116105100
PATIENT SAFETY
1. Pengertian
Tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan (Kohn, Corrigan &
Donaldson, 2000). Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak
lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko. Meliputi:
Assessment risiko
Identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko pasien
Pelaporan dan analisis insiden
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Menurut IOM, Keselamatan Pasien (Patient Safety) didefinisikan sebagai freedom from
accidental injury. Accidental injury disebabkan karena error yang meliputi kegagalan suatu
perencanaan atau memakai rencana yang salah dalam mencapai tujuan. Accidental injury juga
akibat dari melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission).
Accidental injury dalam prakteknya akan berupa kejadian tidak diinginkan (KTD = missed =
adverse event) atau hampir terjadi kejadian tidak diinginkan (near miss). Near miss ini dapat
disebabkan karena: keberuntungan (misal: pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak
timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf
lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan), atau peringanan (suatu obat
dengan over dosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya).
ditemukan secara kebetulan saja. Sebagian besar yang lain cenderung tidak dilaporkan, tidak
dicatat, atau justru luput dari perhatian kita semua.
Jenis kesalahan berdasarkan kontribusi manusia pada terjadinya suatu kesalahan :
Kesalahan aktif (active errors), terjadi pada level petugas kesehatan atau staf RS yang
bekerja didepan dan efeknya terjadi hampir secara tiba-tiba
Kesalahan tersembunyi (letent errors), terjadi dalam level manajemen seperti design yang
kurang baik, instalansi yang tidak tepat, pemeliharaan yang gagal, keputusan manajemen
yang buruk, dan struktur organisasi yang kurang baik. Kesalahan tersembunyi sulit untuk
dicatat sehingga sering kesalahan seperti ini tidak dapat dikenal (Reason, 2000)
o Dampak dari medical error sangat beragam, mulai dari yang ringan dan sifatnya
reversible hingga yang berat berupa kecacatan atau bahkan kematian. Sebagian
penderita terpaksa harus dirawat di rumah sakit lebih lama (prolonged
hospitalization) yang akhirnya berdampak pada biaya perawatan yang lebih besar.
o Sejak masalah medical error menggema di seluruh belahan bumi melalui berbagai
media baik cetak maupun elektronik hingga ke journal-journal ilmiah ternama, dunia
kesehatan mulai menaruh kepedulian yang tinggi terhadap isu patient safety.
WHO memulai Program Patient Safety pada tahun 2004 :
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) dibentuk PERSI, pada Tgl 1-12005
a. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike Medication
Names) :
Sebelum memberikan obat ke pasien, cek tujuan pemberian obat pada resep / instruksi
lainnya.
Pisahkan penempatan dan penyimpanan obat yang mirip (Norum) termasuk obat yang
bermasalah.
Berikan penjelasan pada pasien atau keluarganya tentang obat-obatan yang mirip nama
dan bentuknya yang kemungkinan dikonsumsi pasien.
misalkan gelang warna tertentu dengan ditulis nama dan tanggal lahir.
Ada protokol identifikasi pasien dengan nama yang sama atau pasien-pasien yang
tidak diketahui namanya dan mengikuti protokol tersebut.
Saat operan pasien dijelaskan dengan rinci dan benar mengenai: status pasien, obatobatan, rencana terapi, advance directive (pernyataan keinginan pasien) dan semua
perubahan status pasien.
lainnya.
Libatkan pasien dalam setiap proses verifikasi preoperative untuk mengkonfirmasi ulang.
Lengkapi data laboratorium, uji diagnostic, CT scan, Rontgen MRI dan test yang relevan
rekam medis.
Lakukan serah terima pasien dengan menyertakan rekam medis dan pemeriksaan
penunjang kepada petugas kamar operasi atau kamar tindakan.
atau infuse mikro dirp set (60 tetes/ml) atau infuse set buret dan harus sering dimonitor.
Cairan KCL atau cairan konsentrasi lain yang sudah disiapkan
diberi label peringatan resiko tinggi sebelum digunakan.
Anjurkan
pasien
untuk
menyimpan
obatnya
di
tas
dan
Tidak memperbolehkan staf non klinis, pasien dan keluarga untuk menyambungkan atau
melepas sambungan selang, bantuan harus selalu ditujukan kepada staf klinis.
Beri label pada kateter yang berisiko tinggi (kateter arteri, epidural, intratekal dan Hindari
penggunaan kateter dengan injection port pada peralatan ini.
Jelaskan jakur-jalur selang dan standar dasar masing-masing jalur selang pasien disaat
operan pasien.
Buat alur dasar untuk koneksi semua selang dan verifikasi ujung selang sebelum
membuat koneksi atau melepas sambungan atau memberikan obat, cairan atau produk lain.
Lakukan training mengenai bahaya salah sambung selang dan peralatan medis pada
program orientasi dan pengembangan berkelanjutan staf klinis.
h. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai ;
atau berkontak
Edukasi/penyuluhan bagi petugas kesehatan tentang tehnik cuci tangan yang benar.
Buat informasi ke pasien dan keluarga tentang tehnik cuci tangan yang benar dan
pentingnya cuci tangan.
Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada Hospital Patient Safety Standards
yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health Organizations, Illinois,
USA, tahun 2002),yaitu:
1) Hak pasien
Standarnya adalah
Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana &
hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
Kriterianya adalah
Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas dan benar
kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau
prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD
2) Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya adalah
RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab Pasien
dalam asuhan pasien.
Kriterianya adalah:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn keterlibatan pasien adalah
partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada system dan mekanisme
mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien.Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat:
Kriterianya adalah
memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan
pasien
mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice training dan
Bangun kesadaran akan nilai keselamatan Pasien, ciptakan kepemimpinan & budaya
yang terbuka dan adil
Bagi Rumah sakit:
Kebijakan: tindakan staf segera setelah insiden, langkah kumpul fakta, dukungan kepada
Bagi Tim:
2.
Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden
Pimpin dan dukung staf anda, bangunlah komitmen & focus yang kuat & jelas tentang
KP di RS anda
Bagi Rumah Sakit:
Bagi Tim:
3.
Kembangkan sistem pelaporan, pastikan staf Anda agar dg mudah dpt melaporkan
kejadian/insiden serta RS mengatur pelaporan kpd KKP-RS
Bagi Rumah sakit:
Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden, ke dlm maupun ke luar yg hrs
dilaporkan ke KKPRS PERSI
Bagi Tim:
Dorong anggota utk melaporkan setiap insiden & insiden yg telah dicegah tetapi tetap
terjadi juga, sbg bahan pelajaran yg penting
5.
6.
Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan pasien, dorong staf anda utk
melakukan analisis akar masalah utk belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul
Bagi Rumah Sakit:
Staf terlatih mengkaji insiden scr tepat, mengidentifikasi sebab
Kebijakan: kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA) atau
Failure Modes & Effects Analysis (FMEA) atau metoda analisis lain, mencakup semua
insiden & minimum 1 x per tahun utk proses risiko tinggi.
Bagi Tim:
7. Cegah cedera melalui implementasi system Keselamatan pasien, Gunakan informasi yg ada
ttg kejadian/masalah utk melakukan perubahan pd sistem pelayanan
Bagi Rumah Sakit:
Tentukan solusi dg informasi dr sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, audit
serta analisis
Solusi mencakup penjabaran ulang sistem, penyesuaian pelatihan staf & kegiatan klinis,
penggunaan instrumen yg menjamin KP
Asesmen risiko utk setiap perubahan
Sosialisasikan solusi yg dikembangkan oleh KKPRS-PERSI
Umpan balik kpd staf ttg setiap tindakan yg diambil atas insiden
Bagi Tim:
Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman
Telaah perubahan yg dibuat tim & pastikan pelaksanaannya
Umpan balik atas setiap tindak lanjut ttg insiden yg dilaporkan
4)
Jenis-jenis APD
1. Alat pelindung kepala
Fungsi Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda keras yang
melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan
kimia, jasad renik (mikro organisme) dan suhu yang ekstrim. Jenis alat pelindung kepala
terdiri dari helm pengaman (safety helmet ), topi atau tudung kepala, penutup atau
pengaman rambut, dan lain-lain.
2. Alat pelindung mata dan muka.
Fungsi Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan partikelpartikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan benda-benda kecil, panas, atau
uap panas, radiasi gelombang elektromagnetik yang mengion maupunyang tidak
mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras ataubenda tajam.
Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata pengaman (spectacles),
goggles, tameng muka (face shield ), masker selam, tameng muka dan kacamata
pengaman dalam kesatuan (full face masker ).
3. Alat pelindung telinga.
Fungsi Alat
pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi alat
pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan. Jenis alat pelindung telinga terdiri dari
sumbat telinga (ear plug) dan penutup telinga (ear muff).
elektromagnetik,
radiasi
mengion,
arus
listrik,
bahan
kimia,
benturan,pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad renik.
Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan yang terbuat dari logam, kulit, kain
kanvas, kain atau kain berpelapis, karet, dan sarung tangan yang tahan bahan kimia
6.
7. Pakaian pelindung.
Fungsi Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau seluruh
bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim, pajanan apidan
benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas,
benturan (impact) dengan mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikroorganisme patogen dari manusia, binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus,
bakteri dan jamur.
5) Cuci tangan
Selalu melepas perhiasan sebelum mencuci tangan
Menggunakan sabun dan air mengalir
Membasahi tangan dan pergelangan tangan , pertahankan tangan lebih rendah dari siku
Teknik bersih (asepsis medis) mengurangi jumlah mikroorganisme yang ada dan
Adapun teknik bersih yang bisa dijadikan pedoman untuk pengendalian infeksi.
Untuk teknik bersih,ikuti pedoman berikut :
1.
Bersihkan luka dari sisi luka bagian dalam kearah luar. Ganti balutan yang kotor dan
buang dengan benar. Gunakan salin normal untuk mencuci luka yang bersih. Gunakan
betadine dan chlorexidine untuk membersihkan kulit. Gunakan sabun dan air untuk
2.
3.
4.
5.
Pertahankan tempat tidur bersih dan kering.tidak boleh ada air dan botol diatasnya.
Bersihkan dan desinfektan objek kotor yang akan digunakan ulang
Jangan membiarkan linen kotor dan artikel lain menyentuh seragam anda. Buang dengan
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
tepat.
Kosongkan pengisap dan botol drainase sebelum botol penuh
Jangan menyebarkan debu dengan mengibas linen
Jangan menempel alat dan kain dilantai
Gunakan sarung tangan bersih bila memengang cairan tubuh.
Gunakan pakaian pelindung
Ketika membersihkan area kotor , bersihkan dulu area yang tidak kotor.
Tunnagkan cairan ke wastafel dekat kran sehingga tidak terciprat
Tempat jarum dan spoit kedalam wadah khusus
Cuci tangan dengan sering.
Selain itu perawatan alat juga perlu diperhatikan, Adapaun teknik perawatan alat yakni:
Sebelum mencuci alat bedah yang digunakan jarum dan spuit yang dapat dipakai lang,
dan sarung tangan harus didekonrtaminasikan . dekontaminasi dengan larutan pemutih
klorin 0,5% untuk dekontaminasi virus HIV/AIDS dan hepatitis B.
Ketika anda mencuci objek kotor , pertama kali cuci dengan air dingin muntuk melepas
material organic seperti mucus dan darah. Setelah itu cuci dengan air panas, jika perlu
gunakan sikat membersihkannya
DAFTAR PUSTAKA
Hasting G. 2006. Service Redesign: Eight steps to better patient safety. Health Service
Journal.http://www.goodmanagement-hsj.co.uk/patientsafety
Departemen Kesehatan R.I(2006). Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit. utamakan
keselamatan pasien. Bakit Husada
Depertemen Kesehatan R.I (2006). Upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. (konsep
dasar dan prinsip). Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Rumah Sakit Khusus
dan
Swasta.
Komalawati, Veronica. (2010) Community&Patient Safety Dalam Perspektif Hukum Kesehatan.
Kozier, B. Erb, G. & Blais, K. (1997) Professional nursing practice concept, and prespective.
California: Addison Wesley Logman, Inc.
Lestari, Trisasi. Konteks Mikro dalam Implementasi Patient Safety: Delapan Langkah Untuk
Mengembangkan Budaya Patient Safety. Buletin IHQN Vol II/Nomor.04/2006
Hal.1- 3
Nursalam, (2002). Manajemen keperawatan. aplikasi dalam praktik keperawatan profesional.
Salemba Medika. Jakarta.
PERSI KARS, KKP-RS. (2006). Membangun budaya keselamatan pasien rumah sakit.
Lokakarya program KP-RS. 17 Nopember 2006
Ahmad Djojo Sugito,2000, Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Satuan Pelayanan
Kesehatan, Penerbit UI, Jakarta,
Santoso, Suroso, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia Rumah Sakit. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Danim, 2004, Sumber Daya Manusia Rumah Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Aditama,C.Y.,2003, Manajemen Rumah Sakit, Edisi Kedua, Universitas Indonesia Press, Jakarta
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) , 2008, Pedoman Pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien (IKP) , PERSI, Jakarta