NOMOR
TANGGAL
5. Bencana Tsunami
Gelombang air laut yang membawa material baik
berupa sisa-sisa bangunan, tumbuhan dan material lainnya
menghempas segala sesuatu yang berdiri di dataran pantai
dengan kekuatan yang dasyat.
Bangunan-bangunan yang memiliki dimensi lebar
dinding sejajar dengan garis pantai atau tegak lurus dengan
arah datangnya gelombang akan mendapat tekanan yang
paling kuat sehingga akan mengalami kerusakan yang paling
parah.
Gelombang air ini juga akan menggerus fondasi dan
menyeret apapun yang berdiri lepas dipermukaan dataran
pantai dan dibawa ke laut.
6. Bencana Kebakaran
Kebakaran yang terjadi dipengaruhi oleh faktor alam
yang berupa cuaca yang kering serta faktor manusia yang
berupa pembakaran baik sengaja maupun tidak sengaja.
Kebakaran ini akan menimbulkan efek panas yang sangat
tinggi sehingga akan meluas dengan cepat. Kerusakan yang
ditimbulkan berupa kerusakan lingkungan, jiwa dan harta
benda.
Dampak lebih lanjut adalah adanya asap yang
ditimbulkan yang dapat mengakibatkan pengaruh pada
kesehatan terutama pernafasan serta gangguan aktivitas
sehari-hari seperti terganggunya jadwal penerbangan.
Tebalnya asap juga dapat mengganggu cuaca.
7. Bencana Kekeringan
Kekeringan akan berdampak pada kesehatan
manusia, tanaman serta hewan baik langsung maupun tidak
langsung. Kekeringan menyebabkan pepohonan akan mati dan
8
c.
perlu
ditempuh
dalam
dikembangkan
a. Pemetaan.
Langkah pertama dalam strategi mitigasi ialah
melakukan pemetaan daerah rawan bencana. Pada saat
ini berbagai sektor telah mengembangkan peta rawan
bencana. Peta rawan bencana tersebut sangat berguna
bagi pengambil keputusan terutama dalam antisipasi
kejadian bencana alam. Meskipun demikian sampai saat
ini penggunaan peta ini belum dioptimalkan. Hal ini
disebabkan karena beberapa hal, diantaranya adalah :
1) Belum seluruh wilayah di Indonesia telah dipetakan
2) Peta yang dihasilkan belum tersosialisasi dengan baik
3) Peta bencana belum terintegrasi
4) Peta bencana yang dibuat memakai peta dasar yang
berbeda beda sehingga menyulitkan dalam proses
integrasinya.
12
b. Pemantauan.
Dengan mengetahui tingkat kerawanan secara
dini, maka dapat dilakukan antisipasi jika sewaktu-waktu
terjadi bencana, sehingga akan dengan mudah melakukan
penyelamatan. Pemantauan di daerah vital dan strategis
secara jasa dan ekonomi dilakukan di beberapa kawasan
rawan bencana.
c.
Penyebaran informasi
Penyebaran informasi dilakukan antara lain
dengan cara: memberikan poster dan leaflet kepada
Pemerintah Kabupaten/Kota dan Propinsi seluruh
Indonesia yang rawan bencana, tentang tata cara
mengenali, mencegah dan penanganan bencana.
Memberikan informasi ke media cetak dan
etektronik tentang kebencanaan adalah salah satu cara
penyebaran informasi dengan tujuan meningkatkan
kewaspadaan terhadap bencana geologi di suatu kawasan
tertentu. Koordinasi pemerintah daerah dalam hal
penyebaran informasi diperlukan mengingat Indonesia
sangat luas.
e. Pelatihan/Pendidikan
Pelatihan
difokuskan
kepada
tata
cara
pengungsian dan penyelamatan jika terjadi bencana.
Tujuan latihan lebih ditekankan pada alur informasi dari
petugas lapangan, pejabat teknis, SATKORLAK PB,
SATLAK PB dan masyarakat sampai ke tingkat
pengungsian dan penyelamatan korban bencana. Dengan
pelatihan ini terbentuk kesiagaan tinggi menghadapi
bencana akan terbentuk.
f.
Peringatan Dini
Peringatan dini dimaksudkan untuk memberitahukan tingkat kegiatan hasil pengamatan secara kontinyu di
suatu daerah rawan dengan tujuan agar persiapan secara
dini dapat dilakukan guna mengantisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana.
Peringatan dini tersebut disosialisasikan kepada
masyarakat melalui pemerintah daerah dengan tujuan
memberikan kesadaran masyarakat dalam menghindarkan
diri dari bencana. Peringatan dini dan hasil pemantauan
daerah rawan bencana berupa saran teknis dapat berupa
antana lain pengalihan jalur jalan (sementara atau
seterusnya), pengungsian dan atau relokasi, dan saran
penanganan lainnya.
dalam manajemen
koordinasi.
bencana,
termasuk
mekanisme
Meningkatkan
kemampuan
SATKORLAK
PB dan
SATLAK PB dalam hal sistem, peralatan dan sumber daya
manusia.
Meningkatkan kemampuan
PUSDALOP melalui :
tanggap
darurat
personil
tanggungjawab
16
pada
pengguna
f.
transpor-tasi
c.
Kantor Polisi.
Kantor Pemadam Kebakaran.
Rupusdalops (Posko).
Rumah Sakit dan Puskesmas.
Kantor-kantor pemerintah yang penting seperti kantor
Gubernur dan Kantor Walikota/Bupati.
Memberikan rekomendasi teknis/nasehat untuk mengantisipasi resiko bencana kepada pengelola dan pengguna
gedung.
19
e. Melakukan Inspeksi
kebakaran.
f.
Rutin
pada
fasilitas
pemadam
Pusat Perbelanjaan.
Pasar Tradisional.
Pertokoan.
Stasiun Kereta Api.
Terminal Bis.
Tempat Rekreasi (Buatan dan Alami di Pegunungan).
20
c.
sekolah
21
b. Mengembangkan
program
kampanye
pendidikan
mengenai resiko bencana pada anak-anak sekolah.
Program ini dimaksudkan untuk menimbulkan kesadaran
dan kesiapan anak-anak sekolah menghadapi bencana
melalui aktivitas-aktivitas sebagai berikut :
1) membuat materi kampanye pendidikan mengenai
bencana untuk anak-anak sekolah.
2) Meningkatkan
Instansi terkait
konsep resiko
bencana dalam
dan menengah.
22
terhadap
23
24
f.
transparan
dan
26
f.
Pembersihan sedimen.
j.
k.
l.
kewaspadaan
terhadap
penggundulan
Pembuatan terasering.
j.
k.
l.
s.
t.
Penutupan
rekahan-rekahan
diatas
lereng
mencegah air masuk secara cepat kedalam tanah.
untuk
tahan
terhadap
29
f.
terhadap
resiko
letusan
i.
j.
k.
l.
30
dengan
mengikuti
konstruksi
yang
aman
j.
k.
31
l.
m. Persiapan
alat
penggatian, dan
lainnya.
pemadam
kebakaran,
peralatan
peralatan perlindungan masyarakat
g. Pembangunan
Sistem
khususnya di Indonesia.
32
Peringatan
Dini
Tsunami,
h. Pembangunan
tsunami.
rumah
yang
tahan
terhadap
bahaya
i.
j.
k.
l.
f.
j.
k.
l.
lahan
yang
untuk
telah
7. BENCANA KEKERINGAN
Secara lebih rinci upaya pengurangan bencananya
antara lain:
a. Perlu melakukan pengelolaan air secara bijaksana, yaitu
dengan mengganti penggunaan air tanah dengan
penggunaan air permukaan dengan cara pembuatan
waduk, pembuatan saluran distribusi yang efisien.
b. Konservasi tanah dan pengurangan tingkat erosi dengan
pembuatan check dam, reboisasi.
c.
serta
j.
k.
j.
Mensosialisasikan
kepada
nelayan
agar
supaya
menambatkan atau mengikat kuat kapal-kapalnya.
36
c.
g. Respon cepat.
10. BENCANA KONFLIK
Secara lebih rinci upaya pengurangan bencana akibat
konflik antara lain :
a. Mendorong peran serta seluruh lapisan masyarakat dalam
rangka memelihara stabilitas ketentraman dan ketertiban
b. Mendukung kelangsungan demokratisasi politik dengan
keberagaman aspirasi politik, serta di tanamkan moral dan
etika budaya politik berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
c.
serta
dan
BANJIR
No.
LANGKAH PENANGANAN
a.
Pengawasan
penggunaan lahan dan
perencanaan lokasi.
Penyesuaian desain
bangunan di daerah
banjir
Pembangunan infra
struktur harus kedap air
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Pembangunan tembok
penahan dan tanggul
pada DAS dan pantai.
Pengaturan kecepatan
aliran air permukaan dan
daerah hulu.
Pengerukan sungai,
pembuatan sudetan
sungai dengan saluran
terbuka
Pembuatan tembok penahan dan tembok
pemecah ombak untuk
daerah pantai.
Memperhatikan karakteristik geografi pantai
dan bangunan pemecah
gelombang untuk daerah
teluk.
Pembersihan sedimen.
INSTANSI YANG
BERTANGGUNG JAWAB
RUJUKAN
Kementrian Ristek,
BPPT, LAPAN, LIPI,
Dep. PU
Departemen PU
38
Kesadaran masyarakat
akan kemungkinan
bencana banjir dan cara
menanggulanginya.
LANGKAH PENANGANAN
INSTANSI YANG
BERTANGGUNG JAWAB
j.
Pembangunan
pembuatan saluran
drainase.
Kesadaran masyarakat
akan kemungkinan
bencana banjir dan cara
menanggulangi nya
k.
Peningkatan
kewaspadaan di daerah
dataran banjir
Desain bangunan rumah
tahan banjir (material
tahan air, fondasi kuat)
Pelatihan pertanian yang
sesuai dengan kondisi
daerah banjir.
Pelatihan Petugas dalam
manajemen bencana,
teknis medis, penunjang.
Pelatihan tentang kewaspadaan banjir.
Persiapan evakuasi
bencana banjir seperti
perahu dan alat-alat
penyelamatan lainnya
Daftar/Peta Geomedik.
No.
l.
m.
n.
o.
p.
Kementrian Ristek,
BPPT, LIPI, Dep. PU
Deptan, Kementrian
Ristek, BPPT, LAPAN,
LIPI, Dep. PU
Depkes, Depsos
Kementrian Ristek,
BPPT, LIPI, Dep. PU
Depsos, Depkes,
Dep. PU, Basarnas
RUJUKAN
Protap/Pedoman/Standar
Peraturan/Pelayanan
Kesehatan
Masyarakat
tersosialisasi.
Peningkatan kuantitas
dan kualitas SDM
Kesehatan dan lain-lain.
Peringatan dini, Master
Plan, Drainase Kota..
Peningkatan kuantitas
dan kualitas SDM
Kesehatan dan lain-lain.
LANGKAH PENANGANAN
a.
Pembangunan
permukiman dan fasilitas
utama lainnya menghindari daerah rawan
bencana.
Menyarankan relokasi
b.
INSTANSI YANG
BERTANGGUNG JAWAB
39
RUJUKAN
No.
LANGKAH PENANGANAN
c.
Menyarankan
pembangunan pondasi
tiang pancang untuk
meng-hindari bahaya
liquefation
d.
e.
f.
g.
Meningkatkan/memperba
iki drainase baik air
permukaan maupun air
tanah
h.
Pembuatan bangunan
penahan, jangkar
(anchor) dan pilling
Pembuatan terasering
i.
j.
k.
Penghijauan dengan
tanaman yang sistem
pengakarannya terdapat
di dalam
Pembuatan saluran
khusus untuk aliran butir
INSTANSI YANG
BERTANGGUNG JAWAB
RUJUKAN
Departemen
Pehubungan (Telkom),
Departemen
ESDM,(PLN, Pertamina),
Departemen Pekerjaan
Umum (PAM), LIN.
Dep. Hub (Telkom),
Departemen Energi dan
SDM (PLN, Pertamina),
Dep. PU (PAM), LIN.
40
Rencana Induk
Pengelolaan Sumber
Daya Air.
No.
LANGKAH PENANGANAN
INSTANSI YANG
BERTANGGUNG JAWAB
l.
Pembuatan tanggul
penahan khusus untuk
runtuhan batu baik
berupa bangunan
konstruksi, tanaman
maupun parit.
Pengenalan daerah yang
rawan Iongsor.
Rencana kedaruratan
dalam menghadapi tanah
longsor
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
41
RUJUKAN
No.
LANGKAH PENANGANAN
a.
Perencanaan lokasi
pemanfaatan lahan untuk
aktivitas penting harus
jauh atau diluar dari
kawasan rawan bencana
Hindari tempat-tempat
yang memiliki
kecenderungan untuk
dialiri lava dan atau lahar
Perkenalkan struktur
bangunan tahan api.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Penerapan desain
bangunan yang tahan
terhadap tambahan
beban ak ibat abu gunung
api
Membuat barak pengungsian yang
permanen, terutama di
sekitar gunung api yang
sering meletus
Membuat fasititas jalan
dan tempat pemukiman
ke tempat pengungsian
untuk memudahkan
evakuasi
Menyediakan alat
transportasi bagi
penduduk bila ada
perintah pengungsian
Meningkatkan
kewaspadaan terhadap
resiko letusan gunung api
di daerahnya
INSTANSI YANG
BERTANGGUNG JAWAB
RUJUKAN
Rencana kedaruratan
dalam menghadapi
gempa bumi.
DDN, Kementerian
Ristek, BPPT, LAPAN,
LIPI, BMG, Departemen
ESDM, Pemda Prov,
Kab/Kota
Terciptanya komunikasi
yang baik diantara
stakeholders untuk
menunjang keberhasilan
Koordinasi Penanganan
Bencana.
42
No.
LANGKAH PENANGANAN
INSTANSI YANG
BERTANGGUNG JAWAB
RUJUKAN
i.
Mengidentifikasi daerah
bahaya (dapat dilihat
pada Data Dasar Gunung
api Indonesia atau Peta
Kawasan Rawan
Bencana Gunung api).
Tingkatkan kemampuan
pemadaman api
Kementerian Ristek,
BPPT, LAPAN, LIPI,
BMG, Departemen
ESDM, Pemda Prov,
Kab/Kota
Terciptanya komunikasi
yang baik diantara
stakeholders untuk
menunjang keberhasilan
Koordinasi Penanganan
Bencana
Kesadaran masyarakat
akan kemungkinan
bencana gunung api dan
cara penanganannya
Kesadaran masyarakat
akan kemungkinan
bencana gunung api dan
cara penanganannya
Terciptanya komunikasi
yang baik diantara
stakeholders untuk
menunjang keberhasilan
Koordinasi Penanganan
Bencana
j.
k.
l.
m.
n.
DDN, Kementerian
Ristek, BPPT, LAPAN,
LIP I, BMG, Departemen
ESDM, Pemda Prov,
Kab/Kota
Terciptanya komunikasi
yang baik diantara
stakeholders untuk
menunjang keberhasilan
Koordinasi Penanganan
Bencana
DDN, Kementerian
Ristek, BPPT, LAPAN,
LIPI, BMG, Departemen
ESDM, Pemda Prov,
Kab/Kota
Terciptanya komunikasi
yang baik diantara
stakeholders untuk
menunjang keberhasilan
Koordinasi Penanganan
Bencana
43
No.
LANGKAH PENANGANAN
a.
Memastikan bangunan
harus dibangun dengan
konstruksi tahan getaran/
gempa.
Memastikan perkuatan
bangunan dengan
mengikuti standar
kualitas bangunan.
Pembangunan fasilitas
umum dengan standard
kualitas yang tinggi.
Memastikan kekuatan
bangunan-bangunan vital
yang telah ada.
b.
c.
d.
e.
f.
h.
i.
Rencanakan
penempatan pemukiman
untuk mengurangi tingkat
kepadatan hunian di
daerah rawan bencana
Penerapan zonasi
daerah rawan bencana
dan pengaturan
penggunaan lahan
Membangun rumah
dengan konstruksi yang
aman terhadap gempa
bumi
Kewaspadaan terhadap
resiko gempa bumi
INSTANSI YANG
BERTANGGUNG JAWAB
RUJUKAN
Dep.ESDM, Kementerian
Ristek, BPPT, LIPI,
Pemda Prov, Kab/Kota
44
No.
LANGKAH PENANGANAN
INSTANSI YANG
BERTANGGUNG JAWAB
j.
NSPM, pencegahan
kebakaran.
Terciptanya komunikasi
yang baik diantara
stakeholders untuk
menunjang keberhasilan
Koordinasi Penanganan
Bencana
Rencana kontingensi/
kedaruratan untuk melatih anggota keluarga
dalam menghadapi
gempa bumi
k.
l.
m.
n.
RUJUKAN
Standar design /
konstruksi tahan api.
V. TSUNAMI
No.
LANGKAH PENANGANAN
a.
Peningkatan
kewaspadaan dan
kesiapsiagaan terhadap
bahaya tsunami.
INSTANSI YANG
BERTANGGUNG JAWAB
DDN, Departemen
ESDM, BMG, Pemda
Prov, Kab/Kota
45
RUJUKAN
No.
LANGKAH PENANGANAN
INSTANSI YANG
BERTANGGUNG JAWAB
b.
Pendidikan kepada
masyarakat tentang
karakteristik dan
pengenalan bahaya
tsunami.
Pembangunan tsunami
Early Warning System.
Renacana bangunan
fasilitas yang aman
terhadap Tsunami.
Bangunan Pemecahan
Ombak, penahan
gelombang.
c.
d.
Pembangunan tembok
penahan tsunami pada
garis pantai yang
beresiko.
e.
Penanaman mangrove
serta tanaman lainnya
sepanjang garis pantai
meredam gaya air
tsunami.
Pembangunan tempattempat evakuasi yang
aman di sekitar daerah
pemukiman. Tempat/
bangunan ini harus
cukup tinggi dan mudah
diakses untuk menghidari
ketinggian tsunami.
Peningkatan
kewaspadaan dan
kesiapsiagaan terhadap
bahaya tsunami.
Pembangunan Sistem
Peringatan Dini Tsunami,
khususnya di Indonesia
f.
g.
h.
i.
Pembangunan rumah
yang tahan terhadap
bahaya tsunami
RUJUKAN
Peringatan dini.
Kesadaran masyarakat
akan kemungkinan
bencana Tsunami dan
cara penanganannya.
Rencana kedaruratan
dalam menghadapi
Tsunami.
46
LANGKAH PENANGANAN
INSTANSI YANG
BERTANGGUNG JAWAB
RUJUKAN
j.
Mengenali karakteristik
dan tanda-tanda bahaya
tsunami di lokasi
sekitarnya
k.
Memahami cara
penyelamatan jika terlihat
tanda-tanda tsunami.
Meningkatkan
kewaspadaan dan
kesiapsiagaan dalam
menghadapi tsunami.
Terciptanya sistem
informasi dan komunikasi
yang baik diantara
stakeholders untuk
menunjang keberhasilan
Koordinasi Penanganan
Bencana.
Sarana Kesehatan yang
berfungsi adalah Yankes.
No.
l.
m.
n.
Terciptanya sistem
informasi dan komunikasi
yang baik diantara
stakeholders untuk
menunjang keberhasilan
Koordinasi Penanganan
Bencana.
Terciptanya sistem
informasi dan komunikasi
yang baik diantara
stakeholders untuk
menunjang keberhasilan
Koordinasi Penanganan
Bencana.
VI. KEBAKARAN
No.
LANGKAH PENANGANAN
a.
Pembuatan dan
Sosialisasi Kebijakan
Pencegahan dan
Penanganan Kebakaran
INSTANSI YANG
BERTANGGUNG JAWAB
47
RUJUKAN
No.
LANGKAH PENANGANAN
INSTANSI YANG
BERTANGGUNG JAWAB
b.
Peningkatan penegakan
hukum
c.
Pembentukan pasukan
pemadaman kebakaran
khususnya untuk
penanganan kebakaran
secara dini.
Pembuatan wadukwaduk kecil, Bak
penampungan air dan
Hydran untuk
pemadaman api
Pembuatan barrier
penghalang api terutama
antara lahan perkebunan
dengan hutan
Hindarkan pembukaan
lahan dengan cara
pembakaran
Pembakaran lahan bisa
dilakukan jika selalu
dalam pengawasan dan
segera dimatikan jika
sudah terlalu besar
Hindarkan pembakaran
lahan secara serentak
sehingga membakar
wilayah yang luas yang
akan berpotensi menjadi
kebakaran yang tak
terkendali
Hindarkan penanaman
tanaman sejenis untuk
daerah yang luas.
d.
e.
f.
g.
h.
RUJUKAN
Peraturan dan
pelaksanaan sertifikasi
yang lebih baik.
Peraturan dan
pelaksanaan sertifikasi
yang lebih baik.
Rencana bangunan
fasilitas yang aman
terhadap Badai Topan.
Peraturan dan
pelaksanaan sertifikasi
yang lebih baik.
Peringatan dini.
Kesadaran masyarakat
akan kemungkinan
bencana kebakaran dan
cara penanganannya.
Rencana kedaruratan
dalam menghadapi
kebakaran.
48
No.
LANGKAH PENANGANAN
INSTANSI YANG
BERTANGGUNG JAWAB
RUJUKAN
Melakukan pengawasan
pembakaran lahan untuk
pembukaan lahan secara
ketat
Meningkatkan partisipasi
aktif dalam pemadaman
awal kebakaran di
daerahnya.
Terciptanya sistem
informasi dan komunikasi
yang baik diantara
stakeholders untuk
menunjang keberhasilan
Koordinasi Penanganan
Bencana.
Kesadaran masyarakat
akan kemungkinan
bencana kebakaran dan
cara penanganannya
VII. KEKERINGAN.
No.
LANGKAH PENANGANAN
a.
Perlu melakukan
pengelolaan air secara
bijaksana, yaitu dengan
mengganti penggunaan
air tanah dengan
penggunaan air
permukaan dengan cara
pembuatan waduk, pembuatan saluran distribusi
yang efisien
Konservasi tanah dan
pengurangan tingkat
erosi dengan pembuatan
check dam, reboisasi
Pengalihan bahan bakar
kayu bakar menjadi
bahan bakar minyak
untuk menghindari
penebangan
hutan/tanaman
b.
c.
INSTANSI YANG
BERTANGGUNG JAWAB
RUJUKAN
49
No.
LANGKAH PENANGANAN
INSTANSI YANG
BERTANGGUNG JAWAB
RUJUKAN
d.
e.
f.
Meningkatkan/memperba
iki daerah yang tandus
dengan melaksanakan
pengelolaan Iahan,
pengelolaan hutan,
waduk peresapan dan
irigasi
Pembangunan check
dam, waduk, sumur serta
penampungan air,
penghijauan secara
swadaya.
Mengurangi pemanfaatan
kayu bakar
g.
h.
i.
Pembuatan dan
sosialisasi kebijakan
konservasi air
j.
Pengelolaan peternakan
disesuaikan dengan
kondisi ketersediaan air
diwilayahnya
Mengembangkan industri
alternatif non pertanian
k.
Kesadaran masyarakat
akan kemungkinan
bencana banjir dan cara
penanganannya.
Rencana kedaruratan
dalam menghadapi
Kekeringan.
Terciptanya sistem
informasi dan komunikasi
yang baik diantara
stakeholders untuk
menunjang keberhasilan
Koordinasi Penanganan
Bencana.
Meminimalisasi kasus
Gizi Buruk.
50
Kesadaran masyarakat
akan kemungkinan
bencana kekeringan dan
cara penanganannya.
No.
LANGKAH PENANGANAN
a.
Memastikan struktur
bangunan yang
memenuhi syarat teknis
untuk mampu bertahan
terhadap gaya angin.
b.
Penerapan aturan
standar bangunan yang
memperhitungkan beban
angin khususnya di
daerah yang rawan angin
topan.
Penempatan lokasi
pembangunan fasilitas
yang penting pada
daerah yang terlindung
dari serangan angin
topan
Penghijauan di bagian
atas arah angin untuk
meredam gaya angin
Pembangunan bangunan
umum yang cukup luas
yang dapat digunakan
sebagai tempat penampungan sementara bagi
orang maupun barang
saat terjadi serangan
angin topan
Pembangunan rumah
yang tahan angin
c.
d.
e.
f.
g.
Pembangunan rumah
yang tahan angin.
51
RUJUKAN
INSTANSI YANG
BERTANGGUNG JAWAB
No.
LANGKAH PENANGANAN
h.
Pengamanan / perkuatan
bagian-bagian yang
mudah diterbangkan
angin yang dapat
membahayakan diri atau
orang lain disekitarnya
Pengamanan barangbarang disekitar rumah
agar terikat/dibangun
secara kuat sehingga
tidak diterbangkan angin
Rencana kedaruratan
dalam menghadapi Badai
Angin.
Meningkatkan
kesiapsiagaan dalam
menghadapi angin topan,
mengetahui bagaimana
cara penyelamatan diri
Mensosialisasikan
kepada nelayan agar
supaya menambatkan
atau mengikat kuat
kapal-kapalnya
Terciptanya komunikasi
yang baik diantara
stakeholders untuk
menunjang keberhasilan
Koordinasi Penanganan
Bencana.
Kesadaran masyarakat
akan kemungkinan
bencana.
i.
j.
RUJUKAN
Kesadaran masyarakat
akan kemungkinan
bencana
LANGKAH PENANGANAN
a.
Menyiapkan masyarakat
secara luas termasuk
aparat pemerintah
khususnya di jajaran
kesehatan dan lintas
sektor terkait untuk
memahami resiko bila
wabah terjadi serta
bagaimana cara-cara
menghadapinya bila
suatu wabah terjadi
melalui kegiatan
sosialisasi yang
berkesinambungan
INSTANSI YANG
BERTANGGUNG JAWAB
52
RUJUKAN
Kesadaran masyarakat
akan kemungkinan
bencana wabah penyakit
dan penanganannya.
No.
LANGKAH PENANGANAN
INSTANSI YANG
BERTANGGUNG JAWAB
RUJUKAN
b.
Menyiapkan produk
hukum yang memadai
untuk mendukung upayaupaya pencegahan,
respon cepat serta
penanganan bila wabah
terjadi
Menyiapkan infrastruktur
untuk upaya penanganan
seperti sumberdaya
manusia yang
profesional, sarana
pelayanan kesehatan,
sarana komunikasi,
transportasi, logistik serta
pembiayaan operasional
Upaya penguatan
surveilans epidemiologi
untuk identifikasi faktor
risiko dan menentukan
strategi intervensi dan
penanganan maupun
respon dini di semua
jajaran
Pengendalian faktor
risiko.
Kesadaran masyarakat
akan kemungkinan bencana wabah penyakit dan
penanganannya.
Kesadaran masyarakat
akan kemungkinan
bencana wabah penyakit
dan penanganannya.
Kesadaran masyarakat
akan kemungkinan bencana wabah penyakit dan
penanganannya.
Departemen Terkait
Kesadaran masyarakat
akan kemungkinan bencana wabah penyakit dan
penanganannya.
Teknologi terapan yang
tepat dan berhasil guna
untuk mencegah,
mengurangi dampak
Wabah penyakit
Kesadaran masyarakat
akan kemungkinan
bencana wabah penyakit
dan penanganannya.
c.
d.
e.
f.
g.
Respon cepat.
53
X. KONFLIK
No.
LANGKAH PENANGANAN
a.
b.
c.
d.
e.
INSTANSI YANG
BERTANGGUNG JAWAB
RUJUKAN
Kesadaran masyarakat
akan kemungkinan
bencana konflik dan
penanganannya
Kesadaran masyarakat
akan kemungkinan
bencana konflik dan
penanganannya
Kesadaran masyarakat
akan kemungkinan
bencana konflik dan
penanganannya
Kesadaran masyarakat
akan kemungkinan
bencana konflik dan
penanganannya
54