Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1.
2.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn.A
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 40 tahun
Alamat
Pekerjaan
: Wiraswasta
Status perkawinan
: Kawin
MRS
: 20 Oktober 2014
MR
: 685083
Perawatan
ANAMNESIS
Keluhan utama
: Sesak
Anamnesis terpimpin :
Dialami sejak 2 minggu terakhir sebelum masuk rumah sakit. Sesak dirasakan saat
beraktivitas dan berkurang saat pasien duduk. Keluhan sesak hilang timbul.
DOE (+) Ortopneu (-) Paroksismal Nokturnal Dispneu (-)
Demam (-) Batuk (-) Mual (-) Muntah (-) Jantung berdebar-debar (+) Keringat dingin
(+)
BAK dalam batas normal
BAB dalam batas normal
Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat sesak 2 bulan yang lalu
Riwayat Diabetes Mellitus disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat dislipidemia disangkal
PEMERIKSAAN FISIS
Status generalis:
Sakit sedang / Gizi cukup / Sadar
Tanda vital:
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Frekuensi pernafasan : 28 x/menit
Suhu
: 36,7 0C
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Mata
: Anemis (-), Ikterus (-)
Mulut
: sianosis (-)
Leher
: JVP R+2 cmH2O
Pemeriksaan Thorax
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pemeriksaan Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pemeriksaan Abdomen
:
Inspeksi
: Cembung ikut gerak nafas
Auskultasi
Palpasi
: massa(-),nyeri tekan(-),tidak teraba pembesaran hati dan lien
Perkusi
: timpani (+) kesan normal
Pemeriksaan Ekstremitas
Edema
: -/- , sianosis -/-
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 20/10/2014
EKG 20/10/2014
Interpretasi :
Atrial Fibrilasi , HR 90 bpm, RAD, kompleks QRS 0,12 seconds.
Kesimpulan :
Atrial Fibrilation normoventricular respons
Echocardiogrphy (22/10/2014)
5.
DIAGNOSA
Atrial fibrilation e.c Valvular Heart Disease
6.
TERAPI
secara klinis tak memberikan keluhan yang mencolok. Jika kelainan pada katup
jantung ini tidak dikenali dan tidak dapat diobati dengan serius maka berpotensi
menimbulkan suatu komplikasi yang fatal seperti edema paru, emboli sistemik,
hipertensi pulmonal, dan endokarditis.
II.Definisi
Penyakit katup jantung adalah kelainan pada katup jantung yang
menyebabkan kelainan-kelainan pada aliran darah yang melintasi katup jantung.
Katup yang terserang penyakit dapat mengalami dua jenis gangguan
fungsional: (1) regurgitasi/insufisiensic daun katup tidak dapt menutup rapat
sehingga darah dapat mengalir balik; (2) stenosis lubang katup mengalami
penyempitan sehingga aliran darah mengalami hambatan. Regurgitasi dan stenosis
dapat terjadi bersamaan pada satu katup, dikenal sebagai lesi campuran atau terjadi
sendiri yang disebut sebagai lesi murni.
Disfungsi katup akan meningkatkan kerja jantung. Regugitasi katup memaksa
jantung mempompa darah lebih banyak untuk menggantikan jumlah darah yang
mengalami regurgitasi atau mengalir balik sehingga meningkatkan volume kerja
jantung. Stenosis katup memaksa jantung meningkatkan tekanannya agar dapat
mengatasi resisitensi terhadap aliran yang meningkat, karena itu akan meingkatkan
tekanan kerja miokardium. Respon miokardium yang khas terhadap peningkatan
volume kerja dan tekanan kerja adalah dilatasi ruang dan hipertrofi otot. Dilatasi
miokardium dan hipertrofi otot merupakan mekanisme kompensasi yang bertujuan
meningkatkan kemampuan pompa jantung.
III.Anatomi
Katup merupakan pintu yang mengalirkan darah ke jantung antara atrium dan
ventrikel serta antara ventrikel dan aorta/arteri pulmonalis. Pergerakan membuka dan
menutupnya pasif tergantung pada tekanan dari atrium dan ventrikel jantung. Katup
normal memiliki dua ciri aliran yang penting yaitu aliran searah dan aliran yang tidak
dihalangi. Katup akan membuka bila tekanan dalam ruang jantung yang terletak di
proksimal katup lebih besar dari tekanan dalam ruang di sebelah distal katup.
Sebaliknya katup akan menutup bila tekanan distal lebih besar daripada tekanan
dalam ruang di proksimal katup.
Beberapa jenis katup jantung (valvula):
1. Katup atrioventrikular (katup antara atrium dan ventrikel)
a.Katup tricuspid: antara atrium kanan dan ventrikel kanan
b.
Katup bicuspid: antara ventrikel kiri dengan atrium kiri. Kedua katup
tersebut memungkinkan darah mengalir dari masing-masing atrium ke
ventrikel dan mencegah aliran balik pada saat diastole ventrikel.
2. Katup semilunar (katup antara ventrikel dengan aorta/arteri pulmonalis)
a. Katup aorta
b. Katup pulmonal
Masing masing memiliki 3 daun katup yang simetris dan menonjol seperti
corong yang dikaitkan dengan cincin serabut. Kedua katup tersebut
memungkinkan darah mengalir dari masing masing ventikel ke arteri
pulmonalis dan aorta selama sistol ventrikel dan mencegah aliran balik
sewaktu diastole ventrikel. Dalam keadaan normal luas permukaan katup 4-6
cm.
menempel di annulus
Bicuspid aortic valve disease. Adalah panyakit katup bawaan yang
mempengaruhi katup aortic. Bukannya tiga kelopak yang normal atau cusps,
tapi bicuspid aortic valve hanya mempunyai dua saja. Tanpa kelopak yang
tendinea atau papillary muscle dapat memanjang atau robek; annulus dari katup dapat
membesar atau kelopak katup dapat menjadi kaku dan klasifikasi.
10
11
12
mempertahankan perfusi perifer, hal ini akan menyebabkan timbulnya selisih tekanan
yang signifikan antara ventrikel kiri dan aorta.
Untuk mengkompensasi dan mempertahankan curah jantung, ventrikel kiri
tidak hanya memperbesar tekanan tetapi juga memperpanjang waktu ejeksi. Lama
lama kemampuan ventrikel kiri untuk menyesuaikan diri terlampaui. Timbul gejalagejala progresif yang mendahului titik kritis dalam perjalanan stenosis aorta. Titik
kritis pada stenosis aorta adalah bila lumen katup aorta mengecil dari ukuran 3-4 cm2
menjadi kurang dari 0,8 cm2.
Kegagalan ventrikel progresif mengganggu pengosongan ventrikel. Curah
jantung menurun dan volume ventrikel bertambah. Akibatnya ventrikel mengalami
dilatasi kalau berlanjut disertai kongesti paru-paru berat. Akhirnya mengakibatkan
gagal jantung kiri
13
merupakan
indikasi
dekompensasi
jantung.
Angina
ditimbulkan
oleh
Regurgitasi Aorta
Regurgitasi aorta menyebabkan refluks darah dari aorta ke dalam ventrikel
kiri sewaktu relaksasi ventrikel. Penyakit ini jelas memberi beban volume yang cukup
14
berat pada ventrikel kiri. Pada setiap kontraksi, ventrikel harus mampu mengeluarkan
sejumlah darah yang sama dengan volume sekuncup normal ditambah volume
regurgitasi. Ventrikel kiri mengalami dilatasi berat dan akhirnya menjadi hipertrofi,
sehingga bentuknya berubah seperti bola. Kemudian sirkulasi perifer menjadi
hiperdinamik.
15
2. EKG: Pada pasien dengan regurgitasi aorta ringan, mungkin tidak terdapat
kelainan EKG, tetapi dengan regurgitasi aorta kronik yang parah, tanda
EKG hipertrofi ventrikel kiri menjadi manifes. Lagi pula pada pasien ini
sering menunjukan depresi segmen ST dan gelombang T terbalik pada
lead I, aVL, V5, dan V4. Deviasi sumbu kiri dan/atau perpanjangan QRS
menunjukan penyakit miokardial yang difus yang menandakan prognosis
yang buruk.
3. Fot thoraks: Terlihat ventrikel kiri membesar, atrium kiri membesar,
dilatasi aorta. Bentuk dan ukuran jantung tidak berubah pada insufisiensi
akut, tapi terlihat edema paru.
4. Hemodinamik: Tekanan nadi yang besar dan tekanan artifisial yang
rendah, gallop dan bising artifisial timbul akibat besarnya curah sekuncup
dan regurgitasi darah dari aorta ke ventrikel kiri. Bising artifisial lebih
keras terdengar di garis sternal kiri bawah atau apeks pada kelainan katup
artifisial, sedangkan pada dilatasi pangkal aorta, bising terutama terdengar
di garis sternal kanan. Bila ada ruptur daun katup, bising ini sangat keras
dan musikal.
Penyakit Katup Trikuspidalis
Stenosis katup trikuspidalis akan menghambat aliran darah dari atrium kanan
ke ventrikel kanan selama diastolic. Lesi ini biasanya berkaitan dengan penyakit
katup mitral dan aortic yang terjadi akibat penyakit jantung rematik berat. Stenosis
trikuspidalis meningkatkan beban kerja atrium kanan, memaksa pembentukan
tekanan yang lebih besar untuk mempertahankan aliran melalui katup yang tersumbat.
Kemampuan kompensasi atrium kanan terbatas sehingga atrium mengalami dilatasi
dengan cepat. Peningkatan volume dan tekanan atrium kanan mengakibatkan
penimbunan darah pada vena sistemik dan peningkatan tekanan.
Temuan klasik pada gagal jantung kanan adalah: peregangan vena dengan
gelombang a yang lebih besar; edema perifer; asites; pembesaran hepar; nausea dan
anoreksia akibat bendungan darah pada saluran pencernaan.
Tanda-tanda dan gejala yang berkait dengan stenosis trikuspialis:
16
1. Auskultasi: terdengar opening snap pada daerah garis sternal kiri sampai
pada daerah xifoideus, terutama presistolik. Bising ini akan menjadi lebih
keras pada inspirasi dan melemah pada ekspirasi.
2. EKG: Adanya gambaran pembesaran atrium kanan berupa gelombang P
yang tinggi dan tajam pada sadapan II, demikian juga pada VI (dikenal
sebagai P pulmonal).
3. Foto thoraks: Pembesaran atrium kanan dan vena kava superior tanpa
pembesaran arteri pulmonalis.
4. Hemodinamik: Oleh karena sering menyertai kelainan katup lain, maka
stenosis trikuspidalis ini tidak terdiagnosis, kecuali memang sengaja
dicari. Suatu stenosis berat akan menimbulkan bendungan hati yang berat
sehingga terjadi sirosis,ikterus, malnutrisi yang berat, edema dan asites
yang berat bahkan splenomegali. Vena jugularis akan melebar dengan
gelombang a yang besar. Dapat ditemukan pulsasi presistolik yang jelas
pada permukaan hati yang membesar.
Regurgitasi tricuspid murni biasanya disebabkan gagal jantung kiri sudah
lanjut atau hipertensi pulmonis berat, sehingga terjadi kemunduran fungsi ventrikel
kanan. Sewaktu ventrikel kanan gagal dan membesar, terjadilah regurgitasi fungsional
katup trikuspidalis. Regurgitasi trikuspidalis berkaitan dengan gagal jantung kanan
berikut ini temuannya:
1. Auskultasi: bising sepanjang sistol
2. EKG: pembesaran atrium kanan (gelombang P tinggi dan sempit dikenal
sebagai P pulmonal) bila irama sinus normal; fibrilasi atrium; hipertrofi
ventrikel kanan
3. Foto thoraks: pembesaran ventrikel dan atrium kanan
4. Hemodinamik: peningkatan tekanan atrium kanan dengan gelombang v
yang nyata.
Penyakit Katup Pulmonalis
Insidensi katup pulmonalis sangat rendah. Stenosis pulmonalis biasanya
merupakan kelainan congenital dan bukan akibat penyakit rematik jantung. Stenosis
katup pulmonalis meningkatkan beban kerja ventrikel kanan sehingga menyebabkan
17
hipertrofi ventrikel kanan. Gejala-gejala baru timbul bila terjadi kegagalan ventrikel
kanan yang menimbulkan pelebaran vena sistemik dan segala sequel klinisnya.
Regurgitasi pulmonalis fungsional terjadi sebagai sekuele disfungsi katup
sebelah kiri dengan hipertrofi pulmonalis kronis dan dilatasi orifisium katup
pulmonalis. Namun lesi ini jarang terjadi.
Penyakit Katup Campuran
Lesi campuran sering terjadi, yaitu terdiri atas stenosis dan regurgitasi pada
katup yang sama. Lesi ini diduga terjadi akibat katup yang mengalami stenosis dan
tidak dapat bergerak leluasa serta sering kali tidak dapat menutup sempurna. Lesi
gabungan (atau penyakit katup majmuk) sering terjadi akibat penyakit jantung
rematik dan biasanya bisa mengenai banyak katup.
Lesi gabungan ini merupakan gabungan disfungsi katup dengan lesi tunggal
atau murni, yang dapat mengubah konsekuensi fisiologisnya. Lesi gabungan dapat
memperbesar atau menetralisirkan akibat fisiologis lesi murni.
Atrial fibrilasi pada Stenosis Mitral
30 sampai 40% dari pasien dengan MS berkembang menjadi atrial fibrilasi
(AF). Fibrilasi atrium terjadi lebih umum
berhubungan dengan prognosis yang lebih buruk, dengan tingkat kelangsungan hidup
10-tahun dari 25% dibandingkan dengan 46% pada pasien yang tetap sinus irama.
Pengembangan AF berkorelasi secara independen dengan tingkat keparahan MS dan
ketinggian atrium kiri tekanan. Risiko embolisasi arteri, terutama stroke, meningkat
secara signifikan pada pasien dengan atrium fibrilasi. Embolisasi sistemik dapat
terjadi di 10% sampai 20% dari pasien dengan MS. Sepertiga dari peristiwa emboli
terjadi dalam 1 bulan onset dari fibrilasi atrium, dan dua-pertiga terjadi dalam 1
tahun. Frekuensi terjadinya emboli tampaknya tidak berhubungan dengan tingkat
keparahan MS, cardiac output, ukuran kiri atrium, atau bahkan ada tidaknya gagal
jantung gejala. Ini berkorelasi dengan usia pasien dan ukuran apendiks atrium kiri
Terjadinya emboli mungkin sehingga menjadi manifestasi awal dari MS. Pada pasien
18
yang telah mengalami suatu peristiwa emboli, yang frekuensi kekambuhan setinggi
15 sampai 40 kejadian per 100 pasien/bulan.
Manajemen akut terdiri dari heparin intravena dan kontrol denyut jantung
dengan digoxin, calcium channel blocker dan beta-blocker. Oral atau intravena
amiodaron juga dapat digunakan ketika beta-blocker atau jantung tingkat-mengatur
calcium channel blockers tidak bisa digunakan. Kardioversi listrik harus dilakukan
mendesak, dengan heparin intravena sebelum selama dan setelah prosedur, jika ada
ketidakstabilan hemodinamik. Jika keputusan telah dibuat untuk melanjutkan dengan
elektif kardioversi pada pasien yang telah didokumentasikan fibrilasi atrium selama
lebih dari 24 sampai 48 jam dan yang belum memiliki antikoagulasi jangka panjang,
baik pasien dapat diletakkan pada warfarin selama lebih dari 3 minggu, diikuti oleh
kardioversi elektif atau untuk cardioversi untuk trombus atrium kiri pada echotransesofagus bersama dengan heparin intravena sebelumnya, selama dan sesudah
prosedur. Pada saat ini,penting untuk terus jangka panjang antikoagulasi setelah
kardioversi.
Kelas IC dan amiodarone membantu dalam mempertahankan pasien fibrilasi
atrium paroksismal dalam irama sinus. Pada pasien yang resisten terhadap konversi
ke sinus irama dapat dipertahankan pada tingkat yang mengendalikan obat seperti
digoxin, beta-blocker atau calcium channel blockers. Jika tidak ada kontraindikasi
untuk antikoagulasi ini
19