Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kita sering menghadapi berbagai macam masalah, namun kita sering kurang tau
masalah yang seharusnya menjadi prioritas utama dan harus segera
diselesaikan. Sebelum kita mencari pemecahan dari suatu masalah, kita harus
mencari penyebab utama serta penyebab lain dari masalah sehingga dapat
menyusun rencana kegiatan yang lebih spesifik dan mampu menyelesaikan
masalah.
Menetapkan prioritas dari sekian banyak masalah kesehatan di masyarakat saat
ini merupakan tugas yang penting dan semakin sulit. Manager kesehatan
masyarakat sering dihadapkan pada masalah yang semakin menekan dengan
sumber daya yang semakin terbatas. Metode untuk menetapkan prioritas secara
adil, masuk akal, dan mudah dihitung merupakan perangkat manajemen yang
penting.
Berikut merupakan berbagai metode yang dapat digunakan:
1.
METODE HANLON
berhati-hati untuk tidak membawa masalah ukuran atau dapat dicegahnya suatu
masalah ke dalam diskusi, karena kedua hal tersebut sesuai untuk dipersamakan
di tempat yang lain.
Maksimum skor pada komponen ini adalah 20. Faktor-faktor harus
dipertimbangkan bobotnya dan ditetapkan secara hati-hati. Dengan
menggunakan nomor ini (20), keseriusan dianggap dua kali lebih pentingnya
dengan ukuran/besarnya masalah.
Faktor yang dapat digunakan adalah:
* Urgensi: sifat alami dari kedaruratan masalah; tren insidensi, tingkat kematian,
atau faktor risiko; kepentingan relatif terhadap masayarakat; akses terkini
kepada pelayanan yang diperlukan.
* Tingkat keparahan: tingkat daya tahan hidup, rata-rata usia kematian,
kecacatan/disabilitas, angka kematian prematur relatif.
* Kerugian ekonomi: untuk masyarakat (kota / daerah / Negara), dan untuk
masing-masing individu.
=
=
=
=
tidak ada
beberapa
lebih (lebih parah, lebih gawat, lebih banyak, dll)
paling
ini.
Efektivitas penilaian, yang dibuat berdasarkan tingkat keberhasilan yang
diketahui dari literatur, dikalikan dengan persen dari target populasi yang
diharapkan dapat tercapai.
Contoh: Berhenti Merokok
Target populasi 45.000 perokok
Total yang mencoba untuk berhenti 13.500
Efektivitas penghentian merokok 32% atau 0,32
Target populasi x efektivitas 0,30 x 0,32 = 0,096 atau 0,1 atau 1
Contoh: Imunisasi
Target populasi 200.000
Jumlah yang terimunisasi yang diharapkan 193.000
Persen dari total 97% atau 0,97
Efektivitas 94% atau 0,94
Populasi yang tercapai x efektivitas 0,97 x 0,94 = 0,91 atau 9,1
Sebuah keuntungan dengan mempertimbangkan populasi target dan jumlah
yang diharapkan adalah akan didapatkannya perhitungan yang realistis
mengenai sumber daya yang dibutuhkan dan kemampuan yang diharapkan
untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan.
Komponen D PEARL
PEARL yang merupakan kelompok faktor itu, walaupun tidak secara langsung
berkaitan dengan masalah kesehatan, memiliki pengaruh yang tinggi dalam
menentukan apakah suatu masalah dapat diatasi.
P Propierity/Kewajaran. Apakah masalah tersebut berada pada lingkup
keseluruhan misi kita?
E Economic Feasibility/Kelayakan Ekonomis. Apakah dengan menangani
masalah tersebut akan bermakna dan memberi arti secara ekonomis? Apakah
ada konsekuensi ekonomi jika masalah tersebut tidak diatasi?
A Acceptability. Apakah dapat diterima oleh masyarakat dan / atau target
populasi?
R Resources/Sumber Daya. Apakah tersedia sumber daya untuk mengatasi
masalah?
L Legalitas. Apakah hukum yang ada sekarang memungkinkan masalah untuk
diatasi?
Masing-masing faktor kualifikasi dipertimbangkan, dan angka untuk setiap faktor
PEARL adalah 1 jika jawabannya adalah "ya" dan 0 jika jawabannya adalah
"tidak." Bila penilaian skor telah lengkap/selesai, semua angka-angka dikalikan
untuk mendapatkan jawaban akhir terbaik. Karena bersama-sama, faktor-faktor
ini merupakan suatu produk dan bukan merupakan jumlah. Singkatnya, jika salah
satu dari lima faktor yang "tidak", maka D akan sama dengan 0. Karena D adalah
pengali akhir dalam rumus , maka jika D = 0, masalah kesehatan tidak akan
diatasi dibenahi dalam OPR, terlepas dari seberapa tingginya peringkat masalah
di BPR. Sekalipun demikian, bagian dari upaya perencanaan total mungkin
termasuk melakukan langkah-langkah lanjut yang diperlukan untuk mengatasi
PEARL secara positif di masa mendatang. Misalnya, jika intervensi tersebut
hanya tidak dapat diterima penduduk, dapat diambil langkah-langkah bertahap
untuk mendidik masyarakat mengenai manfaat potensial dari intervensi,
sehingga dapat dipertimbangkan di masa mendatang.
2.
FISHBONE DIAGRAM
Dr. Kaoru Ishikawa seorang ilmuwan Jepang, merupakan tokoh kualitas yang
telah memperkenalkan user friendly control, Fishbone cause and effect diagram,
emphasised the internal customer kepada dunia. Ishikawa juga yang pertama
memperkenalkan 7 (seven) quality tools: control chart, run chart, histogram,
scatter diagram, pareto chart, and flowchart yang sering juga disebut dengan 7
alat pengendali mutu/kualitas (quality control seven tools).
Diagram Fishbone dari Ishikawa menjadi satu tool yang sangat populer dan
dipakai di seluruh penjuru dunia dalam mengidentifikasi faktor penyebab
problem/masalah. Alasannya sederhana. Fishbone diagram tergolong praktis,
dan memandu setiap tim untuk terus berpikir menemukan penyebab utama
suatu permasalahan. Diagram tulang ikan ini dikenal dengan cause and effect
diagram. Kenapa Diagram Ishikawa juga disebut dengan tulang ikan?..ya
memang kalau diperhatikan rangka analisis diagram Fishbone bentuknya ada
kemiripan dengan ikan, dimana ada bagian kepala (sebagai effect) dan bagian
tubuh ikan berupa rangka serta duri-durinya digambarkan sebagai penyebab
(cause) suatu permasalahan yang timbul.
Dari gambar di atas terlihat bahwa faktor penyebab problem antara lain
(kemungkinan) terdiri dari : material/bahan baku, mesin, manusia dan
metode/cara.Semua yang berhubungan dengan material, mesin, manusia, dan
metode yang saat ini dituliskan dan dianalisa faktor mana yang terindikasi
menyimpang dan berpotensi terjadi problem. Ingat,..ketika sudah ditemukan
satu atau beberapa penyebab jangan puas sampai di situ, karena ada
kemungkinan masih ada akar penyebab di dalamnya yang tersembunyi.
Bahasa gaulnya, jangan hanya melihat yang gampang dan nampak di luar.
Ishikawa mengajarkan kita untuk melihat ke dalam dengan bertanya
mengapa?mengapa?dan mengapa?. Hanya dengan bertanya mengapa
beberapa kali kita mampu menemukan akar permasalahan yang sesungguhnya.
Penyebab sesungguhnya, bukan gejala.
Dengan menerapkan diagram Fishbone ini dapat menolong kita untuk dapat
menemukan akar penyebab terjadinya masalah khususnya di industri
manufaktur dimana prosesnya terkenal dengan banyaknya ragam variabel yang
berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila masalah dan
penyebab sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah perbaikan
akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas
dan memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan penyebab
dan mencari akar permasalahan sebenarnya.
Penggunaan
Melakukan identifikasi penyebab masalah;
Mengkatagorikan berbagai sebab potensial suatu masalah dengan cara yang
sistematik;
Mencari akar penyebab masalah;
Menjelaskan hubungan sebab akibat suatu masalah.
Pedoman Pelaksanaan
Identifikasi semua penyebab yang relevan berdasarkan fakta dan data;
Karakteristik yang diamati benar-benar nyata berdasarkan fakta, dapat diukur
atau diupayakan dapat diukur;
Dalam diagram tulang ikan, faktor-faktor yang terkendali sedapat mungkin
seimbang peranan atau bobotnya;
Faktor penyebab yang ditemukan adalah yang mungkin dapatdiperbaiki, bukan
yang tidak mungkin diperbaiki ataudiselesaikan;
Dalam menyelesaikan fakta dimulai pada tulang yang kecil,selanjutnya
akanmemperbaiki faktor tulang besar yang akanmenyelesaikan masalah;
Perlu dicatat masukan yang diperoleh selama pertemuan dalam pembuatan
diagram tulang ikan.
Fishbone Diagram sering juga disebut sebagai diagram Sebab Akibat. Dimana
dalam menerapkan diagram ini mengandung langkah-langkah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
3.
POHON MASALAH
c) Teliti kembali hasil analisa stakeholder untuk menentukan siapa yang akan
terpengaruh dan terlibat dalam penggabungan cabang-cabang tersebut.
d) Rumuskan beberapa alternatif strategi utama proyek dalam bentuk
hasildengan mengganti kalimat yang negatif dipohon masalah dengan yang
positif.
4.
Kekurangan MetodaBrainstorming
tidak dapat digunakan pada sampel atau peserta yang besar serta terjadi
dan risiko terjadinya subyektivitas sangat besar bilatidak ditunjang dengan datadata yang ada.
Manfaat
Dapat digunakan secara efektif untuk memperoleh ideuntuk
menentukanmasalah, identifikasi masalah,memilih prioritas masalah serta
mengajukan alternatifpemecahan masalah;
Untuk memperoleh ide atau pemikiran baru darisekelompok orang
dalam waktu singkat denganmenggunakan dua kemampuan (kreatif dan intuitif);
Memberikan kesempatan kepada semua anggotakelompok untuk memberikan
konstribusi danketerlibatan dalam memecahkan masalah.
5.
METODE DELPHI
Tentukan ahlinya
6.
DELBECH TEHNIK
7.
tidak harus orang yang mengajukan ide tersebut. Intinya, fasilitator bertugas
untuk memastikan bahwa tiap peserta dapat memberikan kontribusi pada
diskusi, serta menjaga proses tetap netral, tanpa ada judgement atau serangan
ke pihak tertentu. Fasilitator juga bertugas supaya seluruh ide dapat dibahas
secara menyeluruh, dan tidak terpaku pada beberapa ide saja. Dalam tahap ini,
tidak ada ide yang dieliminasi, hanya memberikan pemahaman mengenai ideide tersebut kepada para peserta dan memberi gambaran mengenai pentingnya
ide-ide tersebut. Tahap ini membutuhkan waktu sekitar 30-45 menit.
5. Voting and Ranking on Ideas
Tahap terakhir, masing-masing peserta memberikan voting terhadap ide-ide
yang ada. Sebelumnya, fasilitator harus menentukan terlebih dahulu kriteriakriteria yang digunakan untuk voting ide. Jadi, misalnya tiap peserta diminta
untuk memilih 5 ide terbaik dari daftar yang ada, kemudian mereka harus
memberikan ranking prioritas bagi tiap ide tersebut. 1 untuk ide yang kurang
penting, hingga 5 untuk yang paling penting. Ide yang memperoleh skor paling
tinggi merupakan ide yang paling disukai dan disepakati bersama oleh
kelompok.
8.
PRINSIP-PRINSIP PRA
Prinsip-prinsip dasar Participatory Rural Appraisal (PRA) terdiri dari :
1.
9.
Cara Bryant Cara ini telah dipergunakan di beberapa negara yaitu di Afrika dan
Thailand. Cara ini menggunakan 4 macam kriteria, yaitu: Community Concern,
yakni sejauh mana masyarakat menganggap masalah tersebut
pentingb. Prevalensi, yakni berapa banyak penduduk yang terkena penyakit
tersebutc. Seriousness, yakni sejauh mana dampak yang ditimbulkakn penyakit
tersebutd. Manageability, yakni sejauh mana kita memiliki kemampuan untuk
mengatasinya. Menurut cara ini masing-masing kriteria tersebut diberi scoring,
kemudian masing-masing skor dikalikan. Hasil perkalian ini dibandingkan antara
masalah-masalah yang dinilai. Masalah-masalah dengan skor tertinggi, akan
mendapat prioritas yang Tinggi pula.
Cara Ekonometrik cara ini dipergunakan di Amerika Latin. Kriteria yang dipakai
adalah: Magnitude (M), yakni kriteria yang menunjukkan besarnya
masalah. Importance (I), yakni ditentukan oleh jenis kelompok penduduk yang
terkena masalah. Vulnerability (V), yaitu ada tidaknya metode atau cara
penanggulangan yang efektif. Cost (C), yaitu biaya yang diperlukan untuk