KEPEDULIAN SOSIAL
:: :
:
: :
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
: :
:
:
:
:
:
:
:
:
: :
:
:
:
:
: : : :
:
:
:
: :
:
:
: : : :
:
:
: : :
:
:
:
( :
:) :. :
:
:
:
:
:
: :
Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa
melepaskan kesusahan seorang Mukmin dari kesusahan dunia, Allah akan
melepaskan kesusahannya pada hari kiamat. Dan barang siapa yang
memudahkan seorang yang mendapat kesusahan, Allah akan memudahkan
urusannya di dunia dan akhirat. Dan barang siapa menutupi (aib) seorang
Muslim, Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan akhirat. Dan Allah
senantiasa menolong hamba-Nya selama ia menolong saudaranya. (Riwayat
Muslim).2
Penjelasan Hadis
Pahala yang akan diterima oleh seseorang di akhirat kelak merupakan
ganjaran dari apa yang dilakukannya selama hidup di dunia, bahkan dia akan
memperoleh pahala yang lebih besar dari apa yang diamalkannya ketika di
dunia. Apalagi jika amalannya di dunia itu adalah meringankan kesusahan
saudaranya sesama Muslim dan merahasiakan aibnya.3
Hadis ini mengajarkan kita untuk selalu memperhatikan sesama Muslim
dan memberikan pertolongan jika seseorang mendapatkan kesulitan.
Seseorang baru dapat meringankan atau bahkan melepaskan kesulitan orang
lain setelah ia memperhatikan kesulitan orang itu. Seorang Muslim yang ingin
ditolong oleh Allah harus berusaha semampunya untuk menolong saudaranya
yang sedang dalam kesulitan.4
Adapun yang terkandung dalam Hadis di atas, antara lain:
a. Melepaskan berbagai kesusahan orang Mukmin
Melepaskan kesusahan orang lain sangat luas maknanya, bergantung
pada kesusahan yang sedang diderita oleh saudaranya seiman tersebut.
Jika saudaranya termasuk orang yang miskin, sedangkan dia sendiri
termasuk orang yang berkecukupan atau kaya, dia harus berusaha
menolong saudaranya itu dengan cara memberikan pekerjaan atau
memberikan bantuan sesuai kemampuannya.
Jika kesusahan saudaranya itu adalah karena kezhaliman orang
kepadanya, maka dia harus berusaha menolong saudaranya itu dengan cara
dengan cara menghilangkan kesusahan itu dari saudaranya, sekurangkurangnya meringankan kesusahannya.5
Jika kesusahan saudaranya itu adalah karena penyakit yang
menimpanya, maka dia harus menolong saudaranya itu dengan cara
3 :Abu Abdullah bin Abd Al-Salam Allusy, Ibanatul Ahkam Syarah Bulugh AlMaram, (Kuala Lumpur: Al-Hidayah Publication, 2010), hal 465
4 :Rachmat Syafei, Al-Hadis (Aqidah, Akhlaq, Sosial dan Hukum), (Bandung:
Pustaka Setia, 2000), hal 252
5 :Abubakar Muhammad, Terjemahan Subulussalam, (Surabaya: Al-Ikhlas,
1996), hal 719
memberikan obat, jika obat itu ada. Atau dengan membawanya ke doketr
yang akan mengobatinya.
Jika kesusahannya saudaranya itu adalah karena diililit hutang, maka
dia harus berusaha menolong saudaranya mencarikan jalan keluar, baik
dengan cara memberikan bantuan agar hutangnya cepat dilunasi, maupun
sekedar memberikan arahan-arahan yang bisa membantu saudaranya itu
dalam mengatasi hutangnya.6
Orang Muslim yang membantu meringankan atau melonggarkan
kesusahan saudaranya seiman berarti telah menolong hamba Allah yang
disayangi-Nya dan juga telah menolong agama Allah, niscaya Allah-pun
akan memberikan pertolongan serta menyelamatkannya dari berbagai
kesusahan di dunia dan akhirat, sebagaimana Firman Allah dalam Q.S
Muhammad ayat 7 :
: :
:. :. :. : :
:
: :
: :
: : :
:: :
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
: :
:
:
:
: :
:
:
:
:( : : :) :. :
Orang yang meberi kelonggaran kepada orang yang dalam kesulitan, niscaya
Allah akan memberi kelonggaran kepada orang tersebut di dunia dan akhirat.
Dan orang yang menutupi aib seorang Mukmin, niscaya Allah akan menutupi
orang tersebut dari aib dan azab di dunia dan akhirat.
Ketiga ungkapan tersebut, pada intinya adalah anjuran kepada setiap
orang beriman agar mau memperhatikan dan saling tolong menolong, maka
Allah akan membalasnya dengan yang lebih baik.11
Dari penjelasan Hadis di atas, pemakalah menyimpulkan bahwa Allah
akan membalas semua amalan hamba-Nya sesuai dengan amalan hamba-Nya
itu. Seorang Mukmin yang melepaskan kesusahan saudaranya, Allah juga
akan melepaskan kesusahannya. Seorang Mukmin yang memberikan
9 Ibid.
10 Ibn Hajar Al-Asqalani, Op. Cit.
11 Rachmat Syafei, Op. Cit., hal 259
:: :
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
: :
:
:: :
:
:
:
:
:
:
: :
: : :
:
: :
:
:
:
:
:
:
:
:
: :
:
:
:
:
:
:
:
: :
:
: : : : : : : : : :) :.
(
12 :Abdul Qadir Ahmad Atha, Adabun Nabi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002),
hal 64
:: :
:
:
:
:
:
:
:
:
: :
: :
: :
:
: :
: :
:
:
:
:
:
:
( : ):. :
:
anggota badan yang satu sama lain saling membutuhkan, merasakan dan tidak
dapat dipisahkan. Jika salah satu anggoota badan sakit, maka anggota badan
lainnya akan ikut sakit.
Islam telah mensyariatkan agar antara sesama Muslim sebagai orangorang yang saling bersaudara mempunyai kewajiban untuk saling menolong ,
terutama dalam hal melakukan kebaikan dan taqwa. Pertolongan tidak hanya
terbatas kepada hal yang bersifat fisik, memberikan saran dan membantu
memecahkan persoalan melalui nasehat dan solusi juga merupakan
pertolongan.
Yang paling penting dalam melakukan perbuatan yang dianjurkan
syara, seperti menolong dan meringankan beban penderitaan orang lain
adalah tidak mengharapkan pamrih atau upah tertentu dari orang yang
ditolong, melainkan ikhlas semata-mata didasari rasa iman dan mencapai
ridho-Nya.
Jika semua semua umat Islam mau membudayakan tolong menolong,
alangkah indahnya Ukhuwah Islamiyah dan masyarakat Islam yang
mengantarkan manusia seluruhnya dalam kebahagiaan, serta tatanan sosial
yang semulanya tidak seimbang akan menjadi seimbang karena banyak yang
sadar akan pentingnya peduli terhadap sesama Muslim. Ketentraman pun
akan dapat diciptakan jika masing-masing golongan saling memperhatikan
dan menolong satu sama lain, sehingga kesejahteraan tidak hanya pada satu
golongan saja. Rasa sejahteralah yang merupakan benteng utama menghindari
perpecahan dan berbagai penyakit sosial yang ada di masyarakat.15
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, pemakalah menyimpulkan:
1. Kepedulian sosial termasuk dalam ibadah jika dilaksanakan dengan tujuan
kebaikan. Kepedulian sosial dapat diartikan sebagai sikap memperhatikan
urusan orang lain (sesama anggota masyarakat).
2. Pada hadis pertama, kita dituntut untuk selalu memperhatikan sesama Muslim
dan memberikan pertolongan jika seseorang mendapatkan kesulitan.
Seseorang baru dapat meringankan atau bahkan melepaskan kesulitan orang
lain setelah ia memperhatikan kesulitan orang itu.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Asqalani, Ibn Hajar. 2010. Bulughul Maram. Bandung: Mizan Pustaka
Allusy, Abu Abdullah bin Abd Al-Salam. 2010. Ibanatul Ahkam Syarah Bulugh
Al-Maram. Kuala Lumpur: Al-Hidayah Publication
Muhammad, Abubakar. 1996. Terjemahan Subulussalam. Surabaya: Al-Ikhlas
Atha, Abdul Qadir Ahmad. 2002. Adabun Nabi. Jakarta: Pustaka Azzam
Baqi, Muhammad Fuad Abdul. 1995. Al-Lulu Wal Marjan. Surabaya: Bina Ilmu
Aziz, Abdul. 2003. Al-Hadist (Akidah, Akhlak, Sosial dan Hukum). Bandung:
Pustaka Setia
Rifai, Muhammad. 1985. Akhlaq Seorang Muslim. Semarang: CV. Wicaksana
Syafei, Rachmat. 2000. Al-Hadis (Aqidah, Akhlaq, Sosial dan Hukum). Bandung:
Pustaka Setia