Anda di halaman 1dari 10

THE RED EAR SLIDER AND DIAMOND SNAKE TRADING IN SURABAYA

Ika Rismawati Manik, Diana Pratiwi, Sheren Radita Windy, Ani Setyawati
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Surabaya

Abstrak
Reptil merupakan salah satu kelas dalam subfilum vertebrata. Reptil dapat diklasifikasi menjadi
beberapa subkelas. Penelitian tentang identifikasi reptil di Pasar Irian Barat dan Pasar Kupang
Surabaya ini bertujuan untuk mengetahui --- kelas reptil dan status konservasi pada satwa yang
diperjualbelikan. Penelitian ini menggunakan metode observasi secara langsung dan
mendokumentasikan beberapa sampel, selanjutnya dilakukan pengklasifikasian sesuai urutan
takson dan mendeskripsikannya, kemudian melakukan kroscek status konservasi pada hewan
yang diperjualbelikan di pasar tersebut. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu terdapat 1 ordo
meliput Testudinata yang keseluruhan berjumlah 1 spesies yaitu Trachemys scripta di Pasar
Irian Barat, dan terdapat 1 ordo meliput Squamata yang keseluruhan berjumlah 1 spesies yaitu
Morelia spirota di Pasar Kupang Surabaya. Status konservasi semua ordo yang diperjualbelikan
di Pasar Irian Barat dan Pasar Kupang Surabaya tersebut menurut IUCN Red List
dikatagorikan Least Concren Resiko Rendah, pada status tersebut diberikan untuk spesies
yang sudah dievaluasi dan keberadaannya dianggap masih tinggi.
Kata kunci : status konservasi IUCN, reptil, Pasar Irian Barat dan Pasar Kupang Surabaya.

PENGANTAR
Reptil adalah salah satu kelas vertebrata yang banyak dijumpai di alam yang memiliki
beberapa kelas. Salah satu ordo dalam subkelas Anapsida adalah Testudinata, yang merupakan
ordo dari Trachemys scripta atau lebih dikenal dengan nama Kura-kura Brazil. Sedangkan dari
subkelas Diapsida terdapat ordo Squamata, yang merupakan ordo dari Morelia spilota atau lebih
dikenal dengan nama Ular Karpet atau Ular Berlian.
Kura-kura Brazil merupakan salah satu jenis kura-kura yang sering dijumpai di pasar.
Hewan ini memiliki warna hijau tua dengan garis-garis kuning, serta terdapat semburat warna
merah tepat di belakang mata, yang merupakan ciri khas dari hewan ini dan menjadi pembeda
dengan jenis kura-kura lain. Sedangkan ular karpet atau ular berlian merupakan salah satu jenis
ular yang memiliki pola warna sisik yang menarik, dan ada juga yang memiliki pola menyerupai
berlian. Sehingga ular ini disebut juga sebagai ular berlian. Keunikan yang ada pada dua hewan
inilah yang menjadikan hewan ini sebagai hewan favorit untuk dijadikan hewan peliharaan.
Tingginya minat masyarakat untuk menjadikan reptil sebagai hewan peliharaan berdampak pada

meningkatnya perburuan reptile di alam liar. Hewan-hewan hasil perburuan ini kemudian akan
dijual dipasar secara illegal untuk memenuhi permintaan pasar. Salah satu bukti maraknya
perdagangan reptile secara illegal ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Daniel J. D.
Natusch dan Jessica A. Lyons. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan sekitar 5.370 individu
dari 52 spesies berhasil ditemukan untuk diperdagangkan. Setidaknya sekitar 44% adalah hewan
yang dilindungi atau tidak untuk dipelihara yaitu amphibi dan reptil, pada reptil lebih dari 30%
dibandingkan dengan amphibi untuk diperdagangkan. Hal ini menjadikan perdagangan jenisjenis spesies ini ilegal. Sekitar setengah dari jumlah spesies yang ditemukan ini tercatat dalam
CITES atau Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna. Para
peneliti tersebut juga menemukan bahwa maraknya perdagangan reptil ini selain disebaban oleh
tingginya minat masyarakat juga disebabkan oleh rendahnya pengawasan aparat pemerintah
untuk mengurangi perdagangan liar dan kurangnya wawasan masyarakat tentang satwa-satwa
yang dilindungi dan tidak untuk dipelihara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang
perdagangan reptil di Surabaya dan kondisi reptil yang ada di pasar, serta bertujuan untuk
mengklasifikasi dan mendeskripsikan reptile yang ditemukan.

METODE PENELITIAN
Penelitian yang kami lakukan ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui keanekaragaman pada kelas reptil dan status konservasi pada satwa yang
diperjualbelikan. Metode yang digunakan yaitu dengan melakukan observasi secara langsung
dan mendokumentasikan beberapa sampel hewan dari kelas reptil. Penelitian ini dilakukan di
Pasar Irian Barat Surabaya dengan dua kali pengulangan yakni kunjungan pertama pada pagi hari
pukul 09.30 WIB pada tanggal 2 Oktober 2014, kunjungan ke-dua pada pagi hari pukul 08.30
WIB tanggal 13 Oktober 2014. Kunjungan ini dilakukan dibawah pukul 12.00 WIB, karena pada
jam tersebut Pasar Irian Barat sepi dan banyak toko atau kios yang sudah tutup.
juga dilakukan di Pasar Kupang Surabaya dengan dua kali pengulangan

Penelitian ini
yakni kunjungan

pertama pada pagi hari pukul 08.45 WIB pada tanggal 3 Okrober 2014, kunjungan ke-dua pada
pagi hari pukul 10.10 WIB pada tanggal 14 Oktober 2014. Alat yang digunakan saat penelitian
adalah alat tulis dan kamera. Sasaran dan objek penelitian adalah kelas reptil yang ada di Pasar
Irian Barat dan Pasar Kupang Surabaya. Cara kerja penelitian sebagai berikut, yang pertama
mendokumentasi sampel kelas reptil yang terdapat di Pasar Irian Barat dan Pasar Kupang

Surabaya, kemudian mencatat nama-nama hewan dan melakukan wawancara kepada salah satu
pemilik toko hewan tersebut. Tindak lanjut yang kami lakukan yaitu mencatat kelas reptil yang
kami amati di Pasar Irian Barat dan Pasar Kupang Surabaya, dengan cara mengklasifikasikannya
sesuai urutan takson hingga tingkat ordo dan mendeskripsikannya, kemudian melakukan kroscek
status konservasi pada hewan yang diperjual belikan di pasar tersebut menurut IUCN.

HASIL
Berdasakan penelitian yang kami lakukan kami mendapatkan hasil yang akan kami presentasikan
dalam bentuk tabel seperti di bawah ini:

Ordo

Subordo

Family

Testudinata

Pleurodira

Mydidae

Squamata

Serpentes

Phytonidae

Genus

Spesies

Trachemys Trachemys scipta


Morelia

Morelia spilota

Nama lokal
Kura-kura Brazil
Ular Piton Karpet /
Ular Berlian

Tabel 1. Klasifikasi Kura-kura Brazil dan Ular Piton Karpet


Status IUCN: Least Concern.
CITES: Trachemys scripta: Appendix II
Morelia spilota: Appendix II

PEMBAHASAN
Berdasarkan kegiatan eksplore pasar yang kami lakukan, kami menemukan kura-kura
brazil (Trachemys scripta) yang diperjualbelikan secara liar di pasar Irian Barat Surabaya (Van
Dijk and Hammerson, 2013) dan juga ular piton karpet (Morelia spilota) di pasar Kupang
Surabaya (Shine and Allison, 2010). Kura-kura Brazil atau yang dikenal sebagai Red Ear
Slider yaitu si telinga merah adalah jenis kura-kura semi-akuatik (terrapin) dan salah satu jenis
reptil yang mudah ditemukan. Red Ear Slider berasal dari kata Trachemys scripta elegans yang

berarti adanya semburat warna merah tepat di belakang matanya sehingga menyerupai telinga
berwarna merah. Morfologi. Ukuran tubuh mencapai 20-30 cm. Reptil ini merupakan perenang
cepat yang cukup baik. Kura-Kura Brazil berwarna hijau tua dengan garis-garis kuning dan
memiliki bercak merah pada setiap sisi di kepalanya. Kura-kura ini dapat mudah dibedakan oleh
badan dan rahang bawahnya karena berbentuk bulat. Memiliki theca yang tersusun atas karapaks
dan plastron. Jari-jari kaki belakangnya dihubungkan oleh selaput bebas seperti pada bebek.
Untuk membedakan jenis kelamin, jantan memiliki cakar yang lebih panjang di tungkai depan,
sedangkan kloaka pada betina lebih dekat dengan tempurung daripada jantan. Habitat. Di alam
bebas dengan suhu 20-28oC dalam keadaan bersih, kura-kura ini dapat hidup sampai umur 20
tahun. Kura-kura Brazil cenderung tidak jauh dari sumber air meskipun betina akan membuat
sarang di tanah yang kering dan hangat. Makanan. Kura-kura Brazil memakan hewan-hewan
kecil seperti ikan, cacing, siput, dan serangga. Namun, juga menyukai beberapa jenis sayuran,
daging dan tulang sotong. Reproduksi. Fertilisasi internal. Kura-kura Brazil berkembang biak
dengan cara bertelur. Jumlahnya bervariasi antara 20-45 butir. Kura-kura brazil biasanya bertelur
sekitar bulan Agustus hingga September menjelang musim hujan dan untuk menetas dibutuhkan
waktu sekitar 3 minggu. Setelah menetas kura-kura Brazil akan segera mencari perairan untuk
tumbuh dewasa. Persebaran. Kura-kura ini merupakan hewan asli di daerah Brazil yang
persebarannya meliputi seluruh dunia. Namun, tingkat kematiannya tergolong tinggi karena
seringkali dipelihara dalam media pemeliharaan yang tidak memadai dan minimnya perawatan
seperti diletakkan di air yang kurang sehat dan akuarium yang tidak layak. Perawatan. Dalam
hal perawatan, kurangnya perawatan dan pemeliharaan, mengakibatkan pemilik melupakan dan
memutuskan untuk tidak mau memeliharanya lagi sehingga kura-kura Brazil akan mati secara
perlahan. Hal ini menyebabkan masalah besar karena akan meningkatkan statusnya menjadi
punah dalam IUCN. Konservasi. Minimnya perawatan akan menyebabkan kematian dari kurakura Brazil yang kemudian akan menjadikan statusnya adalah least concern yaitu resiko
kepunahannya masih rendah dalam IUCN. Perdagangan. Perdagangan bebas yang tidak
memiliki prosedur atau ilegal sangat mudah masuk ke dalam Indonesia. Di Surabaya sendiri,
kura-kura Brazil ini di dapatkan sangat mudah melalui pengepul hewan yang berada di
pelabuhan. Kura-kura Brazil ini kemudian masuk ke dalam pasar-pasar lokal tanpa adanya suratsurat resmi pemerintah. Harga perekor untuk ukuran kecil adalah Rp. 20.000,- sedangkan untuk
harga kura-kura Brazil yang dewasa adalah Rp. 35.000,- kepada pembeli. Untuk pembelian dari

pengepul di pelabuhan untuk harga kura-kura brazil kecil dan besar adalah separuh dari harga
pasaran. Harga murah ini menyebabkan banyaknya eksploitasi kura-kura brazil. Kura-kura Brazil
ini akan dibawa oleh pembeli sebagai hewan peliharaan. Namun dalam perawatannya sangat
kurang.
Selain kura-kura Brazil, kami juga menemukan ular piton karpet (Morelia spilota) yang
dijual. Morelia spilota adalah besar ular dari famili Pythonidae yang memiliki motif seperti
karpet sehingga disebut juga dengan piton karpet dan memiliki pola kulit yang cantik seperti
berlian sehingga tak jarang orang menyebutnya dengan ular berlian. Morfologi. Panjang
mencapai antara 2-5 m (6,6-13,1 ft) dan beratnya mencapai 15 kg. Jantan memiliki ukuran tubuh
lebih kecil dari betina. Di beberapa daerah ditemukan betina memiliki berat 4 kali lebih berat
daripada jantan. Bentuk kepala yaitu segitiga. Usia mencapai 15-20 tahun. Memiliki pola kulit
yaitu hitam dan emas kecoklatan, namun juga ditemukan warna hitam dan putih keabu-abuan
seperti berlian. Habitat. Terestrial. Ular piton karpet tinggal di daerah lembab dan sangat
menyukai tempat dingin seperti hutan hujan, pulau-pulau berpohon, padang rumput, dan daerah
hujan salju seperti Australia. Namun, piton karpet juga dapat hidup ditempat dengan cuaca panas
dan kering dalam kondisi cekaman cuaca. Makanan. Ular piton karpet memakan tikus dan hama
lainnya juga hewan-hewan aves seperti layaknya ular lain. Reproduksi. Betina bertelur hingga
10-50 telur sekaligus. Kemudian betina melilit telur-telurnya untuk melindungi dan menjaga
telur-telurnya agar hangat menggunakan kontraksi otot untuk menghasilkan panas. Perilaku.
Sebagian besar aktif di malam hari, melilit pohon dan semak-semak serta melintasi daerah
terbuka seperti batu, lantai hutan dan jalan. Agresif dan aktif terhadap makanan dan jinak ketika
dewasa. Suka berjemur. Persebaran. Ular asli Australia ini dapat ditemukan diseluruh Australia,
kecuali di Victoria Selatan, dan ditemukan di Indonesia yaitu Papua serta New Guinea.
Perawatan. Ditempatkan di dalam cuaca yang dingin dan diberi makan ketika malam hari
karena sangat agresif dan aktif ketika diberi makan. Kurangnya perawatan mengakibatkan
kematian. Perdagangan reptile yang dilindungi tersebut ditepat kandang yang tidak sewajarnya
sehingga banyak yang luka, sakit, ataupun mati. Hal ini menyebabkan meningkatkannya status
piton karpet menjadi punah dalam IUCN. Konservasi. Di daerah Australia Barat, Morelia
spilota terancam punah karena dipeliharaan oleh pecinta reptil dan karena hilangnya habitat
mereka. Di dalam status IUCN masih dalam status least concern yaitu resiko kepunahannya

masih rendah. Perdagangan. Perdangan ular piton karpet ini di surabaya masih jarang. Namun
juga dapat kami temukan di daerah pasar kupang. Perdagangan reptil terbesar adalah di kota
Jogjakarta. Untuk harga satu ekor ular piton karpet kecil yaitu Rp. 800.000,- dan untuk yang
besar dapat mencapai lebih dari Rp. 1.000.000,- tergantung semakin besar semakin mahal.
Pedagang mendapatkan reptil ini dari kota Jogjakarta dan perdagangan melalui jalur laut adalah
perdagangan yang paling mudah untuk perdagangan liar. Hanya sedikit atau hampir tidak ada
pedagang yang menjual reptil ini, bahkan hampir tidak ada pedagang yang menjual ular di
wilayah Surabaya.
Peraturan Perundang-undangan. Menurut peraturan pemerintah No. 5 th. 1999 tentang
pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar dalam BAB V tentang perdagangan tertera dalam
pasal 18-26 menyebutkan bahwa perdagangan hewan hanya boleh dilakukan oleh Badan Usaha
yang didirkan menurut hukum dan berdasarkan rekomendasi dari Menteri Perdagangan. Satwa
liar untuk eksport dan import harus memiliki dokumen-dokumen penting dan dikarantina untuk
pengecekan kesehatan dengan tujuan hewan import tidak membawa penyakit dari negara asal
serta kelengkapan dan kesesuaian specimen dengan dokumen yang ada jika kegiatan tersebut
tidak didasarkan pada hukum dan tidak ada dokumen lengkap maka termasuk dalam pengertian
penyelundupan. Untuk UU terbaru pemerintah tentang perdagangan satwa liar yaitu tahun 2013
UU Pemerintah untuk perdagangan satwa liar yaitu UU No. 22/ M-DAG/ PER/5/2013 tentang
ketentuan impor dan ekspor hewan dan produk hewan yang telah mengalami 27 kali perubahan
(amandemen) sejak tahun 1934 hingga 2013 dengan pertimbangan bahwa untuk menjaga
kelestarian keanekaragaman hayati harus memberikan kepastian berusaha, transparasi, serta
terdapat proses perjanjian dan administrasi dan tinjauan lanjutan dari menteri perdagangan dalam
dan luar negeri terdapat pada pasal 1 ayat 9 menyebutkan bahwa untuk melakukan perdagangan
hewan diwajibkan melalui Importir Terdaftar Hewan atau IT-Hewan yang merupakan suatu
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam usaha perdagangan hewan untuk keperluan kegiatan
usaha dengan memperdagangkan dan memindahtangankan kepada pihak lain dengan berbagai
surat-surat tertentu untuk menghindari kegiatan perdagangan liar. Namun setelah dilihat dari
mudahnya mendapatkan hewan-hewan yang dijual tanpa ijin dan administrasi dari pemerintah
sehingga tidak adanya pajak yang dipungut dari perdagangan liar ini, akan mengakibatkan
eksploitasi yang berlebihan sesuai dengan permintaan konsumen dikarenakan keindahan dan

keunikan hewan-hewan tersebut maka akan mengurangi keanekaragamana hayati dan


menyebabkan kepunahan dari hewan-hewan tersebut. Pemerintah harus tegas dalam mengawasi
perdagangan yang ada di Indonesia. Terutama dalam penyelundupannya melalui jalur laut.
Kuang tegasnya hukum di Indonesia juga menyebabkan maraknya terjadi perdagangan hewan
liar secara besar-besaran di Indonesia. Indonesia sendiri sudah tergabung dalam CITES
(Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna) yaitu sebuah
konvensi internasional antar negara-negara yang mengatur tentang perdagangan spesies hewan
liar yang akan punah. Kurangnya pemahaman dan lemahnya hukum di Indonesia juga menjadi
salah satu alasan masih maraknya perdagangan satwa liar di Indonesia. Trachemys scripta dan
Morelia spilota bukan termasuk hewan yang dilindungi secara hukum dalam perundangundangan di Indonesia. Namun, jika eksploitasi kedua hewan ini tinggi, maka dapat
menyebabkan statusnya menjadi extinct dalam IUCN dan CITES.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan, kami mengambil kesimpulan bahwa Kura-kura
Brazil dan Ular Piton Karpet atau Ular Berlian memiliki status least concern artinya beresiko
rendah dalam kepunahan namun masih banyak ditemui di alam bebas, namun jika perdagangan
dan eksploitasi terus dilakukan maka akan meningkatkan statusnya menjadi kepunahan dalam
IUCN. Maraknya perdagangan kedua reptile tersebut dipicu karena menariknya pola warna dan
lemahnya pengawasan pemeritah terhadap perdagangan reptil serta banyaknya permintaan dari
konsumen untuk hewan-hewan eksotis.

DAFTAR PUSTAKA
en.wikipedia.org/wiki/Morelia_spilota diakses pada 13 Desember 2014 pk. 13.00 WIB
en.wikipedia.org/wiki/Trachemys_scripta diakses pada 21 Desember 2014 pk. 08.00 WIB
http://www.mongabai.co.id/2012/10/25/penelitian/indonesia/surga/perdagangan/amfibi/dan/reptil
/ilegal/ diakses pada 13 Desember 2014 pk. 13.00 WIB

IUCN. 2012. Morelia_spilota diakses pada 13 Desember 2014 pk. 13.00 WIB
IUCN. 2012. Trachemys_scripta diakses pada 21 Desember 2014 pk. 08.00 WIB
Natusch, D. J. D., and Lyson, J.A. Exploited for pets: the harvest and trade of amphibians and
reptiles from Indonesia New Guinea. Biodiversity and Conservation. 2012.
Peraturan Pemerintah No. 5 th. 1999 tentang pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar dalam
BAB V tentang perdagangan tertera dalam pasal 18-26
UU No. 22/ M-DAG/ PER/5/2013 tentang ketentuan impor dan ekspor hewan dan produk hewan
yang telah mengalami 27 kali perubahan (amandemen) sejak tahun 1934-2013

LAMPIRAN
Kura-kura Brazil
(Red Ear Slider)
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Subphylum: Vertebrata
Superclass: Tetrapoda
Class: Reptilia
Order: Testudinata
Suborder: Pleurodira
Gambar kamera pribadi

Family: Mydidae
Genus: Trachemys
Species: Trachemys scripta

The red ear slider

Gambar dari internet


(www.turtleofborneo.blogspot.com)

DESKRIPSI
Morfologi. Ukuran tubuh mencapai 20-30 cm. Reptil ini merupakan perenang cepat yang cukup
baik. Kura-Kura Brazil berwarna hijau tua dengan garis-garis kuning dan memiliki semburat
merah dibelakang matanya. Kura-kura ini dapat mudah dibedakan oleh badan dan rahang
bawahnya karena berbentuk bulat. Memiliki theca yang tersusun atas karapaks dan plastron. Jarijari kaki belakangnya dihubungkan oleh selaput bebas seperti pada bebek. Untuk membedakan
jenis kelamin, jantan memiliki cakar yang lebih panjang di tungkai depan, sedangkan kloaka
pada betina lebih dekat dengan tempurung daripada jantan. Memiliki habitat di alam bebas
dengan suhu 20-28oC dalam keadaan bersih, kura-kura ini dapat hidup sampai umur 20 tahun.

Kura-kura Brazil cenderung tidak jauh dari sumber air meskipun betina akan membuat sarang di
tanah yang kering dan hangat.
Ular Piton Karpet
(Ular Berlian)
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Subphylum: Vertebrata
Superclass: Tetrapoda
Class: Reptilia
Order: Squamata
Gambar kamera pribadi

Suborder: Serpentes
Family: Pythonidae
Genus: Morelia
Species: Morelia spilota

Gambar dari internet


(chrisbehofreptiles.breedersource.com)

DESKRIPSI
Morfologi. Panjang mencapai antara 2-5 m (6,6-13,1 ft) dan beratnya mencapai 15 kg. Jantan
memiliki ukuran tubuh lebih kecil dari betina. Di beberapa daerah ditemukan betina memiliki
berat 4 kali lebih berat daripada jantan. Bentuk kepala yaitu segitiga. Usia mencapai 15-20 tahun.
Memiliki pola kulit yaitu hitam dan emas kecoklatan, namun juga ditemukan warna hitam dan
putih keabu-abuan seperti berlian. Memiliki habitat terestrial. Ular piton karpet tinggal di daerah
lembab dan sangat menyukai tempat dingin seperti hutan hujan, pulau-pulau berpohon, padang
rumput, dan daerah hujan salju seperti Australia. Namun, piton karpet juga dapat hidup ditempat
dengan cuaca panas dan kering dalam kondisi cekaman cuaca.

Anda mungkin juga menyukai