Anda di halaman 1dari 5

Klasifikasi BJ

BJ (tanah mineral)
2,5 2,7

Porositas

BJ (tanah organik)
>2,0
BI
BJ

( ( ))

0,0043
(
( 2,172 )) x 100

x 100

= ( 10,0012 ) x 100 =99,88


Klasifikasi Porositas
Porositas (%)
<31
31-63
>63

Kelas
Rendah
Sedang
Tinggi

4.2 Interpretasi Data Hasil Praktikum (mengkaitkan data hasil vs review literatur atau
berdasar tinjauan pustaka)
Pada praktikum ini, untuk mengetahui berat isi dari tanah ini, terhadap dua lokasi
berbeda yang digunakan sebagai percobaan yaitu pada sampel tanah lahan basah dan lahan
kering. Dari hasil dapat diketahui bahwa lokasi pada lahan basah kadar air dari tanah adalah
5,0125 .1, sedangkan pada lokasi lahan kering adalah 0,36 .1. Nilai kadar air pada
lahan basah lebih tinggi dibanding pada lahan kering. Perbedaan tersebut dapat dikarenakan
faktor pengolahan serta penggunaan tanah pada lahan yang berbeda. Selain itu tekstur dan
struktur tanah juga mempengaruhi perbedaan kadar air ini. Perbedaan kadar air ini tentu
berpengaruh terhadap perbedaan bobot isi tanah pada penggunaan lahan yang berbeda.
Kadar air tanah dapat ditetapkan secara langsung melalui pengukuran perbedaan berat tanah
dan secara tidak langsung melalui pengukuran sifat-sifat lain yang berhubungan erat dengan
air tanah (Gardner,1986).
Sifat fisik tanah sangat menentukan kesesuaian suatu lahan dijadikan lahan sawah.
Identifikasi dan karakterisasi sifat fisik tanah mineral memberikan informasi untuk penilaian

kesesuaian lahan (Sys, 1985) terutama dalam hubungannya dengan efisiensi penggunaan air.
Jika lahan akan disawahkan, sifat fisik tanah yang sangat penting untuk dinilai adalah tekstur,
struktur, drainase, permeabilitas (Keersebilck and Soeprapto, 1985)
Pada praktikum ini, untuk mengetahui berat isi dari tanah ini, terhadap dua lokasi
berbeda yang digunakan sebagai percobaan yaitu pada sampel tanah lahan basah dan lahan
kering. Dari hasil dapat diketahui bahwa lokasi pada lahan basah volume dari tanah adalah
192,325 cm3 ,sedangkan pada lokasi lahan kering adalah 220,78cm3. Nilai volume tanah
pada lahan basah lebih kecil dibanding pada lahan kering. Pengolahan dengan pelumpuran
pada tanah sawah menurunkan total porositas tanah Subagyono et al. (2001)
4.3 Pembahasan Umum
Hubungan Berat Isi (Bi) dan Berat Jenis (BJ) saling berhubungan. Salah satu manfaat
nilai berat isi tanah, yaitu untuk menghitung porositas. Untuk menghitung porositas kita harus
mengetaui berat jenis partikelnya terlebih dahulu. Sedangkan salah satu manfaat berat jenis,
yaitu untuk menentukan perhitungan ruang pori dalam tanah. Untuk menghitung ruang pori
dalam tanah, kita harus mengetahui berat isi tanah terlebih dahulu. (Tim Dosen FPUB, 2010)
5. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum mengenai pengukuran Berat Isi tanah yang dipengaruhi oleh
berat basah tanah, kadar air dalam tanah, dan volume tanah dapat diketahui bahwa data hasil
BI pada lahan basah (sawah) adalah

2,172 g/cm, sedangkan pada lahan kering adalah

0,908g/cm. BI pada lahan basah lebih tinggi dibanding BI pada lahan kering, disebabkan karena
penggunaan lahan yang berbeda sehingga pengolahan tanah yang berbeda pula. Pengolahan tanah di lahan
kering tidak terlalu intensif dibandingkan dengan lahan basah. Pengolahan lahan basah yang
selalu diolah dengan intensif, menyebabkan ruang pori didalam tanah banyak diisi oleh udara dan air,
sehingga BI pada lahan basah lebih tinggi dari pada lahan kering.
Untuk menghitung porositas kita harus mengetaui berat jenis partikelnya terlebih
dahulu. Sedangkan salah satu manfaat berat jenis, yaitu untuk menentukan perhitungan ruang
pori dalam tanah karena untuk menghitung ruang pori dalam tanah maka harus mengetahui
berat isi tanah. Porositas total adalah perbandingan volume ruang total batuan pada formasi
dengan volume ruang pori yang terisi oleh fluida.

DAFTAR PUSTAKA
Darmawijaya, M. isa. 1997. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Gardner, W., 1986.Water content. In A. Klute (ed) : Methods of soil Analysis. Part 1:
Physical and Mineralogical Methods. SeCond edition. ASA, Inc., SSSA, Inc.,
Madison, Wisconsin, USA. pp. 493 - 544
Hakim. 1986. Dasar-Dasar Fisika Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UB. Malang
Hardjowigeno, Sarnono. 1992. Ilmu Tanah. Jakarta : Maduatama Sarana Pratama.
Lembaga Penelitian Tanah. 1979. Penuntun Analisa Fisika Tanah. Bogor : Lembaga
Penelitian Tanah.
Pearson, C.J., Norman, D.W., & Dixon, J. 1995. Sustainable Dryland Cropping in Relation to
Soil

Productivity.

Dalam

FAO

Soils

Bulletin

72.

Rome:FAO.

http://www.Fao.org/docrep/V9926E/V996e04.htm. [10 Nopember 2003].


Rahardjo, pudjo dkk. 2001. Peranan Beberapa Macam Sumber dan Dosis Bahan Organik
terhadap ketersediaan Air bagi Tanaman. Pusat Penelitian The dan Kina. Gambung
Subagyono, K., A. Abdurachman, and Nata Suharta. 2001. Effects of Puddling Various Soil
Types By Harrows on Physical Properties of New Developed Irrigated Rice Areas in
Indonesia. Proceeding of the Subandiono, R. E. 2004. Pedological Characteristics of
Wetland Soils in North Palembang, Indonesia. MSc thesis. University of The
Philippines, Los Banos.
Tim Dosen Jurusan Tanah FPUB. 2010. Panduan Praktikum Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Brawijaya. Malang

LAPORAN PRAKTIKUM MANAGEMENT AGROEKOSISTEM


(Aspek Tanah)
BI BJ DAN POROSITAS PADA TANAH SAWAH

Oleh :
Nama : Istiqomah
NIM : 135040201111212
Kelas : Q

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
MALANG
2015

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai