untuk
mendapatkan
lokasi-lokasi
seperti
itu.
Selanjutnya
terminologi
kedekatan/nearness ini sangat relatif adanya dan hendaknya dikaitkan dengan pertumbuhan
struktur dan pertumbuhan fisik kota pada satu pihak dan sifat daripada penggunaan itu
sendiri.
A. Teori Sewa Lahan
Pendapat Robert M. Haig (1926) mengatakan ekspresi yang berlainan dengan
pendapat Hurd. Sarjana ini melihat bahwa sewa merupakan pembayaran untuk aksesibilitas
atau penghematan untuk biaya transportasi dan ini akan berkaitan dengan masalah proses
penawaran (bidding process) untuk menentukan siapa yang berhak untuk menempati sebuah
lokasi. Pembahasan sewa lahan sangat erat kaitannya dengan pembahasan nilai lahan, namun
Haig lebih menonjolkan peran sewa lahannya.
Sarjana lain yang menyumbangkan buah pemikirannya tentang pendekatan ekonomi
untuk penggunaan lahan kota adalah R.V. Retclifff (1949). Tesisnya dituangkan dalam
bukunya yang berjudul Urban Land Economics. Menurut Reclifff ini, pusat kota dianggap
sebagai suatu tempat yang punya aksesibilitas terbesar dan dari lokasi inilah centralityvalue (nilai pemusatan) akan menurun secara teratur ke arah luar sampai pada urban
peripheries. Pola persebaran penggunaan lahan yang efisien akan tercipta dengan sendirinya
karena adanya persaingan berbagai kegiatan untuk mendapatkan lokasi-lokasi yang
Thunen (1826) menerbitkan karyanya yang berjudul Der Isolierte Staat in Beziehung
auf Land wirtschaft. Dalam karyanya tersebut von Thunen menguraikan tentang
distribusi pola penggunaan lahan yang dianggap paling menguntungkan pada suatu
daerah yang mempunyai lahan yang uniform dan yang mengelilingi single market for
land produce. Berdasarkan analisisnya faktor utama yang mempengaruhi dan
menentukan ditribusi pola penggunaan lahan tersebut adalah transport cost/biaya
transport yang dalam hal ini, dikaitkan dengan jarak dan sifat barang dagangannya,
khususnya mengenai perbandingan antar anilai kuantitasnya.
2. Perubahan-perubahan / Penyimpangan-penyimpangan Asumsi dan Konsekuensi
keruangan yang Terjadi.
Sangat sulit menemukan suatu yang betul-betul serupa dengan apa yang telah
dipersyaratkan tersebut maka beberapa pemikiran ke arah terjadinya penyimpanganpenyimpangan prasyarat mulai muncul. Konsekuensi keruangan yang dapat mucul dari
kemungkinan penyimpangan asumsi tersebut adalah sebagai berikut :
Penyimpangan jumlah pasar
Penyimpangan topografis
Penyimpangan biaya transportasi
Pola jalan di dalam kota merupakan salah satu unsur daripada morfologi kota. Dalam
urutan ini akan dikemukakan beberapa macam pola jalan kota-kota negara Barat sebagai
bahan referensi untuk analisis morfologi kita. Disamping pola jalan, memang terdapat
sejumlah komponen struktural lain daripada kota yang ikut mewarnai pola keruangan
daripada kota yang berbeda-beda. Dari sekian banyak komponen morfologikal tersebut, lay
out of streets merupakan komponen yang paling nyata maniefestasinya dalam menentukan
periodisasi pembentukan kota di negara barat. Ada 3 tipe sistem pola jalan yang dikenal, yaitu
:
1. Sistem pola jalan tidak teratur (irregular system)
2. Sistem pola jalan radial konsentris (radial cocentric system)
3. Sistem pola jalan bersudut siku atau grid (rectangular or grid system) (Northam, 1975)
E. Pengaruh Perkembangan Transportasi terhadap Morfologi Kota
Berdasarkan studinya di kota-kota Amerika, Hebert (1976) mengemukakan bukti-bukti
yang kuat akan pengaruh perkembangan prasarana transportasi terhadap morfologi kota.
Menurut sarjana ini, kota di Amerika adalah kota-kota yang terkondisikan oleh kemajuan di
bidang teknologi di bidang transportasi. Dari mulai pertamanya terbentuk sampai dengan
perkembangan mutakhir kota-kota di Amerika, keadaan transportasi dan perkembangannya
telah membentuk 7 kategori morfologi kota, yaitu : (1) morfologi kota pada masa dominasi
transportasi berjalan kaki, (2) morfologi kota pada masa dominasi kereta binatang, (3)
morfologi kota pada masa dominasi kereta listrik kercil, (4) morfologi kota pada masa
dominasi kereta api antar kota, (5) morfologi kota pada masa dominasi automobile untuk
antar kota, (6) morfologi kota pada masa perkembangan jalan-jalan raya bebas hambatan
antara kota-kota dan region, (7) morfologi kota pada masa perkembangan jalan-jalan lingkar.