Anda di halaman 1dari 3

Paradigma

Paradigma Naturalistik
Naturalistik

Tiga paradigma ilmu social dan humaniora


1. Paradigma positivisme lazim pula disebut pendekatan rasionalistik,
fungsionalis, penelusuran dari luar atau objektif
2. Paradigma naturalistik lazim dikenal dengan nama pendekatan interpretif,
konstruktivis, naturalistik-etnografi, penelusuran dari dalam atau subjektif.
3. Paradigma teori kritis disebut pula paradigma neomarxis yang berpegang
pada gagasan Marx yang sudah dipebaharui agar lebih berkontekstual
dengan realitas era poskapitalisme.

1. Tahapan Prakonsensus, dimana titik awal sejarah perkembangan ilmu


adalah tahapan prakonsensus atau protoilmu. Pada masa ini terjadi
kompetisi antara berbagai aliran pemikiran yang membahas tema
bahasan serupa dari perspektif yang berbeda-beda.
2. Tahapan Normal, Dalam perkembangan selanjutnya, aliran-aliran yang
semula bersaing secara perlahan-lahan ada yang unggul sehingga
terjadi peralihan dari tahapan prakonsensus ke tahapan normal.
Peralihan ini berlangsung dalam rangka waktu yang lama. Tahap
normal ditandai oleh kesepakatan para ilmuwan tentang permasalahan
yang pantas diteliti, syarat-syarat yang harus dipenuhi agar hasil
penelitian dapat diterima, metode penelitian yang harus diterapkan,
dan bagaimana menginterpretasikan konsep-konsep yang digunakan
dalam penelitian.
3. Tahapan krisis dan penemuan ilmiah, Tahapan revolusi ilmiah diawali
dengan tahapan krisis paradigma yang bermula dari adanya anomali.
Anomali situasi di mana ilmu pengetahuan normal (paradigma tunggal)
tidak dapat lagi menjelaskan fakta-fakta dan persoalan-persoalan baru
4. Tahapan Revolusi Ilmiah, istilah revolusi ilmiah untuk menunjukkan
pergantian paradigma yang satu oleh paradigma yang lainnya, baik
pergantian secara total maupun sebagian. Kuhn dalam hal ini memakai
kata revolusi, bukan istilah evolusi, karena, pertama, paradigma dapat
diibaratkan dengan institusi yang berlaku dalam masyarakat. Kedua,
kedisfungsionalan, tidak saja menimbulkan krisis dan perasaan
kecewa, melainkan bisa pula memunculkan situasi khaotis. Ketiga,

dalam kondisi seperti ini maka perubahan paradigma tidak


terhindarkan. Keempat, paradigma baru yang muncul acap kali
bertolak belakang daripada paradigma yang telah ada, misalnya
paradigma geosentris berlawanan dengan paradigma heliosentris.

Anda mungkin juga menyukai