Anda di halaman 1dari 4

Kesan pesan selama di Kebun Teh di PT.

Pagilaran (Batang, Pekalongan)


Selama satu hari aku bersama teman-teman geombang pertama pergi ke
Pagilaran. Setelah menempuh sekitar enam jam di dalam bis dengan tertidur
lelap akhirnya sampai juga di Pagilaran. Ketika kakiku pertama menginjak tanah
Pagilaran, aku kaget bukan kepalang. Brrrrr dingin sekali rasanya udara disana.
Baru saja, keluar dari bis aku langsung bersin. Bagaimana tidak? Udaranya
berbanding terbalik dengan Jogjakarta. Jelas saja, karena Pagilaran kan ada di
dataran tinggi sekitar 1400 meter diatas permukaan laut sedangkan Jogja
merupakan dataran rendah. Aku lebih dikejutkan lagi ketika menyentuh air di bak
mandi, yang dinginnya seperti air es yang baru keluar dari freezer.
Begitu sampai di wisma, sudah disediakan teh dan gula. Karena saking
dinginnya, teman-teman di wismaku pada mengantri untuk mengambil teh.
Slruup.. wah, enak banget ya tehnya. Kok rasanya belum pernah ngerasan teh
yang rasa dan aromanya seperti ini. Ya, jelas.. teh kualitas ekspor kok hehe.
Sesudah itu, langsung saja menempati kamar yang sudah ditentukan dan
akhirnya tidur pulas hingga pagi harinya.
Setelah cukup beristirahat di wisma yang disediakan panitia UGM, esok paginya
aku dan teman-teman bergegas ke aula untuk sarapan dan tentunya menerima
sambutan dari pihak PT. Pagilaran sendiri. Sarapannya enak, soto dan lengkap
dengan lauk-pauknya. Makan disana terjamin, pokoknya. Melalui penjelasan
singkat, kami jadi tahu betapa luasnya kebun teh yang dimiliki PT. Pagilaran ini
yang luasnya sekitas 1113 hektar. Dan itu belum terhitung dengan kebun
lainnya.
Perjalanan menyusuri kebun teh pun segera dimulai. Semua anak tak terkecuali
berjalan menaiki truk-truk yang sudah bertengger di tepi jalan. Truk-truk tersebut
mulai menancapkan gasnya dan membawa kami ke kebun teh sekitar 2
kilometer dari tempat kami berkumpul sebelumnya. Secara bergantian, setiap
kelompok diberi materi dengan 7 fokus materi yang berbeda-beda yaitu :
pengenalan kebun induk biji poloklonal,teknik pemetikan medium halus,
pembibitan dengan cara stek dan penanaman bibit dan Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT) yang terbagi menjadi : gulma, penyakit tanaman dan hama.
Menarik sekali ternyata teknik yang diterapkan di PT. Pagilaran itu, selain
merupakan mengekspor terbesar kedua di Indonesia, PT. Pagilaran menggunakan
pertanian organik sebagai dasar penanamannya. Pertanian organik yang
dimaksud adalah tidak digunakannya secara berlebihan bahan-bahan kimia
seperti pestisida dan pupuk kimia kepada perkebunan yang ditanam.
Ada yang unik pada sesi Kebun Induk Biji Poliklonal. Fungsi dari kebun ini yaitu
untuk perbanyakan tanaman dengan cara vegetatif. Kebun Induk Biji Poliklinal
yang memiliki luas sekitar 2,5 hektar ini masih dibagi-bagi lagi menjadi 7 kelopok
yang berbeda. Nama-nama kelompok tanaman yang diberikan berasal dari
nama-nama daerah di Jawa Barat. Misalnya S.A 40 diambil dari nama daerah
Suko Asih, CIN 143 dari nama daerah Cinyuruan dan ada S.K.M 188 yang diambil
dari daerah Suka Mandi. Menarik dan lucu juga ya. Hambatan kebun ini pada

hama yang menyerang tak kenal musim dan waktu, yaitu : semut, ulat dan
impuaska.
Disana, kami juga diperbolehkan praktik memetik secara langsung daun teh
dengan benar yang dijarkan oleh Pak Hri Susanto, Pak Towo dan Pak Sutrisno.
Pemetikan adalah pengambilan produksi atau panen yang hasilnya sesuai
dengan kebutuhan pasar dengan memperhitungan kesehatan tanaman. Teknik
pemetikan di PT.Pagilaran sendiri berbasis petikan medium halus. Yang dimaksud
medium halus yaitu pemetikan menggunakan rumus P+3 dan B+2 (1 pucuk
degan 3 lembaran) dan Dorman atau pucuk burung. Pemetikan biasa dilakukan
dengan alat-alat yang masih bersifat konvensional yaitu dengan menggunakan
stik dan keranjang. Stik digunakan sebagai tolak ukur tinggi dan rata pucuk.
Setelah stik diletakkan di atas tanaman teh, nantinya dilakukan krogoh aitu
memetik tunas dibawah bidang ukur. Sedangkan keranjang dibutuhkan untuk
menampung pucuk agar tidak rusak.
Pemetikan juga dibagi menjadi dua cara, petik manual dan petik gunting.
Perbedaan pertama, yaitu petik manual dilakukan setiap 12-15 hari sedangkan
petik gunting dilakukan setiap 55-60 hari saja. Secara rinci pada petik gunting,
saat 45 hari muncul tunas kemudian 60 hari dilakukan petik gunting. Perbedaan
lainnya yaitu terlihat pada tinggalannya. Petik manual menyisakan tinggalan
untuk dipetik minggu depannya lagi sedangkan petik gunting tidak
meninggalkan tinggalan karena dipangkas semua. Selain itu, meskipun pada
petik gunting teknik pemetikan sama, namun harus diberihkan karena, kan
semua tanamannya dipangkas habis.
Selain itu, aku baru pertama kali melihat secara langsung bibit-bibit teh yang
ditanam di polybag dan disusun secara rapi di sebuah tempat dan dibagi-bagi
menurut umur. Bibit-bibitnya berukuran kurang dari satu lenganku (jelaslah) jadi
sangat mungil. Selanjutnya aku dan teman-teman menuju ke sesi penanaman.
Pengetahuanku mengenai pertanian masih baru kusadari ternyata begitu
dangkal setelah aku pergi ke kebun teh di Pagilaran ini, petani Indonesia meang
harus kuakui cerdas-cerdas semua. Begitupun pengetahuanku tantang cara
menanam yang dilakukan di bulan-bulan basah atau pada musim hujan.
Penamanam diawali dengan persiapan lahan. Lahan bisa berjenis Double Row
dan Single Row. Jenis lahan ini dibagi berdasarkan jarak penanaman tanaman per
barisnya. Alasan lahan ini dibagi menjadi beberapa jenis karena diharapkan agar
1 hektar tanahnya dapat ditanami sebanyak 10.000 tanaman.
Baru pertama kali juga melihat secara langsung tanaman teh yang terkena OPT
yang diberi bendera berbeda-beda berdasarkan penyakit yang menjangkitinya.
Misalnya, bendera merah ditancapkan di daerah tanaman yang terkena penyakit
impuaska, bendera hijau untuk tanaman yang terkena myle dan bendera putih
untuk tanaman yang terkena penyakit cacar. Sebelumnya aku belum tahu apa
itu impuaska. Ternyata impuaska adalah hama yang menyerang pada musim
kemarau, hama impuaska menyerang dengan menghisap cairan pada pucuk teh.
Penyakit yang sering terjadi pada tanaman yaitu cacar daun. Baru kali ini tahu
juga, ternyata cacar juga tidak hanya dialami oleh manusia, namun tumbuhan

juga bisa mengalami cacar daun. Cacar daun biasanya terjadi di musim hujanndi
daerah yang lempang (curam). Ciri-ciri tanaman yang yang terkena cacar yaitu
daunnya mengalami penggelumbungan, awalnya berwana hijau berubah
menjadi keputih-putihan kemudian berubah menjadi hitam dan akhirnya rontok.
Bapak pematerinya memberi tahu kami cara pengobatannya. Cara
pengobatannya sendiri ada dua yaitu : dibuat pohon pelindung (penjarahan)
sehingga sinar matahari dapat masuk dan yang kedua dilakukan penyemprotan
secara berkala oleh tujuh orang, yaitu pada saat gilir semprot dan gilir petik.
Cairan yang disemprotkan sendiri terdiri fungisida dua gram ditambah pupuk
daun yang dibuat sendiri yang bertujuan untuk merangsang tumbuhnya pucuk.
Di sesi Stek Sambung, diajari cara stek sambung bibit tanaman kopi dan stek
sambung kina dengan benar tanpa merusak lingkungan sekitar. Pada kopi, stek
sambung ada dua jenis. Yaitu stek sambung batang (cara generatif)
menggunakan tunas kopi dan stek sambung akar. Kok bisa ya disebut stek
sambung tanpa merusak lingkungan sekitar? Tentu bisa, karena di PT. Pagilaran
ini tali pengikat menggunakan tali plastik atau yang lebih bagus dengan parafilm
dan kadang-kadang juga menggunakan alang-alang. Sedangkan pada bibit kina
hanya menggunakan teknik stek sambung kina karena dianggap merupakan
cara perbanyakan yang efektif bagi bibit kina.
Yang menarik dari tanaman kina, yaitu pada kulitnya. Disini aku baru tahu kalau
kulit kina dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit malaria, sebagai
bahan dasar pembuat obat nyamuk bakar dan untuk gambir (bumbu sirih).
Penyakit yang sering terjadi pada tanaman kina yaitu penyakit akar dan kendala
yang dialami petani kina ada pada hama, hama dominan yang sering merusak
kina adalah ulat. Kina tumbuh subur di permukaan 1000 meter diatas permukaan
laut.
Pada teknik pemupukannya, tidak jauh berbeda dengan pemupukan pada
umumnya. Yaitu lebih menggunakan pupuk organik namun kadang juga
menggunakan pupuk kimia dan juga pupuk kompos. Pupuk organik yang
digunakan disini adalah pupuk NPK dengan rasio dosis N : P : K yaitu 6 : 2 : 1.
Pemupukan di PT. Pagilaran dilakukan tiap tahun, setiap tahunnya dilakukan 1
sampai 3 kali. Namun sebelumn dipupuk, dilakukan pembersihan gulma terlebih
dahulu. Dosis pupuk yang diberikan pada tanaman dewasa atau TM (Tanaman
Menghasilkan) sebanyak 45 gram, sedangkan untuk TBM (Tanaman Belum
Menghasilkan) diberikan dosis setengahnya. Pupuk kompok juga digunakan
namun hanya pada bulan-bulan awal (biasanya Februari), itupun hanya dilakukan
kepada tanaman kurang sehat. Yang membuat pupuk kompos di PT. Pagilaran ini
tidak biasa adalah karena berbahan dari sampah warga dicampur dengan
kotoran sapi dan debu teh. Tujuan pengkomposan yaitu untuk meningkatkan
hasil produksi.
Capek banget yaaa ternyata naik-turun kebun teh?? Walaupun diberikan
panorama yang tak kalah elok pula. Akhirnya kami menuju sesi terakhir yang
berada di tempat yang paling atas. Sedikit usaha lagi, sedikit langkah lagi, ayo
semangat ya teman-teman. Sesi terakhir yaitu pada pemangkasan yang

disampaikan Pak Suwarno. Bapak ini banyak menceritakan keluarganya pada


awalnya. Setelah selesai, beliau baru memasuki materi pemangkasan.
Pemangkasan sendiri mempunyai tujuan yang penting, salah satunya adalah
agar tanaman teh tidak tumbuh terlalu tinggi. Pemangkasan dilakukan 4 tahun
sekali. Setelah pemangkasan dilakukan kerik lumut dan kemudian kubur ranggas
lalu terakhir dilakukan garpu (penggemburan). Ada 4 tipe pangkasan di PT.
Pagilaran yang dibagi berdasarkan cara pemangkasannya, yaitu: Pangkasan
Bersih, Pangkasan Ajir, Pangkasan Kepris dan Pangkasan Rejofinansi.
Malam harinya, diadakan diskusi gitu dengan Bapak Direktur Utama PT.
Pagilaran, Bapak Dr. Ir. Rachmad Gunawan yang juga merupakan alumnus UGM
jurusan HPT (sama kaya aku, hehe). Bapaknya menjelaskan bahwa PT. Pagilaran
dimiliki 100% oleh UGM. Walaupun dulunya pernah ditarik menjadi milik
pemerintah karena ada peraturan bahwa universitas tidak boleh mengelola
perusahaan. Namun akhirnya diambil oleh yayasan faperta UGM hingga
sekarang, sehingga PT. Pagilaran juga bertumpu pada Tri Dharma UGM Faperta.
Kendala PT. Pagilaran berada pada usia pegawaina yang sudah berumur lebih
dari 65 tahun, regenerasinya kurang. Motto dari PT. Pagilaran sendiri yaitu Food
not only for for live, but for a better life. Sekian curhatan saya selama di Kebun
Teh milik PT. Pagilaran. Semoga dapat menginspirasi banyak orang. Aamiin
Oleh : Zaharul Luthfi Zakiyah (13960/HPT)

Anda mungkin juga menyukai