Etika Dalam Bisnis Internasional3
Etika Dalam Bisnis Internasional3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan bisnis yang makin merebak baik di dalam maupun di luar negeri,
telah menimbulkan tantangan baru, yaitu adanya tuntutan praktek bisnis yang baik,
yang etis, yang juga menjadi tuntutan kehidupan bisnis di banyak negara di dunia.
Transparansi yang dituntut oleh ekonomi global menuntut pula praktik bisnis yang
etis.
Dalam ekonomi pasar global, kita hanya bisa survive kalau mampu bersaing.
Untuk bersaing harus ada daya saing, yang dihasilkan oleh produktivitas dan
efisiensi. Untuk itu pula, diperlukan etika dalam berusaha, karena praktik berusaha
yang tidak etis, dapat mengakibatkan rente ekonomi, mengurangi produktivitas dan
mengekang efisiensi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat,
juga berpengaruh pada masalah etika bisnis. Benteng moral dan etika harus
ditegakkan
guna
kemanusiaan.
mengendalikan
Kemajuan
kemajuan
teknologi
dan
informasi
penerapan
misalnya,
teknologi
akan
bagi
memudahkan
memilih
keuntungan
daripada
etika.
Dalam
tinjauan
Business
Ethics
etika
bertindak
sebagai
rambu-rambu
(sign)
yang
merupakan
bisnis
yang
bermoral
akan
mampu
mengembangkan
etika
perdagangan
dengan
pengertian
asing
rupanya
masih
membekas dalam bahasa Indonesia, karena salah satu arti dagang adalah orang
dari negeri asing. Dengan saran transportasi dan komunikasi yang kita miliki
sekarang, bisnis internasional bertambah penting lagi. Berulang kali dapat kita kita
dengar bahwa kini kita hidup dalam era globalisasi ekonomi: kegiatan ekonomi
mencakup seluruh dunia, sehingga hampir semua negara tercantum dalam pasar
sebagaimana dimengerti sekarang dan merasakan akibat pasang surutnya pasar
ekonomi. Gejala globalisasi ekonomi ini berakibat positif maupun negatif.
Internasionalisasi bisnis yang semakin mencolok sekarang ini menampilkan
juga aspek etis yang baru. Tidak mengherankan jika terutama tahun-tahun terakhir
ini diberi perhatian khusus kepada aspek-aspek etis dalam bisnis internasional.
Dalam makalah ini kita akan membahas beberapa masalah moral yang khusus
berkaitan dengan bisnis pada taraf internasional.
Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main
yang tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek bisnis
sehari-hari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan.
Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen
lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan orang-orang maupun
badan hukum sebagai pemasok, pembeli, penyalur, pemakai dan lain-lain.
Banyak masalah etika yang berkembang karena perbedaan perkembangan di
bidang kemajuan ekonomi, politik, sistem hukum dan kebudayaan. Kata etika disini
mengacu pada asas yang diterima baik benar atau salah yang menguasai tingkah
laku seseorang, anggota dari pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan organisasi.
Etika bisnis adalah asas yang diterima baik benar atau salah yang menguasai
tingkah laku seorang pengusaha, dan etika strategi adalah strategi atau jalan dari
suatu kegiatan yang tidak melaggar asas asas yang berlaku. Dalam sejarah ilmu
pengetahuan, penuh dengan contoh dari para peneliti bahwa ide mereka telah
dicuri oleh teman yang tidak teliti untuk keuntungan sendiri sebelum penemu ide
B. Batasan Masalah
Pada makalah ini akan membatasi pada kasus-kasus yang terjadi pada
perusahaan dalam dunia perdagangan internasional yang dalam menjalankan roda
usahanya tindak berlandaskan pada etika bisnis, dan tidak menyadari tentang arti
pentingnya etika bisnis dalam menjalankan kegiatan usahanya.
.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan makalah ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5. Mengetahui isu isu dan persoalan yang umum terjadi dalam hal etika dalam
bisnis Internasional
D. Metode Penulisan
Metode penulisan oleh penulis dalam penyusunan makalah ini yakni
menggunakan data referensi dan literature yang terkait dari buku, jurnal, makalah,
dan situs internet.
BAB II
DASAR TEORI
DAN PEMBAHASAN
A. Dasar Teori
1. Pengertian Etika
Etika berasal dari kata ethos, salah satu cabang ilmu filsafat oksiologi
membahas bidang etika yaitu, tentang nilai keutamaan dan bidang estetika, nilainilai keindahan, serta pemilihan nilai-nilai kebaikan.
Jika ditinjau dari bahasa Inggris, etika berasal dari kata ethics, yakni ilmu
tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam
masyarakat Emanuel Kant, mengajukan satu pertanyaan was sall ich tun? (apa yang
akan kita lakukan?) (sesuai dengan norma yang berlaku). Pertanyaan ini pada
intinya ada suatu pilihan yang berarti adanya konsep nilai terhadap perbuatan
yang akan kita lakukan. Tugas Etika bagi orang-orang yang berfikir dan bergerak
secara teoritis yakni untuk memahami masalah-masalah yang dihadapi (baik
masalah kehidupan maupun masalah ilmu).Dimana tujuan penerapan etika adalah
untuk orientasi ketika seseorang dihadapkan sesuatu hal yang harus dia
putuskan baik untuk menilai maupun bertindak. Contoh: Ketika seseorang
berdagang, ia harus mampu menentukan apakah untuk mendapatkan keuntungan
ia harus, menim-bun barangnya dulu, menjual dengan harga yang mahal,
mengoplos dengan kualitas rendah, atau ia akan menjual barangnya dengan harga
yang wajar.
Uno (2004) membedakan pengertian etika dengan etiket. Etiket (sopan santun)
berasal dari bahasa Prancis etiquette yang berarti tata cara pergaulan yang baik
antara sesama manusia. Sementara itu etika, berasal dari bahasa Latin, berarti
falsafah moral dan merupakan cara hidup yang benar dilihat dari sudut budaya,
susila, dan agama. Jika kata etika dikaitkan dengan kata bisnis akan menjadi Etika
Binis (business ethics). Steade et al (1984: 701) dalam bukunya Business, Its
Natural and Environment An Introduction memberi batasan yakni, business ethics
is ethical standards that concern both the ends and means of business decision
making.
Ginanjar Kartasasmita dalam seminar SDM mengatakan bahwa etika merupakan
ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan standar moral masyarakat. Ia
mempertanyakan bagaimana standar-standar diaplikasikan dalam kehidupan kita
dan apakah standar itu masuk akal atau tidak masuk akal standar, yaitu apakah
didukung dengan penalaran yang bagus atau jelek.
Standar moral harus lebih diutamakan daripada nilai lain termasuk (khususnya)
kepentingan diri.
4. Standar moral berdasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak
5.
Standar moral diasosiasikan dengan emosi tertentu dan kosa kata tertentu.
Selain mempertaruhkan barang dan uang untuk tujuan keuntungan, bisnis juga
mempertaruhkan nama, harga diri, bahkan nasib manusia yang terlibat di
dalamnya.
2.
3.
saling percaya, kegiatan bisnis akan berkembang baik. Dunia bisnis yang bermoral
akan mampu mengembangkan etika yang menjamin kegiatan. Dalam menciptakan
etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain ialah :
1. Pengendalian Diri
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Bersama.
10.Menumbuhkembangkan Kesadaran Dan Rasa Memiliki Terhadap Apa Yang Telah
Disepakati.
11.
Perlu Adanya Sebagian Etika Bisnis Yang Dituangkan Dalam Suatu Hukum
Positif Yang Berupa Peraturan Perundang undangan.
Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu: Suap
(Bribery), Paksaan (Coercion), Penipuan (Deception), Pencurian (Theft), Diskriminasi
tidak jelas (Unfair discrimination), yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), adalah perlakuan tidak adil atau
penolakan terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan oleh ras, jenis
kelamin,
kewarganegaraan,
atau
agama.
Suatu
kegagalan
untuk
Kalau
sudah
demikian,
pengusaha
yang
menjadi
pengerak
motor
bagi pemerintah dan dunia usaha adalah masih adanya pelanggaran terhadap upah
buruh. Hal lni menyebabkan beberapa produk nasional terkena batasan di pasar
internasional.
5. Penerapan Etika Pada Organisasi Perusahaan
Dapatkah pengertian moral seperti tanggung jawab, perbuatan yang salah
dan kewajiban diterapkan terhadap kelompok seperti perusahaan, ataukah pada
orang (individu) sebagai perilaku moral yang nyata? Ada dua pandangan yang
muncul atas masalah ini:
Ekstrem pertama, adalah pandangan yang berpendapat bahwa, karena aturan yang
mengikat, organisasi memperbolehkan kita untuk mengatakan bahwa perusahaan
bertindak seperti individu dan memiliki tujuan yang disengaja atas apa yang
mereka lakukan, kita dapat mengatakan mereka bertanggung jawab secara moral
untuk tindakan mereka dan bahwa tindakan mereka adalah bermoral atau tidak
bermoral dalam pengertian yang sama yang dilakukan manusia.
Ekstrem kedua, adalah pandangan filsuf yang berpendirian bahwa tidak masuk akal
berpikir bahwa organisasi bisnis secara moral bertanggung jawab karena ia gagal
mengikuti standar moral atau mengatakan bahwa organisasi memiliki kewajiban
moral. Organisasi bisnis sama seperti mesin yang anggotanya harus secara
membabi buta mentaati peraturan formal yang tidak ada kaitannya dengan
moralitas. Akibatnya, lebih tidak masuk akal untuk menganggap organisasi
bertanggung jawab secara moral karena ia gagal mengikuti standar moral daripada
mengkritik organisasi seperti mesin yang gagal bertindak secara moral. Karena itu,
tindakan perusahaan berasal dari pilihan dan tindakan individu manusia, indivduindividulah yang harus dipandang sebagai penjaga utama kewajiban moral dan
tanggung jawab moral : individu manusia bertanggung jawab atas apa yang
dilakukan perusahaan karena tindakan perusahaan secara keseluruhan mengalir
dari pilihan dan perilaku mereka. Jika perusahaan bertindak keliru, kekeliruan itu
disebabkan oleh pilihan tindakan yang dilakukan oleh individu dalam perusahaan
itu, jika perusahaan bertindak secara moral, hal itu disebabkan oleh pilihan individu
dalam perusahaan bertindak secara bermoral.
6. Globalisasi, Perusahaan Multinasional dan Etika Bisnis
dalam
transaksi
internasional
yang
terjadi
dewasa
ini.
Perusahaan
B. PEMBAHASAN
Banyak persoalan etika dan dilema dalam bisnis internasional yang berakar
pada system politik, hukum, kemajuan ekonomi, dan budaya yang sangat berbeda
antar Negara. Akibatnya, apa yang dianggap abik di satu Negara belum tentu
dianggap baik di Negara lain. Karena manajer bekerja untuk institusi yang melebihi
batas Negara dan budaya, maka manager dari perusahaan multinasional harus
peka terhadap perbedaan dan harus memlih kegiatan etika dalam berbagai
keadaan karena berpotensi menimbulakan masalah dalam etika.
Dalam tatanan bisnis internasional, persoalan etika yang paling umum adalah
kebiasaan pekerja, hak asasi manusia, peraturan lingkungan, korupsi, dan
kewajiban moral dari perusahaan multinasional.
1. Kebiasaan para pekerja
Dalam kasus pembuka, masalah etika dihubungkan dengan kebiasaan
pekerja di Negara lain. Ketika kondisi kerja di Negara tempat investasi lebih rendah
dari kondisi kerja dari tempat asal perusahaan multinasional tersebut,standart apa
yang harus dipilih? Apa dari Negara asal, Negara tempat investasi atau
diantaranya? Ketika tiap Negara dianggap sama, maka berapakah perbedaan yang
dapat diterima? Seperti, bekerja 12 jam sehari, gaji rendah dan gagal ,melindungi
pekerja dari bahan berbahaya mungkin umum dilakukan di beberapa Negara
berkembang, tap apakah hal ini berarti bak bagi perusahaan multinasional untuk
menerima keadaan kerja tersebut atau memaafkan melalui pemborong? Seperti
kasus pada merk sepatu Nike, pendapat yang kuat dapat menjadi kebiasaan yang
tidak tepat. Tapi tetap meninggalkan pertanyaan, apakah standart yang harus
digunakan? Kita harus kembali dan menyadari kasus ini di bab selanjutnya. Untuk
sekarang, mengumumkan standart minimal keamanan dan martabat pekerja dan
memakai jasa audit adalah cara yang terbaik untuk mengatasi maslah ini. Seperti
yang dilakukan perusahaan Levi Strauss yang pada tahun 1990an memutuskan
kontrak
dengan
penyuplai
terbesar,
The
Tan
Family.
Karena
The
Tan
Yaitu politik pembedaan warna kulit (apartheid) yang terjadi sampai tahun 1994.
Apartheid adalah pemisahan kulit putih dengan kulit hitam yang menyediakan
pekerjaan bagi kulit putih dan melarang kulit hitam bekerja pada usaha yang
dikelola kulit putih. Meskipun menggunakan sistem seperti ini, banyak pengusaha
barat beroperasi di Afrika Selatan. Tahun 1980, banyak yang menanyakan kebijakan
ini. Mereka berpendapat, investasi mereka menikkan status ekonomi dan dapat
menekan rezim yang berkuasa.
Beberapa perusahaan barat mengubah kebijakan mereka, diantaranya
General Motors (GM). GM menggunakan prinsip Sullivan, yaitu seorang anggota
jajaran kepengurusan GM. Sullivan berpendapat bahwa GM dapat beroperasi di
Afrika Selatan dengan dua syarat, yaitu perusahaan tidak boleh melakukan hukum
apartheid dan dengan kekuatan yang dimiliki, perusahaan harus berusaha
melakukan usaha untuk penghapusan politik apartheid.
Hukum Sullivan ini digunakan oleh semua perusahaan barat yang beroperasi
di Afrika Selatan. Perlawanan ini diabaikan oleh pemerintah Afrika Selatan karena
mereka tidak mau melawan para investor.
mengatakan bahwa teorinya tidak cukup untuk menghapus politik apartheid. Dan
beberapa perusahaan yang menjalankan hukum ini tidak bisa meneruskan usaha
mereka di Afrika Selatan. Diantaranya Exxon, GM, Kodak, IBM dan Xerox. Pada saat
bersamaan, dana pension mengatakan tidak mau bekerjasama dengan perusahaan
yang menjalankan usaha di Afrika Selatan.
Tekanan ini dan akibat sanksi ekonomi yang diberikan AS, berjasa atas
penghapusan politik apartheid dan memperkenalkan Pemilihan Umum pada 1994.
Hal ini dinilai meningkatkan hak asasi manusia di afrika selatan. Meskipun
perubahan terjadi di Afrika Selatan, masih ada beberapa rezim yang masih berjalan
di dunia ini. Apakah pantas melakukan usaha di Negara seperti ini? Banyak yang
berkata, bahwa investasi bisa menekan kebijakan ekonomi, politik, dan social yang
membuat rakyat melawan kepada rezim. Hal ini telah dijelaskan di bab 2 dimana
kemajuan ekonomi bisa menekan untuk demokrasi.
Secara umum, perusahaan multinasional yang berinvestasi di Negara yang
kurang demokratis bisa meningkatkan HAM di Negara tersebut. Seperti di China,
meskipun dikenal kurang demokrasi dan sering dipertanyakannya HAM disana,
ternyata investasi bisa meningkatkan kondisi ekonomi dan meningkatkan standart
kehidupan. Kemajuan ini secara tidak langsung menekan rakyat Cina agar lebih
kelompok
yang
selama
beberapa
lama
berseberangan
dengan
pemerintah. Hal ini merubah kebijakan Shell dengan membuat mekanisme dari
dalam untuk membuat acuan agar tidak bertentangan dengan HAM.
3. Peraturan Lingkungan (Polusi )
Masalah etika muncul ketika peraturan lingkungan di negara investasi lebih
rendah dibandingkan dari negara asal investor. Banyak negara maju yang mengatur
tentang peraturan dasar tentang pembuangan gas emisi, pembuangan bahan
berbahaya, penggunaan bahan beracun dan sebagainya. Peraturan ini kadang
kurang diperhatikan di negara berkembang dan menurut laporan,hasil polusi
industri tersebut bisa sampai ke tiap rumah.
Contohnya adalah yang terjadi di Nigeria. Pada laporan tahun 1992 oleh
pemerhati lingkungan isinya: Industri minyak telah menyebabkan polusi udara baik
siang maupun malam, menghasilkan gas beracun yang secara diam diam dan
secara sistematis mengganggu biota air dan membahayakan hidup dari tanaman,
permainan dan manusia itu sendiri, kita telah polusi air secara meluas dan polusi
tanah yang menyebabkan kematian terhadap hewan air, dan ikan dan di sisi lain
lahan pertanian terkontaminasi dan tanah menjadi berbahaya untuk ditanami,
meskipun mereka meneruskan menggunakannya. Contoh diatas menunjukkan
bahwa kontrol terhadap polusi di Nigeria kurang dibandingkan dengan di negara
maju.
Haruskah perusahaan multinasional merasa tidak bersalah telah membuat
polusi di negara lain? Apakah bermoral ketika suatu perusahaan memutuskan
berproduksi di negara berkembang karena kontrol terhadap polusi tidak diperlukan
dan
perusahaan
bebas
merusak
lingkungan
dan
mungkin
membahayakan
jumlah
ternak,
tetapi
masalah
sosial
yang
dihadapi
jauh
dari
alam ini. Mungkin hak ini tidak melanggar hukum, tapi apakah pantas dilakukan?
Sekali lagi, diperlukan respon sosial terhadap etika yang berlaku.
4. Korupsi
Kasus korupsi menjadi masalah utama di hampir semua sejarah manusia dan
terus berlanjut sampai sekarang. Korupsi ada dan akan selalu ada dalam
pemerintahan. Bisnis internasional mendapatkan keuntungan dengan membayar
pemerintahan yang seperti ini. Contoh klasik adalah kejadian pada tahun 1970an.
Carl Kotchian, presiden dari Lockheed membayar $12,5 juta kepada agen Jepang
dan pemerintah untuk memuluskan pesanan besar untuk Lockheed Tristar dari
Nippon Air. Ketika hal ini diketahui, pejabat dari AS menuduh Lockheed membuat
laporan palsu dan menggelapkan pajak. Meskipun pembayaran ini di Jepang
diterima dari bagian bisnis, hal ini menjadi skandal dan kasus yang besar. Pejabat
pemerintah dianggap melanggar hukum, satu anggota bunuh diri, pemerintahan
bermasalah dan masyarakat Jepang marah. Ternyata pembayaran seperti ini tidak
diterima oleh masyarakat Jepang. Hal ini dianggap tidak berbeda dengan uang suap
yang dibayarkan kepada pejabat untuk melancarkan pesanan raksasa seperti
Boeing. Kotchian berlaku sangat tidak pantas dan berpendapat bahwa pembayaran
tersebut sah. Dan ternyata hal itu sama sekali salah!
Kasus Lockheed mendorong Foreign Corrupt Practices Art pada tahun 1977 tang
telah dijelaskan di bab 2. ini berisikan tentang memberikan uang suap terhadap
pejabat
negara
lain
untuk
melancarkan
bisnis.
Beberapa
perusahaan
AS
menganggap ini adalah kerugian dalam bersaing. Dan hal ini dianggap sebagai
pembayaran perantara. Sebagaian mengetahui sebagai uang cepat dan hal ini
dilakukan untukmengamankan kontrak yang belum aman atau membayar untuk
mendapatkan
perlakuan
istimewa
dari
pemerintah
setempat
tetapi
tidak
keuntungan
ini
memperlambat
tingkat
pertumbuhan
ekonomi.
CEO Rupert Murdoch telah lama menyadari bahwa China akan menjadi salah satu
pasar yang menjajikan dalam pasar media dan tanpa izin mereka memperluas
jaringan News Corporation di China yang menggunakan satelit Star TV. Beberapa
yang tidak setuju mengatakan bahwa Murdoch menggunakan cara yang tidak
pantas untuk menyelesaikan tujuan ini.
Beberapa perusahaan multinasional telah menyadari kewajiban moral ini yaitu
menggunakan kekuasaan mereka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sekitar. BP, salah satu perusahaan minyak terbesar dunia, telah membuat
keputusan untuk melakukan investasi sosial di negara mereka melakukan usaha. Di
Algeria, BP melaksanakan proyek gas di tengah gurun Salah.ketika perusahaan
mengetahui bahwa dai Salah kekurangan air, perusahaan membangun 2 pipa air
untuk menyediakan minum dan menyediakan air agar dapat dibawa pulang oleh
penduduk Salah. Tidak adal alasan ekonomi untuk melakukan hal ini, tapi
perusahaan percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab moral untuk
membangun masyarakat. Meskipun hal ini kecil bagi BP, tapi merupakan hal yang
penting bagi penduduk lokal.
6. Dilemma Etika
Kewajiban etika dari perusahaan multinasional terhadap kondisi tenaga kerja,
HAM, korupsi, pencemaran lingkungan, dan penggunaan energi tidak terlalu jelas.
Disini kemungkinannya adalah tidak adanya kompromi atau pembicaraan lebih
lanjut tentang pemahaman terhadap etika tersebut. Dari pandangan bisnis
internasional, terdapat perdebatan apakah etika tergantung pada satu pandangan
budaya.
Di USA, eksekusi hukuman dapat diterima, tapi pada budaya lain ini tidak
ditrima-eksekusi hukuman mati dipandang sebagai suatu hinaan terhadap harga diri
manusia dan hukuman mati tidak dibenarkan. Banyak orang Amerika memandang
bahwa cara berpikir seperti itu aneh, tapi orang-orang Eropa memandang orang
Amerika kejam. Terhadap orientasi bisnis misalnya, praktek gift giving antara
pihak-pihak terhadap negosiasi bisnis.
Ketika praktek ini betul-betul dipertimbangkan sebagai tindakan yang benar
dan pantas di budaya Asia, beberapa orang barat memandang praktek ini sebagai
bentuk suap, dan oleh karena itu dianggap tidak beretika, terutama apabila
pemberian tersebut merupakan sesuatu yang penting.
yang
mempekerjakan
tenaga
kerja
anak-anak.
Lalu
apa
yang
tersebut tidak
mudah
untuk
dijawab.
Hal
tersebut merupakan
etika, yang keduanya serupa. Untuk saat ini, sudah cukup dimengerti bahwa etika
dilemma tetap terjadi karena tetap menjadi hal yang rumit di dunia, sulit untuk
digambarkan, dan menyebabkan konsekwensi pertama, kedua, dan ketiga sulit
untuk diukur. Melakukan hal yang benar, atau mengetahui hal yang mungkin benar,
seringkali sulit untuk dilakukan.
7. Akar dari tindakan yang tidak beretika
Banyak manager berlaku seperti tidak beretika di bidang bisnis internasional.
Kelompok investor Amerika mulai tertarik untuk memulihkan SS United States, yang
yang dulunya adalah kapal mewah. Langkah pertama untuk memulihkannya adalah
penarikan asbestos kapal. Asbestos adalah material racun yang diproduksi dari abu
murni yang pabila dihirup dapat menyebabkan efek yang berakibat kerusakan paruparu, kanker, dan kematian. Atas dasar itu, pemerintah di negara-negara tersebut
menekan standar pengembangan perubahan asbestos. Beberapa perusahaan U.S,
dengan standar yabg ditetapkan di Amerika, mengupah pekerjanya lebih dari $100
milion. Perusahaan di Ukraina menawarkan untuk melakukan pekerjaan tersebut
dengan upah $2 milion, jadi kapal-kapal tersebut ditarik ke pelabuhan Ukraina di
Sevastopol.
Dengan
persetujuan
upah
$2
milion,
ini
menunjukkan
bahwa
kita mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tindakan kita sebagai pelaku
bisnis. Seorang individu yang punya kepekaan kuat terhadap etika adalah orang
yang jarang sekali bertindak tidak beretika pada bidang bisnis. Ini merupakan
langkah pertama untuk membuktikan bahwa kepekaan yang tinggi terhadap etika
bisnis bagi masyarakat menegaskan kekuatan dari personal ethics.
Manager suatu perusahaan yang bekerja ke luar negeri di perusahaan
multinasional (manager ekspatriat) mungkin memiliki pengalaman luar biasa
tentang tekanan terhadap pelanggaran personal ethics. Mereka keluar dari
kebiasaan sosial dan budaya yang mendukungknya, yang secara psikologi dan
geografi jauh dari perusahaan induk. Mereka mungkin merasakan perbedaan
budaya di setiap tempat yang berbeda nilainya pada norma etika yang dianggap
penting di perusahaan induk, dan mereka mungkin mengalah dengan pekerja lokal
yang memiliki standar etika yang keras. Perusahaan induk mungkin mendesak
manager ekspatriat untuk mencapai cita-cita yang kurang relistis yang hanya dapat
dicapai dengan mengambil jalan tengah atau berpura-pura tidak beretika.
Contohnya, untuk memenuhi mandat penting tentang pencapaian tujuan, manager
ekspatriat mungkin memberi suap untuk memenangkan kontrak atau mungkin
melakukan pengamatan kondisi dan kontrol lingkungan yang minimal dapat
diterima.
Manager lokal mungkin menganjurkan ekspatriat untuk mengadaptasi
tindakannya. Oleh karena jarak geografis, perusahaan induk mungkin tidak dapat
untuk mengamati bagaimana manager ekspatriat memenuhi tujuannya, atau
mungkin memilih untuk tidak mengamati bagaimana mereka melakukannya,
dengan mengijinkan tindakan untuk berjalan baik dan tetap dilakukan. Juga, banyak
penelitian tentang tindakan yang tidak beretika pada bidang bisnis telah
menyimpulkan bahwa pelaku bisnis kadangkala tidak menyadari tindakan mereka
yang tidak beretika, utamanya karena kesalahan pengucapan. Apakah ini suatu
keputusan atau tindakan etika? Malah, mereka mereka menggunakan perhitungan
bisnis untuk membuat keputusan bisnis, untuk mendapatkan keputusan tersebut
mungkin juga membutuhkan ukuran etika.
Kesalahan pada prosesnya bisa terjadi apabila tidak menggabungkan
pertimbangan etika untuk membuat keputusan bisnis. Hal ini dapat ditunjukkan
pada kasus Nike ketika manager memutuskan membuat subkontrak (lihat kasus
pembukaan). Keputusan tersebut mungkin saja dipilah karena pertimbangan dasar
pada bisnis variamel seperti biaya, pengiriman, dan kualitas produk, dan manager
kunci salah mengucapakan, bagaimana subkontraktor memperlakukan tenaga
kerjanya?
Apabila
mereka
mempertanyakan
pertanyaan
tersebut,
mereka
bagian
diantara
pekerja
pada
organisasi.
Kamu
akan
kembali
memgingat dari chapter 3bahwa nilai adalah ide abstrak apa yang dipercaya suatu
kelompok untuk menjadi lebih baik, benar, dan sangat diperlukan, sedangkan
norma adalah kebiasaan sosial dan petunjuk yang menentukan tindakan yang tepat
pada situasi penting. Hanya sebagai masyarakat yang berbudaya, yang dapat
melakukan aktivitas bisnis. Secara bersamaan, nilai dan norma membentuk budaya
pada organisasi bisnis, dan budaya tersebut memiliki pengaruh penting pada etika
untuk mengambil keputusan bisnis.
Penulis Robert Bryce telah menjelaskan tentang keadaan budaya orgaisasi saat inikebangkrutan yang dialami perusahaan energi multinasional Enron terjadi akibat
ketamakan dan penipuan. Menurut Bryce, hal tersebut dibuat oleh top manager
yang mengambil keputusan sendiri untuk memperkaya dirinya sendiri dan
keluarganya.
Bryce
menunjukkan
bagaiman
ex-CEO
Kenneth
Lay
membuat
sebagai eksekutif dengan kontrak 3 tahun dengan jaminan $1 milin yang dibayar
setiap eriode, plus pilihan untuk menjual 20.000 lembar saham Enron. Bryce juga
mendetailkan anak laki-lakinya yang sudah dewasa menggunakan jet Enron untuk
mengirimkan bed ukuran besar ke prancis. Deengan Kenneth Lay sebagai
contohnya, ini mungkin bukan hal mengejutkan lagi bahwa keegoisan suatu saat
akan mendatangkan kehancuran pada Enron. Catatan paling penting adalah contoh
pada Kepala Keuangan Andrew Fastrow yang membuat off balance sheet yang
bekerja sama bukan hanya menyembunyikan kondisi financial perusahaan Enron
dari investor , tapi juga membayar membayar miliar dollar ke Fastrow. (fastrow
kemudian terbukti melakukan tindakan kriminal penipuan dan dihukum penjara.)
Penyebab keempat dari tindakan yang beretika sudah ditunjukkan pada-ini
ditekankan oleh induk perusahaan untuk melaksanakan memainkan cara yang
kuang relistis yang dapat dicapai hanya dengan mengambil jalan tengah atau
bertindak seerti tidak beretika. Lagi, Bryce membicarakan bagaimana hal ini
kemungkinan dapat terjadi di Enron. Penyukse Lay sebagai CEO, Jeff Skilling,
mengambil sistem evaluasi performa di tempat yang memasangkan lebih dari 15%
dari underperformer setiap 6 bulan. Ini membuat tekanan-alat budaya pada
performa jarak dekat, dan respon beberapa eksekutif dan pedagang energi yang
menekan dengan memalsukan nilai dari perdagangan, contohnya-0untuk membuat
hal ini terlihat membuat performa yang lebih baik dari yang sebenarnya.
Penjelasan
dari
kegagalan
Enron
adalah
bahwa
budaya
organisasi
dapat
mengesahkan tindakan yang dianggap tidak beretika, pentingnya ketika hal ini
digabungkan dengan fokus dari menentukan tujuan dengan tidak beretika, seperti
memperbesar jangka pendek dari ekonomi, tidak peduli berapa biayanya. Pada
keadaan
seperti
biasanyabahwa
itu,
disana
manager
terdapat
akan
kemungkinan
melanggar
etika
yang
lebih
personalnya
besar
dari
sendiri
dan
menggunakan tindakan yang tidak beretika. Dengan hal yang sama, budaya
organisasi dapat melakukan hal yang sebaliknya dari tindakan yang beretika. Pada
Hewlett-Packard, misalnya, Bill Hewlett dan David Packard, pendiri perusahaan,
memperbanyak jumlah dari nila yan diketehui sebagai The HP Way. Nilai ini, yang
membentuk jalan bisnis adalah memimpin keduanya dan dengan badan hukum,
memiliki komponen etika yang penting. Antara hal yang lainnya, mereka
menekankan kebutuhan untuk kepercayaan diri dan berkenaan dengan seseorang,
membuka komunikasi, dan terfokus pada pekerja individu.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam makalah ini dapat disimpulkan bahwa:
1.
Moral dapat diartikan sebagai akhlak, dan susila (su=baik, sila=dasar, susila=dasardasar kebaikan); Moralitas berarti kesusilaan; sedangkan Etik (Ethics) = etika,
tata susila. Sedangkan secara etika (Ethical) diartikan pantas, layak, beradab,
susila. Jadi kata moral dan etika penggunaannya sering dipertukarkan dan
disinonimkan, yang sebenarnya memiliki makna dan arti berbeda.
2.
Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu
diterapkan ke dalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern
untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan
kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.
3.
Pentingnya etika bisnis tersebut dalam dunia bisnis yakni berlaku untuk
kedua perspektif, baik lingkup makro maupun mikro.