Proposal Bisnis Factory Recondition
Proposal Bisnis Factory Recondition
I. Pendahuluan
Maraknya penjualan sepeda motor dan persaingan di bidang leasing sepeda motor dengan DP ringan dan
terjangkau memicu meningkatnya jumlah motor tarikan. Pada saat ini berdasarkan pemantauan terjadi
cukup banyak motor second yang masih menumpuk di beberapa perusahaan. Sebagai contoh di salah satu
leasing terkemuka di Indonesia terdapat sekitar 6000 unit motor tarikan yang belum dijual. Di salah satu
pabrik sepeda motor China yang memiliki leasing sendiri terdapat sekitar 600 lebih sepeda motor tarikan
yang juga masih belum dijual. Alasan belum terjualnya motor-motor second tersebut mungkin saja adalah
karena untuk menjaga harga jual second sepeda motor bersangkutan. Juga bisa dikarenakan untuk menjaga
volume penjualan motor baru agar tidak disaingi oleh motor second dengan merk yang sama. Akan tetapi
hal yang paling masuk akal adalah karena harga jual motor tersebut yang akan sangat merugikan bagi
leasing maupun pihak yang memilikinya. Hal ini akan berpengaruh pada laporan keuangan leasing tersebut
sehingga mereka lebih memilih untuk menyimpan dahulu. Akan tetapi satu hal yang pasti adalah jumlah
motor tarikan tersebut sangat banyak sehingga terbuka sebuah peluang bisnis yaitu recondition sepeda
motor.
II. Latar Belakang Ide
Biasanya bagi mereka yang memiliki sepeda motor tarikan namun tidak memiliki divisi repair atau
recondition sendiri akan menyerahkan hal ini kepada bengkel-bengkel umum partner mereka. Karena
kondisi sepeda motor tarikan cukup banyak yang parah, biasanya hanya sebagian yang dijual dengan
dicampur dengan sepeda motor tarikan yang cukup baik ataupun dengan sepeda motor yang sudah
direcondition. Sistem penjualan ini diistilahkan dengan sistem partai / lot.
Sepeda motor tarikan tersebut kemudian dibeli oleh para pedagang motor second dengan harga yang relatif
murah untuk dijual kembali. Kebiasaan yang terjadi adalah sepeda motor dikelompokan dalam lot-lot dan
para pembeli mengajukan harga dengan tidak diperbolehkan untuk memilih barang. Yang bisa mereka pilih
adalah partai mana yang hendak mereka beli. Dalam satu partai / lot, tercampur sepeda motor yang sudah
siap jual dengan sepeda motor yang harus direcondition. Harga setiap partai dengan jumlah unit yang sama
pun kadang kala berbeda-beda tergantung kondisi unit yang ada. Setelah dibeli sepeda motor kemudian
dijual dengan mungkin terlebih dahulu dimanfaatkan sparepartsnya dengan system kanibal atau
direcondition. Pekerjaan ini biasanya diserahkan kepada divisi repair/recondition jika memiliki divisi
recondition sendiri atau diserahkan kepada bengkel umum partner pedagang motor second tersebut. Jumlah
satu partai bervariasi antara 5 s/d 100 unit per partai.
Karena biasanya kapasitas output dari bengkel umum dalam menangani kasus-kasus perbaikan berat
terbatas baik dari segi jumlah SDM maupun skill dari SDM maka biasanya biayanya cukup tinggi dan
outputnya tidak besar. Jika sebuah unit dianggap tidak ekonomis untuk diperbaiki, mungkin akan diperbaiki
seadanya dan dijual dengan harga yang seadanya pula.
Tingginya biaya recondition selain dikarenakan output dari bengkel umum yang rendah juga karena biaya
spareparts yang cukup tinggi. Bertolak dari hal-hal tersebut di atas maka tercetus ide untuk melakukan
bisnis Factory Recondition.
Inti dari ide ini adalah dengan menyiapkan output yang cukup besar dan dengan penanganan yang
profesional dengan sistem pabrik untuk menghasilkan output yang efisien dan menekan biaya, baik jasa
perbaikan maupun biaya spareparts, guna memenuhi kebutuhan pedagang motor second untuk
merecondition sepeda motor dengan biaya serendah mungkin.
3. Overhole
Dengan biaya Rp. 40.000,- / unit
4. Body Recondition (Repair / Repainting)
Tergantung scope pekerjaan yang dilakukan
5. Spareparts
Tergantung spareparts yang dipakai
(Kategori di atas adalah Paket Kualitatif, sedangkan Paket Ekonomis akan ditambahkan setelah standart
Paket Ekonomis selesai disepakati untuk diterapkan)
Selain jasa recondition juga akan dipertimbangkan untuk menerima jasa rakit / assembling.
VI. Metode Kerja Yang Akan Digunakan
Seperti telah disinggung di atas, metode kerja awal adalah dengan menggunakan sistem Fix Stand (bukan
Line / bukan Conveyor). Cara ini dianggap effiesien karena dapat menerima order dengan multi varian
dalam waktu yang bersamaan. Hal ini adalah karena pertimbangan pada saat awal usaha mulai dijalankan,
jumlah order masih belum memadai, sehingga harus menerima varian apapun yang dibutuhkan konsumen
dalam jumlah berapapun untuk keperluan agar perusahaan dapat sesegera mungkin beroperasi.
Standart yang digunakan mengacu pada standart pabrik dengan tujuan recondition unit. Standart pabrik yang
dimaksud juga termasuk pembelian spareparts dan penggunaan SDM untuk keperluar recondition. Seperti
yang dikenal luas, fabrikasi bertujuan menghasilkan secara masal dengan tujuan menekan biaya seminim
mungkin. Dengan mengacu pada sistem factory /pabrik, maka sistem pembayaran maupun kondisi-kondisi
lainnya hendaknya juga diperlakukan seperti layaknya sebuah pabrik pada umumnya (terutama untuk para
supplier).
VII.
Penutup
Pada intinya bisnis ini adalah penyedia jasa untuk menekan cost recondition dengan kualitas yang dapat
diterima pasar untuk membantu para pelaku bisnis motor second. Banyaknya jumlah motor tarikan dan
pelaku bisnis motor second adalah hal yang sangat menunjang untuk keberhasilan bisnis ini. Hal lain yang
juga baik untuk bisnis ini adalah persaingan yang semakin gencar antara ATPM dan Leasing Company
dengan menerbitkan paket DP murah.