Anda di halaman 1dari 5

PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica

oleracca) DAN KENTANG (Solanum tuberosum)


LAHMUDDIN LUBIS
Program Studi Hama dan Penyakit Tanaman
Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
PHT memadukan berbagai metode pengelolaan tanaman budidaya dalam
perpaduan yang paling efektif dalam mencapai stabilitas produksi, dengan
seminimal mungkin bagi manusia dan lingkungan.
Dengan keluarnya Undang-Undang No.12 Tahun 1992 tentang Budidaya
Tanaman yang salah satu pasalnya menyatakan supaya mengendalikan OPT
dengan cara Pengedalian Hama Terpadu (PHT). PHT meliputi empat prinsip dasar,
yaitu:
1. Tanaman budidaya yang sehat
Sasaran pengelolaan agro-ekosistem adalah produktivitas tanaman
budidaya. Pemilihan varietas, tanaman yang memperoleh cukup pemupukan,
pengairan, penyiangan gulma dan disertai pengolahan tanah yang baik sebelum
masa tanam adalah dasar bagi pencapaian hasil produksi yang tinggi. Budidaya
yang sehat dan kuat bagian program PHT.
2. Melestarikan dan Mendayagunakan fungsi musuh alami
Kekuatan unsur-unsur alami sebenarnya mampu mengendalikan lebih dari
99% hama kebanyakan lahan agar tetap berada pada jumlah yang tidak
merugikan. Tanpa disadari, sebenarnya semua petani bergantung pada kekuatan
alami yang sudah tersedia di lahannya masing-masing. PHT secara sengaja
mendayagunakan dan memperkuat peranan musuh alami yang menjadi jaminan
pengendalian, serta memperkecil pemakaian pestisida berarti mendatangkan
keuntungan ekonomis kesehatan dan lingkungan tidak tercemar.
3. Pemantauan Lahan Secara Mingguan
Masalah hama tidak timbul begitu saja. Masalah ini timbul karena
kombinasi faktor-faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhan populasi
hama. Kondisi lingkungan atau ekosistem sangat penting artinya dalam kaitannya
dengan timbulnya masalah ham. Dalam hal ini PHT menganjurkan pemantauan
lahan secara mingguan oleh petani sendiri untuk mengkaji masalah hama yang
timbul dari keadaan ekosistem lahan yang cenderung berubah dan terus
berkembang.
Pengendalian Hama Terpadu membantu petani untuk mempelajari dan
mempraktekkan keterampilan teknologi pengendalian hama.
4. Petani Menjadi Ahli PHT di Lahannya Sendiri
Pada dasarnya petani adalah penanggung jawab, pengelola dan penentu
keputusan di lahannya sendiri. Petugas dan orang-orang lain merupakan nara
sumber, pemberi informasi dan pemandu petani apabila diperlukan. Maka untuk
itu petani dilatih untuk AHLI PHT dilahannya sendiri. Dengan keahliannya itu
petani secara mandiri dan percaya diri mampu untuk melaksanakan dan
menerapkan prinsip teknologi PHT di lahannya sendiri. Sebagai ahli PHT petani
harus mampu menjadi pengamat, penganalisis ekosistem, pengambil keputusan
pengendalian dan sebagai pelaksana teknologi pengendalian sesuai dengan
prinsip-prinsip PHT.

2004 Digitized by USU digital library

Adapun isi tulisan ini membicarakan PHT Tanaman Kubis dan PHT
tanaman kentang.
PETUNJUK PHT UNTUK TANAMAN KUBIS
1. Sebelum Tanam
Varietas
- Pemilihan varietas untuk pertanaman merupakan langkah awal dalam
pelaksanaan budidaya tanaman sehingga dalam pemilihan ini benar-benar
dilaksanakan dan dipikirkan apa yang akan ditanam.
Waktu Tanam
- Setiap saat, tetapi untuk musim kemarau, serangan hama akan lebih
banyak.
- Bibit sudah berumur kira-kira 3 minggu
Persiapan lahan
- 2 hari sebelum tanam, tanah yang sudah diolah mulai di bedeng-bedeng
dengan ukuran bedengan 1 m. Bagian yang akan dibuat timbunan ini
berguna untuk menutup pupuk kandang yang ditaburkan diatas bedengan.
- Tanah di atas bedengan harus benar-benar gembur. Untuk itu tanah olah
harus dicangkul kembali sehingga bongkahan (lungko) menjadi lebih kecil.
- Taburkan pupuk kandang di atas tanah, kemudian tutup dengan lapisan
tanah setebal 10 cm.
Persemaian
- Buatlah petakan dengan ukuran 1 x 3 m, setinggi 30 cm.
- Campurkan pupukkandang yang benar-benar matang kedalam petakan
tersebut.
- Biarkan 3-4 hari supaya tanah terkena sinar matahari langsung. Bersihkan
gulma yang mulai tumbuh.
- Pasang naungan dari daun pisang atau daun kelapa supaya tanaman tidak
terkena sinar matahari atau hujan secara langsung.
- Pemeliharaan persemaian yang terpenting adalah penyiraman. Siramlah
persemaian setiap pagi dan sore dengan menggunakan gembor yang
halus. Atau alirkan air kedalam parit yang mengelilingi petakan. Jika
terlihat ada serangan jamur, yaitu busuk pangkal batang, segera buang
tanaman yan terserang.
Waktu Tanam
- Tanamlah bibit kubis yang sudah siap dari persemaian (setelah berumur
3-4 minggu) dengan jarak tanam 60 x 70 cm, dengan cara memasukkan
benih kubis ke dalam lubang yang sudah dibuat, kemudian tutuplah
dengan tanah.
- Berikan pupuk dasar 5 gram TSP/SP 36 dan 5 gram KCL per tanaman
dengan cara ditugalkan di sebelah lubang tanam.
2. Setelah Tanam
Awal Pertumbuhan (0 15 hari)
- Setelah bibit ditanam di lapang, segera disiram dan diberi naungan, bisa
dengan batang pisang, bisa juga dengan daun-daunan yang lain supaya
tanaman tidak layu.
- Penyiraman dilakukan setiap sore sampai tanaman benar-benar hidup.
- Tanaman yang mati disulam.

2004 Digitized by USU digital library

Pemupukan susulan dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hari, 1


gram Urea pertanaman, dengan cara ditunggalkan 5 cm dari tanaman.
Pengendalian hama secraa mekanis pithesan, yaitu mengambil hama
yang ada kemudian dipencet dngan jari.

Fase Pembentukan daun (15 35 hari)


- Penyiangan pada saat tanaman berumur 34 hari
- Penambahan 5 g urea/tanaman saat umur 35 hari.
- Pertumbuhan tanaman pada fase ini sangat penting
mempengaruhi pertumbuhan selanjutnya.
- Pengendalian hama dengan cara pithesan

karena

akan

Fase Pembentukan telur (35 panen)


- Peka terhadap serangan penyakit dan ulat jantung kubis
- Pengendalian hama dengan cara pithesan , yaitu dengan mengambil
hama yang ada kemudian dibunuh.
- Jika telur kubis sudah keras dan masif, siap untuk dipanen.
Pengamatan
Dilakukan sesuai dengan lembar pengamatan. Cara pengamatan petunjuk
umum.
3. Hama Tanaman Kubis
a. Ulat tritip/ulat daun (Plutella xylostella)
Ulat tritip memakan bagian bawah daun sehingga tinggal epidermis bagian
atas saja. Ulatnya kecil kira-kira 5 mm berwarna hijau. Jika diganggu akan
menjatuhkan diri dengan menggunakan benang. Ulat ini cepat sekali kebal
terhadap satu jenis insektisida. Pengendalian dapat dilakukan dengn cara
pithesan yaitu mengambili ulat yang terdapat pada tanaman kubis,
kemudian dipencet sampai mati.
b. Ulat krop/jantung kubis (Crocidoomia binotalis)
Sering menyerang titik tumbuh sehingga disebut sebagai ulat jantung
kubis. Ulatnya kecil berwarna hijau lebih besar dari ulat tritip, jika sudah
besar garis-garis coklat. Jika diganggu agak malas untuk bergerak. Berbeda
dengan ulat tritip yang telurnya dietakkan secara menyebar, ulat jantung
kubis meletakkan telurnya dalam satu kelompok. Pengendalian sama dengan
ulat tritip.
c. Ulat Grayak (Spodoptera Litura)
Ulat grayak juga mau menyerang kubis. Pengendaliannya sama dengan
ulat tritip.
d. Ulat Tanah (Agrotis Ipsilon)
Ulat berwarna hitam. Gejala kerusakan yang ditimbulkan ialah
terpotongnya tanaman kubis yang masih kecil. Pengendalian dapat dilakukan
dengan membongkar tanah secara berhati-hati disekitar tanaman yang
terpotong. Apabila serangan banyak, dapat digunakan karbofuran, furadan
atau curater.

2004 Digitized by USU digital library

PETUNJUK PHT KENTANG


1. Sebelum Tanam
Pemilihan varitas kentang yang lebih tahan terhadap hama dan penyakit
serta mempunyai produksi yang tinggi misalnya varietas Granula, Catella dll.
Gunakan bibit dengan ukuran sedang yaitu dengan berat 30 45 gram perumbi.
Waktu Tanam
Bisa dilaksanakan sepanjang tahun.
Persiapan Lahan
Tiga hari sebelum tanam, tanah harus benar-benasr gembur dan
pembuatan bedengan dengan lebar 60 dan saluran antar bedengan 20 cm.
Taburkan pupuk kandang di atas tanah, Kemudian ditutup dengan lapisan tanah
setebal 25 cm. Berikan pupuk dasar dalam guritan sebanyak ZA 200 kg, TSP 300
kg/SP 36, KCL 150 kg hektar kemudian ditutup dengan tanah setebal 3 5 cm.
Jarak tanam 35 cm dengan jumlah bibit satu per lubang.
2. Setelah Tanam
- Awal Pertumbuhan (0 15 hari)
Pengguludan pertama dengan cara mengambil tanah pada bedengan
disebelahnya kemudian diguludkan, dilakukan penyiangan dan penyiraman.
- Fase Vegetatif (15 45 hari)
Pengguludan kedua, didahului dengan pemupukan ke dua, dengan pemupukan
200 kg ZA. Pertumbuhan tanam sangat penting pada saat ini karena sangat
berpengaruh pada pertumbuhan berikutnya. Fase ini sangat peka terhadap
serangan jamur Phytopthora infestan.
- fase pembentukan Umbi ( 45 hari panen)
Memperbaiki saluran drainase supaya tanaman tidak tergenang. Fase ini sangat
peka terhadap serangan jamur Phytophora dan bakteri Pseudomonas
solonacearum.
- Panen tanaman kentang dapat dilihat dengan ciri-ciri batang sudah berwarna
kuning, daun sudah mati umbi yang didalam tanah sudah tidak terkelupas
kulitnya apabila di ambil dari dalam tanah.
3. Hama dan Penyakit Tanaman Kentang
a. Epilachna sp
Menyerang kentang mulai umur 3 minggu
b. Trips (Trip sp)
Vektor pembawa penyakit virus PSWV (Potato Spotted Wilt Virus) dengan
ambang ekonomi; 10 ekor nimfa/daun
c. Aphis (Aphids sp)
Vektor Virus kerdil
d. Ulat Tanah (Agrotis Isiplon)
Memotong tanaman yang baru tumbuh
Penyakit Tanaman Kentang
1. Penyakit busuk Phytophora
- Menyerang daun dan umbi
- Daun berwarna kuning kemudian layu

2004 Digitized by USU digital library

Batang busuk
Umbi membusuk, jika dibelah berwarna merah basah
Cabut dan buang tanaman yang menunjukkan gejala

2. Penyakit layu bakteri


- Tanaman layu, apabila batang dipotong mengeluarkan lendir.
- Cabut dan buang tanaman yang menunjujjan gejala
Pengamatan
- Pengamatan dilakukan sesuai dengan lembar pengamatan
- Cara pengamatan disesuaikan dengan petunjuk umum.
Setelah Panen
Timbang hasil dan bedakan ukurannya, dan buat analisis ekonomis.
Bahan Pustaka
Agus

Suyanto, 1994. Hama sayurr dan buah. Seri PHT. Penebar Swadaya
Purwokerto.

Apple, J.L. and R.F. Smith, 1976. Integrated Pest Management. New York and
London. Plemem Press
Ida Nyoman OKA, 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di
Indonesia. Gajah Mada University Press. Jogyakarta
Pimentel, D. 1982. Perspectives of integrated Pest Management. Crop Protection.
Volume 7, No.7. 1982.
Rini

Wudianto, 1996. Petunjuk Penggunaan Pestisida Edisi Revisi. Penebar


Swadaya. Ingatlah Bahaya Pestisida Bunga Rampai.

Riza, V.T dan Gayati, 1994. Residu Pestisida dan Alternatifnya. PAN Indonesia
Jakarta.
Robert L. Matcalf and William H. Lukmann, 1982. Introduction to Insect Pest
Management. Second edition. A Willy & Sons. New York, Chichester,
Brisbone, Toronto, Singapore.
Semeru Ashari, 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia UI
Press, Jakarta.
Untung. K, 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.

2004 Digitized by USU digital library

Anda mungkin juga menyukai