Istilah perubahan iklim sering digunakan secara tertukar dengan istilah pemanasan global,
padahal fenomena pemanasan global hanya merupakan bagian dari perubahan iklim, karena
parameter iklim tidak hanya temperatur saja, melainkan ada parameter lain yang terkait
seperti presipitasi, kondisi awan, angin, maupun radiasi matahari. Pemanasan global
merupakan peningkatan rata-rata temperatur atmosfer yang dekat dengan permukaan bumi
dan di troposfer, yang dapat berkontribusi pada perubahan pola iklim global. Pemanasan
global terjadi sebagai akibat meningkatnya jumlah emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di
atmosfer. Naiknya intensitas efek rumah kaca yang terjadi karena adanya gas dalam atmosfer
yang menyerap sinar panas yaitu sinar infra merah yang dipancarkan oleh bumi menjadikan
perubahan iklim global (Budianto, 2000).
Meskipun pemanasan global hanya merupakan 1 bagian dalam fenomena perubahan iklim,
namun pemanasan global menjadi hal yang penting untuk dikaji. Hal tersebut karena
perubahan temperatur akan memperikan dampak yang signifikan terhadap aktivitas manusia.
Perubahan temperatur bumi dapat mengubah kondisi lingkungan yang pada tahap selanjutkan
akan berdampak pada tempat dimana kita dapat hidup, apa tumbuhan yang kita makan dapat
tumbuh, bagaimana dan dimana kita dapat menanam bahan makanan, dan organisme apa
yang dapat mengancam. Ini artinya bahwa pemanasan global akan mengancam kehidupan
manusia secara menyeluruh.
Studi perubahan iklim melibatkan analisis iklim masa lalu, kondisi iklim saat ini, dan
estimasi kemungkinan iklim di masa yang akan datang (beberapa dekade atau abad ke
depan). Hal ini tidak terlepas juga dari interaksi dinamis antara sejumlah komponen sistem
iklim seperti atmosfer, hidrofer (terutama lautan dan sungai), kriosfer, terestrial dan biosfer,
dan pedosfer. Dengan demikian, dalam studi-studi mengenai perubahan iklim dibutuhkan
penilaian yang terintegrasi terhadap sistem iklim atau sistem bumi.
B. Aktivitas yang Mempengaruhi Keanekaragaman Hayati
Manusia adalah makhluk hidup, sama dengan makhluk hidup yang lain. Oleh karena itu, manusia
juga berinteraksi dengan alam sekitarnya. Manusia mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi alam sekitarnya karena manusia merupakan makhluk yang memiliki kelebihan
akal dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Di dalam ekosistem, manusia merupakan bagian yang paling dominan, karena dapat berbuat apa
saja terhadap ekosistem. Akan tetapi, perlu diingat bahwa kelangsungan hidup manusia juga
bergantung dari kelestarian ekosistem tempat manusia hidup. Kelestarian berarti juga terjaganya
keanekaragaman hayati (biodiversitas). Pemanfataan sumber daya alam secara berlebihan dapat
mengakibatkan berkurangnya keanekaragaman hayati atau bahkan terjadi kepunahan jenis
tersebut. Pengaruh manusia terhadap lingkungan dapat mengakibatkan dua kemungkinan, yaitu
alam menjadi rusak (deteriorasi) atau sebaliknya, yaitu alam tetap lestari.
1. Kegiatan Manusia yang Dapat Menurunkan Keanekaragaman Hayati
Penebangan hutan, hutan dijadikan lahan pertanian atau pemukiman dan akhirnya
tumbuh menjadi perkotaan. Hal ini menyebabkan kerusakan habitat yang mengakibatkan
menurunnya keanekaragaman ekosistem, jenis, dan gen.
Polusi, bahan pencemar dapat membunuh mikroba, jamur, hewan, dan tumbuhan.
Introduksi spesies eksotik. Hal ini mengakibatkan spesies tertentu menjadi tersisihkan,
sehingga spesies tertentu tersebut jarang digunakan, yang akhirnya terlupakan.
Seleksi, adalah memilih sesuatu yang disukai menurut penilaian individu. Secara tidak
sengaja perilaku seleksi akan mempercepat kepunahan makhluk hidup. Misalnya, kita
sering hanya menanam tanaman yang kita anggap unggul, seperti jambu bangkok, jeruk
mandarin, dan mangga gedong. Sebaliknya, kita menghilangkan tanaman yang kita
anggap kurang unggul, contohnya, jeruk pacitan dan mangga curut.
Pemuliaan, yaitu usaha membuat varietas unggul dengan cara melakukan perkawinan
silang menghasilkan variasi baru (meningkatkan keanekaragaman gen).
Usaha manusia untuk mempertahankan keberadaan plasma nutfah yang dikenal sebagai
usaha pelestarian atau konservasi. Dilakukan melalui dua cara, yaitu: secara in-situ
(dilaksanakan di habitat aslinya) dan pelestarian secara ex-situ (dilaksanakan dengan
memindahkan individu yang dilestarikan dari tempat tumbuh aslinya dan dipelihara di
tempat lain).
Ketersediaan tempat tinggal yang kurang, akan mengakibatkan banyaknya perumahanperumahan liar yang sangat menganggu keindahan dan ketertiban di kota.
Pembatasan kelahiran bayi dengan program keluarga berencana melalui semboyan "vatus
warga". (Catur warga tediri bapak, ibu dan dua anak, laki-laki perempuan sama saja);
pembatasan usia perkawinan; pembatasan tunjangan anak bagi PNS; program pendidikan
formal di sekolah-sekolah maupun penyuluhan-penyuluhan yang berlangsung kepada
masyarakat.
D. LAHAN KRITIS
A. Definisi
Lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami kemerosotan kesuburannya atau lahan yang
dalam proses kemunduran kesuburan baik secara fisik maupun kimia dan biologi. Sehingga
lahan tersebut tidak dapat berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukkannya sebagai media
produksi maupun sebagai media tata air. Lahan kritis memiliki kondisi lingkungan yang sangat
beragam tergantung pada penyebab kerusakan lahan. Secara umum dapat dikatakan bahwa
kondisi lahan kritis menyebabkan tanaman tidak cukup mendapatkan air dan unsur hara, kondisi
fisik tanah yang tidak memungkinkan akar berkembang dan proses infiltrasi air hujan,
kandungan garam yang tinggi akibat akumulasi garam sekunder atau intrusi air laut yang
menyebabkan plasmolisis, atau tanaman keracunan oleh unsur toksik yang tinggi. Lahan kritis
ditandai oleh rusaknya struktur tanah, menurunnya kualitas dan kuantitas bahan organik,
defisiensi hara dan terganggunya siklus hidrologi, perlu direhabilitasi dan ditingkatkan
produktivitasnya agar lahan dapat kembali berfungsi sebagai suatu ekosistem yang baik atau
menghasilkan sesuatu yang bersifat ekonomis bagi manusia.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Erosi merupakan peristiwa pelepasan butiran tanah dan pengangkutan butiran tanah oleh air
dan angin. Erosi tanah mirip dengan merantau, hanya saja tanah yang merantau tidak pulang
atau kembali ketempat semula. Erosi yang tidak terkendali mengakibatkan; (a) Hilangnya
lapisan atas tanah; (b) Hanyutnya unsur hara tanah; (c) Terjadinya pendangkalan sungai,
waduk dan muara suangai; dan (d) Polusi lingkungan akibat bahan beracun yang
terakumulasi.
Modal yang kurang akan mempengaruhi kemampuan petani untuk membeli saprodi
usahataninya, terutama pupuk. Kurangnya pupuk yang diberikan maka akan terjadi pengurasan
hara setia panen. Hal ini akan mempercepat mundurnya kesuburan tanah, sehingga secara
perlahan-lahan akan menjadi kritis.
Ilmu/informasi yang kurang menyebabkan lahan dikelola secara tradisional atau seadanya,
sehingga produktivitas menjadi berkurang. Bahaya kemunduran kesuburan akan semakin
tinggi akibat kurang tepatnya pengelolaan tanah dan tanaman, terutama dalam usaha
menekan erosi dan pengembalian biomas/sisa tanaman.
Sosial/faktor dan status tanah yang komplek, kesadaran dan motivasi yang kurang juga akan
mempercepat lahan menjadi kritis. Tanah ulayat/tanah nagari sering tidak dikelola secara
baik. Ini disebabkan banyak hal, terutama kekurangan tenaga penggarap, sehingga lahan
tersebut dibiarkan terbuka. Belum adanya aturan yang jelas tentang pembagian hasil bila
seseorang menanam tanaman keras/ tahunan pada tanah ulayat/nagari sehingga penggarap
hanya mau menanam tanaman semusim. Secara umum, tanah ulayat dan nagari ini
mempunyai kelerengan yang tajam yang selalu terancam erosi dimusim hujan bila tidak ada
tanaman tahunan sebagai pengendali erosi.
C.
Daya resap tanah terhadap air menurun sehingga kandungan air tanah berkurang yang
mengakibatkan kekeringan pada waktu musim kemarau.
Terjadinya arus permukaan tanah pada waktu musim hujan yang mengakibatkan bahaya
banjir dan longsor.
Menurunnya kesuburan tanah, dan daya dukung lahan serta keanekaragaman hayati
Kebakaran hutan
Hilangnya jutaan spesies flora dan fauna karena tidak mampu beradaptasi dengan
perubahan suhu bumi.
D.
1.
Dalam upaya penganggulangan lahan kritis diperlukan upaya konservasi lahan. Konservasi lahan
adalah usaha pencegahan kerusakan, memperbaiki kerusakan, pemeliharaan dan
mempertahankan kesuburan lahan serta meningkatkan kesuburan lahan. Kemudian dilakukan
Usaha Tani Konservasi, yaitu model usaha tani yang menerapkan kaidah-kaidah konservasi.
Untuk usaha tani lahan kering paling tepat menggunakan / melibatkan tanaman pohon, yang
memberikan beberapa keuntungan, yaitu: (a) Sebagai pendapatan jangka panjang (tabungan
hijau); (b) Kesejukan, kesegaran, keindahan, dan kesehatan bagi manusia; dan (c) Perlindungan
tanah dan air dari matahari dan hujan.
Beberapa tindakan memperkuat konservasi tanah dan air dapat dilakukan melalui: (a) Pengaturan
pola tanam yang tepat; (b) Pengolahan tanah menurut kontur; (c) Gunakan Baha organic; (d)
Letakkan sisa tanaman/mulsa sepanjang kontur; (e) Diversifikasi usahatani termasuk tanaman
pohon; (f) Pemeliharaan atau pembuatan hutan diatas lereng; (g) Perlindungan tanah dengan
tanaman penutup tanah; dan (h) Ternak dikandangkan.
2.
Pemanfaatan Mikoriza
Pemanfaatan mikoriza merupakan suatu bentuk asosiasi cendawan dengan akar tanaman
tingkat tinggi, merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan
produktivitas lahan kritis. Karakteristik asosiasi mikorisa ini memungkinkan tanaman untuk
memperoleh air dan hara dalam kondisi lingkungan yang kering dan miskin unsur hara,
perlindungan dari patogen akar dan unsur toksik dan secara tidak langsung melalui perbaikan
struktur tanah.
Hal ini dimungkinkan karena mikoriza memiliki jaringan hipa eksternal yang luas dan diameter
yang lebih kecil dari bulu-bulu akar, enzim fosfatase dan sekresi hipa lainnya serta terbentuknya
mantel hipa yang melindungi akar secara fisik. Pemanfaatan jenis-jenis isolat cendawan mikoriza
harus disesuaikan dengan tanaman inangnya, karena seringkali cendawan tertentu hanya dapat
membentuk mikoriza dengan tanaman inang tertentu pula.
Lahan alang-alang adalah salah satu bentuk lahan kritis yang sangat luas di Indonesia. Alangalang bisa tumbuh dan berkembang pada lingkungan tanah yang ekstrim karena membentuk
mikoriza dengan berbagai cendawan. Rehabilitasi lahan alang-alang dapat dilakukan dengan
tanaman yang bermikoriza, baik untuk tanaman pangan, perkebunan, penghijauan maupun hutan
tanaman industri. Tanaman bermikoriza akan mampu bertahan dari kondisi kering , miskin hara
serta kondisi fisik tanah yang kurang baik.
Pada lahan salin, mikoriza mampu menahan laju penurunan produktivitas lahan, karena dalam
kondisi salinitas yang tinggi, cendawan mikoriza masih mampu bertahan dan mensuplai air dan
unsur hara bagi tanaman inang.
Pada tanah yang tercemar logam berat dan senyawa polysiklik aromatik dari limbah industri,
mikoriza dapat melindungi tanaman inang dari efek meracun unsur tersebut melalui mekanisme
filtrasi, kompleksasi dan akumulasi unsur tersebut pada hipa cendawan dan mencegahnya masuk
ke sel tanaman inang. Sumber inokulum yang berasal dari lahan tercemar, memberikan hasil
yang lebih baik jika dibandingkan dengan inokulum dari lahan yang tidak tercemar.
Mikoriza, suatu bentuk asosiasi mutualistis antara cendawan dengan akar tumbuhan tingkat
tinggi, memiliki spektrum yang sangat luas baik dari segi tanaman inang, jenis cendawan,
mekanisme asosiasi, efektivitas, mikrohabitat maupun penyebarannya.
Pertumbuhan tanaman meningkat dengan adanya mikoriza karena meningkatnya serapan hara,
ketahanan terhadap kekeringan, produksi hormon pertumbuhan dan zat pengatur tumbuh,
perlindungan dari patogen akar dan unsur toksik. Sedangkan cendawan mendapat manfaat dari
suplai hasil fotosintat dan tempat berkembang.
NAMA
: IVON LOASANA
NIM
: 1406050042
JURUSAN : BIOLOGI