Disusun oleh;
Ferda Rozaq M
Heri Budi R.
Muji Raharjo
(S 811408003)
(S 811408004)
(S 811408008)
A. PENDAHULUAN
Belajar merupakan pusat dari kecakapan kita untuk membiasakan hal-hal
yang kecil dan mendalam terhadap tuntutan lingkungan. Hal tersebut membuat
perbedaan antara harapan dengan kegiatan nyata. Pada akhirnya, proses ini
dibutuhkan
penting
untuk
mengetahui
kekayaan
alam
dengan
berbagai
Fungsi
Sub bagian
Untuk fotosintesis
Fungsi
Stomata
Pernafasan
Lentisel
Pernafasan
dan penguapan
Batang
Alat transportasi
dan penguapan
Akar
Melindungi akar
Tudung akar
Bunga
Buah
Cadangan makanan
Sel kelamin
Tangkai buah
Penghubung buah&batang
Biji
Lembaga
Bakal
tumbuhan baru
menggunakan
terutama
dalam
suatu
frame
pelajaran
yang
sejarah.
mempunyai
Mereka
aplikasi-aplikasi
memasukkan
tujuan
pembelajaran dalam suatu frame. Frame jenis ini muncul untuk merunut dari suatu
riset pada narasi tatabahasanya. Sebagai contoh adalah adanya sebuah studi
sejarah pada sekolah menengah pertama kolonial dicoba diorganisasikan dalam
suatu frame.
Frame suatu cerita disusun sebagai frame yang meliputi adanya rencana
tujuan pelaksanaan. Dalam satu contoh dari riset ini, adalah mereka bekerja
dengan para siswa kelas intermediate/antara dalam pelajaran membaca. Frame
jenis ini termasuk karakter-karakter pengaturan, label-label alur cerita dan
kesimpulan ditulis dalam suatu baris, sedangkan cerita-cerita yang berbeda ditulis
dalam suatu kolom. Para siswa belajar struktur dan bagian-bagian dari suatu cerita,
lalu mampu secara benar mengisi bagian-bagian untuk cerita yang lain. Pembaca
yang baik dapat mengungkapkan kembali lebih baik daripada pembaca yang
sekedarnya, setelah menggunakan metode frame tersebut, sebagaimana yang
diharapkan. Tetapi belum ada yang mengamati perbedaan antara pembaca yang
sekedarnya dengan pembaca yang baik dalam hal pengetahuan mereka pada
penggunaan metode frame tersebut.
Kegiatan semacam ini pasti mempunyai pengaruh yang substansial di sekolahsekolah, terutama sekali di dalam penulisan cerita. Para guru melaporkan bahwa
bentuk frame yang digunakan adalah sesuai dengan yang dirancang oleh Dreber
dan Singer. Pelatihan dan membaca cerita dengan frame sebagai pedoman,
kemudian latihan selanjutnya adalah menulis kembali cerita dengan menggunakan
frame juga sebagai panduannya. Para siswa sekolah dasar ternyata telah mampu
menulis cerita-cerita mereka sendiri.
Dengan membandingkan antara para mahasiswa di perguruan tinggi dalam
mengikuti kuliah ilmu dan neuroanatomi, dengan pelajaran biologi dan sejarah
pada sekolah menengah, Vaughan menyelidiki tentang pengaruh penggunaan
Frame dalam pembelajaran maupun mengungkap kembali daya ingatannya.
Fungsi dari Frame-tipe 1 adalah 1) Menampakkan sebuah struktur yang pekatpadat yang di dalamnya terdapat rincian yang terorganisasikan dengan baik yang
memudahkan
dalam
pemahaman,
2)
Memaparkan
sejumlah
Materi
saling
berhubungan yang bermakna, 3) Menyediakan isyarat atau petunjuk bagi siswa halhal terpenting dari suatu bahan pembelajaran
Pada langkah awal frame dibangun melalui inspeksi terhadap materi dalam
pelajaran atau bagian-bagian yang terkandung dalam gagasan besar, konsep atau
prinsip-prinsipnya. Untuk mendesainnya, materi-materi pelajaran tersebut lebih
dahulu ditulis dan diorganisasi sesuai dengan frame adalah menentukan letak
bagian-bagian tersebut dalam suatu matrik yang terdiri dari langkah-langkah
perencanaan, pelaksanaan dan outcomenya.
Bagaimana suatu frame disusun?
Langkah pertama dalam penyusunan kerangka adalah untuk melihat materimeteri dalam pembelajaran untuk menemukan ide pokok, konsep dan prinsip.
Langkah kedua, perancang dari materi pelajaran, materi tersebut harus ditulis
dan mengorganisasikan struktur dan kerangka berikut. Jika penulis materi
mengikuti kerangka tersebut dalam cara-cara horizontal (baris) dan vertical (kolom)
dapat menjadi hal yang utama.
Langkah ketiga, dalam kerangka adalah untuk memutuskan apakah bahan
tersebut berperan penting untuk sebuah matrik atau tidak.
Langkah keempat adalah untuk menggambarkan kerangka dan menamai atau
melabeli kolom dan baris tersebut.
c. Kapan model frame dapat digunakan?
Model frame dapat membantu pembelajaran sehingga subtansi materi
pelajaran ditampilkan lebih baik dalam pengenalan materi, selama materi pelajaran
disampaikan ataupun pada akhir pelajaran. Jika siswa dapat memahami model
frame ini dapat dipastikan mereka dapat menginspeksi materi pelajaran dari frame
yang telah dibangunnya.
d. Dapatkah siswa belajar dengan membangun frame?
Riset membuktikan bahwa siswa dapat belajar dengan menggunakan model
frame. Hal itu disampaikan oleh Armbuster, Anderson dan Ostertag, tahun 1987,
serta Vaughan tahun 1984. Penemuan tersebut telah menggugurkan pemahaman
substansi yang telah berlangsung dari kelas 5 sekolah menengah dan sekolah
tingkat atas sampai sekolah kesehatan. Akibatnya dapat dirasakan sekarang bahwa
telah terjadi variasi pada materi pelajaran sejarah, sosial, dan biologi.
e. Mengeksplorasi atau mengatur kembali?
maka
pembelajaran
seperti
itu
akan
lebih
condong
untuk
membentuk frame. Bagian yang kecil itu merupakan gambaran besar sebagai hal
baru bagi siswa. Jika hal tersebut sebagai hal baru bagi siswa dan kemudian
dipelajari oleh siswa tersebut, maka terjadilah pengaturan kembali terhadap
pengetahuan-pengetahuan yang ia miliki.
f. Pengetahuan yang deklaratif, prosedural, atau kondisional?
Kita melihat bahwa pembelajaran model frame sebagai gambaran besar dan
substansial yang mendukung pengetahuan pada kedua hal yaitu deklaratif dan
prosedural. Di negara Inggris, biasanya penyusunan matrik dari kiri ke kanan dan
dari atas ke bawah. Sedangkan frame kurang lebih sama, tetapi dalam bentuk
kolom dan baris.
g. Sesering apakah model frame digunakan?
Jika penggunaan berlebihan tentang sesuatu strategi tertentu, termasuk
penggunaan model bagan, dapat membosankan dan dapat mengakibatkan daya
ingat lemah. Terlalu banyak bagan-bagan dapat menghalangi satu sama lain dan
hasilnya kurang bagus. Bermacam-macam strategi adalah sangat penting, tetapi
tidak semua strategi adalah sesuai dengan isi pelajaran. Tetapi juga karena para
siswa perlu untuk belajar semua strategi agar menjadi pengetahuan yang lebih,
wajar kalau memperhatikan karakteristik materi pelajaran, termasuk penggunaan
bagan bisa disesuaikan penggunaannya.
h. Apakah siswa dapat diberi strategi frame secara lengkap atau siswa
melengkapinya sendiri?
Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus melihat kembali desainnya. Bagan
digunakan untuk membantu pembelajaran. Desainer yang merancang bagan,
kemudian siswa dapat mempelajari konstruksi bagan. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran melalui model bagan, bagimanapun juga siswa belum terbiasa
membuat atau menciptakan bagan. Siswa terbiasa belajar dari satu teks atau
bagan yang sudah ada. Desainer dapat memasukkan keterampilan-keterampilan
dalam penyusunan pembelajaran sehingga siswa dapat menyusun bagan sendiri.
i.
j.
coloumns dan / atau baris-baris. 2) menyusun bagan di dalam bagan (dalam aluralur), dan 3) mengembangkan bagan tiga dimensi.
Dengan mengandung banyak kolom dan baris, memungkinkan lebih banyak
informasi, tidak hanya terbatas pada materi-materi yang penting saja. Dalam
pembuatan buku, bagaimanapun, dimungkinkan untuk membongkar bagan dengan
banyak baris dan kolom dan tempat-tempat yang memungkinkan untuk menambah
suatu halaman, tetapi makin banyak bagian-bagian dari bagan itu dipisah-pisahkan,
akan makin berkurang fungsinya dalam menyediakan gambaran besar. Dengan
begitu banyak kolom dan baris-baris, dapat juga dilakukan dalam media computer,
tetapi seperti halnya ukuran buku, ukuran layar computer dapat menghambat
banyaknya keterangan yang dapat diwakili.
E. Hibridisasi
Bagan tipe 1 bisa dikombinasikan dengan kebanyakan dari strategi yang lain.
Beberapa
siswa
dapat
menggunakan
perumpamaan
dengan
bagan-bagan,
terutama jika tercakup dalam materi yang kongkrit. Dalam mempelajari baganbagan atau membangun bagan, para siswa akan terlibat dalam banyak macam
aktivitas yang strategis yang dapat kita kelompokkan sebagai latihan, tambahan
keterampilan, terutama jika materi tidak dapat digambarkan, para siswa boleh
menggunakan alat bantu mengingat atau jembatan keledai.
Jika materi palajaran disajikan dalam suatu bagan, atau dalam bentuk strategi
pelajaran yang lebih luas, mungkin terasa sulit bagi beberapa siswa. Karena teori
strategi yang lain hampir selalu melibatkan manusia belajar, kita mengusulkan
suatu model yang mudah dikenal siswa yaitu jika strategi ruang digunakan dalam
teknik-teknik desain.
Pertama, seorang siswa, seorang penulis teks, seorang desainer atau seorang
guru akan terlibat dalam satu atau lebih pengorganisasian strategi yang dibahas.
Kegiatan seperti itu tidak bisa dipisahkan dalam rangka untuk mengetahui dan
mengkomunikasikan pengetahuan. Hal itu berkaitan dalam perencanaan beberapa
produk. Kedua, produk tersebut bisa berupa suatu peta atau kosep yang
dikembangkan. Akhirnya, produk itu dapat diproses menggunakan satu atau
beberapa strategi seperti dengan penggambaran, latihan atau jembatan keledai.
F. KESIMPULAN
Makalah ini kami sampaikan satu dari tiga strategi pembelajaran. Latar
belakang penelitiannya adalah perlu adanya panduan untuk pengembangan
desainer strategi pembelajaran bagan tipe 1 ini. Beberapa contoh bagan telah kami
sampaikan,
selanjutnya
dapat
kita
susun
bagan
yang
khusus
dengan