Anda di halaman 1dari 10

FRAME TIPE SATU

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR


Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Soetarno J, M.Pd.

Disusun oleh;

Ferda Rozaq M
Heri Budi R.
Muji Raharjo

(S 811408003)
(S 811408004)
(S 811408008)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA UNS
2015

A. PENDAHULUAN
Belajar merupakan pusat dari kecakapan kita untuk membiasakan hal-hal
yang kecil dan mendalam terhadap tuntutan lingkungan. Hal tersebut membuat
perbedaan antara harapan dengan kegiatan nyata. Pada akhirnya, proses ini
dibutuhkan

penting

untuk

mengetahui

kekayaan

alam

dengan

berbagai

pengalaman dan kesempatan.


Dua golongan orang yang berperan dalam pencapaian tujuan pembelajaran
adalah guru dan desainer pembelajaran.
Pada bagian awal kita akan membahas tentang strategi kognitif, sebab
pandangan kita bahwa strategi kognitif, merupakan sumbangan utama mengenai
pengetahuan kognitif dalam desain pembelajaran.
Secara tradisional, desain pembelajaran diorganisasikan sebagai bagian dari
kegiatan yang berkisar pada 5 langkah. Ada beberapa langkah-langkah tersebut.
Beberapa model yang lain mengajukan tidak hanya 5 langkah, tetapi lebih banyak
lagi. Menurut Charles K. West dan kawan-kawan, ada 9 strategi yang dikemukakan,
yaitu : chunking, frame tipe 1, frame tipe 2, concept mapping, advance organizer,
metaphor, rehersal, imagery, dan mnemonics.
Pada makalah ini, akan dibahas strategi frame/bagan tipe 1. Strategi ini
merupakan salah satu dari strategi spasial, di mana mempunyai 5 bagian yaitu; 1)
kita menyediakan beberapa pengenalan dan materi-materi yang melatar belakangi
strategi frame tersebut, 2) kita diskusikan tentang penelitian dan usaha-usaha
pengembangannya, 3) kita sampaikan mengenai petunjuk bagi desainer, 4)
tentang hibridisasi, dan kesimpulannya.
B. STRATEGI FRAME TIPE 1
Frame-tipe 1 merupakan rancangan Materi pelajaran atau bahan pelajaran
yang diorganisasikan dan menggambarkan sebuah gagasan yang mendasar dari
suatu bahan pelajaran tersebut (Goetz & Armbruster dalam West et.al, 1991:58).
Banyak ilmuwan kognitif percaya bahwa pembelajaran terbaik dimulai dari gambar
yang besar, satu skema yang merupakan pengetahuan yang lengkap atau
menyeluruh. Jika gambar besar terletak dalam teks, maka perancang mempunyai
tugas membuat penekanan pada gambar besar tersebut. Jika gambar besar tidak
ada maka perancang mempunyai tugas untuk membangun gambar besar tersebut
dan memberi penekanan
Berpijak pada desain yang dikemukakan dalam beberapa teks yang telah
ditulis, atau pada materi pembelajaran yang lainnya, diperlukan suatu stuktur yang
ada di gagasan kita, konsep atau fakta yang diorganisasikan, maka siswa dengan
mudah tertanam mengenai materi pelajaran, meskipun mereka tidak pernah

mengetahui strukturnya seperti apa. Tertanamnya suatu pengetahuan merupakan


hal yang perlu kita bahas sebagaimana keyakinan para ahli. Pembelajaran yang
baik bermula dari sebuah gambar yang besar, suatu skema, struktur kognitif yang
runtut. Semuanya itu tercantum dalam materi pelajaran yang biasanya hanya
dalam bentuk teks.
Jika suatu bagan yang besar dilengkapi dengan teks, diharapkan dapat
menekankan bagian pentingnya. Jika suatu saat tidak ada gambarnya, diharapkan
siswa dapat membuat gambar tersebut dan menjelaskannya. Jadi meskipun tidak
tahu struktur teks atau gambarnya, pembelajaran dapat berhasil sampai bagian
perbagiannya. Pada akhirnya ketika mempelajari bagian-bagian dari materi
pelajaran, tidak mungkin lupa begitu saja.
Ahli psikolog kognitif menawarkan beberapa strategi yang sebagian sesuai
dengan penyediaan satu gambar besar supaya para siswa dapat relative lebih
mudah memahami gambar besar ini kemudian menyesuaikan dari teks atau dari
materi-materi ke dalam struktur, atau cetakan (Davies & Greene dalam West et. Al,
1991 : 59). Dengan kata lain, para siswa harus mempunyai satu gambar besar,
kemudian mengasimilsikan dengan kenyataan, konsep, ide-ide kedalam struktur,
skema, gambar besar tersebut.
Dalam program pengajaran, sebuah frame adalah satu unit perintah yang
biasanya terdiri dari presentasi singkat dan hal-hal yang simple dari informasi, satu
pertanyaan dan satu tempat untuk sebuah jawaban dari pertanyaan. Para siswa
menyediakan jawaban, biasanya dalam jawaban singkat atau dalam bentuk pilihan
ganda.
Contoh dalam menyampaikan mata pelajaran IPA SD Kelas IV Konsep Struktur
dan Fungsi Bagian Tumbuhan :
Nama Bagian tumbuhan
Daun

Fungsi

Sub bagian

Untuk fotosintesis

Fungsi

Stomata

Pernafasan

Lentisel

Pernafasan

dan penguapan
Batang

Alat transportasi

dan penguapan
Akar
Melindungi akar

Menyerap unsur hara

Tudung akar

Bunga

Alat reproduksi Putik&benang sari

Buah

Cadangan makanan

Sel kelamin

Tangkai buah

Penghubung buah&batang
Biji

Bakal tumbuhan baru

Lembaga

Bakal

tumbuhan baru

C. LATAR BELAKANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


Pada dasarnya sebagian besar riset pada srategi kognitif yang lain, riset dan
pengembangan pada metode frame sudah terjadi dalam penyusunan peraturanperaturan di bidang pendidikan pada sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah
menengah atas dan universitas. Beberapa disiplin ilmu misalnya dasar-dasar
membaca, ilmu sejarah pada sekolah menengah pertama dan atas, serta ilmu-ilmu
sains di universitas.
Mereka
luas/lebar,

menggunakan
terutama

dalam

suatu

frame

pelajaran

yang

sejarah.

mempunyai
Mereka

aplikasi-aplikasi

memasukkan

tujuan

pembelajaran dalam suatu frame. Frame jenis ini muncul untuk merunut dari suatu
riset pada narasi tatabahasanya. Sebagai contoh adalah adanya sebuah studi
sejarah pada sekolah menengah pertama kolonial dicoba diorganisasikan dalam
suatu frame.
Frame suatu cerita disusun sebagai frame yang meliputi adanya rencana
tujuan pelaksanaan. Dalam satu contoh dari riset ini, adalah mereka bekerja
dengan para siswa kelas intermediate/antara dalam pelajaran membaca. Frame
jenis ini termasuk karakter-karakter pengaturan, label-label alur cerita dan
kesimpulan ditulis dalam suatu baris, sedangkan cerita-cerita yang berbeda ditulis
dalam suatu kolom. Para siswa belajar struktur dan bagian-bagian dari suatu cerita,
lalu mampu secara benar mengisi bagian-bagian untuk cerita yang lain. Pembaca
yang baik dapat mengungkapkan kembali lebih baik daripada pembaca yang
sekedarnya, setelah menggunakan metode frame tersebut, sebagaimana yang
diharapkan. Tetapi belum ada yang mengamati perbedaan antara pembaca yang
sekedarnya dengan pembaca yang baik dalam hal pengetahuan mereka pada
penggunaan metode frame tersebut.

Kegiatan semacam ini pasti mempunyai pengaruh yang substansial di sekolahsekolah, terutama sekali di dalam penulisan cerita. Para guru melaporkan bahwa
bentuk frame yang digunakan adalah sesuai dengan yang dirancang oleh Dreber
dan Singer. Pelatihan dan membaca cerita dengan frame sebagai pedoman,
kemudian latihan selanjutnya adalah menulis kembali cerita dengan menggunakan
frame juga sebagai panduannya. Para siswa sekolah dasar ternyata telah mampu
menulis cerita-cerita mereka sendiri.
Dengan membandingkan antara para mahasiswa di perguruan tinggi dalam
mengikuti kuliah ilmu dan neuroanatomi, dengan pelajaran biologi dan sejarah
pada sekolah menengah, Vaughan menyelidiki tentang pengaruh penggunaan
Frame dalam pembelajaran maupun mengungkap kembali daya ingatannya.
Fungsi dari Frame-tipe 1 adalah 1) Menampakkan sebuah struktur yang pekatpadat yang di dalamnya terdapat rincian yang terorganisasikan dengan baik yang
memudahkan

dalam

pemahaman,

2)

Memaparkan

sejumlah

Materi

saling

berhubungan yang bermakna, 3) Menyediakan isyarat atau petunjuk bagi siswa halhal terpenting dari suatu bahan pembelajaran

D. Petunjuk Praktis dan Penggunaannya Bagi Desainer


Telah ditunjukkan, bahwa frame adalah teknik yang sering digunakan pada
desain pembelajaran. Ada beberapa pertanyaan yang sangat signifikan untuk para
desainer pembelajaran. Hal yang tepat dari semua strategi pembelajaran, ketika
strategi pembelajaran telah terpikirkan kemudian dilaksanakan secara sederhana
untuk menyampaikan materi pelajaran yang akan berpengaruh pada umpan balik
jawaban pertanyaan. Pada makalah ini pertanyaan penting yang akan kita
diskusikan adalah :
a. Kondisi apa yang harus ditentukan pada penggunaan strategi frame tipe 1?
b. Bagaimana strategi frame diwujudkan ?
c. Kapan, dan berapa lama suatu mata pelajaran , dengan strategi frame yang
diperlukan ?
d. Dapatkah siswa belajar dengan strategi frame ?
e. Dapatkah strategi frame digunakan untuk mengakomodasi pembelajaran,
atau apakah mereka

hanya membiasakan penggunaan alat bantu ?


f. Apakah strategi frame berguna untuk ilmu pengetahuan yang faktual dan
prosedural?
g. Seberapa sering strategi frame digunakan ?
h. Apakah siswa dapat diberi strategi frame secara lengkap atau siswa
melengkapinya sendiri ?
i. Dapatkah strategi frame membantu dalam diskusi, tulisan, pikiran,
kreatifitas, dan
pembelajaran kooperatif ?
j. Seberapa luas perangkat informasi dapat diatur ?

a. Kondisi seperti apa yang menentukan digunakannnya model frame


tipe 1 ?
Menurut Gagne dan Driscoll, 1988, ada 3 jenis variabel yaitu : variabel isi,
variabel tugas, dan outcomes. Pada bagian variabel isi telah dibahas pada 2 bab
sebelumnya, di mana diharapkan sudah kita pahami. Pada bagian variabel tugas
terdiri atas integratif dan disintegratif. Integratif maksudnya adalah mengajar
secara holistik seluas-luasnya atau membantu mengelola berbagai informasi secara
intelek. Sedangkan disintegratif diartikan sebagai bagian dari pembelajaran atau
bagian dari transfer pengetahuan dalam pembelajaran. Pada bagian ketiga yaitu
outcomes, Gagne dan Driscoll menyatakan bahwa informasi dianggap sebagai
pengetahuan deklaratif yang sesuai dengan fakta-fakta, generalisasi dan prinsipprinsipnya.
Kondisi yang tepat untuk menggunakan frame-tipe 1 adalah 1) Tepat untuk
jenis ilmu pengetahuan: deklaratif (informasi verbal: fakta, konsep, generalisasi);
prosedural (keterampilan intelektual: pembedaan konsep, hukum, & hukum-hukum
tingkat tinggi; 2) Tepat untuk tugas-tugas yang bersifat integratif (bersifat holistik,
informasi dengan jumlah relatif besar); 3) Tepat untuk ilmu pengetahuan dengan
struktur sedang.
b. Bagaimana model frame dibangun?

Pada langkah awal frame dibangun melalui inspeksi terhadap materi dalam
pelajaran atau bagian-bagian yang terkandung dalam gagasan besar, konsep atau
prinsip-prinsipnya. Untuk mendesainnya, materi-materi pelajaran tersebut lebih
dahulu ditulis dan diorganisasi sesuai dengan frame adalah menentukan letak
bagian-bagian tersebut dalam suatu matrik yang terdiri dari langkah-langkah
perencanaan, pelaksanaan dan outcomenya.
Bagaimana suatu frame disusun?
Langkah pertama dalam penyusunan kerangka adalah untuk melihat materimeteri dalam pembelajaran untuk menemukan ide pokok, konsep dan prinsip.
Langkah kedua, perancang dari materi pelajaran, materi tersebut harus ditulis
dan mengorganisasikan struktur dan kerangka berikut. Jika penulis materi
mengikuti kerangka tersebut dalam cara-cara horizontal (baris) dan vertical (kolom)
dapat menjadi hal yang utama.
Langkah ketiga, dalam kerangka adalah untuk memutuskan apakah bahan
tersebut berperan penting untuk sebuah matrik atau tidak.
Langkah keempat adalah untuk menggambarkan kerangka dan menamai atau
melabeli kolom dan baris tersebut.
c. Kapan model frame dapat digunakan?
Model frame dapat membantu pembelajaran sehingga subtansi materi
pelajaran ditampilkan lebih baik dalam pengenalan materi, selama materi pelajaran
disampaikan ataupun pada akhir pelajaran. Jika siswa dapat memahami model
frame ini dapat dipastikan mereka dapat menginspeksi materi pelajaran dari frame
yang telah dibangunnya.
d. Dapatkah siswa belajar dengan membangun frame?
Riset membuktikan bahwa siswa dapat belajar dengan menggunakan model
frame. Hal itu disampaikan oleh Armbuster, Anderson dan Ostertag, tahun 1987,
serta Vaughan tahun 1984. Penemuan tersebut telah menggugurkan pemahaman
substansi yang telah berlangsung dari kelas 5 sekolah menengah dan sekolah
tingkat atas sampai sekolah kesehatan. Akibatnya dapat dirasakan sekarang bahwa
telah terjadi variasi pada materi pelajaran sejarah, sosial, dan biologi.
e. Mengeksplorasi atau mengatur kembali?

Ketika pembelajaran itu dengan mengeksplorasi atau mengatur kembali


seluas-luasnya,

maka

pembelajaran

seperti

itu

akan

lebih

condong

untuk

membentuk frame. Bagian yang kecil itu merupakan gambaran besar sebagai hal
baru bagi siswa. Jika hal tersebut sebagai hal baru bagi siswa dan kemudian
dipelajari oleh siswa tersebut, maka terjadilah pengaturan kembali terhadap
pengetahuan-pengetahuan yang ia miliki.
f. Pengetahuan yang deklaratif, prosedural, atau kondisional?
Kita melihat bahwa pembelajaran model frame sebagai gambaran besar dan
substansial yang mendukung pengetahuan pada kedua hal yaitu deklaratif dan
prosedural. Di negara Inggris, biasanya penyusunan matrik dari kiri ke kanan dan
dari atas ke bawah. Sedangkan frame kurang lebih sama, tetapi dalam bentuk
kolom dan baris.
g. Sesering apakah model frame digunakan?
Jika penggunaan berlebihan tentang sesuatu strategi tertentu, termasuk
penggunaan model bagan, dapat membosankan dan dapat mengakibatkan daya
ingat lemah. Terlalu banyak bagan-bagan dapat menghalangi satu sama lain dan
hasilnya kurang bagus. Bermacam-macam strategi adalah sangat penting, tetapi
tidak semua strategi adalah sesuai dengan isi pelajaran. Tetapi juga karena para
siswa perlu untuk belajar semua strategi agar menjadi pengetahuan yang lebih,
wajar kalau memperhatikan karakteristik materi pelajaran, termasuk penggunaan
bagan bisa disesuaikan penggunaannya.
h. Apakah siswa dapat diberi strategi frame secara lengkap atau siswa
melengkapinya sendiri?
Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus melihat kembali desainnya. Bagan
digunakan untuk membantu pembelajaran. Desainer yang merancang bagan,
kemudian siswa dapat mempelajari konstruksi bagan. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran melalui model bagan, bagimanapun juga siswa belum terbiasa
membuat atau menciptakan bagan. Siswa terbiasa belajar dari satu teks atau
bagan yang sudah ada. Desainer dapat memasukkan keterampilan-keterampilan
dalam penyusunan pembelajaran sehingga siswa dapat menyusun bagan sendiri.
i.

Dapatkan strategi frame membantu dalam diskusi, tulisan, pikiran,

kreativitas dan pembelajaran kooperatif?

Para guru sudah mengangkat isu-isu substansiil tentang pembelajaran formal,


misalnya gagasan bahwa pembelaran yang baik perlu direncanakan untuk
memecahkan masalah, pemikiran, dan kreativitas. Gagasan seperti itu perlu
didukung adanya dasar-dasar dan pengembangannya dalam suatu bagan.
Bagan bisa membantu diskusi kelompok, selama konstruksi keduanya adalah
konstruksi dari suatu bagan yang dapat menyelesaikan beberapa alur. Bagan dapat
pula menyediakan suatu dasar yang fleksibel untuk perkembangan gagasan dan
evaluasinya. Suatu bagan dapat menyediakan peluang-peluang bagi mereka yang
segan untuk dirangsang gagasannya baik secara kelompok maupun individu untuk
membangun dan melengkapi bagan-bagan tersebut. Bagan dapat juga digunakan
dalam pengungkapan pendapat untuk menghasilkan gagasan-gagasan yang
menyimpang, kemudian untuk mengevaluasi gagasan-gagasan tersebut.
Dalam Keterampilan menulis, model bagan dapat menyediakan bantuan
beberapa penulis baru. Para guru menggunakan sejarah bagan sebagai bantuan
untuk mengajar menulis sejak kelas awal. Berangkat dari hal tersebut muncullah
beberapa penulis dengan gaya mereka, sehingga secara tidak disadari penggunaan
model bagan tersebut dipakai.

j.

Seberapa luas perangkat informasi dapat diatur?


Dalam model bagan, ada 3 ketentuan pokok yaitu: 1) mempunyai banyak

coloumns dan / atau baris-baris. 2) menyusun bagan di dalam bagan (dalam aluralur), dan 3) mengembangkan bagan tiga dimensi.
Dengan mengandung banyak kolom dan baris, memungkinkan lebih banyak
informasi, tidak hanya terbatas pada materi-materi yang penting saja. Dalam
pembuatan buku, bagaimanapun, dimungkinkan untuk membongkar bagan dengan
banyak baris dan kolom dan tempat-tempat yang memungkinkan untuk menambah
suatu halaman, tetapi makin banyak bagian-bagian dari bagan itu dipisah-pisahkan,
akan makin berkurang fungsinya dalam menyediakan gambaran besar. Dengan
begitu banyak kolom dan baris-baris, dapat juga dilakukan dalam media computer,
tetapi seperti halnya ukuran buku, ukuran layar computer dapat menghambat
banyaknya keterangan yang dapat diwakili.

E. Hibridisasi
Bagan tipe 1 bisa dikombinasikan dengan kebanyakan dari strategi yang lain.
Beberapa

siswa

dapat

menggunakan

perumpamaan

dengan

bagan-bagan,

terutama jika tercakup dalam materi yang kongkrit. Dalam mempelajari baganbagan atau membangun bagan, para siswa akan terlibat dalam banyak macam
aktivitas yang strategis yang dapat kita kelompokkan sebagai latihan, tambahan
keterampilan, terutama jika materi tidak dapat digambarkan, para siswa boleh
menggunakan alat bantu mengingat atau jembatan keledai.
Jika materi palajaran disajikan dalam suatu bagan, atau dalam bentuk strategi
pelajaran yang lebih luas, mungkin terasa sulit bagi beberapa siswa. Karena teori
strategi yang lain hampir selalu melibatkan manusia belajar, kita mengusulkan
suatu model yang mudah dikenal siswa yaitu jika strategi ruang digunakan dalam
teknik-teknik desain.
Pertama, seorang siswa, seorang penulis teks, seorang desainer atau seorang
guru akan terlibat dalam satu atau lebih pengorganisasian strategi yang dibahas.
Kegiatan seperti itu tidak bisa dipisahkan dalam rangka untuk mengetahui dan
mengkomunikasikan pengetahuan. Hal itu berkaitan dalam perencanaan beberapa
produk. Kedua, produk tersebut bisa berupa suatu peta atau kosep yang
dikembangkan. Akhirnya, produk itu dapat diproses menggunakan satu atau
beberapa strategi seperti dengan penggambaran, latihan atau jembatan keledai.

F. KESIMPULAN
Makalah ini kami sampaikan satu dari tiga strategi pembelajaran. Latar
belakang penelitiannya adalah perlu adanya panduan untuk pengembangan
desainer strategi pembelajaran bagan tipe 1 ini. Beberapa contoh bagan telah kami
sampaikan,

selanjutnya

dapat

kita

susun

bagan

yang

khusus

dengan

memperhatikan kekuatan-kekuatan dan kebutuhan pembelajaran yang akan kita


laksanakan.

Anda mungkin juga menyukai