestesi inhalasi adalah metode yang ideal untuk
pediatri. Senyawa inhalasi adalah tulang punggung anestesi umum pada pasien pediatri sejak
anestesi umum pertama kali diberikan kepada pasien pediatri pada pertengahan abad ke19M. Bayi yang baru lahir dan balita menyerap anestesi lebih cepat daripada orang dewasa
karena tingkat ventilasi alveolar tinggi dan koefisien distribusi darah - gas yang lebih kecil
untuk agen anestesi. Koefisien distribusi darah - gas pediatri adalah 12 % lebih rendah
daripada dewasa muda untuk halotan, enfluran dan isofluran, dan untuk bayi yang baru lahir
koefisien tersebut 18 % lebih rendah. Distribusi agen anestesi dipengaruhi oleh
ruang
ekstraseluler yang longgar dan perbedaan dalam permeabilitas membran, dimana pada
pediatri, sawar darah otak belum matang, sehingga zat anestesi lebih mudah menembus sawar
tersebut. Hal ini menyebabkan induksi dengan agen inhalasi lebih nyaman dan cepat pada
pasien pediatri. Karena tingkat metabolisme pada pediatri juga lebih lambat, terutama pada
bayi baru lahir, biasanya pemeliharaan anestesi juga diberikan melalui agen inhalasi. Hal ini
dapat menghindarkan dari residu obat intravena yang belum termetabolisme, terutama oleh
sistem hepatal2.
Sevofluran adalah salah satu agen anestesi inhalasi yang banyak digunakan pada
pediatri. Karena baunya menyenangkan, iritabilitas respiratorik minimal dan induksi serta
pemulihan yang cepat membuat sevofluran sangat baik untuk induksi inhalasi. Kedalaman
anestesi dengan sevofluran juga relatif mudah dikendalikan sehingga ideal untuk anestesi
pediatri. Pemulihan
terbukti
dari
anestesi
umum
lebih
pada sebagian besar penelitian, karena kelarutan yang rendah dan eliminasi
sevofluran lebih cepat daripada obat anestesi inhalasi lainnya. Namun demikian kejadian
agitasi lebih besar pada pediatri yang diberi anestesi dengan sevofluran dibandingkan
dengan pediatri yang diberi anestesi dengan halotan. Pemulihan yang cepat dari sevofluran
merupakan faktor yang berperanan timbulnya agitasi pada pasien pediatri 3.
Munculnya delirium atau agitasi adalah masalah yang
pediatri4.Delirium atau agitasi saat pulih sadar pada pada pediatri merupakan suatu keadaan
disosiasi kesadaran ditandai dengan keaadaan tidak kooperatif, meronta-ronta, dan
inkoherensi. Kejadian delirium dan agitasi banyak ditemui pada pediatri yang mendapatkan
anestesi dengan desfluran dan sevofluran
5,6,7
merupakan suatu fenomena bersifat akut yang dapat berhenti sendiri (5-15 menit). Namun
dapat bertambah parah apabila tidak ditangani dengan segera. Dalam keadaan ini, pediatri
menimbulkan bahaya bagi diri mereka sendiri dan lingkungannya, termasuk tenaga
kesehatan. Komplikasi yang timbul antara lain peningkatan pendarahan, risiko jatuh, risiko
trauma, penggunaan obat yang lebih besar dan masa rawat di Post Anesthesia Care Unit
(PACU) yang lebih lama. Komplikasi lainnya yang lebih berat dapat berupa terlepasnya akses
vena, drain, kateter, dan alat monitor lain 8.
Penjelasan teoritis untuk agitasi pasca anestesi meliputi proses bangun yang cepat
dalam lingkungan yang asing, pemulihan yang tidak bersamaan dari fungsi sistem saraf pusat,
withdrawal yang cepat dari agonis reseptor Gamma Butiric Acid (GABA), dan efek samping
psikomotor yang belum dapat sepenuhnya dimengerti6,7.
Faktor risiko agitasi dan delirium meliputi usia anak lebih muda dari 5 tahun, prosedur
THT atau bedah mata, penggunaan isofluran, sevofluran atau desfluran, pulih sadar yang
cepat, pemakaian opioid intraoperatif, orang tua cemas, komunikasi perioperatif yang buruk,
dan skor adaptasi rendah9,10. Ketakutan dan kecemasan selama periode perioperatif diduga
dapat mempengaruhi perilaku saat pemulihan pasca operasi. Nyeri yang tidak tertangani
dengan baik juga diduga sebagai penyumbang utama fenomena ini, namun terdapat pula
2
penelitian yang menunjukkan insiden agitasi dan delirium yang tinggi pada pasien pediatri
yang bebas nyeri 11.
Beberapa instrumen dan terapi telah diusulkan dan dipelajari untuk mengevaluasi dan
sistem penilaian dengan menggunakan lima kriteria (kontak mata, gerakan tujuan, kesadaran
lingkungan, gelisah, inconsolability), yang valid dan reliabel dalam menilai tingkat keparahan
delirium dan agitasi pasca anestesi 12. Profilaksis fentanil intravena dosis tunggal 2,5 mcg /
kg, klonidin 2 mcg / kg, ketamin 0,25 mg / kg, nalbuphine 0,1 mg / kg, atau
deksmedetomidin 0,15 mcg / kg telah terbukti menurunkan kejadian delirium dan agitasi
pasca anestesi
13-15
18
dalam penelitian mengenai pengobatan gangguan obsesif kompulsif 19. Difenhidramin juga
berinteraksi dengan reseptor opioid, sehingga memiliki efek potensisasi analgetik. Efek
difenhidramin pada sodium voltage ion-channel juga serupa dengan yang dihasilkan oleh
anestesi lokal
18
penatalaksanaan farmakologis delirium dan agitasi akut pada pediatri di ruang rawat
intensif19. Meski demikian, belum ada penelitian yang menyelidiki penggunaan obat ini
untuk pencegahan delirium dan agitasi saat pulih sadar pasca anestesi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
pemberian difenhidramin
intravena dosis tunggal sebelum ekstubasi terhadap insiden agitasi saat pulih sadar dari
anestesi umum pada pasien pediatrik yang menjalani prosedur pembedahan dengan anestesi
umum dengan gas inhalasi sevofluran.
3
dan
3.
difenhidramin
Mengetahui waktu tercapainya skor Steward >5 tanpa nilai 0 pada pediatri yang
4.
mendapatkan sevofluran
Mengetahui waktu tercapainya skor Steward >5 tanpa nilai 0 pada pediatri yang
5.
6.
sevofluran
Mengetahui jumlah rescue tranquilizer pada pediatri yang mendapatkan
7.
delirium dan agitasi pasca anestesi. Intervensi farmakologis merupakan salah satu cara
mengatasi agitasi dan delirium pasca anestesi. Obat yang digunakan sebagai obat intervensi
4
dalam penelitian ini adalah difenhidramin, suatu antagonis Histamin H-1 generasi pertama,
yang belum pernah diteliti penggunaannya pada agitasi dan delirium pasca anestesi, namun
telah dikenal penggunaannya pada agitasi dan delirium akut di ruang rawat intensif. Penilaian
agitasi dan delirium pada penelitian ini menggunakan PAED score yang telah terbukti
reliabilitasnya dalam menilai agitasi dan delirium saat pulih sadar anestesi pada pasien
pediatri. Penelitian sebelumnya yang mendasari penelitian ini terangkum dalam Tabel 1.1
A prospective cohort
study of emergence
agitation in the
pediatric
postanesthesia care
unit.
Metode
Hasil
Voepel-Lewis T,
Malviya S, Tait AR.
Efektivitas Ibuprofen
dan Parasetamol
untuk Mencegah
Agitasi Pascaanestesi
Sevolfuran pada
Pasien Pediatri yang
Menjalani Labioplasti
Nama Jurnal
Anesth Analg.
2003
Jun;96(6):162530
Anestesia &
Critical Care
2006;24(2):
143-51
Hendradiana A,
Husaeni H, Bisri T
Effects of
hydroxyzinemidazolam
premedication on
sevofluran-induced
paediatric emergence
agitation: a
prospective
randomised clinical
trial.
Kner O, Tre H,
Mercan A, Menda F,
Szbir S.
Eur J
Anaesthesiol.
2011
Sep;28(9):6405.
Pharmacologic
management of
behavioral
instability in
medically ill
pediatric
patients.
Cummings MR,
Miller BD.
Development and
psychometric
evaluation of the
pediatric
anesthesia
emergence
delirium scale.
Sikich N, Lerman J.
Curr Opin
Pediatr. 2004
Oct;16(5):51622.
Anesthesiology
100(5):113845.
10