Hutan Mangrove
Hutan Mangrove
Hampir tiga kilo meter ketebalan pohon bakau dari pantai menjorok kelaut mengelilingi
Pulau Mendanau di Belitung, Ini sangat menguntungkan bagi masyarakat Belitung, selain
tanaman bakau untuk penahan abrasi dan angin laut juga merupakan peredam pertama
dari badai Tsunami, akar yang kokoh dari pohon bakau mencegah dari intrusi air laut
yang mengasinkan kandungan air tanah disekitar pantai di Pulau Mendanau tersebut.
Pohon bakau disekitar Pulau Mendanau Belitung tempat habitat bermacam-macam fauna
baik burung, tupai monyet ular biawak, genangan air dibawah pohon bakau tempat
bertelurnya berbagi jenis ikan kemudian di sekumpulan pohon bakau merupakan tempat
bermacam-macam bioata laut baik kerang, udang rebon kepiting dan ini sangat
menguntungkan
buat
masyarakat.
Pulau mendanau di Belitung merupakan sisa-sisa dari kelestarian flora dan fauna di
gugusan kepulauan Belitung jadi tidak heran masih banyak jenis-jenis burung yang
bersarang di pulau ini seperti murai batu, elang laut berebak, pentis, pergam dan masih
banyak lagi dari Jenis burung yang merupakan kekayaan keanekaragaman pulau Belitung
berada di pulau Mendanau sedangkan dari tumbuhan liar berupa hutan terdapat kayu
petaling
yang
konon
kabarnya
hanya
tumbuh
di
pulau
Mendanau
ini.
Beberapa bulan lalu pulau ini terusik akan keberadaan tambang Bouksit, Dengan adanya
aktivitas penambangan yang dilakukan atas dasar-dasar yang sangat jelas melanggar
Undang-undang RI No. 27 tahun 2007 dan Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan No. 41 Tahun 2000 tentang Pemberdayaan pulau kecil dan pesisir serta
larangan melakukan aktivitas penambangan di area pulau yang luasnya kurang
dari
2.000
km2.
Pulau mendanau Belitung di eksplorasi daratan untuk di ambil mineral tambang berupa
bouksit, padahal bertahun-tahun pulau ini telah menjadi warisan masyarakatnya yang
mengelola sumber daya alam berupa perkebunan karet dan juga mengambil hasil dari
lautnya yang melimpah, Masyarakat yang sudah terbiasa mandiri bersahabat dengan alam
mengusahakan budidaya keramba laut dan juga bubu ikan berupa siro, kemudian ikan
tangkap tradisional tentu saja masyarakat sangat kuatir akan adanya kegiatan
penambangan ini alam akan menjadi rusak parah dikemudian hari laut tercemar akibat
dari keberadaan tambang yang akan membunuh biota laut seperti udang rebon, ikan,
kerang laut dan kepiting, Sementara daratan akan bertambah parah akibat pencemaran
lingkungan
berupa
debu
dari
tambang
bouksit
wawancara
via
telepon.
Semoga kasus ini menjadi pelajaran untuk pejabat daerah di Bangka Belitung mesti harus
berhati-hati dalam mengambil keputusan perizinan akan keberadaan pulau-pulau kecil di
gugusan Nusantara yang mempunyai potensi dari segi laut maupun darat, Selanyaknyalah
Masyarakat di bekali pengetahuan perundang-undangan di Indonesia akan keberadan
pulau-pulau kecil yang dilindungi serta bahaya dari pencemaran lingkungan akibat dari
limbah buangan tambang agar pulau-pulau kecil digugusan Nusantara ini terselamatkan
dari keserakahan manusia yang sewaktu-waktu mengintai hanya untuk keuntungan sesaat
tanpa
memikirkan
masa
depan
dari
kelestarian
lingkungan.