Anda di halaman 1dari 18

Pundi P P Pinanti Abral

116105100

PATIENT SAFETY
1. Pengertian
Tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan (Kohn, Corrigan &
Donaldson, 2000). Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak
lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko. Meliputi:

Assessment risiko
Identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko pasien
Pelaporan dan analisis insiden
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Menurut IOM, Keselamatan Pasien (Patient Safety) didefinisikan sebagai freedom from

accidental injury. Accidental injury disebabkan karena error yang meliputi kegagalan suatu
perencanaan atau memakai rencana yang salah dalam mencapai tujuan. Accidental injury juga
akibat dari melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission).
Accidental injury dalam prakteknya akan berupa kejadian tidak diinginkan (KTD = missed =
adverse event) atau hampir terjadi kejadian tidak diinginkan (near miss). Near miss ini dapat
disebabkan karena: keberuntungan (misal: pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak
timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf
lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan), atau peringanan (suatu obat
dengan over dosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya).

2. Tujuan Patient safety:


Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS
Meningkatnya akuntabilitas RS terhadap pasien dan masyarakat
Menurunnya KTD di RS

Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD


(Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006)
Tujuan penanganan patient safety menurut (Joint Commission International):
Mengidentifikasi pasien dengan benar, meningkatkan komunikasi secara efektif, meningkatkan
keamanan dari high-alert medications, memastikan benar tempat, benar prosedur, dan benar
pembedahan pasien, mengurangi resiko infeksi dari pekerja kesehatan, mengurangi resiko
terjadinya kesalahan yang lebih buruk pada pasien.
3. Pentingnya Patient Safety
Hampir setiap tindakan medik menyimpan potensi risiko, yaitu :
A. Kesalahan Medis (Medical Error)
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien. (KKP-RS)
B. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/ Adverse Event
Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu
tindakan (commission) atau karena tidak bertindak (ommision), dan bukan karena
underlying disease atau kondisi pasien (KKP-RS).
C. Nyaris Cedera (NC)/ Near Miss
Suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera
serius tidak terjadi, karena :
Keberuntungan, misalnya: pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul
reaksi obat
Pencegahan, suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain
mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan
Peringanan, suatu obat dengan over dosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu
diberikan antidotenya.(KKP-RS)
Dalam kenyataannya masalah medical error dalam sistem pelayanan kesehatan
mencerminkan fenomena gunung es, karena yang terdeteksi umumnya adalah adverse event yang

ditemukan secara kebetulan saja. Sebagian besar yang lain cenderung tidak dilaporkan, tidak
dicatat, atau justru luput dari perhatian kita semua.
Jenis kesalahan berdasarkan kontribusi manusia pada terjadinya suatu kesalahan :
Kesalahan aktif (active errors), terjadi pada level petugas kesehatan atau staf RS yang
bekerja didepan dan efeknya terjadi hampir secara tiba-tiba
Kesalahan tersembunyi (letent errors), terjadi dalam level manajemen seperti design yang
kurang baik, instalansi yang tidak tepat, pemeliharaan yang gagal, keputusan manajemen
yang buruk, dan struktur organisasi yang kurang baik. Kesalahan tersembunyi sulit untuk
dicatat sehingga sering kesalahan seperti ini tidak dapat dikenal (Reason, 2000)
o Dampak dari medical error sangat beragam, mulai dari yang ringan dan sifatnya
reversible hingga yang berat berupa kecacatan atau bahkan kematian. Sebagian
penderita terpaksa harus dirawat di rumah sakit lebih lama (prolonged
hospitalization) yang akhirnya berdampak pada biaya perawatan yang lebih besar.
o Sejak masalah medical error menggema di seluruh belahan bumi melalui berbagai
media baik cetak maupun elektronik hingga ke journal-journal ilmiah ternama, dunia
kesehatan mulai menaruh kepedulian yang tinggi terhadap isu patient safety.
WHO memulai Program Patient Safety pada tahun 2004 :

Safety is a fundamental principle of patient care and a critical component of quality


management. (World Alliance for Patient Safety, Forward Programme WHO,2004)

Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) dibentuk PERSI, pada Tgl 1-12005

Menteri Kesehatan bersama PERSI dan KKP-RS telah mencanangkan Gerakan


Keselamatan Pasien Rumah Sakit pd Seminar Nasional PERSI tgl 21 Agustus 2005, di JCC
4. Langkah Langkah Pelaksanaan Patient Safety
Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS (WHO Collaborating Centre for Patient
Safety, 2 May 2007), yaitu:
a) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication names)
b) Pastikan identifikasi pasien
c) Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
d) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
e) Kendalikan cairan elektrolit pekat
f) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
g) Hindari salah kateter dan salah sambung slang
h) Gunakan alat injeksi sekali pakai
i) Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.

a. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike Medication
Names) :

Sebelum memberikan obat ke pasien, cek tujuan pemberian obat pada resep / instruksi

dokter/ rekam medis pasien.


Sebelum memberikan obat ke pasien, cek kecocokan obat yang akan diberikan dengan

diagnosa medis pasien.


Pada obat yang hafal, label obat yang akan diberikan perlu dibaca secara cermat,
mengenali obat secara visual/fisik, lokasi penyimpanannya dan melihat tanda spesifik

lainnya.
Pisahkan penempatan dan penyimpanan obat yang mirip (Norum) termasuk obat yang

bermasalah.
Berikan penjelasan pada pasien atau keluarganya tentang obat-obatan yang mirip nama
dan bentuknya yang kemungkinan dikonsumsi pasien.

b. Pastikan Identifikasi Pasien ;

Cek identitas pasien dan mencocokannya dengan kebutuhan perawatan pasien

misalnya tindakan medis, laboratorium.


Digunakan minimal 2 jenis identitas (misalkan nama pasien dan tanggal lahir)
sebagai alat klarifikasi identitas pasien saat pasien masuk atau pindah ke rumah sakit lain

atau tempat pelanan lainnya.


Cek identitas pasien dan mencocokannya dengan kebutuhan perawatan pasien

misalnya tindakan medis, laboratorium.


Terapkan standarisasi dalam identifikasi pasien sesuai prosedur yang ada,

misalkan gelang warna tertentu dengan ditulis nama dan tanggal lahir.
Ada protokol identifikasi pasien dengan nama yang sama atau pasien-pasien yang
tidak diketahui namanya dan mengikuti protokol tersebut.

c. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima / Pengoperan Pasien ;


Lakukan operan pasien saat pergantian dinas jaga.
Lakukan operan dengan petugas tempat perawatan selanjutnya saat pasien dipindahkan ke

tempat perawatan lain atau unit tindakan lainnya.


Baca ulang dokumen pasien saat operan dan dicermati dengan teliti.
Saat operan cukup waktu bagi staf untuk bertanya dan tidak ada interupsi saat operan.

Saat operan pasien dijelaskan dengan rinci dan benar mengenai: status pasien, obatobatan, rencana terapi, advance directive (pernyataan keinginan pasien) dan semua
perubahan status pasien.

d. Pastikan Tindakan yg benar pd Sisi Tubuh yg benar;


Lakukan verifikasi dan memberi tanda sesuai rekam medis pada anggota tubuh yang akan
dilakukan prosedur delegasi seperti : pemasangan gips atau prosedur operatif minor

lainnya.
Libatkan pasien dalam setiap proses verifikasi preoperative untuk mengkonfirmasi ulang.
Lengkapi data laboratorium, uji diagnostic, CT scan, Rontgen MRI dan test yang relevan

untuk verifikasi ketepatan pasien sebelum pasien dioperasi.


Cocokan identitas pasien dengan jenis tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan

rekam medis.
Lakukan serah terima pasien dengan menyertakan rekam medis dan pemeriksaan
penunjang kepada petugas kamar operasi atau kamar tindakan.

e. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (Concentrated) ;


1.
Cairan KCL disimpan di tempat yang terpisah dan terkunci dan
pemakaiannya didokumentasikan sebagai kendali pemakaian atau jika tidak tersedia
ruang khusus penyimpanan dan persiapan obat, maka hanya perawat, dokter atau
Apoteker yang berpengalaman yang diperbolehkan menyiapkan obat ini.
2.
Setelah KCL atau cairan konsentrasi lain disiapkan, dilakukan
pengecekan independen oleh staf yang berpengalaman dan terkualifikasi.Tersedia
protocol (ceklist) untuk cairan KCL/cairan konsentrasi lain meliputi cara menghitung,
kecepatan cairan dan jalur pemberian vena yang tepat.
3.
Pemberian KCL atau cairan konsentrasi lain dengan infuse pump
4.

atau infuse mikro dirp set (60 tetes/ml) atau infuse set buret dan harus sering dimonitor.
Cairan KCL atau cairan konsentrasi lain yang sudah disiapkan
diberi label peringatan resiko tinggi sebelum digunakan.

f. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pd Pengalihan Pelayanan ;

Standarisasi pengumpulan dan dokumentasi semua obat yang


sedang digunakan pasien yang meliputi nama obat/ suplemen, Dosis, frekuensi dan waktu
dosis terakhir.

Perbaharui daftar obat jika terdapat order baru yang dituliskan


yang merefleksikan semua obat yang sedang digunakan pasien.

Komunikasikan daftar obat kepada pemberi pelayanan berikutnya


kapanpun pasien dipindahkan, dipulangkan dan berikan daftar obat saat pasien pulang.

Ajari pasien atau keluarga tentang penggunaan obat yang aman,


risiko obat baik secara tunggal atau kombinasi dan beri akses informasi obat yang
terjangkau dan relevan.

Anjurkan

pasien

untuk

menyimpan

obatnya

di

tas

dan

membawanya jika berkunjung ke rumah sakit atau dokter.


g. Hindari Salah Kateter, Salah Sambung Slang /Tube ;

Tidak memperbolehkan staf non klinis, pasien dan keluarga untuk menyambungkan atau
melepas sambungan selang, bantuan harus selalu ditujukan kepada staf klinis.

Beri label pada kateter yang berisiko tinggi (kateter arteri, epidural, intratekal dan Hindari
penggunaan kateter dengan injection port pada peralatan ini.

Jelaskan jakur-jalur selang dan standar dasar masing-masing jalur selang pasien disaat
operan pasien.

Buat alur dasar untuk koneksi semua selang dan verifikasi ujung selang sebelum
membuat koneksi atau melepas sambungan atau memberikan obat, cairan atau produk lain.

Lakukan training mengenai bahaya salah sambung selang dan peralatan medis pada
program orientasi dan pengembangan berkelanjutan staf klinis.
h. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai ;

Atasan/ rekan kerja menganjurkan penggunaan peralatan injeksi sekali pakai.


Ikut program training petugas kesehatan atau memanfaatkan informasi dari rumah sakit
tentang: pencegahan infeksi, praktek injeksi yang aman, penanganan sampah benda tajam yang

aman dan penggunan tehnologi injeksi terbaru (sedikit menggunakan jarum).

Identifikasi dan terapkan praktek penanganan sampah medis yang aman.

Dukung pengadaan peralatan injeksi dengan system sedikit tusukan.

Edukasi ke pasien dan keluarganya tentang alternative penggunaan obat-obatan injeksi

i. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand Hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi Nosokomial


:

Atasan atau rekan kerja mempromosikan ketaatan melakukan cuci tangan.


Tersedia wastafel dan sabun cuci tangan dengan air yang mengalir untuk fasilitas cuci

tangan disetiap sudut ruang perawatan.

Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh, melakukan tindakan

atau berkontak

dengan cairan pasien.

Edukasi/penyuluhan bagi petugas kesehatan tentang tehnik cuci tangan yang benar.

Buat informasi ke pasien dan keluarga tentang tehnik cuci tangan yang benar dan
pentingnya cuci tangan.
Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada Hospital Patient Safety Standards
yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health Organizations, Illinois,
USA, tahun 2002),yaitu:
1) Hak pasien
Standarnya adalah
Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana &
hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
Kriterianya adalah
Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas dan benar
kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau
prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD
2) Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya adalah
RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab Pasien
dalam asuhan pasien.
Kriterianya adalah:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn keterlibatan pasien adalah
partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada system dan mekanisme
mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien.Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat:

Memberikan info yg benar, jelas, lengkap dan jujur


Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
Mengajukan pertanyaan untuk hal yg tdk dimengerti
Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

3) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan


Standarnya adalah
RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar
unit pelayanan.
Kriterianya adalah:
koordinasi pelayanan secara menyeluruh
koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya
koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
4) Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
Standarnya adalah
RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada, memonitor &
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, &
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP.
Kriterianya adalah
Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, sesuai
dengan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
5) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standarnya adalah
Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui penerapan 7 Langkah Menuju
KP RS .

Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko KP & program


mengurangi KTD.
Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit & individu berkaitan
dengan pengambilan keputusan tentang KP
Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur, mengkaji, &
meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.
Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinyadalam meningkatkan kinerja RS
& KP
Kriterianya adalah
Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden,
Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit
terintegrasi dan berpartisipasi
Tersedia prosedur cepat-tanggap terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang
terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang
benar dan jelas untuk keperluan analisis.
Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden,
Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan
Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif
untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien

6) Mendidik staf tentang keselamatan pasien


Standarnya adalah
RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan
& memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam
pelayanan pasien.

Kriterianya adalah

memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan

pasien
mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice training dan

memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.


menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna mendukung
pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

7) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.


Standarnya adalah
RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk memenuhi
kebutuhan informasi internal & eksternal.
Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.
Kriterianya adalah
disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada

Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS (berdasarkan KKP-RS No.001-VIII- 2005)


sebagai panduan bagi staf Rumah Sakit
1.

Bangun kesadaran akan nilai keselamatan Pasien, ciptakan kepemimpinan & budaya
yang terbuka dan adil
Bagi Rumah sakit:

Kebijakan: tindakan staf segera setelah insiden, langkah kumpul fakta, dukungan kepada

staf, pasien, keluarga


Kebijakan: peran & akuntabilitas individual pada insiden
Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar dari insiden
Lakukan asesmen dg menggunakan survei penilaian KP

Bagi Tim:


2.

Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden
Pimpin dan dukung staf anda, bangunlah komitmen & focus yang kuat & jelas tentang

KP di RS anda
Bagi Rumah Sakit:

Ada anggota Direksi yg bertanggung jawab atas KP


Di bagian-2 ada orang yg dpt menjadi Penggerak (champion) KP
Prioritaskan KP dlm agenda rapat Direksi/Manajemen
Masukkan KP dlm semua program latihan staf

Bagi Tim:

3.

Ada penggerak dlm tim utk memimpin Gerakan KP


Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat gerakan KP
Tumbuhkan sikap ksatria yg menghargai pelaporan insiden
Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko, kembangkan sistem & proses pengelolaan

risiko, serta lakukan identifikasi & asesmen hal yg potensial bermasalah


Bagi Rumah Sakit:
Struktur & proses mjmn risiko klinis & non klinis, mencakup KP
Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko
Gunakan informasi dr sistem pelaporan insiden & asesmen risiko & tingkatkan
kepedulian terhadap pasien
Bagi Tim:
Diskusi isu KP dlm forum2, utk umpan balik kpd mjmn terkait
Penilaian risiko pd individu pasien
Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko, & langkah memperkecil
risiko tsb
4.

Kembangkan sistem pelaporan, pastikan staf Anda agar dg mudah dpt melaporkan
kejadian/insiden serta RS mengatur pelaporan kpd KKP-RS
Bagi Rumah sakit:
Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden, ke dlm maupun ke luar yg hrs
dilaporkan ke KKPRS PERSI
Bagi Tim:

Dorong anggota utk melaporkan setiap insiden & insiden yg telah dicegah tetapi tetap
terjadi juga, sbg bahan pelajaran yg penting
5.

Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, kembangkan cara-cara komunikasi yg


terbuka dg pasien
Bagi Rumah Sakit
Kebijakan : komunikasi terbuka ttg insiden dg pasien & keluarga
Pasien & keluarga mendpt informasi bila terjadi insiden
Dukungan,pelatihan & dorongan semangat kpd staf agar selalu terbuka kpd pasien & kel.
(dlm seluruh proses asuhan pasien
Bagi Tim:
Hargai & dukung keterlibatan pasien & kel. bila tlh terjadi insiden
Prioritaskan pemberitahuan kpd pasien & kel. bila terjadi insiden
Segera stlh kejadian, tunjukkan empati kpd pasien & kel.

6.

Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan pasien, dorong staf anda utk
melakukan analisis akar masalah utk belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul
Bagi Rumah Sakit:
Staf terlatih mengkaji insiden scr tepat, mengidentifikasi sebab
Kebijakan: kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA) atau
Failure Modes & Effects Analysis (FMEA) atau metoda analisis lain, mencakup semua
insiden & minimum 1 x per tahun utk proses risiko tinggi.
Bagi Tim:

Diskusikan dlm tim pengalaman dari hasil analisis insiden


Identifikasi bgn lain yg mungkin terkena dampak & bagi pengalaman tersebut

7. Cegah cedera melalui implementasi system Keselamatan pasien, Gunakan informasi yg ada
ttg kejadian/masalah utk melakukan perubahan pd sistem pelayanan
Bagi Rumah Sakit:
Tentukan solusi dg informasi dr sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, audit
serta analisis

Solusi mencakup penjabaran ulang sistem, penyesuaian pelatihan staf & kegiatan klinis,
penggunaan instrumen yg menjamin KP
Asesmen risiko utk setiap perubahan
Sosialisasikan solusi yg dikembangkan oleh KKPRS-PERSI
Umpan balik kpd staf ttg setiap tindakan yg diambil atas insiden
Bagi Tim:
Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman
Telaah perubahan yg dibuat tim & pastikan pelaksanaannya
Umpan balik atas setiap tindak lanjut ttg insiden yg dilaporkan

4)

Jenis-jenis APD
1. Alat pelindung kepala
Fungsi Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda keras yang
melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan
kimia, jasad renik (mikro organisme) dan suhu yang ekstrim. Jenis alat pelindung kepala
terdiri dari helm pengaman (safety helmet ), topi atau tudung kepala, penutup atau
pengaman rambut, dan lain-lain.
2. Alat pelindung mata dan muka.
Fungsi Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan partikelpartikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan benda-benda kecil, panas, atau
uap panas, radiasi gelombang elektromagnetik yang mengion maupunyang tidak
mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras ataubenda tajam.
Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata pengaman (spectacles),
goggles, tameng muka (face shield ), masker selam, tameng muka dan kacamata
pengaman dalam kesatuan (full face masker ).
3. Alat pelindung telinga.
Fungsi Alat
pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi alat
pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan. Jenis alat pelindung telinga terdiri dari
sumbat telinga (ear plug) dan penutup telinga (ear muff).

4. Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya.


Fungsi Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan cara menyalurkanudara bersih dan
sehat dan/atau menyaring cemaran bahan kimia, mikro-organisme, partikel yang berupa
debu, kabut (aerosol), uap, asap, gas/ fume, dansebagainya.b.Jenis alat pelindung
pernapasan dan perlengkapannya terdiri dari masker, respirator, katrit, kanister.
5. Alat pelindung tangan.
Fungsi Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu
dingin,radiasi

elektromagnetik,

radiasi

mengion,

arus

listrik,

bahan

kimia,

benturan,pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad renik.
Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan yang terbuat dari logam, kulit, kain
kanvas, kain atau kain berpelapis, karet, dan sarung tangan yang tahan bahan kimia
6.

Alat pelindung kaki.


Fungsi Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau
berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau
dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan jasad
renik, tergelincir. Jenis Pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan
peleburan, pengecoran logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan yang berpotensi
bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat kerja yang basah atau licin, bahan kimia dan
jasad renik, dan/atau bahaya binatang dan lain-lain.

7. Pakaian pelindung.
Fungsi Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau seluruh
bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim, pajanan apidan
benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas,
benturan (impact) dengan mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikroorganisme patogen dari manusia, binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus,
bakteri dan jamur.
5) Cuci tangan
Selalu melepas perhiasan sebelum mencuci tangan
Menggunakan sabun dan air mengalir

Membasahi tangan dan pergelangan tangan , pertahankan tangan lebih rendah dari siku

utnuk menghindari kontaminasi


Gosok dengan keras hingga berbusa
Jika tangan anda kotor , gosok agak lama sekitar 4- 5 jam
Bersihkan bagian bawah kuku anda
Jika anda menggunakan sabun padat, cuci sabun setelah anda memakainya
Keringkan tangan dengan cermat dengan handuk kering
Gunakan sudut handuk untuk menutup kran dioperasikan dengan tangan

6) Konsep Standar Pengendalian Infeksi


Cara paling mudah mencegah penyebaran infeksi adalah membunuh mikroorganisme ketika
mereka ada di tangan, alat dan perabot, seperti, tempat tidur pasien. Cara paling efektif
membunuh mikroorganisme adalah:
a) Antisepsis : Membunuh atau menghentikan pertumbuhan mikroorganisme.
b) Dekontaminasi : Membuat objek lebih aman dipegang sebelum pembersihan.
c) Pembersihan : Menghilangkan kotoran dan mikroorganisme dari kulit dan objek, dengan
menggunakan sabun dan air.
d) Disinfeksi kadar tinggi : Membunuh kebanyakan organisme pada objek.
e) Sterilisasi : membunuh semua mikroorganisme pada objek,misalnya peralatan bedah.
Metode tambahan untuk mencegah infeksi yaitu:
1. Pakaian pelindung
2. Pembuangan yang aman pada limbah tubuh dan benda-benda terinfeksi,misalnya balutan.
Untuk mencegah penyebaran infeksi dirumah sakit, perawat dan pemberi perawatan
kesehatan yang lain mengikuti praktik medis dan asepsis bedah.

Teknik bersih (asepsis medis) mengurangi jumlah mikroorganisme yang ada dan

mencegahnya masuk ke pasien.


Teknik pembedahan (asepsis bedah) mencakup mempertahankan objek dan area bebas
mikroorganisme untuk meyakinkan bahwa prosedur pembedahan steril.

Adapun teknik bersih yang bisa dijadikan pedoman untuk pengendalian infeksi.
Untuk teknik bersih,ikuti pedoman berikut :

1.

Bersihkan luka dari sisi luka bagian dalam kearah luar. Ganti balutan yang kotor dan
buang dengan benar. Gunakan salin normal untuk mencuci luka yang bersih. Gunakan
betadine dan chlorexidine untuk membersihkan kulit. Gunakan sabun dan air untuk

2.

mencuci luka kotor.


Cegah penyebaran mikroorgamisme dalam droplet. Dorong pasien menutup mulut

3.

mereka dengan menggunakan tissue atau sapu tanganbila bersin.


Jangan pernah mengizinkan pasien menggunakan alat pribadi bersam orang lain.

4.
5.

Pertahankan tempat tidur bersih dan kering.tidak boleh ada air dan botol diatasnya.
Bersihkan dan desinfektan objek kotor yang akan digunakan ulang
Jangan membiarkan linen kotor dan artikel lain menyentuh seragam anda. Buang dengan

6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

tepat.
Kosongkan pengisap dan botol drainase sebelum botol penuh
Jangan menyebarkan debu dengan mengibas linen
Jangan menempel alat dan kain dilantai
Gunakan sarung tangan bersih bila memengang cairan tubuh.
Gunakan pakaian pelindung
Ketika membersihkan area kotor , bersihkan dulu area yang tidak kotor.
Tunnagkan cairan ke wastafel dekat kran sehingga tidak terciprat
Tempat jarum dan spoit kedalam wadah khusus
Cuci tangan dengan sering.

Selain itu perawatan alat juga perlu diperhatikan, Adapaun teknik perawatan alat yakni:
Sebelum mencuci alat bedah yang digunakan jarum dan spuit yang dapat dipakai lang,
dan sarung tangan harus didekonrtaminasikan . dekontaminasi dengan larutan pemutih
klorin 0,5% untuk dekontaminasi virus HIV/AIDS dan hepatitis B.
Ketika anda mencuci objek kotor , pertama kali cuci dengan air dingin muntuk melepas
material organic seperti mucus dan darah. Setelah itu cuci dengan air panas, jika perlu
gunakan sikat membersihkannya

DAFTAR PUSTAKA
Hasting G. 2006. Service Redesign: Eight steps to better patient safety. Health Service
Journal.http://www.goodmanagement-hsj.co.uk/patientsafety
Departemen Kesehatan R.I(2006). Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit. utamakan
keselamatan pasien. Bakit Husada
Depertemen Kesehatan R.I (2006). Upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. (konsep
dasar dan prinsip). Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Rumah Sakit Khusus

dan

Swasta.
Komalawati, Veronica. (2010) Community&Patient Safety Dalam Perspektif Hukum Kesehatan.
Kozier, B. Erb, G. & Blais, K. (1997) Professional nursing practice concept, and prespective.
California: Addison Wesley Logman, Inc.
Lestari, Trisasi. Konteks Mikro dalam Implementasi Patient Safety: Delapan Langkah Untuk
Mengembangkan Budaya Patient Safety. Buletin IHQN Vol II/Nomor.04/2006
Hal.1- 3
Nursalam, (2002). Manajemen keperawatan. aplikasi dalam praktik keperawatan profesional.
Salemba Medika. Jakarta.

PERSI KARS, KKP-RS. (2006). Membangun budaya keselamatan pasien rumah sakit.
Lokakarya program KP-RS. 17 Nopember 2006
Ahmad Djojo Sugito,2000, Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Satuan Pelayanan
Kesehatan, Penerbit UI, Jakarta,
Santoso, Suroso, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia Rumah Sakit. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Danim, 2004, Sumber Daya Manusia Rumah Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Aditama,C.Y.,2003, Manajemen Rumah Sakit, Edisi Kedua, Universitas Indonesia Press, Jakarta
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) , 2008, Pedoman Pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien (IKP) , PERSI, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai