Tutorial L8
Skenario C
I. SKENARIO F BLOK 23
Tn. Abdul, 60 tahun dibawa anaknnya berobat dengan keluhan sering mengompol
sejak 2 minggu terakhir. Menurut anaknya, ayahnya tidak dapat menahan keinginannya
untuk buang air kecil, bahkan air seninya sudah keluar sebelum sampai ke kamar mandi.
Selain itu, dalam satu tahun terakhir kedua tangan Tn. Abdul sering bergetar terutama
tangan kanan, apabila berjalan langkah kecil-kecil dan sering terjatuh.
Pemeriksaan fisik ditemukan TD 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, temperature 36,8oC.
Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
Pemeriksaan neurologis ditemukan resting tremor, pull test (+), MMSE score 17.
II. KLARIFIKASI ISTILAH
No. Klarifikasi Istilah
1
Mengompol
Definisi
Inkontinensia urin: pengeluaran urin tanpa disadari dalam
jumlah dan frekuensi cukup sehingga menyebabkan
Air seni
Tangan bergetar
Langkah kecil-kecil
Resting tremor
Pull test
4
5
6
7
MMSE
Blok 24
Tutorial L8
Skenario C
keinginannya untuk buang air kecil, bahkan air seninya sudah keluar sebelum
sampai ke kamar mandi.
2. Selain itu, dalam satu tahun terakhir kedua tangan Tn. Abdul sering bergetar
terutama tangan kanan, apabila berjalan langkah kecil-kecil dan sering terjatuh.
3. Pemeriksaan fisik ditemukan TD 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, temperature
36,8oC. Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
4. Pemeriksaan neurologis ditemukan resting tremor, pull test (+), MMSE score 17.
IV. ANALISIS MASALAH
1. Tn. Abdul, 60 tahun dibawa anaknnya berobat dengan keluhan sering mengompol
sejak 2 minggu terakhir. Menurut anaknya, ayahnya tidak dapat menahan
keinginannya untuk buang air kecil, bahkan air seninya sudah keluar sebelum
sampai ke kamar mandi.
a. Bagaimana hubungan antara usia dan jenis kelamin terhadap kasus?
Tami, Dita,
b. Bagaimana fisiologis berkemih? (jelaskan detail: jaras, refleks)
Dita,
Nelvin
c. Bagaimana etiologi dan patofisiologi keluhan? Nelvin,
Kiki
2. Selain itu, dalam satu tahun terakhir kedua tangan Tn. Abdul sering bergetar
terutama tangan kanan, apabila berjalan langkah kecil-kecil dan sering terjatuh.
a. Bagaimana etiologi dan patofisiologi keluhan: Kiki,
Vivi
Vivi, Valeria,
2
Blok 24
Tutorial L8
Skenario C
Dita,
4. Pemeriksaan neurologis ditemukan resting tremor, pull test (+), MMSE score 17.
Hajar , Cimay,
V. HIPOTESIS
Tn. Abdul, 60 tahun, mengalami Parkinson Disease.
Template dari Parkinson Disease : (hubungkan dengan complex dementia)
1. Apa saja diagnosis banding pada kasus ini ? Sarah,
Neva
Hajar
, Cimay,
Blok 24
Tutorial L8
Skenario C
Ismel,
b. Lingkungan: infeksi, penggunaan pestisida dan herbisida, toksin (MPTP, CO, Mn,
Mg, CS2, Metanol, Sianid)
Banyak fakta yang menyatakan tentang kebenaran dsifungsi mitokondria dan
kerusakan metabolisme oksidatif dalam patogenesis Parkinson. Keracunan MPTP ( 1
methyl, 4 phenyl, 12,3,6 tetrahydropyridine) dimana MPP+ sebagai toksik
metabolitnya, pestisida, dan limbah industri maupun racun lingkungan lainnya
menyebabkan inhibisi terhadap komplek I (NADH-ubiquinone oxidoreduktase) rantai
transpor elektron mitokondria. Pada pasien, terdapat penurunan sebanyak 30-40%
dalam aktivitas komplek I di substansia nigra pars kompakta. Seperti halnya kelainan
yang terjadi pada jaringan lain, kelainan di daerah ini menyebabkan adanya kegagalan
produksi energi, sehingga mendorong terjadinya apoptosis sel
Selain itu juga ada faktor usia dimana berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang
mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada substansia nigra, pada penyakit
parkinson.
6. Apa saja factor resiko dari parkinson disease? Ismel,
Lidya,
Blok 24
Tutorial L8
Skenario C
a. Usia: meningkat pada usia lanjut dan jarang timbul pada usia dibawah 30 tahun.
b. Rasial: orang kulit putih lebih sering daripada orang Asia dan Afrika.
c. Genetik: diduga ada peranan faktor genetik.
d. Lingkungan:
-
Toksin: MPTP,dll.
Infeksi.
Sarah,
Neva
Hajar
, Cimay,
Ismel,
dopaminergik
yang
mendasari
penyakit
Blok 24
Tutorial L8
digunakan
untuk
Skenario C
penyakit
parkinson
yaitu
memori.
Bekerja pada glutamatergik
Diantara obat obat glutamatergik yang bermanfaat
untuk
penyakit
antagonisnya
parkinson
yaitu
adalah
amantadine
dari
,
golongan
memantine,
menghambat
reuptake
dan menstimulasi
Blok 24
Tutorial L8
Skenario C
2) Surgery (pembedahan)
12. Apa saja komplikasi kasus ini ?
Demensia
Aspirasi
Ismel, Lidya,
Sarah,
Neva
Neva
PENYAKIT PARKINSON
EPIDEMIOLOGI
7
Blok 24
Tutorial L8
Skenario C
DEFINISI
Terdapat dua istilah berkaitan yang perlu dibedakan yaitu Penyakit Parkinson
dan Parkinsonism10
Parkinsonism: Adalah suatu sindroma yang ditandai oleh tremor waktu istirahat,
rigiditas, bradikinesia dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar
dopamin dengan berbagai macam sebab.
ETIOLOGI
Sejauh ini etiologi Penyakit Parkinson tidak diketahui (idiopatik), akan tetapi
ada beberapa faktor resiko (multifaktorial) yang telah diidentifikasi,yaitu:10
g. Usia: meningkat pada usia lanjut dan jarang timbul pada usia dibawah 30 tahun.
h. Rasial: orang kulit putih lebih sering daripada orang Asia dan Afrika.
i. Genetik: diduga ada peranan faktor genetik.
j. Lingkungan:
8
Blok 24
Tutorial L8
Toksin: MPTP,dll.
Infeksi.
Skenario C
KLASIFIKASI
Umumnya diagnosis Penyakit Parkinson mudah ditegakkan, namun harus
diusahakan menentukan jenisnya untuk mendapatkan gambaran mengenai penyebab,
prognosis, serta pelaksanaannya Parkinson diklasifikasikan menjadi:10
1. Idiopatik (primer)
Penyakit Parkinson
Juvenile Parkinsonism
2. Simtomatik
Toksin:
1-methyl-4-phennyl-1,2,3,6-trihydoxypyridine (MPTP), CO, Mn, Mg, CS2,
metanol, etanol, sianid
Obat:
Neuroleptik (antipsikotik), antiemetik, reserpin, tetrabenazine, alfa-metildopa, lithium, flunarisin, sinarisin.
Lain-lain:
Hipoparatiroid, degenerasi hepatoserebral, tumor otak, siringomielia
Blok 24
Tutorial L8
Degenerasi
striatonigral,
sindroma
Skenario C
Shy-Drager,
degenerasi
Sindroma Demensia
Kompleks parkinsonism-dementia-ALS (Guam), penyakit Lewy bodies
difus, penyakit jacob Creutzfeldt, penyakit Alzheimer.
Kelainan herediter
Penyakit Wilson, Penyakit Hallervorden-Spatz, Penyakit Huntington,
Neuroakantositosis, Kalsifikasi ganglia basal familial, Parkinsonism
familial dengan neuropati perifer
4. Penyakit heredodegeneratif:
Seroid-lipofusinosis
Penyakit Gerstmann-Strausler-Scheinker
Penyakit Hallervorden-Spatz
Penyakit Huntington
Penyakit Machado-Joseph
Neuroakantosis
Penyakit Wilson
10
Blok 24
Tutorial L8
Skenario C
Dalam susunan saraf didapatkan tiga bagian penting yang terlibat di dalam gerakan
yaitu sistem piramidal, sistem ekstrapiramidal, dan serebelum. Adapun inti-inti yang
menyusun sistem ekstrapiramidal adalah:16,20
Substansia nigra
Serebelum
Gerakan pertama kali dilakukan melalui sistem piramidal, sedangkan sistem
ekstrapiramidal dan serebelum menjaga agar gerakan berlangsung secara lancar dan
terkoordinasi
Sirkuit ekstrapiramidal dapat dikelompokkan menjadi sirkuit utama atau prinsipal
dan tiga sirkuit penunjang atau asesorik:16
Selain sirkuit tersebut diatas masih ada sirkuit lain, yaitu sirkuit korteks-nuklei pontisserebelum kontralateral-nukleus ruber homolateral-nukleus ventralis talamus-korteks, dan
sirkuit nukleus olivantis inferior-serebelum-nukleus ruber-nukleus olivantis inferior. Pada
lintasan ini serebelum secara fungsional merupakan feedback yang bertujuan
mengendalikan gerakan selama gerakan tersebut masih berlangsung, yaitu melalui impuls
dari serebelum menuju nukleus ventrolateral talamus dan dipancarkan ke korteks piramidal
dan ekstrapiramidal. Bila mekanisme feedback ini terganggu oleh karena putusnya sirkuit
serebelum-korteks piramidal dan ekstrapiramidal akan terjadi kecanggungan gerakan
misalnya ataksia, diskinesia, dan tremor saat bergerak.
11
Blok 24
Tutorial L8
Skenario C
PATOGENESIS
Patogenesis Penyakit Parkinson dapat dijelaskan dengan dua pendekatan, yaitu
berdasarkan perubahan keseimbangan saraf dopaminergik dengan saraf kolinergik dan
perubahan keseimbangan jalur direct (inhibisi) dan jalur indirect (eksitasi).4
1. Teori keseimbangan saraf dopaminergik dan saraf kolinergik.
Selain menerima persarafan dopaminergik dari Substansia Nigra, striatum juga
dipersarafi oleh saraf kolinergik dengan asetilkolin sebagai neurotransmiternya.
Keluaran (output) dari striatum yang akan mempengaruhi fungsi motorik korteks
ditentukan oleh keseimbangan kegiatan kedua saraf tersebut.
Bilamana kegiatan saraf dopaminergik meningkat dan atau kegiatan saraf
kolinergik menurun, maka saraf dopaminergik akan dominan pengaruhnya terhadap
out put striatum dengan akibat timbulnya gejala hiperkinesia
12
Blok 24
Tutorial L8
Skenario C
Bilamana kegiatan saraf dopaminergik mnurun dan atau kegiatan saraf kolinergik
meningkat maka terjadi dominasi saraf kolinergik dengan akibat timbulnya
hipokinesia (Sindrom Parkinson).
Normal
Parkinson
13
Blok 24
Tutorial L8
Skenario C
Mekanisme exitotoxicity
Mekanisme exitotoxicity ini akan menimbulkan pelepasan glutamat secara
berlebihan dan rangsangan terhadap reseptor N-methyl d-aspartat (NMDA)
meningkat yang akan mengakibatkan bertambahnya influks Ca.
14
Blok 24
Tutorial L8
Skenario C
GEJALA KLINIS
Gejala klinis Sindrom Parkinson berkaitan dengan menurunnya aktifitas
neurotransmitter dopamin di ganglia basalis. Mungkin terdapat kegagalan pelepasan
dopamin dari akson nigro-striatal, sehingga output yang berkurang dari akson ini atau
kegagalan pengikatan dopamin oleh reseptor dopaminergik di ganglia basalis sehingga
timbul gejala-gejala Sindrom Parkinson.
Adapun gejala klinis Sindrom parkinson adalah:18
Gejala Utama:
1. Tremor
Tremor biasanya dimulai dari bagian distal lengan sesisis berupa gerakan oposisi
berulang ibu jari dan telunjuk yang bersifat ritmis, kasar dengan frekuensi 3-5
x/detik yang disebut juga tremor pill rolling. Tremor timbul saat istirahat (resting
15
Blok 24
Tutorial L8
Skenario C
tremor) atau bertahan pada posisi tertentu (postural), tremor di lengan bertambah
hebat saat berjalan, stres dan ansietas dan menghilang pada saat aktivitas atau tidur.
Beberapa tahun kemudian tremor menyebar ke arah proksimal dan mulai
melibatkan tungkai dan pada akhirnya ke sisi kontralateral dan mengenai wajah,
lidah, dagu (jarang)
2. Rigiditas
Kekakuan pada otot terjadi karena peningkatan tonus otot mengenai semua
kelompok otot-otot aksial dan tungkai, fleksor dan ekstensor. Dengan gerakan pasif
terasa tahanan merata dari otot dalam seluruh ROM (Range of Motion) baik pada
saat fleksi maupun ekstensi. Tahanan dari otot dapat mulus (lead pipe) atau yang
terputus-putus
(cogwheel
menggerakkan
ekstremitas
phenomen).
Rigiditas
kontralateral.
akan
Rigiditas
meningkat
pada
kedua
dengan
tungkai
16
Blok 24
Tutorial L8
Skenario C
2. Otonom
3. Mental
: depresi, demensia
4. lain-lain
PERJALANAN PENYAKIT
Perjalanan penyakit diukur sesuai dengan pentahapan menurut Hoehn dan Yahr (Hoehn
and Yahr Staging of parkinsons Disease):10
1. Stadium I
2. Stadium II
3. Stadium III
Disfungsi umum/sedang
17
Blok 24
Tutorial L8
Skenario C
4. Stadium IV
5. Stadium V
Kecacatan total
DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik (kriteria Hughes)
1. Possible
Terdapat salah satu dari gejala utama:
Tremor istirahat
Rigiditas
Bradikinesia
2. Probable
Bila terdapat kombinasi dua gejala utama (termasuk kegagalan refleks postural)
atau satu dari tiga gejala pertama yang tidak simetris (dua dari empat tanda
motorik)
3. Definite
Bila terdapat kombinasi tiga dari empat gejala atau dua gejala dengan satu gejala
lain yang tidak simetris (tiga tanda kardinal).
18
Blok 24
Tutorial L8
Skenario C
Bila semua tanda tidak jelas sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulangan beberapa
bulan kemudian.
Tanda khusus
Meyersons sign:
Tidak dapat mencegah mata berkedip-kedip bila daerah glabela diketuk berulang
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pengobatan penyakit parkinson meliputi pengobatan secara
medikamentosa dan penanganan rehabilitasi.12
Untuk terapi medikamentosa strategi penatalaksanaannya adalah:
1. Terapi simtomatik
a. Terapi simtomatik medik
agonis
dopamin
(bromokriptin,
pramipexole,
2. Neuroproteksi
a. Levodopa
b. Koensim Q10
c. Rasagilline
3. Neurorestorasi
19
Blok 24
Tutorial L8
Skenario C
a. Tranplantasi
b. Infus GDNF
20
Blok 24
Tutorial L8
Skenario C
Sakit ringan dan rasa kesemutan sering timbul pada penderita parkinson. Nyeri
yang terus-menerus sering timbul walupun jarang. Intrumen yang sering digunakan
termasuk The McGill pain questionaire dan Visual analoque Scale.
e. Fungsi penglihatan
Penilaian penglihatan harus termasuk di dalamnya ketajaman penglihatan,
akomodasi, adaptasi terhadap cahaya terang dan gelap dan persepsi dalam.
Perubahan pada penglihatan sesuai denagn usia seperti ketajaman penglihatan,
adaptasi cahaya yang kurang dan hilangnya diskriminasi warna
f. Lingkup gerak sendi
Penilaian lingkup gerak sendi muskuloskeletal beserta fleksibilitasnya merupakan
hal yang sangat penting. Pasien parkinson biasanya mengalami keterbatasan pada
sendi panggul dan ekstensi lutut, dorsifleksi, fleksi bahu, ekstensi siku, ekstensi
leher dan tulang belakang. Semua segmen tulang belakang harus dinilai termasuk
segmen servikal, thoraks, dan abdominal.
g. Postur
Penilaian posisi istirahat dan perubahan posisi dilakukan pada saat ada gerakan.
Terapis dapat menggunakan plumb lines, foto atau video untuk melihat perubahan
yang ada. Pasien dengan Parkinson memiliki postur tubuh fleksi dengan pusat
massa tubuh berpindah ke depan. Mobilitas dari tulang belakang dinilai pada saat
gerakan sedang berlangsung seperti melihat ke belakang dan berjalan.
h. Gambaran otot
Yang dinilai adalah kekuatan dan ketahanan otot dengan menggunakan Manual
Muscle Testing (MMT).
i. Fungsi motorik
Yang dinilai terutama tanda-tanda ganglia basalis:
Rigiditas
Distribusi rigiditas sering tidak sejalan. Perubahan tonus pada leher dan
bahu menandakan penyakitnya masih baru, sedangkan pada tulang belakang
dan ekstremitas menandakan progresivitas penyakitnya telah berlanjut.
21
Blok 24
Tutorial L8
Skenario C
Otot-otot wajah yang kaku seperti topeng (mask fase) dan mimik yang
kurang terlihat pada saat penderita di suruh tersenyum.
Bradikinesia
Timed Test
Tremor
Lokasi, jenis pengulangan dan beratnya tremor (amplitudo) dicatat. Terapis
harus dapat membedakan tremor yang timbul pada saat istrirahat atau
tremor yang timbul pada saat aktivitas. Kemampuan fungsional seperti
menulis, makan, dan berpakaian agak terpengaruh akibat efek dari tremor.
Instabilitas postural
Macam-macam tes dapat digunakan dalam menilai keseimbangan. Tes
fungsional untuk keseimbangan sering dilakukan pada usia tua dan
berhubungan dengan frekuensi jatuh. Berg Balance Scale juga digunakan
pada individu yang memiliki problema pada posisi berdiri. Timed up and
Go Test sering digunakan pada pasien parkinson karena lebih mudah
dilakukan, dimana
Blok 24
Tutorial L8
Skenario C
l. Perubahan autonomik
Terapis harus dapat mendiagnosa adanya disfungsi otonom. Air liur yang menetes
atau berkeringat, kulit yang lembab dan ketidaknormalan pada regulasi suhu tubuh
dicatat.
m. Fungsi kardiorespirasi
Penilaian pada fungsi respirasi termasuk inspeksi rongga dada, mobilitas dinding
dada. Jenis pernapasan dan posisi tubuh saat bernapas juga harus diperhatikan.
Untuk fungsi paru dapat digunakan spirometer. Juga dinilai tanda-tanda vital seperti
denyut jantung, tekanan darah, dan respirasi.
n. Integritas kulit
Terapis harus dapat menilai area-area penekanan pada kulit, terutama pada
penderita yang tidak mobile. Sering digunakan alat-alat khusus dalam mencegah
terjadinya lecet pada kulit
o. Status fungsional
Penilaian status fungsional sering dilakukan oleh seorang okupasi terapis dimana
pasien parkinson dengan segala keterbatasannya diusahakan agar dapat semandiri
mungkin. Pemakaian alat bantu disesuaikan dengan masalah yang timbul. Pasien
dengan penyakit parkinson sering mengalami kesulitan dalam hal rotasi, seperti
berputar atau berbalik di tempat tidur atau bangun tidur, berdiri, berjalan, dan
keterampilan motorik halus seperti makan atau berpakaian.
p. Penilaian kesehatan secara umum
Dimana termasuk penilaian kemampuan aktivitas rutin setiap hari dan kualitas
hidup (misalnya fungsi fisik dan sosial, vitalitas, emosional, dan lain-lain).
Biasanya dengan menggunakan Sickness Impact Profile.
q. Penilaian khusus untuk parkinson
Disini dinilai progresifitas dari penyakit dan hasil akhirnya, dimana selalu berubah
setiap saat. Yang sering dipakai adalah Unified Parkinsons Disease Rating Scale
dimana dibagi atas 3 bagian yaitu status mental, aktivitas sehari-hari dan skala
motorik. Setiap bagian diberi skala antara 0 sampai 4 dimana angka 0 lebih ke arah
normal dan angka 4 lebih ke arah yang berat.
23
Blok 24
Tutorial L8
Skenario C
Tujuan yang ingin dicapai sebagai hasil akhir pasien dengan penyakit parkinson
meliputi:
1. Kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dapat meningkat
2. Peningkatan penampilan fisik terutama dalam pekerjaan, rekreasi atau
aktivitas lainnya.
3. Pengurangan disabilitas yang berhubungan dengan penyakit parkinson.
4. Perawatan yang terkoordinasi antara pasien, keluarga dan dokter atau
profesionalis yang lain
5. Bertingkah laku yang baik dalam menjalani proses perawatan seperti
kebiasaan meminum obat teratur, diet dan pencegahan terhadap efek
samping ataupun progresivitas dari penyakit.
6. Penurunan intensitas ketergantungan perawatan
7. Resiko dari kerusakan sekunder dapat dikurangi
8. Mempertahankan integritas dan mobilitas sendi
9. Peningkatan dalam kekuatan dan ketahanan otot
10. Peningkatan kontrol postural
11. Peningkatan fungsi motorik
12. Peningkatan dalam gait dan keseimbangan
13. Peningkatan dalam kapasitas aerobik dan ketahanannya
14. Peningkatan dalam hal keamanan baik bagi pasien, keluarga, dan lain-lain
15. Pengetahuan tentang diagnosis, prognosis, tujuan serta intervensi terapi
dapat meningkat
16. Tingkatan stres dapat menurun
Latihan sikap
Umumnya
penderita
parkinson mempunyai
Cara jalan
24
Blok 24
Tutorial L8
Skenario C
Latihan wicara
Gangguan bicara pada penderita parkinson biasanya berupa gangguan
artikulasi yang kurang jelas, bicara mendatar dan volume suara menurun.
Otot-otot untuk berbicara kurang terampil oleh karena kekakuan. Latihan
diberikan oleh speech terapi mulai dari latihan pernapasan, ritme
pernapasan sampai pada latihan artikulasinya
Peran psikolog
Pada parkinson, depresi timbul sebagai bagian dari penyakitnya atau gejala
akibat penyakitnya. Peran psikolog memberikan petunjuk atau motivasi
yang baik untuk penderita maupun keluarganya
Daftar Pustaka
1.
Martono H., Soetedjo. Gangguan Neurologik Pada Usia Lanjut. Dalam: Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut). Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI;. 1999: 419-23.
2.
Umphred D.A. Parkinsons Disease. In: Neurological Rehabilitation. 3th Ed. Boston: Mosby; 1995: 61525.
3.
Communications; 1999.
25
Blok 24
4.
Tutorial L8
Skenario C
Francisco GE, Kothari S, Schiess MC, Kaldis T. Rehabilitation of Persons with Parkinsons Disease and
Other Movement Disorders. In : DeLisa. Physical Medicine & Rehabilitation Principles and Practice 4 th
Edition; 2005: 809-19.
5.
6.
Ilyas E. Program Rehabilitasi pada Parkinson. Dalam: Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Tahunan II
PERDOSRI. Bandung; 2003:69-76.
7.
Watts RL, Koller WC. Clinical Manifestations of Parkinsons Disease, In: Movement Disorders
Neurologic Principles and Practice, McGraw-Hill; 1997: 183-97.
8.
Gamble GL. Parkinsonism. In : Sinaki M. Basic Clinical Rehabilitation Medicine, Mosby; 1993 : 16474.
26