Journal Nida
Journal Nida
: Fahriatul Yunida
: H1A109081
: Teknik Sipil FT UNLAM
: Ir. Iskandar, MT
: Candra Yuliana, MT
ABSTRAK
Struktur beton prategang adalah salah satu konsep terbaru dari perkembangan
teknologi dibidang rekayasa, beton prategang dapat digunakan sebagai alternatif dalam
konstruksi perencanaan girder jembatan. Penggunaan beton prategang lebih efektif dan
ekonomis untuk jembatan bentang panjang. Jembatan Tanah Merah dengan bentang 77,6 m
merupakan jembatan yang menggunakan girder prategang tipe I segmental dan pile slab pada
kedua bentang tepi nya yang direncanakan ulang dengan beton prategang tipe kotak (box
girder) dengan dua buah pilar. Kelas jembatan adalah kelas A dengan lebar lalu lintas 7,00 m
dan trotoar kiri dan kanan masing-masing 1,00 m. Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk
mendapatkan rancangan konstruksi yang aman, memenuhi syarat serta ekonomis dalam
pembuatannya.
Perancangan ulang Jembatan Tanah Merah dibatasi pada perencanaan struktur atas,
struktur bawah, pondasi jembatan, dan rancangan anggaran biaya. Pembebanan struktur
bangunan atas mengacu pada RSNI T-02-2005. Jembatan direncanakan menjadi tiga bentang
yaitu 40 m untuk beton prategang pada bentang tengah, 14,46 m beton prategang pracetak
pada bentang tepi dan 5 m balok di atas pilar.
Berdasarkan hasil perancangan didapat desain girder tipe kotak (box girder) dengan
tinggi 2,20 m, jenis tendon yang digunakan G270 Seven Wire Strand berdiameter 12,7 mm
berdasarkan ASTM A-416 dengan 4 tendon dan 25 kawat untaian pertendon. Prosentasi
kehilangan prategang total 29,7711%, lebih kecil dari LOPrencana sebesar 30%. Tinggi
abutment 3,5 m dan menggunakan pondasi tiang pancang, sisi 0,5 m dengan 12 titik, panjang
11 m. Tinggi pilar V 7,59 m dan menggunakan pondasi tiang pancang, sisi 0,5 m dengan 22
titik, panjang 7 m. Hasil rekapitulasi biaya untuk perancangan ulang jembatan sebesar Rp.
15.000.000.000. Lebih ekeonomis dibandingkan dengan perancangan awal Rp.
18.000.000.000.
Kata Kunci : Jembatan, prategang, abutment, pilar v, tiang pancang, RAB.
1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kabupaten
Tanah
Bumbu
merupakan salah satu kabupaten yang
masih dalam tahap perkembangan,
sehingga diperlukan infrastuktur umum
untuk menunjang tahap perkembangan
Rumusan Masalah
2.
STUDI PUSTAKA
2.1
Perencanaan Gelagar
i.
ii.
iii.
Panjang kantilever:
gelagar
lebar
Dasar
Perencanaan
Prategang
Struktur
Beton
prategang
merupakan
kombinasi yang ideal dua bahan yang
berkekuatan tinggi modern, yaitu beton
dan baja mutu tinggi. Hal ini dicapai
dengan cara menarik baja dan menahannya
pada beton sehingga membuat beton dalam
keadaan tertekan. Kombinasi aktif ini
menghasilkan perilaku yang lebih baik dari
individu kedua bahan itu sendiri. Baja
adalah bahan liat dan dibuat untuk bekerja
dengan kekuatan tarik yang tinggi oleh
prategang.
2.2.1 Baja Prategang
Baja prategang dapat berbentuk
kawat-kawat tunggal, strands yang terdiri
atas beberapa kawat yang dipuntir
membentuk elemen tunggal dan batangbatang bermutu tinggi. Tiga jenis yang
umum digunakan adalah:
a. Kawat-kawat relaksasi rendah atau
stress-relieved tak berlapisan.
Kuat tarik
minimum (psi)
0,192
0,196
0,250
0,276
240.00
240.00
235.00
Tipe
WA
250.00
250.00
240.00
235.00
Tegangan
minimum
Pada ekstensi 1%
(psi)
Tipe
Tipe
BA
WA
212.500
204.000 212.500
204.000 204.000
199.750 199.750
Sumber:Post-Tensioning Institute
Kuat
patah
Strand
(min)
Luas
nominal
Strand
(in.2)
Berat
nominal
Strand
(lb/1000
ft)*
Beban
min
Pada
ekstensi
1% (lb)
MUTU
250
1/4(0,250)
9.00
0,036
122
7.650
5/16(0,313)
14.5
0,058
197
12.300
3/8(0,375)
20.0
0,080
272
17.000
7/16(0,438)
27.0
0,108
367
23.000
(0,500)
36.0
0,144
490
30.600
3/5(0,600)
54.0
0,216
737
45.900
3/8(0,375)
23.0
MUTU
270
0,085
290
19.550
7/16(0,438)
31.0
0,115
390
26.350
(0,500)
41.0
0,153
520
35.100
3/5(0,600)
58.6
0,217
740
49.800
K es Es
f cir
Ec
(1)
Dengan pengertian:
ES = kehilangan gaya prategang akibat
perpendekan elastis beton (MPa)
K es =
0,5
untuk
komponen
struktur pascatarik
Es
modulus
elastisitas
baja
prategang (MPa)
f cir
Pi
gaya prategang
Ec
(MPa)
Es
( f f )
E c cir cds
A
I
I
(3)
Dengan pengertian
F0
(2)
e
Dengan pengertian:
= eksentrisitas (m)
4
K cr
= inersia balok ( m
f cds=
Es
= modulus
elastisitas
prategang (MPa)
Ec
tendon
f cds
= tegangan beton pada titik berat
tendon akibat seluruh beban mati yang
(4)
Dengan pengertian:
M P = momen seluruh beban mati
f cir
MP e
I
(kNm)
e
I
= eksentrisitas (m)
4
= inersia balok ( m
c. Kehilangan Gaya Prategang Akibat
Susut Beton (SH)
perbandingan
antara
volume
dan
permukaan, kelembaban relatif dan waktu
dari akhir moist curing (masa perawatan
basah) sampai dengan bekerjanya gaya
prategang. Karena susut terjadi tergantung
pada waktu, maka kehilangan tegangan
batas yang dialami pada tahun pertama
adalah 80%.
(5) di
8,2 10 6 `
mana
merupakan
shrinkage strain (SH,U).
ultimate
G
a
m
bar 7 Kurva relaksasi baja untuk kawat
dan strand stress-relieved
Relaksasi
adalah
berkurangnya
Tabel 4 Nilai-nilai Kre dan J
tegangan tarik akibat regangan yang
konstan seperti pada Gambar 6 Gaya
Tipe tendona
prategang pada baja prategang dengan
stress-relieved strand or wire (1860 MPa)
perpanjangan yang konstan danGrade
dijaga
Grade stress-relievedstrand or wire (1720 MPa)
tetap pada suatu selang waktu akan
Grade stress-relieved wire (1655 MPa or 1620 MPa)
berkurang secara perlahan-lahanGrade
seperti
low-relaxation strand (1860 MPa)
terlihat pada Gambar 6. Besarnya
Grade low-relaxation strand (1720 MPa)
Grade low-relaxation wire (1655 MPa or 1620 MPa)
pengurangan tergantung pada lamanya
Grade stress-relieved bar (1000 MPa or 1100 MPa)
waktu dan perbandingan fpi/fpy.
Kre (MPa)
0,15
0,14
138
128
121
35
32
30
41
0,13
0,04
0,03
0,03
0,05
Sumber:T.Y.Lin (1988)
Gambar 6 Berkurangnya tegangan tarik
akibat regangan konstan
Peraturan PCI membatasi besar gaya
prategang
awal
(segera
setelah
pengangkuran) sebesar fpi = 0,7 fpu. Dari
Gambar 7 terlihat bahwa makin besar
tegangan tetap akan menghasilkan
kehilangan tegangan akibat relaksasi yang
makin besar pula. Ini adalah salah satu
Balok
prategang
mengalami
perubahan regangan baja yang konstan di
dalam tendon bila terjadi rangkak yang
tergantung pada waktu, perpendekan
elastis dan susut beton. Pengurangan
tegangan
tendon
mengakibatkan
berkurangnya kehilangan prategang akibat
relaksasi, dirumuskan dengan persamaan
(ACI-ASCE) yaitu :
RE K re J SH CR ES C
(6)
Dengan pengertian:
Kre, J dan C
ANC =
(7)
Tabel 5 Nilai-nilai C
fpi/fpu
Stress-relieved
Strand or wire
A
E
L s
Stress-relieved bar
Or Low-relaxation
Strand or wire
0,80
0,79
0,78
0,77
0,76
0,75
0,74
0,73
0,72
0,71
1,45
1,36
1,27
1,18
1,09
1,28
1,22
1,16
1,11
1,05
1,00
0,95
0,90
0,85
0,80
0,70
1,00
0,75
0,69
0,68
0,67
0,66
0,65
0,64
0,63
0,62
0,61
0,60
0,94
0,89
0,83
0,78
0,73
0,68
0,63
0,58
0,53
0,49
0,70
0,66
0,61
0,57
0,53
0,49
0,45
0,41
0,37
0,33
Sumber:T.Y.Lin (1988)
e. Kehilangan Gaya Prategang Akibat
Pengangkuran (ANC)
Kehilangan prategang ini timbul
karena penguncian baji pada angker hidup
pada sistem pascatarik (post-tensioning
system). Apabila kabel ditarik dan
dongkrak dilepaskan untuk mentransfer
prategang beton, pasak-pasak gesekan
yang dipasang untuk memegang kawat-
Dengan pengertian:
ANC = kehilangan gaya prategang akibat
pengangkuran (MPa)
A
L
Es
= modulus elastisitas
prategang (MPa)
f.
tendon
(8)
Dengan pengertian:
FR = kehilangan gaya prategang akibat
friksi (MPa)
f1
tegangan
baja
f pu
pada
)
K = koefisien wobble
= perubahan sudut total dari profil
tendon pascatarik dari ujung angkur ke
8y
titik x radian
x
( )
e = y = eksentrisitas (m)
1.
Koefisien
Wobble
K per meter
Koefisien
Kelengkunga
n
0,0033 0,0049
0,0016 0,0066
0,0003 0,0020
0,15 0,25
0,15 0,25
0,08 0,30
0,0007
0,15 0,25
0,0010 0,0066
0,05 0,15
0,0033 0,0066
0,05 0,15
2.4
1 2
H
2
Pa =
Ka
(9)
Dengan pengertian:
Pa = gaya horizontal akibat tekanan tanah
aktif (t/m2)
H = kealaman tanah yang ditinjau (m)
Ka = koefisien tekanan tanah aktif
b.
Tekanan tanah pasif
1 2
H
2
PP =
Kp
(10)
Dengan pengertian:
Pp = gaya horizontal akibat tekanan tanah
pasif (t/m2)
H = kealaman tanah yang ditinjau (m)
Kp = koefisien tekanan tanah pasif
2.5
Dinding
kantilever
berusuk
(Counterfort Retaining Walls)
(Cantilever
METODOLOGI
Perancangan
dilakukan
dalam
beberapa tahapan, dimulai dari tahap studi
literatur, tahap pengumpulan data,
pengolahan data dan perhitungan data, dan
tahap kesimpulan.
3.1 Studi Literatur
Literatur yang digunakan dalam
tugas akhir ini, yaitu buku, makalah, karya
tulis, jurnal dan bahan-bahan dari
perkuliahan yang menunjang dan relevan
dengan tinjauan yang dilakukan.
3.2 Pengumpulan Data
Data
yang
digunakan
untuk
penunjang perencanan jembatan berupa
data primer ataupun data sekunder.
Pengumpulan data dalam bentuk informasi
tertulis dari data, peta, dan informasi
lainnya.
Data-data yang diperlukan antara lain
data hasil dari penyelidikan tanah dengan
menggunakan sondir, data teknis jembatan
berupa kelas dan panjang total jembatan,
serta rancangan anggaran biaya dari
perencanaan awal.
3.3
Lokasi
3.5
6. fpu
: 1860 MPa
7.fy
: 1581 MPa
8. Moudulus Elastisitas Kabel
(Es)
:193000 Mpa
9. Koefisien Kelengkungan ()
: 0,15
10. Koefisien Wobble (K) : 0,002
11. RH
: 80%
12. Beban Putus 1 Strand :183,7 kN
13. Pelat Angker yang dipakai (persegi)
: 43,18 cm
4.1.3
f c
:
MPa
2. Mutu Tulangan Baja Deform (
50
f y
3.
: 390 MPa
3. Mutu Tulangan Baja Polos (
f y
: 320 MPa
4.1.2 Spesifikasi untuk Perencanaan
Kabel Baja
1. Jenis Kabel Baja
Wire Strand
2. Jumlah 1 Tendon
3. Diameter Tendon
4. As 1 Nominal Strand
5. Diameter Selongsong
:G270 Seven
: 25 strand
: 12,7 mm
: 98,7 mm2
: 92,08 mm
4.
5.
6.
7.
f c
: 350kg/cm2
f ci
: 280kg/cm2
Mutu tulangan baja pratekan
( )
: 270 Ksi
Mutu Tiang sandaran : 225kg/cm2
Mutu Besi Beton
: U 24
Mutu Pipa Sandaran
: St. 37
Gaya pratekan mula-mula per strand
: 13100 kg
8.
13
dari
2.
b. Tulangan
arah
memanjang
jembatan 12 250
Penulangan susut badan balok
a. Tulangan dinding bawah 12
100
b. Tulangan dinting tepi 12 100
9. Penulangan pelat lantai:
a. Menggunakan Metode bittner
b. Tulangan
arah
melintang
jembatan D14 150
c. Tulangan
arah
memanjang
jembatan 12 200
4.3 Abutment
Dimensi rencana dari bagian-bagian
abutment yaitu breast wall, back wall
bawah, back wall atas, corbel, pile cap dan
tiang pancang dapat dilihat pada Gambar
22 berikut.
Penulangan diafragma
a.
Tulangan sengkang tertutup
21D25
7. Penulangan lantai dibawah trotoar:
a. Tulangan
arah
melintang
jembatan D16 200
15
Tulangan
Lentur
Tulangan
geser
Breast
wall
Back
wall
bawah
Back
wall
atas
Corbel
7D22
12 150
TulanganS
usut
minimum
12 150
D16150
12 200
12 200
D16200
12 200
12 200
D22120
12 150
Pile cap
Tiang
pancang
D22120
27 D22
12 150(x)
12 250(y)
12 150
12 45
12 150
-
Sumber:Hasil perhitungan
3. Detail penulangan abutment, susunan
dan penulangan tiang pancang
terlihat seperti pada Gambar 23-25
berikut.
berdasarkan
a. Ukuran tiang 50 cm x 50 cm
b. Panjang tiang 7 m
c. Jumlah tiang pancang 22 buah
d. Mutu tiang pancang 30 Mpa
Corbel
A1
Corbel
B1
Tulangan
Lentur
Tulangan
geser
D22200
12 200(x)
12 100(y)
12 200
D22140
TulanganS
usut
minimum
12 150
12 200
16
Balok 5
D22150
Balok 2
D22150
Balok 7
10 D25
Balok 8
12 D25
Balok 6
D22150
Balok 3
dan 4
Pile cap
D16150
Tiang
pancang
26 D22
D25100
12 150(x)
12 200(y)
12 300(x)
12 300(y)
12 200(x)
12 100(y)
12 200(x)
12 100(y)
12 100(x)
12 100(y)
12 200
12 200
12 200(x)
12 200(y)
12 50
12 100
12 250
12 100
12 100
12 100
12 200
Sumber:Hasil perhitungan
4. Detail penulangan pilar V beserta
pelat lantai diatasnya, susunan dan
penulangan tiang pancang terlihat
seperti pada Gambar 27-30 berikut.
terbuat
dari
17
Pembahasan
18
Disamping
itu,
berdasarkan
perhitungan anggaran biaya didapatkan
hasil bahwa biaya perancangan ulang
jembatan lebih ekonomis dibandingkan
dengan biaya perancangan awal atau biaya
perancangan awal lebih mahal dari biaya
perancangan ulang. Biaya perancangan
awal Rp. 15.035.161.357,83, sedangkan
untuk perancangan ulang digunakan biaya
sebesar Rp. 18.572.941.000. Selisih biaya
dari perancangan tersebut sebesar Rp.
3.537.779.642,17. Mahalnya biaya pada
perancangan awal terlihat pada divisi 7
untuk struktur, terutama untuk penyediaan
dan pemancangan tiang pancang. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan material yang
digunakan, perkiraan kuantitas (volume)
dari tiap item pekerjaan dan jumlah tiang
pancang yang digunakan.Oleh karenanya
diperoleh perbedaan anggaran biaya yang
cukup signifikan dari segi kuantitas antara
perancangan awal dengan perancangan
ulang, dimana anggaran biaya pada
perancangan ulang lebih effisien sebesar
19,048 % jika dibandingkan dengan
anggaran biaya pada perancangan awal.
5.
KESIMPULAN
Pretensioned
Precast
Concrete
Voided Slab. Departemen PU Dirjen
Bina Marga
Supriyadi, B dan Agus, S.M. 2000.
Jembatan. Yogyakarta
20